Anda di halaman 1dari 77

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Mencegah dan

Menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali Mandar

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH)
Pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah Dan Hukum
(UIN) Alauddin Makassar

Oleh :

Muhamad Jihad Baharuddin


NIM.10400115064

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Jihad Baharuddin

NIM : 10400115064

Tempat/Tgl. Lahir : Tammangalle, 27 Mei 1998

Jur/Prodi/Konsentrasi : Ilmu Hukum/Hukum Pidana

Fakultas/Program : Syariah dan Hukum/S1

Alamat : Perumahan Pesona Prima Griya blok B1 No.4

Judul : Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam


Mencegah dan Menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab.
Polewali Mandar

Menyatakan dengan sesungguhnya dengan penuh kesadaran bahwa skripsi ini


benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 05 November 2020

Penyusun

Muhammad Jihad Baharudiin


NIM: 10400115064

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul “Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam


Mencegah dan menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali
Mandar”, yang disusun oleh Saudara Muhammad Jihad Baharuddin, NIM :
10400115064, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, telah diuji dan
dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Selasa
27 oktober 2020 M bertepatan dengan 10 Rabi‟ul-Awal 1142 H, dan dinyatakan
telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana
Hukum (S.H) pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar
(dengan beberapa perbaikan).
Samata, 2 Desember 2020… …
17 Rabi‟ul-Akhir 1442 H
DEWAN PENGUJI:

Ketua : Dr. H Muammar Muh. Bakry, Lc, M.Ag. (………............)

Sekretaris : Dr. Marilang, S.H., M.Hum. (………............)

Munaqisy I : Dr. Hamsir, S.H., M.Hum (………............)

Munaqisy II : Ashabul Kahfi, S.Ag., M.H (………….…...)

Pembimbing I : Dr. Ahkam Jayadi, S.H., M.H (………….…...)

Pembimbing II : Muhammad Anis, S.Ag., M.H (………….…...)

Disahkan oleh
Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar

Dr. H. Muammar Muhammad Bakri, Lc., M.Ag


NIP. 19731122 20012 1 002

iii
KATA PENGANTAR

ِ ‫ح ْي‬
ِ‫م‬ َّ ‫ن‬
ِ ‫الر‬ َ ‫ح‬
ِِ ‫م‬ َّ ‫للا‬
ْ ‫الر‬ ِِ ِِ
‫ــــــــــــــــــم‬ ْ ِ‫ب‬
‫س‬
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Segala puji Allah Subhana wata’ala, Rabb bagi seluruh alam semesta,

yang memberi nikmat bagi setiap manusia nikmat kesehatan, nikmat kesempatan,

dan nikmat tak kalah pentingnya nikmat keimanan yang dititipkan pada

insanpilihanNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam yang telah membawa kita kejalan yang

lurus seperti yang kita rsakan saat ini.

Skripsi ini berjudul Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam

Mencegah dan Menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali Mandar

merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Strata 1 (S1) program

studi Ilmu Hukum pada fakultas syariah dan hukum UIN Alauddin Makassar

Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat

mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis

temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi Alhamdulillah dengan pertolongan Allah

SWT dan do‟a orangtua yang selalu menyertai penulis membuat penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Baharuddin, S.pd

dan ibunda Mardiara, S.km atas do‟a, dukungan, cinta dan kasih yang tak pernah

iv
putus diberikan yang tidak mampu penulis membalasnya hingga kapanpun. Tak

lupa penulis ucapkan terimakasih kepada saudara-saudara penulis (Nur. Khafifah

Lutfia Baharuddin, Nurul Naswa Aulia Baharuddin, Nur Aqila Fakiriah

Baharuddin) yang tidak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah bagian dari

motivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Ahkam

Jayadi., S.H., M.H selaku dosen pembimbing I dan Bapak Muhammad Anis.,

S.Ag., M.H selaku pembimbing II atas segala arahan, petunjuk, motivasi, dan

bimbingan yang diberikan dengan penuh kesabaran hingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada

dosen penguji dalam ujian skripsi ini yakni Bapak Dr. Hamsir., S.H.,M.H selaku

penguji I dan Bapak Ashabul Kahfi., S.H., M.H selaku penguji II.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga,

sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberi motivasi, nasihat , saran dan kritik

yang membangun kepada penulis sehingga penulis akhirnya mampu

menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih dan

hormat setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D Selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, II, III, dan IV

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar;

2. Bapak Dr. Muammar Muhammad Bakry, Lc, M.Ag. selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar beserta jajarannya;

v
3. Bapak Dr. Rahman Syamsuddun, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Hukum UIN Alauddin Makassar;

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf Akademik dan pegawai Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar;

5. Keluarga besar VON15 Angkatan 2015 Ilmu hukum terimkasih atas motivasi

dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis;

6. Teman-teman kelas Ilmu Hukum B terkhusus kepada teman-teman yang yang

telah menemani hari-hari penulis selama perkuliahan.

7. Teman-Teman Praktek Pengenalan Lapangan Penulis yang senantiasa

memberi dukungan kepada penulis;

8. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata Ang. 60 Desa Marinding, Kecamatan Bajo

Barat, Kabupaten Luwu terimkasih karena telah bersama-bersama mengabdi

menciptakan kenangan.

9. Sahabat-sahabat penulis Hajrahwati Gama S.H, Hilmia S.H, Nur Aima S.H

tim menyusun yang tiada henti memberi motivasi dan dukungannya yang

sangat besar hingga akhir penulisan skripsi ini. Tim yang tiada henti

meluangkan waktunya untuk penulis serta cinta dan kasih yang diberikan

yang tidak bisa penulis sampaikan karena telah tersimpan dan terpatri dalam

hati penulis.

10. Sahabat-sahabat penting yang juga penulis sudah anggap sebagai saudara

Mardianto S.H, Harry Adhaq S.H, Nur Zaldi S.H, Syahrifal Alqadri S.H,

Ahmad Maulana S.H, Dedy Aswandi S.H, Ayyub Rijali Alang S.H, Janwar

S.H, Tuffatul Abarar Al Amanah S.H, Azman S.H, Alvi Anggriani S.H,

vi
Muhammad Nabhan, terimakasih karena selalu ada dan bertahan disamping

penulis juga kepada Ahmad Syauki, Ari Haryadi, Andi Perkasa yang telah

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

11. Teman-teman Bakulipa Squad, yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi penulis.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu.

Dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini

masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat

membangun penulis harapkan demi kelayakan dan kesempurnaan agar dapat

bermanfaat untuk semua orang.

Samata, 10 September 2020


Penyusun

Muhammad Jihad Baharuddin

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................................... ii


PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii
ABSTRAK ........................................................................................................................ x
BAB I ................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................1
B. Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus .................................................................8
C. Rumusan Masalah ..............................................................................................10
D. Kajian Pustaka ....................................................................................................10
E. Tujuan Penelitian dan kegunaan penelitian ......................................................11
BAB II .............................................................................................................................12
A. Sistem Hukum Di Indonesia ...............................................................................12
B. Peranan Badan Narkotika Nasional ...................................................................16
1. Pengertian Peranan ........................................................................................16
2. Pengertian Badan Narkotika Nasional (BNN) .............................................17
3. Tugas Badan Narkotika Nasional .................................................................17
4. Fungsi Badan Narkotika Nasional ................................................................19
5. Dasar Hukum Terbentuknya Badan Narkotika Nasional ...........................21
C. Tinjauan umum tentang Pencegahan ................................................................21
1. Pengertian Pencegahan ..................................................................................21
2. Bentuk-bentuk Pencegahan ...........................................................................22
D. Tinjaun umum penanggulangan ........................................................................22
1. Pengertian Penanggulangan ..........................................................................22
2. Bentuk-bentuk Penanggulangan ...................................................................22
E. Ruang lingkup Narkoba ......................................................................................23
1. Pengertian Narkoba .......................................................................................23
2. Penggolongan Narkoba ..................................................................................24
3. Jenis-jenis Narkoba ........................................................................................26

viii
4. Bahaya yang di timbulkan bagi pemakai narkoba ......................................31
5. Faktor penyebab penggunaan narkoba ........................................................32
BAB III ...........................................................................................................................34
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................................................34
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................................35
C. Sumber Data ........................................................................................................35
D. Metode Pengumpulan Data.................................................................................36
E. Instrumen Penelitian ...........................................................................................37
F. Teknik Pengolahan dan Analisis data ................................................................37
BAB IV............................................................................................................................38
A. Gambaran Umum BNN Kab.Polewali Mandar ..................................................38
B. Peran BNN Dalam Pemberantasan Narkoba Di Polewali Mandar ...................42
C. Tingkat Pengguna Narkoba di wilayah BNNK Polewali Mandar ..................52
BAB V .............................................................................................................................54
A. Kesimpulan ..........................................................................................................54
B. Saran ...................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................56
A. Sumber Buku ......................................................................................................56
B. Peraturan Perundang-undangan ......................................................................59
C. Jurnal ..................................................................................................................59
D. Internet................................................................................................................59
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................60
LAMPIRAN

ix
ABSTRAK
Nama : Muhamad Jihad Baharuddin
Nim : 10400115064
Judul : Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Mencegah
dan Menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali Mandar

Pokok masalah yang penulis angkat pada skripsi ini dilatarbelakangi oleh
Peredaran narkotika di Indonesia yang terus cenderung meningkat terkhusus di
kabupeten atau kota dimana hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap
kelangsungan hidup dan masa depan pelakunya juga sangat membahayakan bagi
kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Kemudian dirumuskan dalam
beberapa sub masalah yaitu : 1. Bagaimana peran Badan Nasional Narkotika
(BNN) dalam mencegah dan menanggulangi peredaran narkoba di kab. Polewali
mandar?, 2. Bagaimanakah tingkat peredaran narkoba di Kabupaten Polewali
Mandar?.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian field research dengan cara


memperoleh dan mengumpulkan data yang mempunyai kaitan dengan materi yang
akan diselesaikan dalam skripsi ini menggunakan berbagai data skunder seperti
peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat
berupa pendapat para sarjana dan data lain yang diperoleh dilapangan dilakukan di
Badan Narkotika Nasional (BNN) di kab.Polewali Mandar untuk membantu
penulis menyelesaikan penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sosialisasi, kerjasama berbagai


pihak, serta membentuk tim pengawas disetiap daerah merupakanu upaya BNN
dalam pemberantasan narkoba di kota Polewali Mandar. Kemudian berdasakan
hasil servei terdapat 12.000 orang meninggal sia-sia setiap tahunnya akibat
penyalagunaan narkoba atau rata-rata 32 orang setiap hari.

Kata kunci : BNN, Narkotika, Pencegahan.

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Didalam perkembangan kejahatan dan penyalahgunaan narkotika

menunjukan adanya kecenderungan yang terus meningkat dan narkotika itu

sendiri sudah merupakan tren serta gaya hidup bagi sebagian banyak masyarakat.

Penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang menyangkut seluruh aspek

kehidupan manusia, baik fisik, biologik, psikologik, dan sosial. Dampak dari

penyalahgunaan narkotika mencakup kematian dini, kecacatan fisik, dan kerugian

sosial ekonomi masyarakat, maka sangat diperlukan tindakan pecegahan dan

penanggulangan peredaran narkotika1.

Untuk itu pemerintah Indonesia terus berupaya dalam menanggulangi

kejahatan yang mencakup pada permasalahan narkotika dengan membentuk

Badan Narkotika Nasional. BNN di dibentuk menggantikan Badan Koordinasi

Narkotika Nasional yang dibentuk pada tahun 1999 dengan pertimbangan bahwa

lembaga itu sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan

keadaan. Pembentukan BNN sendiri berdasarkan atas landasan hukum yang telah

ditetapkan, yang tercantum dalam keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

17 tahun 2002 yang kemudian diganti dengan peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.2

1
Rina Heningsih Gustina Tampubolon, Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN)
DalamPenanggulangan Narkoba Di Kota Samarinda, Universitas Mulawarman, 2015, Diakses
pada tanggal 15 juli 2019 jam 19:54 wita.
2
BNN. Pencegahan Penyalahgunaan narkoba. (Jakarta:2009) hal.06
Mendengar kata narkotika di ucapkan, seringkali memberikan bayangan

yang negatif tentang dampak yang tidak diinginkan, hal ini dikarenakan narkotika

sangat identik dengan perbuatan jahat, terlarang dan melanggar peraturan.

Narkotika merupakan bagian dari narkoba, yaitu segolongan obat, bahan atau zat

yang apabila masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh terutama pada jalannya

fungsi otak dan sering menimbulkan ketergantungan, terjadi perubahan dalam

kesadaran, pikiran, perasaan, dan perilaku pemakainya. Ada lima faktor utama

penyebab seorang rawan terhadap narkotika atau kecanduan terhadap hal-hal lain.

Penyebab itu adalah keyakinan adiktif, kepribadian adiktif, ketidakmampuan

menghadapi masalah, tidak terpenuhinya kebutuhan emosi, sosial, dan spiritual,

serta kurangnya dukungan sosial.3

Adapun dalil-dalil tentang haramnya narkoba yaitu :

Pertama, firman Allah Suhanahu Wa Ta‟ala,

ٍَ‫سٕلَ يتَّبِعٌَُٕ ٱنَّذِي‬


ُ ‫ٱنز‬
َّ ٗ ََّ ‫م ٱنتَّ ْٕر ٰى َِت فِٗ ِعُذ ُْ َْى ي ْكتُٕبًب ي ِجذَُٔ ۥُّ ٱنَّذِٖ ْٱْل ُ ِّي‬
ََّ ‫ٗ ٱنَُّ ِب‬ َِ ‫َجي‬ ِ ْ ٔ ‫يأْ ُي ُز ُْى‬
ِ ‫ٱْل‬

ِ ‫ٍ ٔي ُْٓ ٰى ُٓ َْى بِ ْٲنً ْع ُز‬


َ‫ٔف‬ َِ ‫ت ن ُٓ َُى ٔي ُِحمَ ْٱن ًُُك َِز ع‬ ََّ ‫صز ُْ َْى ع ُْ ُٓ َْى ٔيض َُع ْٱنخ ٰبَٰٓئِثَ عه ْي ِٓ َُى ٔيُح ِ ّز َُو‬
َِ ‫ٱنطيِّ ٰب‬ ْ ِ‫إ‬

َ‫ت ٱنَّتِٗ ٔ ْٱْل ْغ ٰهم‬


َْ َ‫ِٖ ٱنُٕرَ ٔٱتَّبعُٕاَ َٔص ُزَُِٔ ٔع َّز ُرَُِٔ بِِۦّ ءايُُٕاَ فٲنَّذِيٍَ َۚ عه ْي ِٓ َْى كب‬ ِ ُ ‫َۚ يع ََٰٓۥُّ أ‬
ََٰٓ ‫َزلَ ٱنَّذ‬
َٰٓ
َ‫ْٱن ًُ ْف ِه ُحٌَٕ ُْ َُى أُٔ ٰنئِك‬

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi

3
Ey tri lak sono, Upaya Penanggulanagn Peredaran dan Penyalahgunaan Narkotika di
Wilayah Pedesaan, Universitas Brawijaya, 2015, diakses pada tanggal 15 juli 2019 jam 19:56
wita.

2
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka

dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik

dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka

beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang

yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya

yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang

yang beruntung.” (Qs. Al A‟raf [7]: 157). Setiap yang khobaits terlarang dengan

ayat ini. Di antara makna khobaits adalah yang memberikan efek negative, seperti

narkoba.

Hadits Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam,

ُ ََّٗ‫َََٔي ٍَْتحس‬,‫برَجَُّٓىَيتزدََّٖفِيٓبَخب ِنذًاَ ُيخهَّذًاَفيٓبَابذًا‬


َُّ‫س ًَّبَفقتمََ ْفس‬ ِ ََ‫ََّٖي ٍَْجب ٍمَفقتمََ ْفسَُّف َُٕٓفي‬
ِ ‫ي ٍَْتزد‬

َ‫ََٔي ٍَْقتمََفْسَُّبِح ِذيْذةٍَفح ِذيْذتَُُّفِيَي ِذَِِيتٕ َّجأَُفي‬,‫برَجَُّٓىََخب ِنذًاَ ُيخهَّذًاَفيٓبَأبذًا‬


ِ ََ‫س ًََُّّفيَي ِذَِِيتحسَّبَُِفي‬
ُ ‫ف‬

‫برَجَُّٓىَخب ِنذًاَ ُيخهَّذًاَفِيْٓبَأبذًا‬ ْ ‫ب‬


ِ ََ‫طُِ َِّفِ ْي‬

Artinya: “Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga

mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung

dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak

racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di

dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa

yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia

tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya”.

(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu „Anhu).

3
Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang

menyebabkan dirinya sendiri binasa.

Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab yang bisa mengantarkan pada

kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan racun. Sehingga hadits ini

pun bisa menjadi dalil haramnya narkoba.

Seperti halnya didalam rana negara kita sendiri yaitu Negara Indonesia ,

negara Indonesia merupakan negara yang menganut sistem hukum, dimana

hukum itu dirumuskan kedalam beberapa unsur-unsur serta beberapa ciri-ciri yang

terkandung didalamya.4

Negara yang majemuk seperti Indonesia, memang menghadapi berbagai

problem berkaitan dengan sistem hukum. Hukum yang menghendaki adanya

kesatuan masyarakat akan kesulitan dalam menghadapi kemajemukan masyarakat,

baik dari sisi etnis, dari sisi kultur dan terlebih lagi dari sisi agama atau

kepercayaan.5 Hukum yang dianut oleh Indonesia adalah hukum pidana, hukum

pidana adalah hukum yang mengatur teentang bagaiaman suatu perbuatan yang

dilarang oleh Undang-undang sekaligus sanksi pidana yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku.6

Salah satu penerapan hukum pidana di Indonesia yaitu hukum yang diatur

diluar KUHP atau hukum yang memiliki Undang-undang tersendiri atau khusus

yaitu adalah narkoba.

4
Rahman Syamsddin dan ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2014), h.2.
5
Jayadi, Ahkam. "MEMBUKA TABIR KESADARAN HUKUM." Jurisprudentie:
Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 4.2 (2017): 11-23.
6
Bambang Waluyo, Pidan dan Pemidanaan (Jakarta:Sinar Grafika, 2004), h.5.

4
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain

narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,

Psikotropika, dan Zat adiktif. Semua istilah ini mengacu pada kelompok senyawa

yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35

tahun 2009). Di satu sisi narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Namun, disisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan

apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian serta pengawasan yang ketat.7

Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek

yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang

penggunaan narkotika tanpa izin. Keadaan yang demikian ini dalam tataran

empirisnya, penggunaan narkotika sering disalahgunakan bukan untuk

kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi jauh dari pada itu,

dijadikan ajang bisnis yang menjanjikan dan berkembang pesat, yang mana

kegiatan ini berimbas pada rusaknya fisik maupun psikis mental pemakai

narkotika khususnya pada generasi muda.

7
Juliana lisa Fr dan Negah Sutrianah W, Narkoba Psikotropika dan Gangguan Jiwa, (cet,
1 Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), h.1-3

5
Pada tahun 2015, Sulawesi Barat menempati ranking ke 16 dari 34

provinsi di Indonesia untuk tingkat prevalensi penggunaan Narkoba dengan angka

1,90%. Angka ini sangat jauh dari tahun 2008 yang hanya menempati urutan ke

29 dari 34 provinsi. Artinya, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap

penyalahgunaan narkoba dan serta jumlah narkoba yang beredar di Sulawesi Barat

selama rentan waktu tersebut.

Di wilayah Sulawesi Barat, fokus utamanya adalah wilayah Kabupaten

Polewali Mandar yang berbatasan langsung dengan Sulawesi Selatan (Kab.

Pinrang). Tidak mengherankan kemudian, Kabupaten Polewali Mandar

menduduki urutan pertama tingkat penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Barat,

Menyusul Kabupaten Mamuju di urutan kedua.

Penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah.

Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah memperoleh

narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja masalah

ini dapat membuat orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir.

Hal ini merupakan suatu ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan

hidup dan masa depan pelaku penyalahgunaan narkoba itu sendiri, akan tetapi

juga sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh

sebab itu untuk mengatasi peredaran dan penyalahgunaan narkotika, Badan

Narkotika Nasional (BNN) sangatlah memiliki peran penting, yang diharapkan

dapat menanggulangi masalah narkotika karena BNN merupakan lembaga

pemerintahan yang di khususkan untuk menangani pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

6
Badan Narkotika Nasional adalah sebuah lembaga pemerintahan non

kementrian Indonesia yang mempunyai tugas pemerintahan dibidang pencegahan

dan pemberantasan narkotika. Badan Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang

kepala yang bertanggung jawab kepada presiden melalui Kepala Kepolisian

Republik Indonesia. Dasar hukum Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga

pemerintahan non kementrian adalah Peraturan Presiden Nomer 23 Tahun 2010

tentang badan Narkotika Nasional.

Selanjutnya untuk memaksimalkan Undang-Undang No 35 Tahun 2009

dalam usaha mencegah dan memberantas peredaran narkoba di Indonesia

dibuatlah Inpres RI No.12 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi

Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba tahun 2011-2015. Instruksi ini pun dibuat dalam upaya untuk lebih

memfokuskan pencapaian “Indonesia Negeri Bebas Narkoba.

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika

diperlukan adanya peranan orang tua sebagai sosok teladan, peran pendidik untuk

selalu mengenal figure anak didiknya secara mendalam, peran masyarakat yang

selalu memiliki rasa tanggung jawab untuk berperan aktif dan berupaya

membantu pencegahan penyalahgunaan narkotika di lingkungan masyarakat.

Peredaran gelap narkotika di Indonesia khususya kabupeten atau kota

menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan

ancaman yang serius bukan hanya terhadap kelangsungan hidup dan masa depan

7
pelakunya tetapi juga sangat membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa

dan Negara.8

Selain tugas dari Badan Narkotika Nasional yang dapat menanggulangi

dan dapat mencegah peredaran Narkoba, maka Badan Narkotika Nasioanal juga

dapat melaukan program rehabilitasi medis terhadap pecandu dan penyalahgunaan

narkotika yang dimana Badan Narkotika Nasional (BNN) memiliki peran penting

yang bersinerji dan menjalin hubungan dengan beberapa lembaga diantaranya

dengan Kepolisian, Institusi penerima wajib lapor (IPWL) yang difasilitasi oleh

pemerintah setempat, lembaga pemasyarakatan dan juga elemen masyarakat. 9

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam

mencegah peredaran narkoba serta apa saja yang menjadi hambatan-hammbatan

di dalam proses pencegahan peredaran narkoba, dengan demikian peniliti tertarik

membuat penulisan yang berjudul Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dalam Mencegah Dan Menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali

Mandar.

B. Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus

1.Fokus Penelitian

8
Rudi Anto, Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam penegakan hukum
terhdap tindak pidana narkotika, Universitas Muhammadia Surakarta, 2010 diakses pada tanggal
16 juli 2019 jam 20:00 wita.
9
Rasdiana, “Jurisprudentie Volume 5, No 2 (20180”, Efektifias Pelaksanaan
Rehabilitasi Medis Terhadap Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika di Provinsi
Gorontalo, http:// Journal.uin.-alauddin.ac.id/index.php/Jurispudentie, diakses pada tanggal 17 juli
2019 jam 16:16 wita.

8
Skripsi ini berjudul “Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam

Mencegah Dan Menanggulangi Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali Mandar”.

Adapun fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana penerapan

program Badan Narkotika Nasional ( BNN) mencegah dan dan menanggulangi

peredaran narkoba di Kab. Polewali Mandar.

2. Deskripsi Fokus

Adapun deskripsi fokus, yaitu :

a. Peranan badan narkotika nasional

1) Peranan : adalah seperangkat tingkah laku yang di harapkan

oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu

sistem

2) BNN : Badan Narkotika Nasional adalah sebuah lembaga

pemerintahan non kementrian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas

pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan,

dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.

Badan Narkotika Nasional (BNN) di pimpin oleh seorang kepala yang

bertanggung jawab langsung kepada presiden.

b. Pencegahan dan penanggulangan narkoba

1) Pencegahan : adalah proses, cara, tindakan mencegah atau

tindakan menahan agar sesuatu ttidak terjadi.

2) Penanggulangan : adalah suatu proses yang dinamis, terpadu dan

berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang

berhubungan dengan penangan, merupakan rangkaian kegiatan yang

9
meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan

rehabilitasi.

3) Narkoba : Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah

keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku

jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara di makan,

diminum, dihirup, suntik,imtravena, dan lain sebagaiya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahan

yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana peran Badan Nasional Narkotika (BNN) dalam mencegah dan

menanggulangi peredaran narkoba di kab. Polewali mandar?

2. Bagaimanakah tingkat peredaran narkoba di Kabupaten Polewali Mandar?

D. Kajian Pustaka

Dalam tinjauan ini penulis akan memberikan penjelasana tentang masalah

pokok yang akan diuji dengan beberapa teori yang ada dalam literatur UU yang

digunakan.

Adapun permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan skripsi tersebut

yaitu Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam mencegah dan

menanggulangi peredaran narkoba di Kab Poleali Mandar.

Adapun beberapa buku yang digunakan dalam penulisan ini :

10
1. Buku yang berjudul Narkoba ancaman generasi mudah. Penulis M.Amir P.

Ali dan Imran Daus, didalam buku ini dibahas tentang bagimana Narkoba

membawah dampak pengaruh yang sangat buruk bagi generasi mudah

ataupun orang yang memakai dan mempengauhi kesehatan mentalnya.

2. Buku yang berjudul Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Didalam

buku ini dibahas tentang permasalahan Narkotika dari kajian kesehatan.

3. Teoli Bewamati Telaubanua, Peran Badan Narkotika Nasional Dalam

Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkotika Di kota Gunungsitoli, skripsi ini membahas tentang

bagaiaman Badan Narkotika asional melakukan upaya pencehana

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Sedangkan

penulis membahas tentang Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dalam Mencegah dan Menanggulangi Peredaran narkoba di Kab. Polewali

Mandar.

E. Tujuan Penelitian dan kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahau faktor penyebab terjadinya peredaran narkoba.

b. Untuk mengetahui bagaimana Peranan Badan Narkotika Nasional dalam

mencegah dan menanggulangi peredaran Narkoba.

2.Kegunaan Penelitian

11
Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat menghasilkan

kegunaan yang dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Teroritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan


berguna
serta bahan kajian hukum dan dalam menambah dan memperluas ilmu

pengetahuan hukum dalam bidang hukum pidana. Hasil penelitian ini dapat

diharapkan dalam memberikan konstribusi atau masukan bagi pelaksana

penelitian bidang yang sama serta masukan bagi pihak yang berkepentingan

terhadap, Peranan Badana Narkotika Nasional dalam menananggulangi dan

mencegah peredaran Narkoba di Kab. Polewali Mandar.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

penanggulangan dan mencegah peredaran Narkoba.

2) Dapat memberikan pemikiran atau solusi mengenai masalah hukum dalam

peredaran Narkoba.

3) Dapat dijadikan pedoman bagi para pihak atau peneliti lain yang ingin

mengkaji secara mendalam tentang implementasi peranan Badan Narkotika

Nasional dalam menanggulangi dan mencegah peredaran Narkoba.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sistem Hukum Di Indonesia

12
Pengertian Sistem Hukum Sistem Hukum berasal dari dua kata yaitu

„sistem‟ dan „hukum‟. Yang keduanya dapat berdiri sendiri dan memiliki arti

tersendiri. Sistem berasal dari bahasa Latin systema dan bahasa Yunani systema

pula, sistem dapat berarti sebagai keseluruhan atau kombinasi keseluruhan.

Sedangkan hukum tidak dapat diartikan secara pasti seperti halnya ilmu eksak,

karena dalam ilmu hukum, hukum itu sangat kompleks dan terdapat berbagai

sudut pandang serta berbeda-beda pula masalah yang akan dikaji. Sehingga, setiap

ahli memberikan pengertian-pengertian yang berbeda mengenai pengertian hukum

sendiri. Berikut diantaranya : Hukum adalah semua aturan yang mengandung

pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam

masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan

tugasnya.

( Prof. Mr. E.M. Meyers) Hukum adalah himpunan peraturan ( perintah

dan larangan ) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus

ditaati oleh masyarakat itu.

( Drs. E. Utrecht, S.H) Hukum merupakan kumpulan peraturan yang

terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan mewujudkan ketertiban dalam

pergaulan manusia.

(S.M. Amin, S.H) Hukum adalah peratuan-peraturan yang bersifat

memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,

yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, dan yang pelanggaran

terhadapnya mengakibatkan diambilnya tindakan, yaitu hukuman terentu.

13
( J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H) Dari

berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum merupakan

peraturan yang bersifat memaksa dan mengikat seseorang agar tercipta kehidupan

yang serasi dan selaras dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga,

sistem hukum dapat diartikan sebagai sekumpulan peraturan yang bersifat

memaksa demi terciptanya kehidupan yang serasi dan selaras dengan norma.

Bangsa Indonesia Menggunakan Sistem Hukum Campuran yaitu Bangsa

Indonesia menggunakan sistem hukum campuran antara Eropa Kontinental,

Hukum Adat, Hukum Agama khususnya Hukum Syariah Islam, serta tidak

mengesampingkan sistem hukum Anglo-Saxon.

Saat pertama mendengar istilah Hukum Eropa Kontinental yang ada

dipikiran kita pasti adalah negara-negara yang terletak di Benua Eropa. Namun,

ternyata meski berada dalam Benua Asia, Bangsa Indonesia juga menganut sistem

hukum Eropa Kontinental sebagai salah satu sistem hukumnya. Hal tersebut

terjadi dikarenakan Bangsa Indonesia mengalami penjajahan oleh Belanda selama

350 tahun yang tidak lain Belanda merupakan salah satu pendukung utama sistem

hukum Eropa Kontinental.

Dan selama masa penjajahan tersebut Belanda menerapkan asas

konkordansi, yang berarti sistem hukum Hindia-Belanda (Indonesia) berjalan

selaras dengan sistem hukum Belanda. Sehingga, secara mutatis mutandis sistem

hukum Eropa Kontinental telah diterapkan kepada Bangsa Indonesia.

Walaupun dominan menggunakan sistem hukum Eropa Kontinental,

Belanda juga melaksanakan sistem hukum adat (adatrechtpolitiek) kepada

14
masyarakat golongan pribumi asli. Sehingga, pada masa penjajahan Belanda di

Indonesia terjadi pluralisme hukum. Yang dalam perkembangannya lebih banyak

ditinggalkan karena pengaruh hukum kolonial yang cenderung kuat. Setelah

kemerdekaan, pengaruh Sistem Eropah Kontinental tampak dalam semangat untuk

melakukan kodifikasi dan unifikasi. Meskipun Hukum Adat tetap diakui, tetapi

pandangan yang lebih mengemuka adalah dalam pembangunan hukum maupun

optimalisasi fungsi hukum sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial

dilakukan melalui peraturan perundangundangan.

Pembangunan Sistem Hukum Indonesia Menurut Lawrence M.Friedman

Sistem hukum di Indonesia dewasa ini adalah sistem hukum yang unik, sistem

hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan

kompromi dari beberapa sistem yang telah ada.

Sistem hukum Indonesia tidak hanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi

juga mengakomodasi prinsip-prinsip umum yang dianut oleh masyarakat

internasional. Namun, pada masa-masa seperti sekarang ini banyak kalangan yang

memberikan penilaian yang kurang baik terhadap sistem hukum Indonesia.

Bobroknya sistem hukum di Indonesia, diibaratkan orang sakit akibat

merokok. Jika dianalogikan, orang sakit karena merokok justru tidak pernah mau

mengakui jika sakitnya karena rokok. “Kalau perokok, datang ke dokter, akan

selalu bilang, saya sakit. Tapi pasti tidak mau mengaku karena rokok, karena ingin

tetap merokok,” Analogi tersebut sebagai perumpamaan kepada institusi polisi,

jaksa dan hakim yang tidak pernah mengakui institusinya salah. Setiap kali ada

kasus, mereka selalu menunjuk itu ulah oknum. “Harusnya mereka mengakui

15
supaya tidak mengulangi. Jangan seperti perokok yang tidak mau mengaku

merokok,”

Untuk mengetahui lebih mendalam lagi, kita perlu mempelajari apa yang

menjadi unsur-unsur pokok sistem hukum itu. Para ahli memiliki pendapat

sendiri-sendiri mengenai sistem hukum. Namun, pada kesempatan kali ini kita

akan lebih terfokus pada sistem hukum menurut Lawrence M.Friedman.

B. Peranan Badan Narkotika Nasional

1. Pengertian Peranan

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem.

Peranan (Role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).

Apabila seseorang itu melaksanakan hak dan kewajiban yang sesuai dengan

kedudukannya maka diasudah menjalankan peranannya. Sehingga setiap orang

tersebut mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola pergaulan

hidupnya masing-masing. Hal ini sekaligus memberikan defenisi bahwa peranan

ini sangat berarti dalam menentukan apa yang diperbuat bagi masyarakat serta

kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Sehingga dari itu

peranan sangat penting karena mengatur perilaku seseorang. Peranan juga diatur

oleh norma-norma.

Pengertian peranan menurut ahli

a. Soerjono Soekanto

16
Peran merupakan suatu bentuk konsep tentang perihal apa yang dapat

dilakukan oleh individu yang merupakan bagian penting bagi struktur sosial

masyarkat, perarnan ini diartikan dalam rangkaian peraturan yang membimbing

seseorang di dalam kehidupan masyarakat.

b. Hartono dan Hunt

Peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang

memiliki suatu status.10

2. Pengertian Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahguanaan dan

peredaran gelap narkotika, dan persekuro narkotika, dengan Undang-Undang No.

35 Tahun 2009 Pasal 64 tentang Narkotika maka dibentuklah Badan Narkotika

Nasional (BNN).

Badan Narkotika Nasional merupakan sebuah lembaga pemerintahan

nonkementrian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab

kepada Presiden. Badan Narkotika Nasional (BNN) berkedudukan di ibukota

negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia

yang mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten atau kota.Badan

Narkotika Nasional (BNN) dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oelh

seorang sekretaris utama, (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009).

3. Tugas Badan Narkotika Nasional

Seusai dengan ketentuan pasal 70 undang-undann no. 35 tahun 2009 Badan

Narkotika Nasional (BNN) menpunyai tugas:

10
Sorjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
2002), h.243

17
a. Menyusun dan melaksakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan

pemberantasan penyalahguanaan dan peredaran gelap narkotika dan persekuro

narkotika.

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan persekuro narkotika.

c. Berkoordinasi dengan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan persekuro narkotika.

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun

masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan persekuro narkotika.

f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan persekuro

narkotika.

g. Melakukan kerja sama bilateral dan multirateral baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap narkotika dan

persekuro narkotika.

h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan persekuro narkotika.

i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan gelap narkotika dann persekuro narkotika.

18
j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. 11

4. Fungsi Badan Narkotika Nasional

Untuk menunjang tugas-tugas di atas, maka Badan Narkotika Nasional

(BNN) menjalankan fungsi:

a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional dibidang

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotropika, dan prekurso serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk

tembakau dan alkohol yang disingkat dengan P4GN.

b. Penyusunan, perumusan dan petapan norma, standar, kriteria, dan

prosedur P4GN.

c. Penyusunan perencanaan, program, dan anggaran BNN.

d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,

pemberdayaan masyarakat, pemberantasan rehabilitasi, hukum dan kerja sama di

bidang P4GN.

e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di

bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi

hukum, dan kerja sama.

f. Pelakasanaan pembinaan teknis di bidag P4GN kepada instansi

vertikal di lingkungan BNN.

g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen

masayarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan

kebijakan nasional di bidang P4GN>

11
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang narkotika, Bab XI Pasal 64.

19
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di

lingkungan BNN.

i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta

masyarakat.

j. Pelakasanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan persekuro narkotika.

k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisir di bidang

narkotika, psikotropika, dan persekuro serta bahan adiktif lainnya.

l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen

mastarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam

masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan atau pecandu

narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya.

m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan

adiktif lainnya.

n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan

atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya.

o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan

perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

p. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di

bidang P4GN.

q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN

di lingkungan BNN.

20
r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi

pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.

s. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode

etik profesi penyidik BNN.

t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan

pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.

u. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta

bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

v. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan

prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.

w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan

nasional di bidang P4GN.

5. Dasar Hukum Terbentuknya Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah lembaga pemerintahan non

kementrian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden

melalui koordinasi Kepala KepolisianRepublik Indonesia.

Dasar hukum pembentukan lembaga ini adalah Undang-undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Presiden (Perpres) Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional (BNN). 12

C. Tinjauan umum tentang Pencegahan

1. Pengertian Pencegahan

12
http://www.gresnews.com/beritatips/101739/=tugas-dan-fungsi-badan-narkotika-
nasional/.

21
Menurut kamus besar bahasa Indonesia tahun 2007, pencegahan adalah

proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi.

Dengan demikian pencegahan meupakan tindakan. Pencegahan identik dengan

perilaku.

2. Bentuk-bentuk Pencegahan

Bentuk pencegahan dilakukan oleh bagian bidang pencegahan, beberapa

rencana aksi nasional yang akan dilakukan dalam kategori bidang pencegahan,

diantaranya:

a. Sosialisasi bahaya narkotika dan persekuro narkotika serta informasi

tentang P4GN kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara, prajurit TNI, dan Angota

Polri, dengan penanggung jawab BNN, kementrian PANRB, dan Kemendagri.

b. Pentelenggaran hari remaja Internasional pada tingkat pusat dan provinsi.

c. Pendirian lima pusat informasi edukasi narkotika, psikotropika, dan zat

adiktif (PIE NAPZA) di lima wilayah rawan dan rentan narkotika dan persekuro

narkotika.13

D. Tinjaun umum penanggulangan

1. Pengertian Penanggulangan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia penanggulangan berasal dari kata

“tanggulang” yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah awalan

“pe” dan diakri kata “an” sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti

proses, sara, perbuatan menangulangi.

2. Bentuk-bentuk Penanggulangan

13
http://setkab.go.id/inilah-rencana-aksi-nasional-pencegahan-dan-pemberantasan-
narkotika-2018-2019/

22
Adapun bentuk penanggulangan yang dilakukan BNN dalam

menanggulangi masalah narkoba adalah:

a. Upaya Premitif

Upaya premitif adalah upaya pencegahan yang dilakukan secara dini,

antara lain mencakup pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang bersifat dengan

sasaran untuk memengaruhi faktor-faktor penyebab pendorong dan faktor keluar.

Sehingga akan tercipta suatu kondisi kesadaran kewaspadaan dan bebas dari

segala ancaman narkoba.

b. Upaya Preventif

Adalah pelaksanaan fungsi BNN yang diarahkan kepada upaya penceghan

terjadinya gangguan. Adapun penanganan secara preventif yang dapat dilakukan

adalah dengan meningkatkan kegitan dalam Badan Narkotika Nasional (BNN).

c. Upaya Refresif

Upaya refrensif adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh BNN pada saat

penyalahgunaan narkotika sudah terjadi serta dilakukan suatu upaya

penyembuhan (treatment), dan cara ini dilakukan oleh tenaga medis yang yang

terdapat di BNN dengan melakukan tahapan Penerimaan awal dengan melakukan

suatu pemeriksaan fisik serta mental.14

E. Ruang lingkup Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat Berbahaya. Narkoba

merupakan salah satu jenis obat penghilang rasa sakit yang sering

14
Kamus Besar Bahasa Indonesia

23
disalahgunakann oleh manusia. Narkoba awalnya digunakan untuk obat bius saat

operasi. Namun, seiring perkembangan zaman banyak digunakan menenangkan

pikiran dan mendapat kesenangan dengan dosis yang besar.

Selain narkoba istilah lain yang diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif.

Menurut pakar kesehatan, narkoba adalah senyawa-senyawa psikotropika

yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan

untuk penyakit tentetu. Namun kini persepsi itu disalah artikan akibat pemakaian

di luar peruntukan dosis yang telah ditentukan.

Narkotika adalah zat atau obat yang bersa dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

Menurut Jackobus, Narkotika adalah zat atau obat yang berasa dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Menurut Wresniworo, Narkotika adalah zat atu obat yang dapat

mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan karena zat-zat tersebut bekerja

mempengaruhi saraf sentral.15

2. Penggolongan Narkoba
15
Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (ruang lingkup narkoba), (Surakarta : PT.Tirta Asih
Jaya, 2015, jilid 1), .h. 2-5.

24
a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengtahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya. Dalam jumlah

terbatas, narkotika golangan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia

laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri kesehatan atas

rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Narkotika

golongan I adalah Narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif yang sangat

tinggi menyebabkan ketergantungan. Contohnya adalah tanaman papaver

sommineferum, opium mentah, opium masak seperti candu, jicing dan jicingko,

tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina dan tanaman ganja.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika golongan II adalah Narkotika yang memiliki daya adiktif kuat tetapi

bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya: alfasetilmetadol,

alfametdol, benzetidin, dekstromoramida, furetidina, hidromorfinol, isometadona,

fenazosina, klonitazena, levorvanol, morfina, oksikodona, petidina, intermediate,

dan lainnya.

Narkotika golongan II adalah narkotika yang mempunyai daya

menimbulkan ketergantungan menegah, dapat digunakan sebagai pilihan terakhir

untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan.

25
c. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan atau tujuan pengembangan ilmu pengtahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika golongan III adalah Narkotika yang memiliki daya adiktif

ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya:

kodein dan turunannya, metadon, naltrexon dan sebagainya.

Narkotika golongan III adalah narkotika yang mempunyai daya menimbulkan

ketergantugan rendah, banyak digunakan untuk terapi atau obat-obatan tertentu.

Namun bila disalahgunakan akan membuat ketergantungan dan dampak buruk

bagi kesehatan dan juga bisa diancam hukuman pidana.16

3. Jenis-jenis Narkoba

a. Heroin

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin dan disintesiskan darinya

melalui asetilasi. Pertama-tama disintesa dari morvin pada tahun 1874. Heroin

murni adalah serbuk putih dengan rasa pahit. Bentuk kristal putihnya umumnya

adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin terlarang dapat

berbeda warna, dari putih hingga coklat tua, disebabkan oleh kotoran-kotoran

yang tertiggal dari proses pembuatan atau hadirnya zat zat tambahan seperti

pewarna makanan, cacao, atau gula merah. Heroin dapat menyebabkan

kecanduan. Heroin atau diamorfin adalah sejenis apioid alkaloid.

16
Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (penggolongan dan jenis narkoba), (Surakarta :
PT.Tirta Asih Jaya, 2015, jilid 5), .h. 3-7.

26
b. Ganja

Nama lain ganja yaitu Canabis Sativa, Marihuana atau Mariyuana dikenal di

Amerika Utara dan Selatan. Di indonesia tanaman ganja dapat tumbuh dengan

subur terutama di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Ganja termasuk tanaman perdu

yang mempunyai ketinggian antara 1,5 m sampai 2,5 m. Daun ganja mempunyai

tangkai dan jumalah helai daunnya selalu ganjil antara 5-7, dan 9 helai daunnya

berbentuk memanjang, pinggirannya bergerigi, dan ujungnyan lancip, daun

ganjamengandun zat THC yaitu suatu zat sebagai elemen aktif yang yang oleh

para ahli di anggap sebagai hallucinogenio subtance atau zat faktore penyebab

terjadinya halusinasi. Kadar zat THC tertinggi terdapat pada bunga ganja yang

mulai mekar.

Ganja adalah tumbuhan budaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena

kandungan zat narkotika pada bijinya yang dapat membuat pemakainya

mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Cara

penggunaannya dihisap dengan cara menyerupai rokok atau dengan menggunakan

piparokok.

c. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bukan tanaman

baiksintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penngaruh bagi

penggunaya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,

rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan- khayalan yang

menyebabkan efek ketergantunngan bagi pemaainya. Sensasi dikuti rasa

27
menyenangakan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau

ketanangan hati. Ingin selalu menyendiri untuk menikamatinya.

d. Morfin

Istilah morfin bersal dari bahasa yunani morpheus yang artinya dewa mimpi

yang dipuja-puja. Nama ini cocok dengan pecandu morfin, karena merasa fly di

awang-awang.

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif

utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung pada sistem syaraf

pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Morfintidak berbau, rasa pahit dan

berwarna gelap semakin tua. Cara pemakainnya disuntikkan secara intra di bawah

kulit, atau secara intra kedalam pembuluh darah.

Morfin bekerja langsung pada sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa

sakit. Efek samping morfin, antara lain penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk,

lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang

batuk, dan menyebabkan sembelit. Morfin menibulkan ketergantungan tinggi

dibandingkan zat-zat lainnya. Orang yang mengonsumsi morfin akan merasakan

keringanan dan kebugaran yang berkembang menjadi hasrat kuat untuk terus

mengonsumsinya. Pecandu juga akan mengalami kelemahan seluruh tubuh,

gangguan memahami sesuatu, dan kekeringan mulut. Penambahan dosis akan

menimbulkan frustasi pada pusat pernapasan dan penurunan tekanan darah.

Kondisi ini bisa menyebabkan koma yang berujung pada kematian.

e. Kokain

28
Kokain merupakan alkaloid yang didapat dari tanaman Erytroxylon coca,

yang berasal dari Amerika Selatan, daun dari tanaman ini biasanya dikunyah

penduduksetempat untuk mendapatkan efek stimulan. Kokain diklasifikasikan

sebagai suatu narkotika, bersam dengan morfi dan heroin karena efek adiktif.

Nama jalanan disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, salju, putih.

Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi

beberapa bagian berbarislurus diatas permukaan kaca dan benda yang mempunyai

permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau

gulungan kertas. Karena itu, penciuman kokain berkali-kali bisa menyebabkan

pemborakan pada selaput lendir hidung, bahkan terkadang bisa menyababkan

tembusanya dinding antara kedua cuping hidung. Pemkaian kokain dalam jumlah

sedikit pun dapat mengaktifkan area otak yang terkait dengan kecanduan hingga

lebih dari lima hari. Otak seolah-olah otomatis tetap ingat dengan zat tersebut.

Bahkan aktivitas neuronya pun semakin kuat. Demikian diungkapkan beberapa

peneliti dari Universitas California, AS setelah melakukan eksperimen terhadap

tikus. Obat haram ini dapat mengubah hubungan-hubungan listrik saraf yang

merimkan sinyal kedalam otak. Akibatnya, pengguna kokai akan makin

mengingat zat tersebut. Kenikmatan akibat zat ini mungkin hanya dirasakan

selama dua jam, tapi keinginan untuk menggunkannya kembali dapat bertahan

hingga satu minggu.

f. Amfetamin

Amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang pertam kali disintesis pada tahun

1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan hiddung. Berupa

29
bubuk warna putih dan keabu-abuan. Cara penggunaan dalam bentuk pil

diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan menggunakan kertas aluminium

foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai botol kaca

yang dirancang khusus.

Fakta medis membuktikan bahwa penggunaan Amfetamin dalam jangka

waktu lama bisa menyebabkan risiko ketagihan. Pengguna obat adiktif ini

merasakan suatu ekstase dan kegairahan, tidak mengantuk, dan memperoleh

energi besar selama beberapa jam. Namun setelah itu, ia tampak lesu disertai stres

dan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau perasaan kecewa sehingga

mendorongnya untuk melakukan tindak kekerasan dan kebrutalan.

Kecanduan obat aditif ini juga meyebabkan degup jantung mengencang dan

ketidakmampuan berelaksasi, ditambah lemah seksual. Bahkan, dalam beberapa

kasus menimbulkan perilaku seks menyimpang.

g. Alkohol

Merupakan suatu zat yang paling sering disalah gunakan manusia. Alkohol

diperoleh atas peragian atau fermentasi madu, gula, sari buah atu umbi-umbian.

Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol 15% tetapi dengan proses

penyulingan dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai

100%. Kadar alkohol dalam darah maksimun dicapai 30-90 menit. Setelah

diserap, alkohol atau etanol disebarluaskan keseluruh jaringan dan cairan tubuh.

Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia,

namundengan penurunannya orang tersebut jadi depresi.

h. Opium

30
Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi dengan

cara ditelan lansung atau diminum bersama teh, kopi, atau dihisap bersama rokok.

Opium merupakan sumber utama daari narkotika alam. Opium adalah getah

berwarna putih seperti susu yang keluar dari kotak biji tanaman papaver

samanivervum yang belum masak. Ciri-cirinya adalah tingginya 70-110 cm,

daunnya hijau lebar berkeluk-keluk. Panjangnya 10-25 cm, tangkainya besar

berdiri menjulang keatas keluar dari rumpun pohonnya, bunga berwarna merah,

putih, ungu dan buahnya berbentuk bulat telur jika buah yang bulat telur itu

terkena torehan akan mengeluarkan getah putih. Getah berwarna putih kemudian

membeku. Getah yang tadinya berwarna putih setelah mengering berganti warna

menjadi hitam coklat. Getah itu dikumpulkan lalu diolah menjadi candu mentah

atau candu kasar. Dalam proses perkembangannya opium menjadi tiga bagian

yaitu opium mentah, opium masak, dan opium obat.17

4. Bahaya yang di timbulkan bagi pemakai narkoba

a. Menyebabkan otak serta syaraf dipaksa untuk bekerja diluar dari kempuan

yang seharusnya tidak dalam keadaan yang sewajarnya.

b. Menyebabkan suatu peredaran darah serta jantung disebabkan karena

pengotoran darah oleh zat zat yang memiliki efek yang keras, sehingga

jantung di rangsang untuk bekerja dengan sewajarnya.

c. Sistem pernafasan tidak akan berfungsi dan bekerja dengan baik sehingga

dapat mengalami kelelahan dengan cepat.

17
Juli Lisa Fr dan Negah Sutrisnah W, Narkoba Psikotropika da Gangguan Jiwa, (Cet.1;
Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), h. 22.

31
d. Penggunaan yang berlebihan dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan

menimbulkan kematian yang mengenaskan.

e. Menimbulakan ketergantungan baik secacara rohani maupuan jasmani hingga

timbulnya keadaan keadaan yang serius karena kehabisan obat.

f. Menimbulkan perselisihan dalam keluarga, sebeb manyalahgunakan narkoba

akan beradampak pada suatu keluarga.

g. Membawa kerugian pada bidang pendidikan, adanya pengaruh antara sesama

teman.18

5. Faktor penyebab penggunaan narkoba

Manusia merupakan mahluk sosial dan akan selalu dihadapkan dengan

masalah sosial, masalah sosial pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari dalam

kehidupan manusia. Seperti penyebab masalah narkoba yang disebabkan oleh

faktor sosial diantaranya yaitu :

1. Faktor ekonomi : Kemiskinan, pengangguran.

2. Faktor budaya : Perceraian, kenakalan remaja.

3. Faktor Biologis serta faktoe fsikologis.

Dari jenis masalah sosial inilah sehingga menimbulkan faktor yang

menjadi pemicu dalam penggunaan dan penyalahgunaan narkoba yaitu :

a. Faktor individu

Dari masing-masing individu pasti memiliki tingkat perbedaan, terkhusus

dalam masalah Narkoba, faktor individu di sebabkan dipengaruhi oleh adanya


18
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha
Pencegahan dan Penanggulangannya, (Jurnal Hukum, Vol XXV, NO. 1, April 2011. Diakses
tanggal 19 Juni 2019 pukul 21:15 wita.

32
faktor penyebab kepribadian dan faktor konstitusi. Dalam faktor individu ada

beberapa hal yang dapat memnyebabkan dalam penggunaan narkoba yaitu :

1. Adanya keinginan yang besar untuk selalu mencoba, dengan tanpa sadar

dan berpikir panjang terlebih dahulu terhadap dampak yang akan

ditimbulkan.

2. Adanya keinginan untuk bersenang-senang.

3. Adanya pengaruh untuk mengikuti trend atau gaya.

4. Adanya keinginan untuk diterima dalam suatu lingkungan atau kelompok.

5. Adanya keinginan menghindari rasa bosan, masalah serta kesusahan

hidup.

6. Pengertia yang salah bahwa menggunakan seakli-kali tidak akan

menyebabkan atau menimbulkan suatu ketagihan dan ketergantungan.

7. Tidak dapat menolak dan tidak dapat berkata tidak terhadap narkoba.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan diliputi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Lingkungan keluarga.

Adanya hubungan yang retak antara ayah dan ibu,komunikasi yang kurang

terjaga dan efektif antara orang tua dan anak, dan kurangya rasa hormat anatara

sesama anggota keluarga sehingga menyebabkan adanya keinginan untuk

melakukan tindakan tersebut.

2. Lingkungan sekolah

Sekokolah yang kurang disiplin, jarak yang dekat antara sekolah dan tempat

hibuuran, sangat kurang memberikan kesempatan terhadap siswa untuk

33
melakukan suatu pengembangan bakat secara kreatif dan fositif, serta adanya

beberapa murid yang menggunakan narkoba.

3. Lingkungan teman sebaya

Adanya suatu kebutuhan akan adanya teman sebaya mendorong remaja untuk

dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya, terkadang yang menggunakan

narkoba merupakan suatu hal yang penting bagi remaja tersebut, hal tersebut

dilakukan agar dapat diterimah dalam suatu kelompok tertentu sehingga dianggap

sebagai orang yang dwasa, hingga teman bergaul memberikan pengaruh yang

sangat buruk.19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis disini adalah field research atau biasa

disebut penelitian kualitatif. dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu

19
Drs. H Sudirman Sommeng, Psikologi Sosial, (Alauddin University Press, 2014),
h.231.

34
dengan cara memperoleh dan mengumpulkan data yang mempunyaik kaitan

dengan materi yang akan diselesaikan dalam skripsi ini. Dan penelitian

perpustakaan merupakan penelitian yang mengkaji stadi dokumen, yakni

menggunakan berbagai data skunder seperti peraturan perundang-undangan,

keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Dan

data lain yang diperoleh dilapangan untuk membantu penulis menyelesaikan

penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tersebut akan dilakukan di Badan Narkotika Nasional (BNN) di

kab.Polewali Mandar. Alasan memilih lokasi tersebut penulis ingin mengetahui

seberapa besar usaha Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam mencegah dan

menanggulagi peredaran narkoba, sebab tingkat pengedaran dan pemakaian

narkoba di Kab. Polewali mandar sudah semakin marak.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan

Normatif Empiris, hal tersebut dilakukan dengan cara menelah peraturan dalm

perundang-undangan yang belaku di dalamnya dan melakukan penelitian secara

langsung ke lapangan. Adapun peraturan yang dimaksuk dalam undang-undang

tersebut adalah UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dimana didalamnya

terdapat Pasal yang mengatur tentang “Ketentuan Pidana” dalam Pasal tersebut

terdapat penggaran, peredaran, dan penggunaanya yang di perbolehkan maupun

yang tidak diperbolekna (Pasal 111 sampai dengan Pasal 148)

C. Sumber Data

35
Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah data primer

dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara

melakukan proses wawancara

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupa referensi yang sesuai dengan

masalah yang diangakat. Adapun referensi yang dimaksud dalam data

sekunder ini adalah, berupa buku (cetak maupun elektronik), sumber-

sumber hukum tertulis serta artikel (Online maupun offline).20

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan

data, antara lain :

1. Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan dengan pihak yang

berhubungan dengan masalah penelitian guna memperoleh sebuah data yang

dibtuhkan dalam melakukan penelitian sebagai suatu pembuktian dalam

mendapatkan sebuah informasi atau keterangan yang didapatkan sebelumnya.

2. Observasi adalah sebuah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan

secara sistematis dengan melihat, mengamati dann mencatat pembicaraan secara

sistematis dengan melihat, mengamati dan mencatat pembicaraan terhadap gejala

yang diamati guna memperoleh data primer penelitian.

20
Soryono dan Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam Bidang Kesehatan, (Yogyakarta Nuhamedika, 2016), h.61.

36
3. Dokumentasi asalah sebuah pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan

terhadap informasi-informasi bukti maupun keterangan (gambar, kutipan, dan

referensi lainya) sebagai suatu data yang mendukung penelitian.21

E. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Yaitu kesioner yang digunakan dalam melakukan proses observasi. Pertanyaan

yang diisi dalam kertas kuesioner ini di isis berdasarkan hasil dari observasi

lapagan.

2. Wawancara

Yaitu kuesioner yang digunakan dalam melakukan wawancara langsung

dengan pihak yang berhubungan. Pertanyaan didalam kertas kuesioner ini di is

oleh pewawancara berdasarkan jawaban yang diberi oleh responden di saat

melakukan wawancara.

3. Buku catatn dan pulpen

4. Hanpone dan alat perekam

Kedua alat berfungsi untuk momotret serta merekam segala bentuk aktifitas

dalam melakukan kegiatan penelitian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengolahan data, yaitu:

21
Dr. Syamsuddin AB, S.Ag, M.pd, Paradigma Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, (Shopia, 2016), h.65.

37
1. Reduksi Data merupakan proses dimana mengubah data kedalam pola,

focus

kategori atau pokok dalam permasalahan tertentu.

2. Penyajian data merupakan menampilkan sebuah data dengan melakukan

cara memasukan data dalam bentuk apa yang diinginkan seperi memberikan

penjelasan dan analisis.

3. Pengambilan kesimpulan merupakan mencari kesimpulan mengenai data

yang reduksi dan data yang disajikan.

Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Hasilnya dapat

disajikan secara dekriptif yang artinya merupan penelitian ini dideskriftikan dalam

bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah di pahami serta dibaca dalam

menarik kesimpulan.

BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Gambaran Umum BNN Kab.Polewali Mandar

38
Badan Narkotika Kabupaten Polewali Mandar merupakan BNNK pertama

dan satu-satunya yang ada di Provinsi Sulawesi Barat yang beralamat di JL.

Pameran Pembangunan, kelurahan Darma Kecamtan Polewali,kode pos 91334.

Sarana dan prasarana yang ada di BNNK berupa 1 gedung kantor yang merupakan

hibah dari Pemerintah Daerah, 1 unit mobil operasional, 4 sepeda motor, 1

ruangan klinik pratama Tipalayo, dan 1 ruang tahanan. Adapun personil BNNK

Polman berjumlah 27 orangyang terdiri dari 8 orang PNS, 3 Polri dan 16 TKK

(tenaga kerja kontrak).

Sejarah Berdirinya BNN Kabupaten Polewali Mandar BNNK adalah

Instansi Vertikal dari Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagaimana diatur dalam

Pasal 5 huruf (j) Junto Pasal 31 Peraturan Presiden RI No. 23 Tahun 2010

Tentang Badan Narkotika Nasional.Dalam Pasal 31 ayat (1) PEPRES tersebut

telah mengatur bahwa Instansi Vertikal BNN adalah Pelaksana Tugas, Fungsi dan

Wewenang BNN di Daerah.“Artinya jika BNNK belum terbentuk, maka tugas,

fungsi dan wewenang BNN belum bisa terlaksana di daerah Kabupaten secara

optimal.BNNK adalah Instansi Vertikal yang bekerja dibawah komando Kepala

BNN langsung, dan kepala BNNK diangkat dan dilantik oleh Kepala

BNN.KONSEKUENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

TERHADAP ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL Sebelum

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

organisasi Badan Nasional Narkotika diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 83

tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi, dan

Badan Narkotika Kabupaten/Kota.Dengan lahirnya undang-undang tersebut,

39
terdapat perbaikan atau penguatan yang cukup signifikan terhadap kelembagaan

pencegahan dan penanggulangan narkoba. Jika semula hanya sebagai lembaga

non-struktural yang bersifat koordinatif, undang-undang yang baru

mengisyaratkan sebagai lembaga yang lebih operasional.Pasal 64, menyebutkan

bahwa dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalah gunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, dibentuk Badan Narkotika

Nasional (BNN), sebagai lembaga pemerintah non-kementerian yang

berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada

Presiden.Selanjutnya berdasarkan pasal 65, BNN berkedudukan di ibukota negara

dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia. BNN

memiliki perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota yang secara

organisatoris merupakan instansi vertikal.Dalam Perpres tersebut, tugas BNN

membantu Presiden dalam :

a. mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan

kebijakan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang

ketersediaan dan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika,prekursor dan bahan adiktif

lainnya atau dapat disingkat dengan P4GN

b. melaksanakan P4GN dengan membentuk satuan tugas yang terdiri atas

unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan

kewenangannya masing-masing.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,

BNNK/Kota menyelenggarakan fungsi:

40
a. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan

masyarakat dan rehabilitasi;

b. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam

rangka pemetaan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif

lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah

Kabupaten/Kota;

c. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama;

d. penyusunan rencana program dan anggaran BNNK/Kota;

e. evaluasi dan penyusunan laporan BNNK/Kota; dan

f. pelayanan administrasi BNNK/Kota.

Bagian Kedua Susunan OrganisasiPasal 24BNNK/Kota terdiri atas:

a. Kepala;

b. Subbagian Tata Usaha ;

c. Seksi Pencegahan;

d. Seksi Pemberdayaan Masyarakat;

e. Seksi Pemberantasan

Visi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Polewali Mandar yaitu “Badan

Narkotika Nasional Kabupaten Polewali Mandar sebagai satuan kerja Badan

Narkotika Nasional Republik Indonesia yang profesional dan mampu menyatukan

serta menggerakkan seluruh komponen masyarakat, instansi pemerintah dan

41
swasta dalam melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)”.

Misi Untuk mewujudkan visi tersebut Badan Narkotika Nasional

Kabupaten Polewali Mandar menetapkan misi yaitu “Bersama Pemerintah

Daerah, warga masyarakat, serta pihak swasta di Kabupaten Polewali Mandar

melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkoba (P4GN).

B. Peran BNN Dalam Pemberantasan Narkoba Di Polewali Mandar

1. Upaya BNN

Selama berdiri sendiri BNN Kab. Polman telah melakukan beberapa uapaya

dalam memberantas narkoba di kabupaten tersebut seperti

a. Sosialisasi

Sebagai bentuk kepedulian BNN terhadap tingkat peredaran narkoba , BNN

Kabupaten Polman, maka seringkali BNN melakukan sosialisasi diberbagai

daerah maupuu dengan cara langsung ataupun melalui media seperti Salah satu

contohnya ketika BNNK Polman melakukan penyuluhan hukum anak berkonflik

narkoba pada tanggal 16 maret 2019 yang dihadiri 30 siswa/siswi PMR MAN 2

Polman. Dimana salah satu pematerinya yaitu personil Seksi Berantas BNNK

Polman Bripka Syaifuddin Syam, SH.,MH yang juga sebagai penyidik BNN,

menyampaikan materi bahaya penyalahgunaan narkoba bagi generasi muda

khususnya anak-anak diusia sekolah.

a. Radio

42
sosialisasi yang dilakukan instansinya tidak cukup hanya dengan tatap muka

dalam melakukan sosialisasi pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba, tetapi perlu juga melalui media radio.

b. TV

Selain radio, BNNK Polman kerap melakukan sosialisasi bahaya tindak pidana

narkoba melalui siaran TV dengan cara melakukan himbauan melalui iklan.

c. Media cetak

Media cetak juga menjadi salah satu alternatif BNNK untuk melakukan

sosialisasi. Salah satu caranya yaitu menghimbau kepada masyarakat persoalan

narkoba dengan menerbitkannya di harian surat kabar.

d. Sosial media

Semakin pesatnya tekhnologi maka semakin memudahkan pula BNNK dalam

sosialisasi masalah narkoba. Saat ini media sosial menjadi wadah paling mudah

dan berpengaruh bagi masyarakat untuk menerima informasi tentang bahaya

narkoba.

b. Kerjasama berbagai pihak

a. Tokoh agama

Tokoh agama juga berperan penting dalam membantu BNNK dalam

memberantas narkoba. Salah satu contohnya tokoh agama dapat memberi ceramah

yang bertema narkoba kepada para Jemaah.

b. Tokoh pendidikan

Tokoh pendidikan tidak kalah penting dalam membantu BNNK menyelesaikan

permasalahan narkoba. Dimana pembinaan karakter yang baik dapat dilakukan

43
disekolah untuk mencegah terjadinya peredaran narkoba dilingkup pendidikan.

Selain itu BNNK juga telah membentuk suatu wadah yakni Pusat Informasi dan

Konseling Remaja yang dinaungi oleh OSIS disekolah-sekolah tingkat atas

dengan fungsi wadah ini mampu memberi bimbingan kepada para remaja

mengenai bahaya narkoba.

c. TNI

Jika Polri dan BNN lebih pada penegakan pelanggaran hukum melalui alat

bukti, TNI lebih menempatkan pelaku narkoba, khususnya bandar sebagai musuh

negara. "Pemberantasan dikaitkan dengan tugas TNI, maka bandar narkotika itu

tidak pada posisi melanggar hukum, tapi musuh negara. Ancaman terhadap

negara," ungkapnya. Tidak hanya itu, Bintara Bina Desa atau Babinsa yang

dimiliki TNI juga dapat mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya

narkoba dan ancamannya terhadap negara.

d. Polri

Peran dan fungsi Polri dalam pencegahan narkoba tidak hanya dititik beratkan

kepada penegakan hukum tetapi juga kepada pencegahan penyalahgunaan

narkoba. Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah seluruh usaha yang

ditujukan untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba.

Berdasarkan prinsip dasar ekonomi tentang permintaan (demand) dan persediaan

(supply), selama permintaan itu masih ada,persediaan akan selalu ada, dan apabila

permintaan itu berhenti atau berkurang, persediaan akan berkurang, termasuk

pasarnya. Dalam konsep penegakan hukum oleh Polri tentunya tidak terlepas dari

44
terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat. Seperti tercantum dalam UU

No. 2 tahun 2002 tentang Polri

e. Masyarakat

Partisipasi dan kolaborasi segenap masyarakat adalah strategi yang sangat

diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada permasalahan

penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleks. Dengan kenyataan ini, sepertinya

tidak ada satu sistem atau kelompok pun yang bisa memberantas dan mencegah

sendiri penyalahgunaan narkoba di lingkunganya. Pemerintah saja tidak bisa

sendirian dalam mengatasi masalah narkoba. Persoalan penyalahgunaan narkoba

yang sangat kompleks menuntut penanganan secara komprehensif dan terpadu,

dengan partisipasi aktif dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok

yang mempunyai potensi membantu generasi muda mencegah penyalahgunaan

narkoba

f. Mahasiswa

Selain peran-peran penting lainnya mahasiswa tak kalah pentingnya dalam

pencegahan narkoba. Selain mampu memberikan edukasi dini bahaya penggunaan

narkoba dikalangan perguruan tinggi, mahasiswa juga seringkali melaksanakan

sosialisasi bahaya narkoba dengan cara seminar dikelurahan maupun desa,

sosialisasi di sekolah-sekolah dan diberbagai tempat lainnya.

Berikut ini penulis akan memperlihatkan upaya-upaya sosialisasi yang telah

BNNK Polewali Mandar laksanakan dalam 2 tahun terakhir.

45
Tahun 2018

Tabel I:

Nama Sosialisasi Daerah Peserta Waktu Jumlah

pelaksanaan peserta

Sosialisasi P4GN dalam Desa Mahasiswa 23 maret 50 org

rangka pencanangan Pussui/ ,

pembangunaan gerakan Kecamatan masyarakat

Desa Sipamandang Luyo

Sosialisasi P4GN dalam Kec. Aparat 24 april 40 org

rangka pencanangan Tinambung kecamatan,

pembangunaan gerakan tokoh

Desa Sipamandang masyarakat

Sosialisasi bahaya SMA 02 Guru, siswa 07 mei 80 org

narkoba “upaya melawan campalagian

narkoba untuk

mewujudkan generasi

bangsa yang sehat”

Sosialisasi bahaya Kel. Siswa 10 juli 300 org

narkoba bagi calon siswa Madatte,

dan siswi SMAN Neg 3 Kec.

Polewali Mandar Polewali

Sosialisasi P4GN BKKBN, Staf 7 agustus 35 org

46
dilingkungan masyarakat kel. kelurahan,

Takkatidung staf

puskesmas,

masyarakat

Sosialisasi P4GN MAN Guru dan 10 agustus 35 org

dilingkungan masyarakat Matakali siswa

Sosialisasi P4GN Lapas kelas Warga 19 40 org

(bahaya narkoba dari II B binaan september

aspek kesehatan) Polewali

dilembaga

permasyarakatan

Asistensi Penguatan Hotel Kepala 25 oktober 30 org

pembangunan Lilianto sekolah,

berwawasan anti narkoba guru BK

pada kelompok

masyarakat

Diseminasi informasi Mario FM Masyarakat Februari- -+ 35.000

melalui placement media november pendengar

radio daerah/local

Deseminasi informasi Ruko Masyarakat 06 50 org

P4GN dalam rangka Apotik november

pelantikan dan Anugrah

pengukuhan pengurus Farma Jl.

47
Garda Mencegah dari M. Yamin

pada Mengobati Polewali

(GMDM) Provinsi

Sulbar

Tahun 2019

Tabel II:

Nama Sosialisasi Daerah Peserta Waktu Jumlah

pelaksanaan peserta

Sosialisai P4GN dalam Hotel Pelajar 08 maret 30 org

kegiatan Pelatihan Pacifik,

Konselor Sebaya olah Wonomulyo

DP2KBP3A

Sosialisasi P4GN dalam SMAN 2 Pelajar 16 maret 30 org

pendidikan dan pelatihan Matakali

PMR MAN Polman

Sosialisasi P4GN di Desa Desa Mahasiswa 09 april 25 org

Barumbung kecamatan Barumbung

Matakali

Sosialisasi P4GN di Desa Kecamatan Masyarakat 15 april 45 org

Batulaya kecamatan Tinambung

Tinambung

48
Sosialisasi P4GN pada SMK YPPP Pelajar 12 juli 290 org

pelajar Wonomulyo

Sosialisasi P4GN di Aula Pegawai 19 Agustus 33 org

pengadilan agama Pengadilan pengadilan

Agama

Rakor Hotel Pimpinan 28 Agustus 30 org

Lilianto Instansi

Pemerintah

Sosialisasi P4GN di Desa Aula Kantor Masyarakat 5 september 33 org

Rappang Barat Desa

Rappang

Barat

Sosialisasi P4GN di Desa Aula kantor Masyarakat 31 oktober 40 org

landi kanusuang desa landi

kanusuang

Workshop di instansi Hotel Instansi 10 43 org

pemerintah lilianto pemerintah november

Dari tabel I dan tabel II dapat dilihat bahwa seja berdiri BNNK Polewali

Mandar rutin menggelar sosialisasi diberbagai kalangan tentang

bagaimana dampak dan bahaya narkoba baik dari aspek kesehatan,

keamanan maupun aspek hukum.

2. Capaian BNN

1) Bidang Pemberantasan

49
Tabel III

Tahun Berbuk Sabu TSK LKN

2018 84,6863 gr 8 orang 5

2019 48,6797 gr 8 orang 6

Dapat dilihat perbandingan yang cukup signifikan pada tabel diatas,

pada tahun 2018 jumlah serbuk sabu yang didapatkan jauh lebih

banyak dari pada tahun 2019. Walaupun jumlah LKN hanya

berbanding 1, akan tetapi total tersangka antara tahun 2018 dan 2019

jumlahnya sebanding.

2) Seksi Rehabilitasi

Jumlah Layanan

a. Rehabilitasi Rawat Jalan (assesmen)

Data tahun 2018:

Tabel IV:

Realisasi Kegiatan Realisasi Anggaran dari

BNNP

21 Orang 16 Orang

Januari-oktober 2019

Tabel V:

50
Target Terealisasi

29 0rang 35 orang

b. TAT

TAT ini adalah singkatan dari Tim Assesment Terpadu, dimana terdiri dari

gabungan BNN, Polres, dan Lejaksaan. Hasil Assesment terpadu nantinya

akan direkomendasikan di pengadilan untuk memnentukan apakah dia

divonis penjara,direhab, atau penjara sekaligus di rehab.

Data tahun 2018

Tabel VI:

Realisasi Kegiatan Realisasi Anggaran dari BNNP

38 orang 25 orang

Data Tahun 2019

Tabel VII:

Target Realisasi

46 orang 33 orang

3. Faktor Pendukung kuatnya peran BNN

a. Fasilitas sudah memadai

51
b. Alat untuk meninda lanjuti sudah lengkap

c. Sudah ada klinik

d. Rehabilitasi

e. Pegawai BNN

f. Kerjasama dengan pihak kepolisian

g. Prosedur dalam melihat kasus

h. Harus ada laporan yang falid

i. Jasa informan yang disebar disetiap kecamatan

4. Kendala yang di hadapi BNNK

a. SDM kurang memadai dikarenakan hanya 1 penyuluh di BNN Polman

b. Respon Pemerintah Daerah belum cepat tanggap dalam melaksanakan

pencegahan narkoba

C. Tingkat Pengguna Narkoba di wilayah BNNK Polewali Mandar

Daerah yang cukup rawan pengguna narkoba,berdasarkan hasil penelitian penulis

beberapa daerah di kabupaten Polman yang paling banyak pengguna narkobanya

berdasarkan survey BNNK di seluruh kecamatan dan masuk dalam zona merah

yakni:

a. Kecamatan Tinambung

b. Kecamatan Campalagian

c. Kecamatan Wono

d. Kecamatan Polman

52
Hasil survei nasional yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNNK)

bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia

menunjukkan, penyalahgunaan narkoba di 34 provinsi di Indonesia sebesar 1,77

persen dari total penduduk Indonesia 3,376,115 orang pada kelompok usia 10 –

59 tahun.

Pihak BNNK menjelaskan, berdasakan hasil servei tersebut artinya

terdapat 12.000 orang meninggal sia-sia setiap tahunnya akibat penyalagunaan

narkoba atau rata-rata 32 orang setiap hari. "Untuk di Sulawesi Barat sendiri,

angka prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,70 persen dari total

penduduk Sulbar sejumlah 16,269 orang pada kelompok usia 10 – 59 tahun,"

Dari angkat tersebut membuat Provinsi Sulawesi Barat menduduki rangking ke

18 dari 34 provinsi dengan angka prevalensi penyalagunaan narkoba tertinggi di

Indonesia. "Sepanjang 3 tahun terakhir BNNK telah melaksanakan tugas di

bidang Demand Reduction sebagai upaya untuk membentuk masyarakat yang

mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba, diantaranya melakukan

kegiatan pencegahan berupa advokasi, sosialisasi dan kampanye stop narkoba

kepada berbagai kalangan,"Tak hanya itu, BNNK juga telah membentuk 3,733

penggiat anti narkoba di lingkungan masyarakat, pendidikan, instansi

pemerintah dan institusi swasta.

53
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Peran BNN Dalam Pemberantasan Narkoba Di Polewali Mandar

a. Sosialisasi

Sebagai bentuk kepedulian BNN terhadap tingkat peredaran narkoba , BNN

Kabupaten Polman, maka seringkali BNN melakukan sosialisasi diberbagai

daerah maupuu dengan cara langsung ataupun melalui media

b. Kerjasama berbagai pihak

Selain sosialisasi BNNK Polman juga bekerjasama dengan berbagai pihak

mengenai maraknya peredaran narkoba diberbagai wilayah, seperti

TNI,POLRI, Mahasiswa dan Masyarakat

54
c. Membentuk TIM Pengawas disetiap daerah

Hampir disetiap daerah terdapat ada yang ditugaskan untuk mengawasi gerak-

gerik masyarakat maupun instansi pemerintahan yang dicurigai terdapat

peredaran narkoba lainnya. Selain di didaerah, para pengawas ini juga ada

yang bertuga diberbagai tempat transaksi masyarakat seperti pasar, terminal

angkatan darat maupun penyebrangan.

2) Pencapaian BNNK Polman dalam memberantas narkoba

Hasil survei nasional yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNNK)

bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia

menunjukkan, penyalahgunaan narkoba di 34 provinsi di Indonesia sebesar 1,77

persen dari total penduduk Indonesia 3,376,115 orang pada kelompok usia 10 – 59

tahun.

Pihak BNNK menjelaskan, berdasakan hasil servei tersebut artinya terdapat

12.000 orang meninggal sia-sia setiap tahunnya akibat penyalagunaan narkoba

atau rata-rata 32 orang setiap hari. "Untuk di Sulawesi Barat sendiri, angka

prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,70 persen dari total

penduduk Sulbar sejumlah 16,269 orang pada kelompok usia 10 – 59 tahun,"

B. Saran

Dari segi kinerja pihak BNNK polman sebaiknya meningkatkan SDM,

dikarenakan dalam BNNK hanya ada 1 Penyuluh senior yang ahli dalam

menangani kasus. Masih kurangnya pula perhatian dari pemerintah daerah.

55
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta Sinar Grafika, 2014.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.Mencegah Lebih Baik Dari Pada

Mengobati.Jakarta.2007

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.Pencegahan Peenyalahgunaan

Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta.2007

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba.2009

Drs. H. Sudirman Sommang, M.Sos.I, Psikologi Soial, Alauddin University Press,

2014.

56
Dr. Syamsuddin AB, S.Ag, M.pd, Paradigma Metode Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif, Shopia, 2016

Juliana Lisa Fr Negan Sutrisnah W, Narkoba Psikotropika dan Gangguan Jiwa,

cet I: Yogyakarta: Nuhamedika, 2013.

Jonaedi Efendi, dkk, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Depok:

Prenadedia Grup, 2016.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Rahman Syamsuddin dan IsmailAris, Merajut Hukum di Indonesia, Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2014

Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (ruang lingkup narkoba) jilid 1, Surakarta: Pt.

Tirta Asih Jaya, 2015.

Arief, Barda Nawawi., Kapita Selekta Hukum Pidana Cetakan ke-3,PT Citra

Aditya Bakti, Semarang, 2002

Arief, Barda Nawawi., Masalah Penegakkan Hukum Dan Kebijakan Hukum

Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2007

Dimyati, Kudzaifah dan Wardiono., Metode Penelitian Hukum, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2004

Dkk., Taufik Makaro., Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003

Ediwarman, Metodologi Penelitian Hukum Panduan Penulisan Skripsi, tesis,

disertasi, GENTA Publishing, Yogyakarta, 2016

Harifin, H., Komentar & Pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, Sinar grafika, Jakarta Timur, 2011

57
Kaligis, O.C dan Associates., Narkoba dan Peradilannya Di Indonesia reformasi

Hukum Pidana melalui Perundangan Dan Peradilan, Alumni, Bandung, 2002

Kansil,C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta Timur, 2009

Rahardjo, Satjipto., Ilmu Hukum Cetakan ketujuh, Citra Adya Bakti, Semarang,

2010

Rahmah, A. dan Amiruddin., Kapita Selekta Hukum Pidana, Mitra Wicana Media,

Jakarta, 2015

Renggong, Ruslan., Hukum Pidana Khusus, Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2016

Salaksana, Budi dan Kusmayadi., Handbook Materi advokasi Pencegahan

Narkoba, BNN, Jakarta, 2005

Sasangka, Hari., Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana Untuk

Mahasiswa Dan praktisi Serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju,

Jember, 2003

Sholehuddin, M., Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double track

System dan Implementasinya, Raja Grafindo persada, Jakarta, 2003

Universitas Sumatera Utara 122 Siswanto, H., Politik Hukum Dalam Undang-

Undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun 2009), PT Rineka Cipta, Jakarta,

2012

Subagyo, P. Joko., Metode penelitian Dalam Teori Dan Praktik, Rineka Cipta,

Jakarta Timur, 2011

Setiyawati, dkk, Bahaya Narkoba (jenisdan penggolongan narkoba), jilid 5,

Surakarta: Pt. Tirta Asih Jaya, 2015.

58
Soryono dan Mekar Dwi Angraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Nuhamedika, 2016.

Sorjono Soekanto, Sosiologi Suatu pengantar, Jakarta: Pt Rasa Grafindo Persada,

2002.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Bab XI Pasal 64.

C. Jurnal

Ey Tri Lak Sono, Upaya Penanggulangan Peredaran dan Penyalahgunaan

Narkotika di Wilayah Pedesaan, Universitas Brawijaya, 2015.

Fransiska Novita Eleanoral, Penyalahgunaan Narkoba serta Usaha Pencegahan

dan Penyelahgunaannya, (Jurna Hukum Vol XXV, No, 1 April, 2011.

RinaHeningsi Gustina Tampubolon, Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN)

dalam Penanggulangan Narkoba Dikota Samarinda, Universitas

Muhammadia, 2015.

Rudi Anto, Peranan Badan Narkkotika Nasional (BNN) dalam Penegakan Hukum

Terhadap Tindak Pidana Narkotika, Universitas Muhammadia Surakarta,

2010.

Rosdiana, “Jurisprudentie Volume 5, No 2 (20180”, Efektifitas Pelaksanaan

Rehabilitasi Medis Terhadap Pecandu dan Korban Penyalahgunaan

Narkotika di Provinsi Gorontalo, http/journal.uin-

alauddin.c.id/index.pnp/jurisprudentie

D. Internet

59
Jayadi, Ahkam. "MEMBUKA TABIR KESADARAN HUKUM." Jurisprudentie:

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 4.2 (2017): 11-23.

http://www.gresnews.com/beritatips/101739/=tugas-dan-fungsi-badan-narkotika-

nasional/

http://setkab.go.id/inilah-rencana-aksi-nasional-pencegaha-dan-pemberantasan-

narkotika-2018-2019/

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis skripsi yang berjudul “Peranan Badan Narkotika

Nasional (BNN) dalam Mencegah dan Menanggulangi

Peredaran Narkoba Di Kab. Polewali Mandar” atas nama

MUHAMMAD JIHAD BAHARUDDIN, Nim :

10400115064, Lahir di Tammangalle, 27 Mei 1998, Anak

Pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ayah Baharuddin dan Ibu

Mardiara. Penulis mengawali jenjang Pendidikan formal di Sekolah Dasar

Negeri 021 Tammangalle dan selesai tahun 2009. Pemuda yang akrab disapa

MJB ini melanjutkan sekolah menengah pertamanya di SMP Pondok

Pesantren Modern Al-Ikhlas Polewali mandar pada tahun 2009 hingga 2012

60
dan melanjutkan Pendidikan di SMAN 2 Majene pada tahun 2012 hingga

tahun 2015. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum dengan

Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Pidana.

61
LAMPIRAN
2
3
4
5
6

Anda mungkin juga menyukai