Skripsi
Oleh:
Mursyida Syafruddin
NIM: 10300116095
Nim : 10300116095
Sulawesi Selatan
Positif
Menyatakan dengan penuh kesadaran, bahwa skripsi ini benar adalah hasil
karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat,
tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini
Penulis
Mursyida Syafruddin
NIM: 10300116095
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Disahkan Oleh
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
iii
KATA PENGANTAR
Swt. atas rahmat dan berkat yang dikaruniakan-Nya kepada penulis, sehingga penulis
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Paradigma Makar dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi (S1)
dengan gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. yang begitu berjasa bagi kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan
Selama proses penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam prosesnya
tidak lepas dari segala doa, bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak,
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Syafruddin dan Nurhaedah yang dengan penuh
kesabaran selama dan kebesaran hati atas segala hal yang telah dilakukan
dan diberikan kepada penulis, kasih sayang, pengorbanan, doa serta restu
iv
tercinta Nashiratunnisa S.Pd, dan Muh. Ibnu Mudzir, S. Sos, yang telah
3. Bapak Dr. H. Muammar Muh. Bakry, Lc, M.Ag. selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar serta para Wakil Dekan dan
jajarannya.
5. Bapak Dr. Hamsir, S.H., M.H. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
6. Seluruh Dosen serta Staf Akademik dan Pegawai Fakultas Syariah dan
Hukum atas segala ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada
v
kebersamaan dan kenangan serta pelajaran hidup yang telah kalian ajarkan
8. Sahabatku Bears dan Disney Princess (Iqra, Jumriah, Eka, Sarina, Suci,
Kiki, Ais, Ita, Wana) atas waktu yang telah kalian habiskan bersama
penulis dengan kebahagiaan dan kesedihan yang selama ini kita lalui.
bulan menjadi teman hidup, bekerja dan belajar bersama. Untuk segala
11. Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk waktu berharga selama 32 hari bersama
yang mengajarkan banyak hal dan memberi kenangan yang indah untuk
penulis. Suka dan duka, serta rintangan yang kita hadapi bersama selama
12. BTS dan ARMY yang telah menemani selama lima tahun, menemani
motivasi, semangat dan pelajaran hidup dari berbagai hal yang kalian
persembahkan.
13. THE BOYZ, TXT, STRAYKIDZ, THE B, MOA dan STAY untuk
vi
persembahkan yang menemani penulis di saat-saat sulit dan menjadi
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
maupun formil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga kritik
dan saran masih diperlukan namun tetap berharap dapat memberi manfaat bagi dunia
keilmuan, kepada penulis dan kepada semua yang telah sempat membaca skripsi ini.
Penulis
Mursyida Syafruddin
NIM: 10300116095
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
E. Metode Penelitian................................................................................. 8
B. Sejarah Al-Baghyu................................................................................ 17
D. Unsur-unsur Al-Baghyu........................................................................ 25
E. Kategori Al-Baghyu.............................................................................. 25
viii
B. Sejarah Makar ...................................................................................... 30
A. Kesimpulan .......................................................................................... 61
B. Implikasi Penelitian.............................................................................. 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 67
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN
SINGKATAN
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
1. Konsonan
tidak
ا Alif tidak dilambangkan
dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Ra R Er
ش Sin S Es
x
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
و Mim M Em
ٌ Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ى Ya Y Ye
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda
(„).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
Vokal tuggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
َا fatḥah A A
َا Kasrah I I
َا ḍammah U U
xi
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
Contoh:
َكيْف: kaifa
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
Huruf
dammah dan
َو Ū u dan garis di atas
wau
Contoh:
َ يات: māta
ريي: ramā
xii
َليْم : qīla
ًَوت
ْ ي: yamūtu
4. Tā‟ marbūṭah
Transliterasi untuk tā‟ marbūṭah ada dua, yaitu: tā‟ marbūṭah yang hidup
atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan tā‟ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā‟ marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā‟
Contoh:
ْ َ ر ْوضةَؙاﻷ:َrauḍah al-aṭfāl
َطفال
5. Syaddah (Tasydīd)
dengan sebuahَ tanda tasydīd (ََّ ), dalamَ transliterasi ini dilambangkan dengan
Contoh:
َ ربنا: rabbanā
َ نجيْنا: najjainā
xiii
َ انحك: al-ḥaqq
َ نعُّى: nu“ima
َ عدو: „aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
Contoh:
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال
(alif lam ma„arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
Contoh:
َانبهد : al-bilādu
7. Hamzah
xiv
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di
awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
َ ش ْيء: syai‟un
َ أي ْرت: umirtu
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau
sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia
akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya,
kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus
Contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur‟ān
xv
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Contoh:
Adapun tā‟ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada Lafẓ al-
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat,
bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh
kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama
diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat,
maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).
Ketentuan yang
sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,
xvi
Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān
Al-Gazālī
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
Abū al-Walīd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-Walīd
Muḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad Ibnu)
Naṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd, Naṣr
Ḥāmid Abū)
B. Daftar Singkatan
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
xvii
w. = Wafat tahun
HR = Hadis Riwayat
xviii
ABSTRAK
Nama : Mursyida Syafruddin
Nim : 10300116095
Jurusan : Perbandingan Mazhab dan Hukum
Judul Penelitian : Paradigma Makar dalam Perspektif Hukum Islam
dan Hukum Positif
xix
BAB I
PENDAHULUAN
bagi masyarakat dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Keduanya tidak dapat
masyarakat. Dengan kata lain, ketertiban yang terjadi dalam masyarakat tidak
Pancasila sebagai falsafah negara 2 serta Undang-Undang Dasar (UUD 1945) yang
merupakan payung hukum di dalam hierarki perundang-undangan di Indonesia pada
P3).3 Maka, sikap dan perilaku yang dilakukan rakyat Indonesia harus berdasarkan
hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan begitu, segala perbuatan dan ucapan pun
1
Yana Suryana, Menegakkan Hukum dan Peradilan (Klaten: Cempaka Putih, 2019), h. 2.
2
Yudi Latif, Negara Paripurna : Historis, Rasionalis, dan Aktualis (Cet. V; Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 39.
3
Rahman Syamsuddin dan Ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), h. 51.
1
2
dikontrol oleh hukum agar sesuai dengan salah satu fungsinya , yaitu sebagai kontrol
sosial.
hukum atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah dapat diterima dengan baik.
Perbedaan kebutuhan dan kepentingan tersebut apabila dibiarkan lama
kelamaan akan berubah menjadi pertentangan dan konflik . Sikap pemerintah dalam
menanggapi hal tersebut jika dari beberapa pihak menganggap tidak netral , maka
sekelompok warga negara dengan menyangsikan tertib hukum yang berlaku di dalam
suatu negara. Tindakan ini, mereka lakukan dikarenakan adanya ketidakpuasan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga warga negara melakukan berbagai tindakan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makar berarti akal busuk, tipu
4
“Pemerintah”. Wikipedia the Free Encyclopedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemerintah
(09 Oktober, 2019).
5
Abdurisfa Adzan Trahjurendra, “Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar di
Indonesia” , Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (t.th): h. 2.
3
perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah .6 Makar terhadap negara dan
bangsa. Ketertiban hukum yang harus dilindungi dalam hal ini adalah keamanan
negara meliputi keamanan kepala negara, keamanan wilayah negara dan keamanan
Di dalam Islam, makar dikenal dengan istilah al-baghyu yang masuk dalam
tindakan jarimah. Al-baghyu berasal dari kata bugha yang berarti menuntut sesuatu,
mencari, mengusahakan dan memilih.7 Dalam Alquran disebutkan beberapa ayat
tentang makar, dimana ayat-ayat tersebut mengandung pengertian bahwa makar suatu
perbuatan atau usaha menentang atau membunuh seseorang yang tidak disenangi .
Terjemahnya :
Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya, sedang
mereka tidak menyadari.8
Perbuatan makar dapat dilakukan oleh seseorang maupun kelompok dengan
didahului dengan konspirasi dan mufakat jahat. Berdasarkan pasal 53 KUHP,
dikatakan bahwa percobaan kejahatan dapat dilihat jika niat telah nyata adanya .
Namun menurut penulis sendiri seseorang tidak dapat dikatakan melakukan makar
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 902.
7
Mardani, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Kencana, 2019), h. 184.
8
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya (Surabaya: Halim, 2013), h.
381.
4
jika hanya dengan niat. Karena niat tersimpan di dalam hati yang bisa saja tidak
terlaksana karena adanya suatu dan lain hal yang menjadi pertimbangan .
ditafsirkan terlalu luas (multi tafsir) dengan menjangkau perbuatan yang tidak
perbedaan mengenai makar dan bagaimana pelaku tindak pidana makar mendapatkan
sanksi atau hukuman. Oleh karena itu penulis merasa perlu mengkajinya lebih
mendalam pada skripsi ini yang berjudul “Paradigma Makar dalam Perspektif
B. Rumusan Masalah
pokok masalah yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi “Paradigma Makar
dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif.”
sebagai berikut:
makar?
2. Bagaimana sanksi tindak pidana makar dalam Hukum Islam dan Hukum
Positif?
5
1. Pengertian Judul
berikut akan diberikan penjelasaan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini .
adapun penjelasan istilahnya sebagai berikut:
diri sendiri dan lingkungan cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Namun,
paradigma juga dapat berarti konsep, nilai dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komintas yang sama , khususnya dalam disiplin
intelektual.9 Dalam skripsi ini, makna paradigma yang digunakan adalah yang
bermakna konsep.
Makar. Dalam Alquran sendiri Makar disebut tipu daya yang selaras dengan
dipergunakan dalam hukum dan politik dan dapat dipahami sebagai perbuatan (usaha)
menggulingkan atau menjatuhkan pemerintah yang sah .10 Sama halnya dalam Hukum
Pidana Islam, makar dikaitkan dengan Al-Baghyu di mana jika dilihat memiliki
Hukum Pidana. Sehingga dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan istilah
9
“Paradigma”. Wikipedia the Free Encyclopedia. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Paradigma
(11 Oktober 2019).
10
“Makar”. Wikipedia the Free Encyclopedia. https://id.m.wiktionary.org/wiki/makar (11
Oktober 2019).
6
Al-Baghyu dalam menkomparasi makar dalam dua perspektif hukum, yaitu hukum
Perspektif adalah cara pandang terhadap suatu yang terjadi , atau sudut
pandang manusia dalam melihat suatu opini , kepercayaan atau kejadian disekitar
kita.11
Hukum Positif adalah hukum yang dibuat oleh sekelompok manusia yang
2. Sanksi Hukum Tindak Pidana Makar dalam Hukum Islam dan Hukum
Positif.
D. Tinjauan Pustaka
Secara garis besar, sumber teori yang akan digunakan penulis dalam
11
“Perspektif”. Wikipedia the Free Encyclopedia. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perspektif
(11 Oktober 2019).
12
Jhoseph Schacht, An Introduction to Islamic Law, terj. Joko Supomo, Pengantar Hukum
Islam (Bandung: Nuansa Cendikia, 2010), h. 21.
13
“Hukum Positif”. Wikipedia the Free Encyclopedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum-
Positif (11 Oktober 2019).
7
ada kaitannya dengan skripsi ini. Literatur atau referensi tersebut merupakan sumber
yang sangat penting untuk menyusun pokok pembahasan dalam skripsi ini . di
antaranya, yaitu:
tentang tindak pidana makar dalam ranah politik hukum. Di mana politik
hukum dari pengaturan tindak pidana makar di Indonesia dapat dilihat dari
aanslag dan aanslag tot en feit dalam berbagai pasal makar KUHP.
sebagai kejahatan politik yang memiliki ciri motif dan tujuan yang berbeda
dari kejahatan biasa serta diancam dengan sanksi pidana yang berat .
Terhadap Tindak Pidana Makar dalam KUHP” Skripsi ini menekankan dan
menguraikan pasal 104, 106 serta 107 KUHP dan meninjau tindak pidana makar
dalam hukum Islam. Lilis Kholishoh memfokuskan unsur disetiap pasal sebagai
membahas pokok masalah dalam skripsi ini secara spesifik , yaitu “Paradigma Makar
dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif”. Karena itu, penulis akan
mencoba membahas lebih rinci terhadap judul skripsi pada pembahasan di BAB
selanjutnya.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum dimengerti sebagai suatu kegiatan ilmiah yang
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
14
Junaedi Effendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris (Cet.
II, Jakarta: Kencana, 2018), h. 3.
15
J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif; Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya (Jakarta:
Grasindo, 2010), h. 2.
9
1. Jenis Penelitian
hubungan atau bersangkutan dengan situasi yang terjadi , pertentangan antara dua
keadaan atau lebih, serta perbedaan antar fakta yang ada dan pengaruhnya terhadap
suatu kondisi.16
makar yang terdapat dalam dua perspektif hukum, dimana data yang digunakan
terjadi yang tercatat sebagai sejarah. Sehingga metode penelitian kualitatif ini sesuai
keilmuan dari sisi normatifnya yang objeknya adalah hukum itu sendiri .17 Pendekatan
ini mengonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perUndang-
16
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 56.
17
Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia, 2011),
h. 57.
10
Undangan.18 Selain itu pendekatan normatif berarti berupaya mengkaji hukum yang
dikonsep sebagai norma atau kaidah yang berlaku di dalam masyarakat luas .
ilmiah dan pendapat-pendapat yang mendasarinya baik dalam Hukum Islam maupun
Hukum Positif.
3. Sumber Data
dengan bantuan bermacam sumber data yang terdapat di perpustakaan yang berkaitan
dengan pokok masalah skripsi ini. Data-data tersebut bersifat primer, sekunder dan
tersier.
dalam skripsi ini yaitu, Alquran dan Hadis, Undang-Undang Dasar 1945 dan KUHP
Data sekunder adalah data yang mencakup buku-buku, jurnal, pendapat pakar
hukum dan sebagainya.20 Dalam skripsi ini digunakan berbagai data sekunder,
beberapa diantaranya jurnal hukum yang disusun Hendrick Winatapradja yang
hingga skripsi yang disusun Lilis Kholishoh yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
18
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Cet. IX; Jakarta: Pt.
Raja Grafindo Persaja, 2016), h. 118.
19
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, h. 119.
20
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, h. 31.
11
penjelasan terhadap data primer dan sekunder, seperti kamus hukum dan ensiklopedia
serta akses internet.21 Penulis menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
ensiklopedia dan akses internet untuk mencari data pelengkap seputar makar yang
langsung pendapat atau tulisan orang lain sesuai dengan aslinya tanpa
Pengolahan data merupakan salah satu bagian yang amat penting dalam
metode ilmiah. Setelah data-data yang diperoleh dikelolah, maka tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis data agar menghasilkan data yang sempurna guna
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dalam metode komparatif atau
bersifat membandingkan antara pandangan hukum Islam dan hukum Positif terhadap
21
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, h. 119.
12
makar, baik itu persamaan dan perbedaannya, guna memperoleh kesimpulan akhir
yang jelas.
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
Adapun beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Dengan adanya penelitian ini, kita dapat mengetahui dan memahami seperti
apa konsep makar yang sesungguhnya dalam pandangan hukum Islam dan
Hukum Positif. Khususnya bagi para mahasiswa hukum agar tidak ada lagi
perspektif hukum, yaitu hukum Islam dalam Hukum Pidana Islam dan
A. Pengertian Al-Baghyu
Istilah makar menurut bahasa diambil dari kata Arab “makarun” yang berarti
tipu daya.1 Makar dalam segala bentuk kalimatnya banyak terdapat dalam Alquran.
Beberapa di antaranya dalam Surat Al-Imran/3: 53 makar diartikan sebagai tipu daya .
Tipu daya yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tipu daya yang dilakukan oleh
ajakannya, Allah kemudian menggagalkan rencana dan tipu daya itu sehingga mereka
pun tidak berhasil mencapai tujuan. Dan, Allah adalah perencana yang paling tepat
Terjemahnya:
Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas
tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. 3
Ayat lain yang berkaitan dengan makar yaitu dalam Q .S Ar-Ra’d/13: 42 yang
berbunyi:
1
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 1989), h. 425.
2
M Quraish Shihab https://qurano.com/id/3-ali-imran/ayat-54/ (12 Juli 2020)
3
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, h. 57.
13
14
Terjemahnya:
Dan sungguh, orang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu
daya, tetapi semua tipu daya itu di dalam kekuasaan Allah . Dan dia mengetahui
apa yang diusahakan oleh setiap orang, dan orang yang ingkar kepada Tuhan
akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik).4
itu disingkirkan dari negara mereka . Maka Allah membalas tipu daya mereka itu dan
Selain itu, ayat yang masih berkaitan dengan makar yang selanjunya yaitu
Terjemahnya:
Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya,sedang
mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya
4
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, h. 254.
5
Android Kit, Tafsir Ibnu Katsir Lengkap [Software]
15
merukapan jamak dari kata bugha yang dalam bahasa Arab berarti pemberontakan,
kezaliman, keluar dari aturan, sombong,8 dengki.9 Tindakan bugha ini memiliki
kesamaan dengan hirabah, dan terorisme, yaitu sama-sama mengadakan kekacauan
sangat berbeda. Hirabah sendiri adalah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang pada pihak tertentu, baik dilakukan di dalam rumah
atau di luar rumah dengan tujuan untuk menguasai harta orang lain dan membunuh
taat kepada seorang pemimpin yang sah dan tidak berbuat maksiat , penolakan
6
Kementrian Agama R.I., Al-Qur;an Al-Karim dan Terjemahnya, h. 381.
7
Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fikih Kontemporer (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.
458.
8
Ibrahim Mustafa, dkk., al-Mu’jam al-Wasith (T.tp: Dar al-Da’wah, t.th), h. 65.
9
Sa’di Abu Jubaib, al-Qamus al-Fiqhi (Dimasyq: Dar al-Fikr, 1993), h. 40.
10
M Nurul Irfan dan Masyrofan, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2013), h. 127.
11
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Ialamiy Muqarran bil Qanuni Wad’iy, terj. Tim
Tsalisah, Ensikopedia Hukum Islam (Bogor: PT. Kharisma Ilmu, 2007), h. 234.
16
penguasa, baik itu pemerintah yang zalim ataupun karena adanya perbedaan
paham.12
kekuatan yang keluar dari ketetapan pemimpin yang ditaati dan terhadap
benar.13
4. Menurut A. Hanafi, al-baghyu adalah orang yang berusaha melakukan
penguasa baru negara dengan jalan kekerasan, menyatakan tidak mau tunduk
menaati imam/pempimpin yang sah tanpa alasan yang benar atau tanpa hak .16
12
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Ialamiy Muqarran bil Qanunil Wad’iy, terj.
Tim Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 234.
13
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Ialamiy Muqarran bil Qanunil Wad’iy, terj.
Tim Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 234.
14
Mardani, Hukum Pidana Islam, h. 185-186.
15
Mardani, Hukum Pidana Islam, h. 185-186.
16
Mardani, Hukum Pidana Islam, h. 185-186.
17
adalah usaha melawan pemerintah yang sah secara terang-terangan atau nyata, baik
itu dengan menggunakan senjata maupun dengan cara tidak mengindahkan peraturan
tujuan tidak baik di mana tidak sespesifik defenisi Al-Baghyu pada pengertian-
pengertian yang telah dikemukakan di atas yang menjadi konsentrasi dalam penulisan
skripsi ini.
B. Sejarah Al-Baghyu
Pada masa Nabi Muhammad Saw., makar dilakukan oleh kaum kafir Quraisy
yang tunduk patuh terhadap aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya dan merencanakan
pembunuhan terhadap Nabi. Dalam Q.S. Al-Anfaal/8: 30 Allah berfirman:
Terjemahnya:
17
Mustofa Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) (Bandung:
Pustaka Setia, 2013), h. 454.
18
balai pertemuan mereka Dar an-Nadwah Mekah beberapa hari sebelum peristiwa
terjadi. Ada yang mengusulkan agar Nabi Muhammad Saw. diikat untuk
dari setiap suku yang akan membunuh Rasullullah secara bersama-sama. Rencana
busuk tersebut dibongkar oleh Allah dan melakukan pula rencana-Nya sehingga
beliau, sambil memakai selimut beliau dan pada malam itu juga beliau meninggalkan
Maka, pada saat para pengepung tersebut memasuki rumah Nabi , alangkah
Juga ketika Nabi Muhammad dan para kafilahnya pulang dari Tabuk menuju
Madinah, Hudzaifah bin Yaman menggiring unta milik Nabi , sedang Ammar bin
18
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya (Surabaya: Halim, 2013),
h. 180.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 5
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 430-431.
20
Jejak, “Kisah Hijrah Nabi Muhammad”. Dream.co. https://m.dream.co.id/jejak/kisah-
hijrah-nabi=muhammad=151013g.html (20 Oktober 2019).
19
Yasar yang mengendarainya. Ketika mereka sampai di jalan kecil di atas bukit ,
mereka dihadang oleh 12 orang. Para penghadang tersebut berniat merampas barang
bawaan Nabi Muhammad dan rombongannya. 12 orang tersebut adalah orang yang
sedang melakukan perjalanan dan ingin menyempitkan jalan Nabi saat sampai di
jalan kecil dan menjatuhkannya. Kisah ini diabaikan dalam Q.S. At-Taubah/9: 74:
Terjemahnya:
Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah , bahwa mereka tidak
mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah
mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam , dan
menginginkan apa yang mereka tidak mencapainya , dan mereka tidak mencela
(Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan
karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik
bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka
dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.21
Ayat ini menguraikan sifat orang-orang munafik yang terus menerus mencela
para pemberi sedekah dengan suka rela dari orang-orang mukmin dengan berkata
bahwa pemberian mereka pamrih jika mereka bersedekah dengan jumlah yang besar,
dan mencela orang-orang yang tidak mendapatkan harta untuk disedekahkan selain
sekedar dalam jumlah yang kecil sesuai kesanggupannya dengan berkata bahwa
pemberiannya terlalu sedikit dan tidak berarti di sisi Allah. Karena orang-orang
21
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahya, h. 199.
20
munafik ini terus mengejek mereka, maka Allah membalas orang-orang munafik ini
dengan ejekan pula serta azab yang pedih karena telah menyakiti hati orang-orang
mukmin.22
2. Pada Masa Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
pertama dalam pemerintahan Islam . Pada saat itu, muncul pemberontak dari
beberapa suku Arab yang membangkang kepada Abu Bakar sebagai Khalifah dan
menolak membayar zakat. Beberapa diantaranya kembali menyembah berhala meski
tetap memeluk islam dengan alasan Nabi Muhammad Saw . telah wafat dan berarti
berakhirlah juga komitmen yang pernah mereka buat dengan Beliau , Musailamah al-
Kazzab (Ibnu Habi al-Hanafi), seorang pendusta yang mengklaim dirinya sebagai
Bakar dengan tegas menyatakan memerangi mereka dalam peperangan yang dikenal
sebagai perang Riddah atau perang melawan kemurtadan. Dalam perang ini Abu
22
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 5, h.
662-663.
23
“Abu Bakar Ash-Shiddiq”. Wikipedia the Free Encyclopedia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq (26 Mei 2020).
21
protes di karenakan jabatan-jabatan yang dia berikan kepada keluarganya dari Bani
Umayyah. Pada tahun 665 M, oposisi dalam delegasi besar datang ke Mekkah untuk
Sebagian pemberontak ini dihasut oleh seorang Yahudi yang berpura-pura masuk
sebagai khalifah. Namun, dalam pengepungan ini, Utsman terbunuh oleh seorang
pemberontak yang berhasil masuk ke dalam rumahnya.
4. Pada Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib
Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib muncul kelompok yang disebut
sebagai kelompok khawarij. Khawarij secara harfiah berarti “mereka yang keluar” .24
Kelompok ini pada awalnya merupakan kelompok pengikut Ali bin Abi Thalib yang
ikut dalam memerangi Mu’awiyah bin Abi Sofyan . Perseteruan yang terjadi antara
kedua belah pihak berakhir dengan adanya arbitrase atau dikenal dengan istilah
tahkim. Keputusan tersebut bagi beberapa pengikut Ali bin Abi Thalib dianggap telah
keluar dari syariat Islam, maka mereka pun mengambil sikap tegas dengan cara
keluar dari barisan pengikut Ali bin Abi Thalib.
Karena hal itulah, tindakan kelompok khawarij sering dijadikan contoh dalam
menyatakan secara tegas dan terang-terangan bahwa mereka keluar dan memisahkan
24
“Khawarij”. Wikipedia the Free Encyclopedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Khawarij
(20 Oktober 2019).
22
Dalam Alquran Surat Q.S. An-Nisa/4: 59 berisi perintah untuk tunduk kepada
Terjemahnya:
mukminin agar menaati keputusan hukum dari siapa pun yang berwewenang
menetapkan hukum. Secara berurut dinyatakan oleh Allah Wahai orang-orang yang
dan Rasul-Nya yakni, Muhammad SAW dalam segala macam perintahnya, baik
25
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 108
26
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam (Semarang: Karya Abadi Jaya), h. 79.
27
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, h. 87.
23
Dan perkenankan juga perintah ulil amri yakni, orang yang berwenang
wahai orang mukmin, dan selama perintahnya tidak bertentangan dengan perintah
Allah atau perintah Rasul-Nya. Maka jika kamu tarik-menarik, yakni berbeda
pendapat tentang sesuatu karena kamu tidak menemukan secara tegas petunjuk Allah
dalam Al-Qur’an dan tidak juga petunjuk Rasulullah SAW dalam sunnah yang
Shahih, maka kembalikanlah ia kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah yang
tercantum dalam Al-Qur’an, serta nilai-nilai dan jiwa tuntunan Rasulullah SAW.
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, yakni sumber hukum ini adalah baik
lagi sempurna, sedang lainnya buruk atau memiliki kekurangan, dan disamping itu, ia
juga lebih baik akibatnya, baik untuk kehidupan dunia kamu maupun kehidupan
akhirat kelak.28
Selain ayat diatas, terdapat pula hadis-hadis yang dijadikan pijakan untuk
,ّللَا ملسو هيلع هللا ىلص ( م ْن حمل عل ْينا السَِلح ُ قال ر:ّللَاُ ع ْن ُهما قال
ِ سو ُل ه َع ْن اِ ْب ِن عُمر ِرضي ه
28
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 2
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 482-483
29
Ibn Hajar Al-Asqolani, Bulugh Al-Maram, terj. Irfan Maulana Hakim, Bulughul Maram
Panduan Lengkap Masalah-masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal (Jakarta: Mizan, 2010), h.
492.
24
Artinya:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa mengangkat senjata melawan kita , bukanlah termasuk golongan
kita." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
وفارق, ( م ْن خرج ع ْن ال هطاع ِة:َوع ْن أ ِبي هُر ْيرة رضي هللا عنه ع ْن النه ِبي ِ ملسو هيلع هللا ىلص قال
Pada dasarnya, makar tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kafir saja,
melainkan seorang muslim juga bisa melakukan makar. Contohnya seperti Abdullah
Bin Ubay yang melakukan tipu muslihat dan seorang munafik.31 Maka dari itu, siapa
saja yang melakukan makar, hukumnya dilarang karena makar merupakan perbuatan
dengan niat yang jahat, kejam dan merugikan serta membahayakan nyawa orang lain .
D. Unsur-unsur Al-Baghyu
30
Ibn Hajar Al-Asqolani, Bulugh Al-Maram, terj. Irfan Maulana Hakim, Bulughul Maram
Panduan Lengkap Masalah-masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal, h. 492.
31
“Abdullah bin Ubay bin Salul : Potret Munafiq di Zaman Rasulullah”. Islami.co.
https://islami.co/abdullah-bin-ubay-bin-salul-potret-munafiq-di-zaman-Rasulullah/ (20 Oktober 2019).
25
E. Kategori Al-Baghyu
Dalam hukum Islam atau lebih spesifik dalam hukum pidana Islam , tidak
dijelaskan secara detail jenis-jenis al-baghyu atau bughat. Juga tidak dijelaskan
secara rinci tentang objek tindak pidana pemberontakan (al-baghyu). Namun, Ulama
32
Mardani, Hukum Pidana Islam, h. 185
33
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 111.
34
Mardani, Hukum Pidana Islam, h. 185-186.
35
Muh. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah (Cet. II; Jakarta: Amzah, 2014), h.71.
26
persenjataan.
BAB III
A. Pengertian Makar
dengan aturan pemerintah. Sehingga mereka melakukan hal yang dapat meruntuhkan
muslihat, akal busuk, perbuatan yang bermaksud menyerang (membunuh) orang serta
perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah.1 Makar juga kerap dikaitkan
dengan istilah yang berasal dari bahasa Arab yaitu makr yang jika dirujuk lebih dekat
dengan tipu muslihat seperti dalam KBBI. Sedangkan menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), makar diterjemahkan dari kata aanslag yang dalam
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 902.
2
Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal (Bogor: Politeria, t.th), h. 108.
3
Widati Wulandari, Tristan P. Moeliono, “Problematika Pengertian Aanslag-Aanslag tot en
felt: Perbandingan Makar dalam KUHP, WvSNI dan Sr.”, PADJADJARAN Jurnal Ilmu Hukum
(2017): h. 476.
27
28
Dalam pasal tersebut hanya diberikan penafsiran tentang istilah makar dan
dengan pasal 53 dimana untuk melakukan suatu perbuatan itu ada apabila niat untuk
dihukum mati atau dipenjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya
membahayakan seluruh atau sebagian dari wilayah negara , diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun .7
Dalam pasal 107 KUHP, ayat 1 menyebutkan bahwa makar dengan maksud
untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun. Sedang dalam ayat 2 dijelaskan bahwa para pemimpin dan pengatur
4
Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, h. 97.
5
Djoko Prakoso, Tindak Pidana Makar Menurut KUHP (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h.
16.
6
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2017), h. 50.
7
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, h. 50.
29
makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
Berdasarkan cakupan pasal 104, 106 dan 107 KUHP dapat ditarik kesempatan
makna sebagai:
misalnya: aanval yang berarti serangan dan misdadige aanrading yang berarti
penyerangan dengan maksud tidak baik.9 Dalam terminologi Hukum Pidana, makar
terjemahan dari kata bahasa perancis: Coud’etat yaitu pengambilan kekuasaan dalam
Makar memiliki kemiripan makna dengan subversi yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti gerakan dalam usaha atau rencana menjatuhkan
8
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana, h. 51.
9
Laminating dan Theo Laminating, Kejahatan terhadap Kepentingan Hukum Negara, Edisi II
(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 5.
10
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana (Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 103.
11
BN Marbun, Kamus Politik (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 361.
30
begitu defenisi subversi jauh lebih luas dari pada tindak pidana makar walaupun
secara teknis pengertian subversi tidak mengatur tindakan separatisme , juga tidak
disyaratkan adanya dengan senjata sebagai unsur delik .13 Pada masa Orde Lama dan
Orde Baru, para pelaku makar turut didakwa selain dengan menggunakan KUHP,
keutuhan negara. Perlawanan tersebut muncul dari rakyat Indonesia sendiri dalam
upaya memecah belah Indonesia. Adapun beberapa contoh peristiwa makar yang
dibawa oleh seorang yang berkebangsaan Belanda bernama H.J.F.M. Sneevliet pada
tahun 1913. Nama Partai Komunis Indonesia digunakan pertama kali pada tahun
1924 dalam Kongres di Jakarta yang diadakan oleh Perserikatan Komunis Hindia
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, h. 1380.
13
Erdianto Effendi, “Makar dengan Modus Menggunakan Media Sosial”, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Riau (t.th).
14
Erdianto Effendi, “Makar dengan Modus Menggunakan Media Sosial”, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Riau (t.th): h. 4.
31
Belanda. Setelahnya, Partai Komunis Indonesia memiliki banyak massa pengikut dan
PKI adalah partai yang memiliki tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara komunis. Untuk mencapai tujuannya tersebut, pada tahun 1965 PKI
Dalam peristiwa tersebut, KPI berhasil menculik dan membunuh enam orang
perwira tinggi TNI AD, yaitu: Letnan Jenderal Anumerta, Mayor Jenderal Raden
utama dalam gerakan ini berhasil meloloskan diri , tapi Ade Irma Nasution dan Lettu
Pierre Andreas Tendean yang merupakan putri dan ajudannya menjadi korban dalam
gerakan ini.
PKI. PKI pun ditetapkan sebagai penggerak kudeta dan segala tokoh yang merupakan
15
Imam Maulana, “Sanksi Bughat dan Makar: Menurut Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif”, Skripsi (Jakarta: Fak. Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah, 2015), h. 41.
16
Berita, “Seputar G30S/PKI, Peristiwa Bersejarah Indonesia”. Detik.com.
https://m.detik.com/news/berita/seputar-g30spki-peristiwa-bersejarah-indonesia (21 Oktober 2019).
32
Darul Islam atau Negara Islam Indonesia (NII) didirikan oleh Sekarmaji
Marijan Kartosuwirjo yang pada tanggal 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya. Negara ini
tumbuh pada masa revolusi nasional masih berjalan . Melalui proglamasi yang
Kartosuwirjo bacakan pada 7 Agustus 1946 tersebut , dia dan para pengikutnya secara
keputusan itu adalah mengubah sistem ideologi Islam Partai Masyumi dari kepartaian
menjadi kenegaraan dengan Kartosuwirjo sebagai Imam umat Islam Jawa Barat dan
kembali ke Jawa Barat dengan cara menyusup dan long march ke daerah mereka
Majalaya, Jawa Barat. Kartosuwirjo dijatuhi hukuman mati sebagai dampak dari
17
Daud Aris Tanudirjo, Indonesia dalam Arus Sejarah: Perang dan Revolusi,” dalam Imam
Maulana, eds. Sanksi Bughat dan Makar: perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Jakarta: Fak.
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2015), h. 49.
18
Imam Maulana, “Sanksi Bughat dan Makar: Menurut Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif”, Skripsi, h. 50.
19
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi pada
tanggal 18 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian
Linggarjati tahun 1946.
33
pemberontakan yang telah dia lakukan. Hukuman tersebut diberikan oleh Mahkamah
Agung Darat, dan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat pun dapat dibersihkan.20
oleh aparat Pemerintahan dan juga satuan TNI sehingga menimbulkan vacum of
power (kevakuman pemerintahan) di daerah tersebut. Hal ini dimanfaatkan oleh Amir
Fatah, dimana pada tahun 1948 ia membawa tiga kompi pasukan Hizbullah yang
Maret 1949, Amir Fatah berjanji akan bergabung dengan Kartosuwiryo dalam
Mayor Jenderal TII. Namun, pada April di tahun yang sama ia menyerahkan
jabatannya sebagai koordinator perlawanan Tegal-Brebers kepada Mayor
Wongsonegoro dengan alasan bahwa TNI berlaku tidak baik kepada anggota
20
“Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat”. Zach Hotzone.
https://jekhotzone.com/2018/04/pemberontakan-ditii-di-jawa-barat.html (10 Mei 2020)
21
Daud Aris Tanudirjo, Indonesia dalam Arus Sejarah: Perang dan Revolus,” dalam Imam
Maulana, eds. Sanksi Bughat dan Makar: perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Jakarta: Fak.
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2015), h. 52.
34
bentukannya yaitu majelis islam . Amir Fatah pun menarik pasukannya dari Tegal-
dan melakukan penyerangan terhadap TNI. Mereka berhasil merebut pos pertahanan
TNI di Bentarsari dan melucuti senjata mereka. Mereka juga melakukan penculikan
terhadap aparat pemerintah dan rakyat yang menolak adanya Darul Islam , menyerang
dan membunuh pimpinan Brimob yang sedang berpatroli kala itu . Untuk
menghentikan dan memberantas gerakan Amir Fatah , TNI membentuk satuan
Pangarasan.
Karena serangan tersebut, Amir Fatah melarikan diri, namun pada 1951
akhirnya Amir pun tertngkap saat operasi penumpasan gerakannya oleh TNI sehingga
semakin banyak, maka lahirlah HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia. Dalam pandangan
HTI, sistem khilafahlah yang dapat menegakkan hukum-hukum Allah dan syariat
bisa berjalan secara kaffah. Mereka berpendapat bahwa penegakan sistem khilafah
22
Daud Aris Tanudirjo, Indonesia dalam Arus Sejarah: Perang dan Revolus,” dalam Imam
Maulana, eds. Sanksi Bughat dan Makar: perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Jakarta: Fak.
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2015), h. 52
35
merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi23 karena titk tolak
dari kemunculan persoalan-persoalan yang adalah berasal dari kesalahan hukum dan
perjanjian karena Indonesia berdiri bukan hanya berdasarkan kesepakatan antara umat
Islam saja, melainkan bersama dengan semua rakyat dari berbagai golongan agama.
sampaikan terus menerus dapat menimbulkan efek jangka panjang yang dapat
diberi sanksi lain selain pembubaran, dan larangan untuk menyebarkan ide dan
Peristiwa tersebut terjadi pada 9 Maret 1960, tepat siang hari Istana Presiden
dikagetkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan kanon 23 mm sebuah pesawat
Mig-17. Pilot pesawat tersebut adalah Daniel Maukar, seorang Letnan AU yang telah
hanya sebagai suatu peringatan saja dan telah memastikan tidak ada bendera kuning
23
Mohammad Rafiuddin, “Mengenal Hizbut Tharir”, Jurnal Islamuna (2015), h. 34.
36
dikibarkan di Istana tanda adanya Presiden di Istana . Namun, karena aksinya tersebut
Selain ketiga contoh di atas, masih ada beberapa lagi tindakan pemberontakan
yang pernah terjadi di Indonesia. Mulai dari yang ingin melepaskan diri dari NKRI
seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), Gerakan Aceh Merdeka (GAM), hingga
organisasi masyarakat (ormas) yang tidak setuju dengan ideologi negara seperti
Jamaah Islamiyah.
Dalam Hukum Positif, KUHP sebagai sumber utama tindak kejahatan atau
makar.
24
“Upaya Pembunuhan Terhadap Seokarno”. Wikipedia the Free Encyclopedia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Upaya_pembunuhan_terhadap_Soekarno (21 Oktober 2019).
25
Fitrotin Jamilah, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Jakarta: Dunia Cerdas,
2014), h. 26.
26
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Cet. I; Bandung: PT Refika
Aditama, 2003).
37
1. Pasal 104:
Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau
meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden yang memerintah ,
diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara paling lama dua puluh tahun.27
2. Pasal 105:
Pasal ini ditiadakan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1946, Pasal VIII,
butir 13.28
3. Pasal 106:
Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari wilayah negara ,
diancam diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara paling lama dua puluh tahun.29
Dalam pasal ini dimaksudkan adalah makar yang bertujuan untuk membuat
memisahkan wilayah tersebut dari Indonesia untuk dibentuk menjadi negara baru .
4. Pasal 107:
a. Makar dengan maksud untuk menggulingkan menggulingkan pemerintah,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
b. Para pemimpin dan pengatur makar tersebut dalam ayat 1 , diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara sementara paling lama
dua puluh tahun.30
5. Pasal 108:
a. Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana
paling lama lima belas tahun:
(1) Orang yang melawan pemerintah Indonesia dengan senjata;
(2) Orang yang dengan maksud melawan pemerintah Indonesia menyerbu
bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang
melawan pemerintah dengan senjata.
27
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
28
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
29
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
30
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
38
D. Unsur-unsur Makar
a) Adanya niat.
31
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51-52.
32
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 52.
33
Seosilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal demi Pasal, h. 97.
34
Djoko Prakoso, Tindak Pidana Makar Menurut KUHP, h. 59.
39
si pelaku.
hukum.35
Berdasarkan pasal 104 KUHP yang berbunyi:
Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau
meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden yang memerintah ,
diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara paling lama dua puluh tahun.36
Berasal dari pasal ini diketahui bahwa unsur tindak pidana makar yaitu:
35
Rahman Syamsuddin dan Ismail Aris, Merajut Hukum di Indonesia, 194-195.
36
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
40
1. Unsur subjektif: met heg oogmerk atau dengan maksud, artinya pelaku
2. Unsur objektif:
ini, setidaknya ada tiga syarat yang harus terpenuhi, yaitu: adanya
dalam pasal 104 bahwa makar yang dilakukan dengan maksud untuk
yang diatur dalam pasal 333 KUHP. Pasal 333 KUHP berbunyi:
(1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas
kemerdekaan seseorang atau meneruskan pernapasan kemerdekaan
yang demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama
delapan tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas.
(4) Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi orang
yang dengan sengaja dan melawan hukum memberi tempat untuk
perampasan kemerdekaan.37
37
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 135.
42
dapat membuat Presiden dan Wakil Presiden lemah atau idak mampu
memerintah.
Dari rumusan pasal ini, dapat diketahui unsur-unsur tindak pidana makar,
yaitu:
2. Unsur objektif:
d. Het grondgebied van den staat atau wilayah negara, dalam hal ini
38
Laminating, Delik-delik Khusus Kejahatan-kejahatan terhadap Kepentingan Hukum
Negara (Bandung: Sinar Baru, 1987), h. 5.
39
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
43
sebagian.
Dari isi pasal diatas dapat diketahui unsur-unsur tindak pidana makar sebagai
berikut:
2. Unsur Objektif:
40
Laminating dan Theo Laminating, Kejahatan terhadap Kepentingan Hukum Negara, Edisi
II (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 41.
41
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51.
42
Laminating dan Theo Laminating, Kejahatan terhadap Kepentingan Hukum Negara, Edisi
II (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 52.
44
E. Kategori Makar
Dalam KUHP sendiri, tindak pidana yang digolongkan sebagai makar ada
104 KUHP;
seseorang bernama Jalaluddin pada tahun 2019 lalu karena aksi demonstrasi yang dia
Amin. Dalam laporannya, Kivlan dituduh telah menyebarkan berita bohong dan
menjadi penggerak makar terhadap pemerintah dan dilaporkan atas tindak pidana
Undang-undang No. 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 14 dan atau Pasal 15
terhadap keamanan negara serta makar Undang-undang No. 1 Tahun 1946 tentang
KUHP Pasal 107 juncto Pasal 87 dan atau Pasal 163 bis juncto Pasal 107.
bahwa dirinya menjadi pihak yang menginisiasi aksi demonstrasi dan hanya
43
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Keamanan dan Keselamatan Negara (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), h. 11.
45
dirinya yang menyebarkan berita bohong dan menggerakkan makar dengan dalih dia
hanya menyampaikan aspirasinya dan dia tidak memiliki senjata dan tidak berniat
Namun, Kivlan Zen menjadi salah satu dari enam tersangka kasus kerusuhan
pada 21-22 Mei 2019 yang telah menewaskan sembilan orang. Pada 30 Mei 2019 dia
ditahan oleh Kepolisian atas rencana pembunuhan dan kepemilikan senjata ilegal. Dia
dijerat dengan Undang-undang Darurat Pasal 1 ayat 1 No. 12 Tahun 1951 tentang
senjata api. Dia disangkakan memiliki dan menguasai senjata api yang terkait dengan
enam tersangka yang berniat membunuh empat tokoh nasional dan satu pimpinan
lembaga survei. Empat tokoh tersebut adalah Menko Polhukam Wiranto, Kepala
Luhut Binsar Pandjaitan, serta Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan
Gories Mere.
Fakta bahwa salah satu tersangka kerusuhan merupakan sopir pribadi paruh
waktunya membuat posisi Kivlan berat dan memperkuat sangkaan yang ditujukan
kepadanya. Kivlan Zen sendiri mengaku bahwa dia memang membahas tentang
senjata api dengan sopirnya, namun senjata tersebut diperuntukkan untuk melindungi
dirinya dan bukan untuk maksud lain seperti yang disangkakan polisi kepadanya. 44
terjadi terhadap Kilvan Zen. Salah satunya ketika Kivlan dijadikan tersangka secara
mendadak seperti yang pernah dirinya sendiri alami di tahun 2016 ketika dirinya
44
Majalah Tempo, https://nasional.tempo.co/amp/1211012/3-fakta-kasus-yang-jerat-kivlan-
zen-makar-senjata-api (13 Juni 2020)
46
dituding melakukan makar. Menurutnya, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan
Makar diatur dalam pasal 104 sampai 108 KUHP seperti yang sudah penulis
paparkan di sub-bab pertama, ini merupakan delik formil. Namun dalam kasus ini,
Kivlan Zen tidak memenuhi syarat sebagai tersangka. Menurut Hibnu Nugroho Pakar
berlebihan dan merupakan tindakan upaya pencegahan agar tindakan makar tidak
benar-benar terjadi dan terlaksana46, dalam pandangan penulis sendiri, kasus yang
menjerat Kivlan Zen, beliau tidak memenuhi syarat sebagai tersangka tindak pidana
makar dan dalam kasus ini menjurus atau terkesan dilakukan sebagai pembungkaman
oposisi dengan bukti palsu dikarenakan kasus ini terjadi saat masih dalam suasana
pemilihan umum.
45
Tirto, https://amp.tirto.id/batal-jadi-ahli-sri-bintang-sebut -kivlan-dikriminalisasi-ee3m (13
Juni 2020)
46
Kompas.com, https://megapolitan.kompas.com/read/2019/-5/21/06003541/sejumlah-tokoh-
terjerat-pasal-makar-pandangan-ahli-hukum (13 Juni 2020)
BAB IV
Alquran dipandang sebagai kejahatan terhadap agama . Hukum Pidana Islam telah
menggolongkan macam hukuman dari segi tinjauannya, yaitu:
1. Hukuman pokok atau ‘uqubah asliyah misalnya qisas bagi pelaku tindak
pencurian.
alasan yang sah. Misalnya, hukuman diyat atau denda sebagai ganti dari
hukuman qisas, atau hukuman ta’zir sebagai pengganti had atau qisas yang
hukuman tambahan dari qisas atau pencabutan hak sebagai saksi terhadap
pelaku tindak pidana qadzaf (menfitnah orang berbuat zina) dimana hukuman
hukuman pokok dengan syarat adanya keputusan sendiri dari hakim dan
47
48
syarat ini yang menjadi pemisah antara hukuman pelengkap dengam hukuman
tambahan.1
Terkait makar atau dalam Hukum Islam disebut jarimah al-baghyu telah
digolongkan ke dalam jarimah hudud yang sanksinya telah ditetapkan. Namun, ada
1) Hudud
kategori, yaitu: aturan yang ketentuannya tidak boleh ditambah ataupun dikurangi,
aturan yang ketentuannya boleh ditambah tapi tidak boleh dikurangi, aturan yang
ketentuannya tidak boleh ditambah tapi boleh dikurangi, dan aturan yang
yang menjadi Had Hudud Allah Swt. sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-
Hujurat/49: 9 yang berbunyi:
1
Usin Supriasin, “Makar dalam Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam”, Skripsi
(Surkarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008), h. 137-138.
2
Fuad Thohari, Hadis Ahkam: Kajian Hadis-hadis Hukum Pidana Islam (Hudud, Qisash dan
Ta’zir) (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 51.
49
Terjemahnya:
Dan apabila ada dua kelompok/golongan orang mukmin yang yang berperang,
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu antara keduanya berbuat
zalim terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat
zalim itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah . Jika golongan
tersebut telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah mereka
dengan cara yang adil, dan berlaku adil. Sungguh Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil.3
Melihat ayat di atas, jelaslah bahwa sanksi bagi pelaku bughat adalah dengan
dibunuh atau hukuman mati. Namun, jika dalam proses perdamaian pelaku bughat
bersedia berdamai dan kembali ke ketaatan kepada Imam, maka mereka wajib
dilindungi.
2) Hukuman Ta’zir
Ta’zir merupakan kata dasar bagi azzara yang secara bahasa berarti menolak,
arti hukuman yang berupa memberi pelajaran. Hukum ta’zir ini bertujuan memberi
efek jera kepada pelaku bughat dan bagi siapa saja yang berniat melakukannya .4
Ta’zir merupakan hukuman pendidikan yang dijatuhkan kepada pelaku tindak
pidana oleh Hakim.5 Jarimah hudud dapat menjadi jarimah ta’zir apabila ada
3
Kementrian Agama R.I., Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya (Surabaya: Halim, 2013), h.
516.
4
Djazuli, Fiqh Jinayat (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam) (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 163.
5
Fuad Thohari, Hadis Ahkam: Kajian Hadis-hadis Hukum Pidana Islam (Hudud, Qisahs dan
Ta’zir) (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 266.
50
Adapun tujuan pemidanaan menurut para ahli hukum pidana Islam adalah
sebagai berikut:
a. Pembalasan (al-Jaza’)
Secara umum, maksud dari al-Jaza’ memberikan arti bahwa tindak pidana
harus dikenakan pembalasan yang setimpal atas apa yang telah dilakukannya dengan
masyarakat. Hal ini dikatakan sesuai dengan konsep keadilan yang di mana
menghendaki seseorang itu mendapat balasan yang setimpal atas perbuatannya.
Pembalasan ini juga bertujuan untuk meredam keinginan balas dendam yang
b. Pencegahan (az-Zajr)
terulang lagi. Pencegahan dilihat dari dua aspek, yaitu pencegahan umum yang
ditujukan kepada masyarakat secara umum dengan harapan mereka tidak melakukan
tindak pidan dikarenakan takut akan hukumannya, dan pencegahan secara khusus
asas dalam sistem pemidanaan Islam. Seperti dalam Q.S Al-Maidaj/5: 58-59 yang
berbunyi:
6
Octoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam”, IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak
Azazi Manusia. http://www.ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/inright/article/vie/1210/1040 (4 Juni 202).
7
Octoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam”, IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak
Azazi Manusia.
51
Terjemahnya:
Laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tetapi, barangsiapa
bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan
memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 8
memulihkan si pelaku tindak pidana. Mereka berpendapat hukuman seperti ini akan
dilanjutkan sampai mereka benar-benar bertaubat. Tujuan dari pemulihan yang paling
jelas adalah ta’zir. Tujuan ta’zir sendiri untuk mendidik serta memulihkan pelaku
tindak pidana. Namun, tujuan ini terkadang dianggap kurang efektif bagi pelaku
d. Al-Isti’adah
Tujuan ini untuk mengembalikan keadaan atau suasan seperti semula sebelum
tindak pidana terjadi dengan permufakatan korban baik individu maupun masyarakat
dengan pelaku tindak pidana dengan membuat pelaku bertanggung jawab atas
tujuan ini disimpulkan dari ayat-ayat yang dengan tegas mengatakan adanya
hukuman diat sebagai hukuman pengganti dari hukuman qisas apabila korban telah
8
Kementrian Agama RI., Al-Qur’an Al-Kaarim dan Terjemahnya, h. 114.
9
Octoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam”, IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak
Azazi Manusia.
52
memaafkan pelaku tindak pidana tersebut. Hal ini merupakan salah satu
permufakatan yang dapa mengikis dendam kedua belah pihak dan mewujudkan
kedamaian.10
Tujuan hukuman penebusan dosa dalam hukum pidana Islam lebih terlihat
pada tindak pidana yang dijatuhi hukuman kafarat. Tindak pidanadan hukuman
tesrebut ditentukan spesifik oleh syariat semata-mata sebagai upaya penebusan dosa
karena telah melakukan sesuatu yang dilarang baik dalam bentuk perkataan ataupun
perbuatan.11
c) Sebagai sarana retribusi bagi mereka yang menjadi korban dari suatu
tindak pidana.
Pemidanaan diikuti dengan sanksi atau pidana yang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pidana dalam arti yang sesungguhnya dan pidana dalam arti bukan yang
10
Octoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam”, IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak
Azazi Manusia.
11
Muhammad Ismail Abu ar-Raysy, Al-Kaffarah fi al-Fiqh al-Islami, dalam Octoberrinsyah,
“Tujuan Pemidanaan dalam Islam”, IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia.
12
Usin Supriasin, “Makar dalam Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam”, Skripsi, h.
132.
53
1. Pidana pokok:
a. Pidana mati;
b. Pidana penjara;
c. Pidana kurungan;
d. Pidana denda;
e. Pidana tutupan.
2. Pidana tambahan:
a. Pencabutan hak-hak tertentu;
pertolongan kepada pelaku agar dapat keluar dari kondisi yang membuatnya
melakukan tindak pidana. Terkait tindak pidana makar, KUHP juga menentukan
adanya pidana pokok dan pidana tambahan kepada pelaku tindak pidana makar .
Adapun pidana pokok yang mengatur tentang sanksi tindak pidana makar14:
13
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2017), h. 15.
14
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 51-71.
54
lama 20 tahun.
3. Pasal 107 -Makar dengan maksud -Pidana penjara paling lama lima
6. Pasal 164 Mengetahui mufakat untuk Pidana penjara satu tahun empat
107, 108, 113, 115, 124, 187 kejahatan itu jadi dilakukan.
memberitahukannya kepada
tersebut.
7. Pasal 165 Mengetahui adanya niat untuk -Pidana penjara paling lama
kejahatan pada pasal 104, 106, paling banyak empat ribu lima
tersebut.
Selain pidana pokok diatas, tindak pidana makar juga dapat dikenai pidana
tambahan sebagaimana dalam pasal 128 KUHP ayat 1-2 yang berbunyi:
1) Dalam pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 104, dapat dipidana
pencabutan hak-hak berdasar pasal 35 ayat 1-5.
56
aturan-aturan umum;
4. Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan,
a. Pembalasan (Retribution)
terjadi. Teori ini mengedepankan sanksi dalam hukum pidana yang dijatuhkan
semata-mata karena pelaku sebagai balasan dari tindak pidana yang telah dia
lakukan. Teori retribution sudah ada sejak lama. Yang paling terkenal dari teori ini
adalah perintah Alkitab yang berbunyi “...mata untuk mata, gigi diganti gigi,
15
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 59.
16
Tim Redaksi BIP, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana, h. 28.
57
b. Pencegahan (Detteren)
kesalahan pelaku meainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang bermanfaat
pemidanaan dimaksudkan sebagai wadah perbaikan sikap atau tingkah laku pembuat
tindak pidana dan memcegah orang lain untuk melakukan perbuatan serupa.
Tokoh dari teori ini, yaitu Bentham mengatakan bahwa perlu untuk
tiga strategi untuk mencegah seseorang melakukan tindak pidana lagi, yaitu:
c. Rehabilitation of Criminal
menjadi anggota yang taat hukum dan menjadi masyarakat yang produktif. Model
17
Nafi’ Mubarok, “Tujuan Pemidanaan Nasional dan Fiqh Jinayah”, Jurnal Al-Qanun UIN
Sunan Ampel Surabaya (2015), h. 301.
18
Nafi’ Mubarok, “Tujuan Pemidanaan Nasional dan Fiqh Jinayah”, Jurnal Al-Qanun UIN
Sunan Ampel Surabaya, h. 302-303.
58
pelaku melakukan tindak pidana. Perubahan tersebut yang selanjutnya sebagai hasil
dari intervensi yang direncakan dan proses tersebut di dalamnya perubahan secara
d. Pelemahan (Incapacitationi)
Tujuan ini mengacu pada pikiran bahwa kemampuan pelaku tindak pidana
e. Restoration
Tujuan dari teori ini adalah restorasi komunikasi yang menjadikan rasa damai
dan aman bagi korban dan pelaku dengan menyelesaikan konflik di antara kedua
belah pihak. Restorasi menekankan kerugian yang diderita korban akibat perbuatan
pelaku dan membuat pelaku mengkonpensasi korban dan masyarakat agar dapat utuh
kembali.21
19
Nafi’ Mubarok, “Tujuan Pemidanaan Nasional dan Fiqh Jinayah”, Jurnal Al-Qanun UIN
Sunan Ampel Surabaya, h. 303-304.
20
Nafi’ Mubarok, “Tujuan Pemidanaan Nasional dan Fiqh Jinayah”, Jurnal Al-Qanun UIN
Sunan Ampel Surabaya, h. 305.
21
Nafi’ Mubarok, “Tujuan Pemidanaan Nasional dan Fiqh Jinayah”, Jurnal Al-Qanun UIN
Sunan Ampel Surabaya, h. 305
59
C. Komparasi Sanksi Tindak Pidana Makar dalam Hukum Islam dan Hukum
Positif
Hukum Islam dan Hukum Positif memiliki perbedaan dan persamaan dalam
1. Persamaan
Menurut penulis sendiri, baik dalam Hukum Islam maupun Hukum Positif
sanksi pokok bagi pelaku tindak pidana makar dapat dijatuhi hukuman mati. Dalam
Hukum Islam pelaku makar dikenakan sanksi jika pemberontakan yang pelaku
lakukan telah selesai dilakukannya. Sanksi yang dijatuhkan adalah hukuman hudud
yaitu hukuman mati atau diperangi . Sama halnya dalam Hukum Positif yang
memberikan pidana mati kepada pelaku tindak pidana makar terhadap Presiden atau
Pelaku tindak pidana makar juga dapat dikenai hukuman tambahan di mana
dalam Hukum Islam bisa saja berupa dicabutnya hak untuk mewarisi dan diwarisi,
dalam Hukum Positif pelaku tindak pidana makar dapat dikenai pencabutan hak-hak
2. Perbedaan
dengan pelaku agar diketahui alasan mengapa dia memberontak dan dicari jalan
tengah agar terjadi perdamaian. Jika dalam mediasi pelaku tidak ingin kembali taat
kepada Imam atau pemerintah yang sah maka berlakukah hudud itu. Hudud juga
60
dapat tergantikan menjadi pemberian hukuman ta’zir jika terdapat syubhat dan unsur-
unsur tindakan makar atau al-baghyu tidak terpenuhi. Ta’zir merupakan hukuman
pengganti sedangkan dalam Hukum Positif tidak ada hukuman pengganti bagi pelaku
Pelaku makar dalam Hukum Islam juga tidak dapat dijatuhi hukuman jika
hanya adanya niat tanpa adanya pelaksanaan ., sedangkan di dalam Hukum Positif
pelaku tindak pidana makar sudah dapat diberi sanksi apabila unsur adanya niat dan
permulaan pelaksanaan, tanpa harus menunggu selesai atau telah sampai pada akhir
akan kembali taat kepada pemerintah yang sah, pelaku tetap mendapatkan sanksi.
Seperti yang terjadi pada Daniel Maukar yang dipaparkan pada bab sebelumnya
bahwa meskipun dalam aksinya melakukan penyerangan di Istana Negara dia sama
terdapat ketentuan apa yang menjadi hukuman tambahan karena bisa saja diberi
hukuman selain pencabutan hak waris mewarisi, sedangkan dalam Hukum Positif
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makar dalam Hukum Pidana Islam dikenal dengan istilah al-baghyu. Secara
etimologi, al-baghyu merukapan jamak dari kata bughat yang dalam bahasa
Arab berarti pemberontakan. Al-Baghyu memiliki tiga unsur yaitu
Menurut KUHP, makar diterjemahkan dari kata aanslag yang dalam kamus
Unsur makar ada dua, yaitu niat dan permulaan pelaksanaan. Hukum yang
menjadi dasar bagi tindak pidana makar, yaitu pasal 104, 106 sampai 108
KUHP.
2. Sanksi bagi pelaku makar dalam hukum Islam ada dua, yaitu hukuman hudud
yang batasan hukumannya ditetapkan oleh Allas Swt. Dan hukuman ta’zir
sanski bagi pelaku makar ini diatur dalam pidana pokok pasal 104, 106, 107,
108, 110, 164, 164 KUHP serta hukuman tambahannya dalam pasal 128
KUHP.
61
62
B. Implikasi Penelitian
Mengingat dalam penerapan kata makar yang diambil dari kata bahasa arab
yaitu makr dan didefenisikan sebagai aanslag dalam bahasa Indonesia, sedangkan
dalam istilah hukum pidana Islam makar diistilahkan dengan Al-Baghyu maka
Adapun penelitian ini agar kiranya dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
peneliti berikutnya serta bagi mahasiswa hukum dalam memahami makar sehingga
63
64
67
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
Kampus II Jl. H. M. Yasin Limpo No. 36, Romangpolong-Gowa
Tlp. (0411) 841879, Fax. (0411) 8221400
Menimbang : a. Bahwa mahasiswa tersebut di atas telah memenuhi persyaratan dan ketentuan Ujian Seminar
Proposal/Skripsi;
b. Bahwa dengan terpenuhinya persyaratan dan ketentuan di atas,maka perlu ditunjuk Panitia dan Dosen
Penguji;
c. Bahwa mereka yang tersebut namanya pada lampiran Keputusan ini dipandang cakap dan memenuhi
syarat untuk diserahi tugas melaksanakan kegiatan dimaksud.
Menimbang : a. Bahwa mahasiswa tersebut di atas telah memenuhi persyaratan dan ketentuan Ujian Seminar
Hasil/Skripsi;
b. Bahwa dengan terpenuhinya persyaratan dan ketentuan di atas,maka perlu ditunjuk Panitia dan
Dosen Penguji;
c. Bahwa mereka yang tersebut namanya pada lampiran Keputusan ini dipandang cakap dan
memenuhi syarat untuk diserahi tugas melaksanakan kegiatan dimaksud.
Tembusan :
Yth. Rektor UIN Alauddin Makassar di Romang Polong;
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Kampus II : Jl. H. M.YasinLimpo No. 36 Romang Polong – Gowa, Telp. 841879 Fax 8221400
Menimbang : a. Bahwa mahasiswa tersebut di atas telah memenuhi persyaratan dan ketentuan Ujian
Munaqasyah/Skripsi;
b. Bahwa dengan terpenuhinya persyaratan dan ketentuan di atas,maka perlu ditunjuk Panitia dan
Dosen Penguji;
c. Bahwa mereka yang tersebut namanya pada lampiran Keputusan ini dipandang cakap dan
memenuhi syarat untuk diserahi tugas melaksanakan kegiatan dimaksud.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 04 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinnggi dan
Pengelolaan PerguruanTinggi,
3. Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 289 Tahun 1993 Jo Nomor 202 B Tahun 1998 tentang
Pemberian Kuasa dan Wewenang Manandatangani Surat Keputusan;
4. Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 20 Tahun 2014 tentang Statuta UIN Alauddin Makassar;
5. Peraturan Menteri Agama RI. Nomor 25 Tahun 2013 Junto Peraturan Menteri Agama RI Nomor 85
tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Alauddin Makassar;
6. Keputusan Rektor UIN Alauddin Makassar Nomor 200 Tahun 2016 tentang Pedoman Edukasi UIN
Alauddin Makassar.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Membentuk Panitia dan Penguji Ujian Munaqasyah/Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar dengan komposisi sebagai berikut :
Tembusan :
Yth. Rektor UIN Alauddin Makassar di Samata – Gowa; (Sebagai Laporan)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2012. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Gowa dan lulus
pada tahun 2015. Penulis kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi pada tahun 2016 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jurusan
Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum dengan jalur Ujian
Masuk Khusus (UMK). Selama kuliah, penulis sempat tergabung dalam organisasi
68