Oleh
B 111 11 095
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
HALAMAN JUDUL
OLEH :
NURUL CAMELIA ADHA
B111 11 095
Skripsi
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING (SCAN)
ii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI (SCAN)
iii
LEMBAR PEBGESAHAN (SCAN)
iv
ABSTRAK
v
UCAPAN TERIMA KASIH
dengan baik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi (S1) di
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
terhingga kepada keluargaku yang tercinta, yaitu kedua orang tua penulis
kepada Ayahanda H. Ruslan dan Ibunda Hj. St. Rahmah, S.Sos yang
telah banyak memberi kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil,
nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat
vi
Afriadam, St. Ramlah Yulita dan Sri Irmayana yang telah memberi
penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H selaku Wakil Dekan I,
II dan Bapak Hamzah Halim, S.H., M.H selaku Wakil Dekan III.
S.H.,M.H dan Hj. Nur Azisa, S.H.,M.H selaku penguji yang telah
vii
6. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
13. Keluarga besar UKM Pramuka Unhas, HLSC, UKM BSDK, dan
viii
14. Keluarga besar penghuni BTP Blok H No. 175, Kak Indra, Kak
materil maupun moril penulis ucapkan terima kasih dan harapan penulis
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................... v
x
2. Berdasarkan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah
dan SK Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia .......... 36
F. Hak dan Kewajiban Pasien dan Dokter ................................. 39
1. Hak Pasien ..................................................................... 40
2. Kewajiban Pasien ............................................................ 44
3. Hak Dokter ...................................................................... 47
4. Kewajiban Dokter ............................................................ 50
G. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) ........... 55
LAMPIRAN .......................................................................................... 88
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 28H ayat (1) UUD Republik Indonesia 1945 mengatur “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
dokter yaitu: “Apapun yang saya dengar atau lihat, tentang kehidupan
1
seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya
2
Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tentang
kepada orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas kedokteran
3
dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran”.
rahasia.
4
Rahasia kedokteran sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1
Bahwa tidak ada batasan yang jelas dan pasti kapan seorang dokter
sikap dalam mengatasi problem seperti ini yang harus tetap disadari
5
Bertitik tolak pada uraian di atas, maka issu pokok penelitian ini
yaitu keterkaitan antara etik dengan hukum yaitu dokter yang terlibat
B. Rumusan Masalah
rahasia kedokteran ?
1. Tujuan Penelitian
6
2. Kegunaan Penelitian
yang ditimbulkan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menurut hukum, secara hukum, dan dari segi hukum. Jadi dapat
B. Pengertian Pelanggaran
8
dan pelanggaran overtrdingen. Alasan pembedaan antara kejahatan
boleh dihukum. Hal ini dapat diketahui dari ancaman pidana pada
9
yang asal dari gunung sekalipun mudah dapat merasakan bahwa
minta di jalan umum, mengadu ayam tana izin, kentara mabuk di jalan
C. Pertanggungjawaban Pidana
a. Unsur subjektif
kalau tidak ada kesalahan” (An act does not make a person
guilty unlease the mind is guilty or actus not facitruem nisi mens
10
sit rea). Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan yang
zekerhiedsbewuszijn).
(dolus evantualis).
1) Tak berhati-hati.
b. Unsur Objektif
11
Akibat tersebut membahayakan atau merusak,
3) Keadaan-keadaan
lain :
12
2. Termasuk ruang lingkup perumusan kaidah hukum
1. Perbuatan
13
menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu dalam
adalah :
14
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau
culpa)
(1) KUHP.
lain-lain.
15
3. Kausalitas, yakni berhubungan antara suatu
feit adalah :
stand)
a. Perbuatan orang
“dimuka umum”
16
Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan. Kesalahan ini dapat
2. Pertanggungjawaban Pidana
berikut :
17
Disamping itu, adapun unsur-unsur dari
a. Mampu bertanggungjawab
1) Keadaan jiwanya :
2) Kemampuan jiwanya :
b. Kesalahan
18
keadaan atau akibat yang dilarang oleh hukum pidana dan
2012:77)
Ilyas; 2012:78)
19
timbul dari padanya ialah: „Tiada Pidana, tanpa Kesalahan”
D. Rahasia Kedokteran
kesehatan.
antara “berkas” yang memuat rahasia medis dan “isi” (materi dari
20
dibidang kedokteran, dan bukan rahasia sang dokter. Kata
menyatakan bahwa :
21
bukan wewenang dokter atau instalasinya untuk
mempertimbangannya”.
bahwa rahasia medis itu adalah milik pasien. Dokter hanya dititipi
berkasnya adalah milik rumah sakit dan yang tidak boleh dibawa ke
luar dari rumah sakit, oleh siapa pun. Juga tidak dibawa pulang oleh
dokternya ataupun oleh pasiem itu sendiri. Berkas rekam medik harus
tidak! Berkas itu adalah milik rumah sakit dan harus tetap berada dan
disimpan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena berkas itu sangat
penting bagi rumah sakit yang dapat dipakai sebagai barang bukti
pasien adalah fotokopi dari rekam medis tersebut dan bukan aslinya.
Ada juga sementara rumah sakit yang tidak mau menyerahkan fotokopi
22
dari rekam medis kepada pengacara pasien. Namun menurut Guwandi
karena berdasarkan Pasal 43 KUHP berkas itu atas izin khusus dari
buktinya.
dunia”.
pasien, baik oleh keluarganya atau oleh pasien itu sendiri harus
hanya untuk pindah rumah sakil lain atau untuk berobat keluar negeri
pun, sudah cukup jika diberikan apa yang dinamakan Medical Report
yang diberikan juga tidak akan ada gunanya, karena masih dalam
mungkin pada dewasa ini masalah rahasia medis bagi orang kita tidak
23
dimana jika seorang anggota keluarga menderita sakit juga merupakan
yang tidak boleh atau tidak dikehendaki untuk diketahui oleh orang
24
pasien”. Bukankah isi rekam medis adalah rahasia? Bagaimana
25
diucapkan setelah diangkat sebagai pegawai negeri sipil maupun
ABRI.
Contoh-Contoh :
Rahasia Pekerjaan
Lafal sumpah dokter:
Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan merahasiakan
segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter.
Lafal sumpah/janji perawat kesehatan:
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya sebagai perawat
kesehatan tidak akan menceritakan kepada siapapun segala
rahasia yang berhubungan dengan tugas saya kecuali jika
diminta pengadilan untuk keperluan kesaksian.
Rahasia Jabatan:
Lafal sumpah pegawai negeri :
Saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya
atau menurut perintah harus saya rahasiakan. (Pitono Soeparto,
dkk, 2006:180)
Rahasia Jabatan
dengan jabatan/pekerjaannya.
pula.
26
Seseorang yang akan menduduki jabatan tertentu, pada
sebagai rahasia”,
sesuatu yang mungkin saya dengar atau yang mungkin saya lihat
tugas jabatan itu; semua itu akan saya pelihara sebagai rahasia:.
27
Jadi wajib penyimpan rahasia jabatan dilarang untuk
28
Menurut Murtika dan Prakoso (1992:90) Sejak permulaan
Pada saat ini yakni abad modern kurang lebih hal tersebut
dan layak. Hal ini bisa tercapai apabila si sakit dapat menaruh
29
Berdasarkan pada pokok pikiran tersebut, norma – norma
1966 mengatur :
30
a. Tenaga kesehatan menurut Pasal 2 Undang-Undang
Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1963 No. 78)
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
jabatan
31
b. Untuk kepentingan umum, seorang sopir yang menderita
tidak dikemukakan.
dahulu.
yang telah meninggal dunia, berpindah pada ahli warisnya. Ini tidak
32
hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang tidak beralih karena
33
apa ada kepentingan lain yang lebih utama. Dalam segala
Pekerjaan
1. Berdasarkan KUHP
34
(2) Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang ditentukan,
maka perbuatan itu hanya dituntut atas pengaduan orang itu”.
(R.Soesilo, 1988:232)
(2) Yang diartikan dengan “rahasia” yaitu suatu barang yang hanya
diketahui oleh yang berkepentingan, sedangkan orang lain
belum mengetahuinya. Siapakah yang diwajibkan menyimpan
rahasia itu, tiap-tiap peristiwa harus ditinjau sendiri-sendiri oleh
hakim, yang masuk disitu misalnya seorang dokter harus
menyimpan rahasia sakit pasiennya.
35
a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
Sakit
Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan
pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan.
Pasal 58
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
36
termasuk “kerugian” akibat pelayanan kesehatan termasuk
Penyakit Menular
37
“Wajib menyimpan rahasia yang dimaksud dalam Pasal 1
ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut Pasal 2 Undang-Undang
Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1963 No. 78)
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
Kesehatan
Kedokteran Indonesia.
bahwa :
38
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui tentang seorang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia.
mutlak.
merupakan hak dasar manusia. Oleh karena itu, dokter maupun pasien
39
diketahui karena ada juga hubungan profesional dokter-pasien yang
1. Hak Pasien
40
termasuk pula identitas dokter yang merawat serta aturan-
41
Walaupun pada dasarnya setiap dokter dianggap
tersebut.
meninggal.
Tindakan Medis
42
medis tertentu, melainkan dokter harus menjelaskan resiko
penolakan itu.
tersebut).
second opinion.
43
7. Hak untuk Mengetahui Isi Rekam Medis
2. Kewajiban Pasien
dokter dapat terlepas dari kesalahan. Hal ini sangat erat pula
44
kaitannya dengan apa yang disebut “itikad baik” dari pasien
45
Kewajiban ini perlu ditegakkan untuk tercapainya
5. Kewajiban Beterus-terang
Diketahuinya
dokter.
3. Hak Dokter
46
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
b. Memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
c. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya, dan
d. Menerima imbalan jasa.
Menurut Achadiat (2006:16) hak-hak dokter tersebut
antara lain :
(SPM)
47
Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien,
kerahasiaan pribadinya.
48
hubungan professional dokter-pasien sangat diwarnai oleh
profesional dokter-pasien.
Pengadilan
49
permintaan tersebut”, sehingga dapat dikatakan bahwa hak
4. Kewajiban Dokter
50
3. Kewajiban yang berkaitan dengan Standar Profesi Medis
yakni :
1) Kewajiban umum
1. Duty (kewajiban)
51
Perlu dicatat pula bahwa keempat unsur formula
penting adalah :
52
e. Dengan sarana dan upaya yang memenuhi perbandingan
tersebut.
Medis
53
1365 KUHP perdata. Mengenai rumusan rahasia medis,
Menular)
tertulis)
praktik dokter)
54
pihak yang dapat dimintai persetujuannya) dokter dapat
55
pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesi)nya. Persidangan
pula sebaliknya.
memperoleh :
56
1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari
57
MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk :
kedokteran gigi.
Tugas MKDKI :
Pasal 4)
Anggota MKDKI terdiri dari dokter, dokter gigi, dan sarjana hukum
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
terbuka.
59
C. Teknik Pengumpulan Data
akan diteliti.
60
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pasien
diungkapkan.
2. Keperluan asuransi
61
pasien atas pengungkapan rahasia medisnya. Dalam hal ini, dokter
3. Dokter perusahaan
62
keluar dari Rumah Sakit atas perintah peradilan. Seperti yang
tercantum dalam :
Pasal 51 KUHP :
diperintah itu.
6. Menjalankan undang-undang
7. Di peradilan
Dipakai sebagai alat bukti yang sah. Menurut hukum, setiap warga
63
saksi ahli. Maka dapat terjadi bahwa seorang yang mempunyai
Barang siapa yang secara sah dipanggil sebagai saksi, saksi ahli,
dipenuhi hukum :
lama 9 bulan;
lama 6 bulan.
seperti ini. Di satu sisi jika dokter tidak memenuhi panggilan bisa
64
ditanyakan kepadanya. Dalam situasi ini tidak ada persoalan
pribadi pasien.
65
1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau
alasan yang dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak
dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak berbicara itu
8. Daya paksa
66
Hal tersebut di atas secara lebih umum diatur pada Pasal
a. Perintah undang-undang;
b. Perintah pengadilan;
e. Kepentingan pasien.
Kedokteran
67
dimintakan dulu pendapat dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Etik Kedokteran (MKEK) yang berada pada naungan IDI (Ikatan Dokter
Indonesia).
yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi dalam penerapan disiplin
68
Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara
yaitu Majelis Pemeriksa Disiplin. Anggota dari MPD ini berasal dari
69
1. Peringatan tertulis
mendukung keberatannya.
70
71
Dalam hal menjamin netralitas MKDKI, Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang
sebagai berikut :
sebuah unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM pada tanggal 23 Mei
sempat dirawat di Rumah Sakit UKI dan Rumah Sakit Pusat Pertamina
72
3. Tanggal 10 Juni berobat ke Rumah Sakit Pasar Rebo dengan
RS UKI.
teriak di RS UKI.
pindah ke RSPP.
RSPP.
73
cerebral/intracranial dan struktur tulang tidak menunjukkan
kelainan.
Direktur Medis yang disaksikan oleh ayah dan ibunya, Biro Rektor
sudah mengetahui.
sistemik)
12. Tanggal 21 Juni 2008, Pukul 18.00 WIB sekitar 100 mahasiswa
masuk ke rumah sakit dan ruang unit gawat darurat (UGD) sambil
74
dan hasil foto CT Scan kepala. Penjelasannya tidak diterima dan
hasil reaktif. Perbuatan dokter dan Rumah sakit ini dianggap telah
keluarga pasien.
75
mengumumkan rekam medis yang merupakan pelanggaran rahasia
kepada IDI lalu IDI akan menyaring aduan tersebut apakah benar
MKEK maka pengaduan tidak sah dan ketika pengaduan sah maka
bersalah maka dapat dilaksanakan banding atau bina dan ketika dokter
Dengan ini,
76
77
Berdasarkan hasil wawancara melalui telpon dengan Wakil
Ketua MKDKI Dr. Sabir Alwi SH., MH tanggal 06 Januari 2015 bahwa
78
bidang kesehatan dapat mengenyampingkan aturan umum
alat bukti awal yaitu alat bukti surat dalam proses pengaduan pada
hanya sampai pada Sidang Kode Etik dengan sanksi administratif yang
79
Namun, tidak tertutup kemungkinan kasus Tindak Pidana
80
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
82
hukum, tetapi dimintakan dulu pendapat dari Majelis Kehormatan
B. Saran
83
dapat melalui MKEK atau MKDKI dalam menangani kasus etika
84
DAFTAR PUSTAKA
Anny Isfandyarie. 2006 Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Asmawati dan Sri Rahayu Amri. 2011. Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan. Makassar : Pustaka Refleksi.
E.Y. Kanter, S.R. Sianturi, 2002. Azaz – Azaz Hukum Pidana di Indonesia
dan Penerapannya, Jakarta : Storia Grafika.
85
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Jakarta : EGC.
Pitono Soeparto, dkk. 2006. Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan Edisi
Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.
Rusli Effendy dan Poppy Andi Lolo. 1989. Asas-Asas Hukum Pidana.
Ujung Pandang : Lembaga Percetakan dan Penerbitan Umi.
86
Daftar Undang-Undang
Kedokteran;
Tindakan Kedokteran;
Kedokteran Indonesia;
Gigi.
87
88
SURAT PENELITIAN PN (SCAN)
89
SUR AT PENELITIAN IDI (SCAN)
90