Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Selama beberapa tahun belakangan ini, perkembangan asuransi di
Indonesia menunjukkan angka kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi
menunjukkan geliat pertumbuhan di dalam usaha yang mereka jalankan, yang
mana semakin hari semakin banyak nasabah yang mengunakan layanan asuransi
di dalam kehidupan mereka.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan atas berbagai
macam resiko yang bisa terjadi dan menimpa diri mereka sewaktu-waktu adalah
salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna asuransi belakangan ini.
Hal ini tentu saja menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi perusahaan
asuransi yang menyediakan layanan asuransi, di mana akan semakin luas pasar
yang bisa diolah dan dijadikan sebagai sasaran penjualan produk yang mereka
miliki.
Sesuai dengan perkembangan zaman, asuransi juga mengalami
perkembangan yang cepat dan semakin baik setiap harinya. Selain meningkatkan
pelayanan kepada para nasabahnya, perusahaan asuransi juga melakukan berbagai
macam usaha untuk bisa tetap memperluas dan memajukan bisnis yang mereka
jalankan selama ini.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengeluarkan
berbagai produk baru dan lebih inovatif bagi nasabahnya. Saat ini, produk
asuransi tidak hanya terbatas pada jenis asuransi jiwa dan asuransi kesehatan saja,
karena pada dasarnya kedua produk inilah yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat luas.
Dalam perkembangannya, perusahaan asuransi juga mengeluarkan
berbagai macam produk yang bisa dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan
nasabah yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak nasabah
yang menggunakan layanan asuransi dan semakin banyak penjualan yang bisa
diciptakan. Ada banyak jenis produk asuransi yang bisa dipilih oleh nasabah
pengguna asuransi, antara lain: asuransi kesehatan, asuransi dana pendidikan,
asuransi dana pensiun, asuransi mobil, asuransi properti, dan beragam jenis
asuransi lainnya.
Dengan banyaknya produk yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi,
maka akan ada banyak pilihan dan juga pertimbangan yang bisa diambil oleh
nasabah yang akan menggunakan asuransi tersebut. Hal ini juga menciptakan
aroma persaingan yang baik di antara perusahaan penyedia layanan asuransi, di
mana mereka tentu akan berlomba-lomba untuk memberikan layanan terbaik di
dalam produk yang mereka miliki.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
diketahui bahwa perkembangan industri perasuransian di Indonesia memiliki
peran yang signifikan dalam mendukung terjadinya proses pembangunan nasional.
Hal ini dilihat atas kontribusi perusahaan asuransi dalam memupuk dana jangka
panjang dalam jumlah yang besar, yang kemudian digunakan sebagai dana dalam
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Di dalam layanan yang diberikan
oleh perusahaan asuransi, masyarakat juga mendapatkan dukungan dalam bentuk
perlindungan atas berbagai resiko dan juga kerugian yang bisa saja menimpa
mereka sewaktu-waktu, terutama di saat mereka sedang menjalankan usahanya.
Hal ini menunjukkan betapa perkembangan asuransi juga memiliki peran
yang cukup besar di dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang terjadi
belakangan ini. Pemahaman masyarakat yang semakin baik mengenai pentingnya
perlindungan sebuah asuransi juga menjadi sebuah hal yang mempengaruhi
kemajuan di dalam bisnis asuransi itu sendiri.
Ketika kepercayaan masyarakat terhadap sebuah produk telah tercipta,
maka akan semakin mudah untuk mengembangkan dan melakukan penjualan
produk tersebut. Hal inilah yang terjadi di dalam bisnis asuransi, di mana semakin
banyak orang yang menginginkan sebuah jaminan/perlindungan terhadap berbagai
macam resiko yang akan mereka hadapi di masa yang akan datang.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksi industri
asuransi umum akan mencatatkan pertumbuhan gemilang di tahun 2019.
Diperkirakan industri ini bisa meraih pertumbuhan premi minimal di angka 10%.

2
Direktur Eksekutif AAUI Dody A.S Dalimunthe mengatakan, pertumbuhan premi
tersebut disebabkan sejumlah faktor. Pertama, tahun depan diperkirakan tingkat
kesadaran masyarakat menggunakan produk asuransi meningkat.
Sedangkan faktor kedua, memasuki tahun politik di tahun depan akan
memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk pada
pembelian produk asuransi. Bahkan sejumlah calon legislatif menjanjikan
pemberian produk asuransi bagi masyarakat yang memilihnya di pemilihan umum
(pemilu) nanti. Meski demikian, ajang pemilihan wakil rakyat tersebut membuat
kondisi perekomian sulit diprediksi. Karena, menurut dia, itu semua masih
bergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahan baru, apakah
mempengaruhi bisnis asuransi atau tidak. Memasuki tahun politik juga
memberikan dampak terhadap produk asuransi dalam kategori simple risk, yaitu
produk asuransi umum atau kerugian yang tingkat resiko dan perhitungan teknis
produknya sederhana, serta standar resiko tidak menggunakan perluasan jaminan.
Seperti asuransi kendaraan bermotor, asuransi kebakaran dan kecelakaan diri.
Bumiputera 1912 didirikan oleh Boedi Oetomo pada masa perjuangan
1912 dengan modal Rp0. Spiritnya adalah gotong royong untuk menyejahterakan
pemegang polis. Namun karena komplikasi masalah badan hukum, governance
yang buruk, dan pengawasan yang lemah, bahkan terkesan adanya pembiaran
masalah, membuat penyakit menahun yang tak kunjung sembuh itu, makin kritis.
Semua pihak tentu berharap Bumiputera tidak roboh tergilas zaman.
Inilah PR lama yang akan menjadi tantangan bagi Ketua Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang baru, Wimboh Santoso dan kawan-kawan.
Bumiputera merupakan satu-satunya perusahaan nasional yang berbadan
hukum mutual (usaha bersama) yang berlandaskan nasionalisme, semangat gotong
royong, dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, sesuai dengan corak ekonomi
kerakyatan sebagaimana amanat Pasal 33 UUD 1945.
Badan hukum mutual dimaksud adalah, setiap pemegang polis sekaligus
pemegang saham. Dalam operasi dan pengambilan keputusan mutual sangat
berbeda dengan Perseroan Terbatas (PT) maupun Koperasi. Selain ada unsur
jajaran Direksi dan Komisaris, mutual ini memiliki Badan Perwakilan Anggota
(BPA). Secara politik perusahaan, BPA inilah yang paling menentukan
pengambilan keputusan strategis di Bumiputera.
Firdaus sejak 1995 telah menjadi pengawas industri asuransi, terutama
asuransi yang rusak itu. Saat itu Firdaus menjabat sebagai Direktur Asuransi
Bapepam-Lembaga Keuangan Depkeu. Saat Bumiputera melakukan kesalahan
investasi di tanah dan properti dalam jumlah besar, melebihi 20% pada setiap
lahan investasi, ditambah pula banyaknya polis berbasis dolar, maka ketika rupiah
melemah ke level Rp17.000 per dolar AS, terjadi redemption (penarikan polis
dolar) besar-besaran. Di situlah pukulan pertama yang telak untuk Bumiputera.
Namun karena basis nasabah (custome based) Bumiputera sangat besar,
sekitar 5,8 juta nasabah, sehingga premi masuk masih cukup untuk menalangi
likuiditas keluar saat itu.
Tapi yang jelas jebakan investasi tanah dan bangunan yang overdosis
(Hotel Bumi Wiyata, Depok), sehingga itulah persoalan yang mulai serius
dihadapi Bumiputera. Saat itu selisih kewajiban (Rp4 triliun) dan aset Bumiputera
(Rp2,7 triliun) mengalami negative spreadsekitar Rp1,3 triliun.
Sejak itu penyakit negative spread antara aset dan kewajiban itu terus
membesar seiring membesarnya skala bisnis Bumiputera. Hanya saja laporan
keuangan yang dipublikasikan Bumiputera saat itu seolah-olah tidak ada masalah
yang serius, seolah-olah semua baik-baik saja.
Pada 2012, berdasarkan hasil pengawasan internal komisaris sejak Januari
sampai Oktober 2012, ternyata ada kabar yang mengejutkan. Kinerja keuangan
perusahaan sampai 31 Oktober 2012 mengalami kerugian sebesar Rp1,33 triliun,
dengan trend kerugian yang terus naik.
Pada saat itu asuransi jiwa komersial semisal PT Prudential Life Assurance
mampu membukukan laba bersih hingga Rp5 triliun. Begitu juga Manulife
mampu membukukan laba bersih sekitar Rp2,5 triliun.
Posisi ekuitas Bumiputera berdasarkan hasil pengawasan komisaris
independen menunjukkan angka yang negatif Rp953 miliar. Artinya perusahaan
tidak memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah RI No. 81/2008 Pasal 1 tanggal
31 Desember 2008, bahwa untuk asuransi konvensional harus memiliki modal

4
sendiri minimal Rp40 miliar paling lambat Desember 2010, dan minimal Rp70
miliar paling lambat Desember 2012.
Sedangkan aset Bumiputera pada saat itu diketahui meningkat 3,32%
menjadi Rp12,07 triliun pada Oktober 2012. Sementara kewajiban meningkat
8,04% menjadi Rp22,77 triliun. Sehingga kenaikan kewajiban jauh lebih tinggi
dibandingkan kenaikan aset dalam 10 bulan tahun 2012.
Perimbangan kekayaan dan kewajiban riil Bumiputera pada saat itu
menunjukkan 53,36%, jauh dibawah ketentual regulasi pemerintah minimal
100%. Artinya dari 100 kewajiban Bumiputera hanya ditopang 53,36 aset,
harusnya 1 berbanding 1.
Hasil pemeriksaan komisaris saat itu juga menunjukkan jumlah dana
investasi sangat tidak cukup untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis
(unfavourable). Sampai Oktober 2012 total investasi Bumiputera sebesar Rp10,21
triliun, sementara cadangan teknis dan utang klaim mencapai Rp22,63 triliun.
Rasio solvabilitas atau kesehatan Bumiputera menunjukkan negatif sangat
besar, yakni minus 1.145,77% pada Januari 2012, menjadi 1.304,65% pada
Oktober 2012. Angka itu jauh di bawah ketentuan modal minimal yang
diperkenankan (risk based capital—RBC) 120%.
Realitas kinerja seperti itulah yang harus dibenahi Dirut Cholil Hasan dkk
ketika masuk fase pembenahan Bumiputera. Tapi faktanya memang sulit dibenahi,
sampai gonta-ganti direksi berikutnya dan masuklah periode Pengelola Statuter
efektif 27 Oktober 2016 lalu.
Bagaimana kinerja Bumiputera hari ini? Berdasarkan data dari berbagai
sumber yang terkait, terungkap bahwa aset Bumiputera per 2016 berada di kisaran
Rp10 triliun, sementara kewajibannya telah melonjak menjadi Rp30 triliun, atau
negatif antara aset dan kewajiban sebesar Rp20 triliun.
Untung saja sepanjang 2016 ini Bumiputera masih memilik pendapatan
premi sebesar Rp5,8 triliun. Selain juga memiliki kas keras sekitar Rp2 triliun,
selebihnya aset Bumiputera berupa tanah dan bangunan.
Itu sebabnya pada 2012, Bumiputera masuk dalam hitungan OJK sebagai
perusahaan asuransi dalam pengawasan khusus. Gonta-ganti manajemen ternyata
juga tak membuat Bumiputera lebih baik. Namun pada 2016 Bumiputera sudah
keluar dari predikat perusahaan asuransi dalam pengawasan khusus.
Langkah pembentukan pengelola statuter apakah akan menjadi langkah
terkahir hidup dan mati Bumiputera? Melihat keseriusannya memang ada, tapi
dengan negative spread antara aset dan kewajiban sebesar Rp20 triliun, dengan
tanpa pemegang saham pengendali, adalah impossible.
Penyimpangan investasi
Salah satu penyebab Bumiputera masuk dalam kategori dalam pengawasan
khusus adalah kesalahan investasi dimasa lalu, baik investasi pada tanah dan
bangunan, terutama investasi bodong mainan para direksi, komisaris dan BPA.
Pada bagian ini terlihat jelas adanya pelanggaran GCG dan semua pelaku sudah
dibawa ke muka hukum.
Penyimpangan investasi itu pada gilirannya membuat bisnis inti (core
business) Bumiputera menjadi terganggu hingga saat ini. Adapun penyimpangan
investasi itu secara periodik adalah.
Pertama, manajemen Bumiputera sekitar 1995-1997 memborong tanah 13
ha untuk membangun hotel & resort, lapangan golf, apartemen di Jl Margonda
Raya yang melampaui ketentuan investasi properti maksimum 20%. Direksi pada
saat membeli diindikasikan melakukan mark up harga sehingga mengambil marjin
yang dibebankan kepada Bumiputera.
Berdasarkan UU Perasuransian No. 2/1999 yang diamendemen dengan UU
No. 40/2014, industri asuransi diperkenankan melakukan investasi pada saham,
obligasi, reksadana, tanah dan bangunan, masing-masing maksimum 20%.
Direktur Investasi Bapepam-LK Firdaus Djaelani, saat itu, hanya
memberikan teguran ringan kepada manajemen Bumiputera. Dengan kesalahan
investasi tersebut Bumiputera mengalami masalah likuiditas, terjadi negative
spread antara aset dan kewajiban Rp1,3 triliun.
Kedua, sejak 2007-2009 manajemen Bumiputera Bumiputera
mengamanatkan kontrak pengelolaan dana investasi sebesar Rp107,87 miliar ke
PT Optima Karya Capital Manajemen (OKCM) dengan janji return 11% per

6
tahun. Dana itu rencananya ditanamkan dalam bentuk saham dan obligasi dengan
janji pengembalian sebesar Rp424,39 miliar sampai akhir masa kontrak.
Apa yang terjadi selanjutnya, penempatan dana yang dilakukan pada 8 Mei
2007, 18 hari kemudian dana itu lenyap. Dana itu ditranskfer ke 15 rekening oleh
manajemen OKCM, untuk beli properti, membeli kendaraan dan untuk kawin lagi.
Sementara saham dan obligasi sebagai vehicle investasi juga dijual.
Itu sebabnya, Harjono Kesuma, pemilik sekaligus CEO OKCM, ditangkap
polisi dengan tuduhan penipuan investasi. Ternyata track record Harjono memang
buruk, dia tersandung berbagai kasus investasi bodong dan tetap eksis. Selain
menggelapkan dana Bumiputera sebesar Rp424 milair juga menjerat dana PT
Kereta Api Indonesia sebesar Rp100 miliar.
Ketiga, puluhan (bahkan ada yang bilang ratusan) hektar lahan Bumiputera
di sekitar Menara Imperium (Mega Kuningan) beralih kepemilikan ke PT Bakrie
Land Tbk sekitar 2008-2009. Modusnya, Bakrie Land membeli Menara Imperium
dan lahan di sekitarnya menggunakan obligasi setara sekitar Rp300-an miliar,
bukan uang tunai. Obligasi Bakrie Land itupun kemudian dijual ke publik,
sehingga Bumiputera yang sebelumnya memiliki tanah, beralih menjadi memiliki
obligasi.
Ketika harga obligasi Bakrie Land jatuh, aset Bumiputera pun ikut jatuh.
Namun kesalahan investasi Bumiputera selalu ditutup-tutupi baik oleh manajemen
maupun pengawas industri asuransi.
Keempat, manajemen melakukan pembobolan Bumiputera dari dalam
lewat modus replanting. Yakni melakukan penutupan polis lama dan menerbitkan
polis baru atas nama account yang sama. Account yang pernah di-replanting atas
nama PT Bridgestone Tires Indonesia. Atas tindakan ini manajemen mendapat
komisi Rp23 miliar.
Kalau akan dilanjutkan, tentu biaya pertanggungan polis yang jatuh tempo
sangat besar, yakni mencapai Rp5 triliun per hari. Sebaliknya, jika harus ditutup,
belum ada semacam Lembaga Penjamin Polis (LPP) sebagaimana Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) di lingkungan perbankan. Artinya, jika Bumiputera
harus ditutup, tidak ada lembaga yang membantu mengembalikan polis nasabah.
Itulah persoalan-persoalan seputar plus minus apakah Bumiputera harus
diselamatkan atau ditutup. Terdapat banyak komplikasi dan pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan, pekerjaan rumah paling besar itu adalah ketiadaan LPP. Dari
uraian latar belakang di atas kami tertarik untuk membahas makalah dengan judul
“ Jatuh Bangun Industri Asuransi AJB Bumi Putra”

B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa indentifikasi masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa itu asuransi?
2. Apa tujuan Asuransi?
3. Apa resiko dalam asuransi?
4. Apa Jenis Asuransi?
5. Apa dasar hukum kontrak/perjanjian asuransi?
6. Bagaiamana cara mengadakan kontrak/perjanjian asuransi?
7. Apa itu Polis Asuransi?
8. Apa hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung?
9. Apa itu asuransi berganda?
10. Apa itu reasuransi dan under insurance?
11. Apa Asas kontrak asuransi?
12. Bagaimana Batalnya Asuransi?
13. Apa Sanksi Asuransi?
14. Bagaimana Putasan Mahkamah Agung P U T U S A N No. 272/Pdt.G/2014/
PN.Mlg?

C. Maksud dan Tujuan


Maksud pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang
asuransi. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui asuransi
2. Untuk Mengetahui tujuan Asuransi
3. Untuk Mengetahui resiko dalam asuransi
4. Untuk Mengetahui Jenis Asuransi

8
5. Untuk Mengetahui dasar hukum kontrak/perjanjian asuransi
6. Untuk Mengetahui cara mengadakan kontrak/perjanjian asuransi
7. Untuk Mengetahui Polis Asuransi
8. Untuk Mengetahui hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung
9. Untuk Mengetahui asuransi berganda
10. Untuk Mengetahui reasuransi dan under insurance
11. Untuk Mengetahui Asas kontrak asuransi
12. Untuk Mengetahui Batalnya Asuransi
13. Apa Sanksi Asuransi
14. Untuk Mengetahui Putasan Mahkamah Agung P U T U S A N No.
272/Pdt.G/2014/ PN.Mlg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Unsur Asuransi


Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah
suatu perjanjian dimana Penanggung berjanji pada yang mempertanggungkan
yan gharus membayar primi untuk memberikan padanya penggantian kerugian
karena khilangan/kerusakan/tidak mendapapat keuntungan yang diharapkan oleh
yang mempertanggungkan disebabkan oleh peristiwa yang belum tentu terjadi.

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau


lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan, menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun
1992 tertanggal 11 Februari 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU
Asuransi”) yang sudah dicabut oleh Undang–undang No. 40 tahun 2014
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Perasuransian yang memuat
pengertian asuransi sebagai berikut : Asuransi adalah perjanjian antara dua
pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya

10
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu


bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320
KUH Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan
yang bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH
Perdata.
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan
(kans- overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung
ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung
kepada suatu kejadian yang belum tentu”.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
 Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320
KUH Perdata; Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi
perjanjian tersebut sudah ditentukan oleh Perusahaan Asuransi
(kontrak standar). Namun demikian, hal ini tidak sejalan dengan
ketentuan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tertanggal 20
April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
 Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan
Tertanggung, namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung
berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan;
 Adanya premi sebagai bukti bahwa Tertanggung setuju untuk
diadakan perjanjian asuransi;
 Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak
terikat untuk melaksanakan kewajibannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yuridis asuransi dari suatu
asuransi adalah:
1. Adanya pihak tertanggung.
2. Adanya pihak penanggung.
3. Adanya kontrak asuransi
4. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan yang diderita tertanggung
5. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin terjadi
6. Adanya uang premi yang dibayar oleh oleh penanggung kepada
tertanggung

B. Tujuan Asuransi
a. Pemindahan Resiko
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan
resiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Artinya
resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak tertanggung
dengan diikatkannya perjanjian asuransi menjadi beralih kepada
pihak penanggung. Dengan membayar sejumlah premi kepada
perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula resiko beralih
kepada penanggung.
b. Sebagai pembagian resiko
Artinya resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak
tertanggung itu sendiri dengan diikatkannya perjanjian asuransi
menjadi dibagi bersama dengan tertanggung-tertanggung lainnya
secara tidak langsung dengan membayar premi
Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi bertujuan untuk
memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguh–sungguh diderita. Dalam
pembayaran ganti kerugian oleh perusahaan asuransi berlaku prinsip subrogasi
(diatur dalam pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dimana
penggantian hak si berpiutang (tertanggung) oleh seorang pihak ketiga
(penanggung/pihak asuransi) – yang membayar kepada si berpiutang (nilai klaim
asuransi) – terjadi baik karena persetujuan maupun karena undang-undang.

C. Resiko Dalam Asuransi


Adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kehendak tertanggung yang
menimbulkan kerugian bagi tertanggung, resiko mana menjadi objek jaminan

12
asuransi.
Ada beberapa resiko dalam asuransi yaitu sebagai berikut:
1. Resiko murni (pure risk)
Kejadian yang masih tidak pasti bahwa suati kerugian akan timul, di mana
jika kejadian tersebut terjadi, maka timbullah kerugian itu.
2. Resiko spekulasi (speculative risk)
Kejadian yang terjadi menimbulkan dua kemungkinan akan menguntungkan
atau merugikan
3. Resiko khusus
Resiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak hanya terhadap
sorang tertentu saja
4. Resiko fundamental
Resiko yang bersumber dari masyarakan umum dan/atau yang mempengaruhi
masyarakat luas
5. Resiko statis
Resiko yang tidak berubah dari masa ke masa
6. Resiko dinamis
Resiko yang berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.

D. Penggolongan Jenis Asuransi


Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
ganti rugi dan Asuransi sejumlah uang.
1. Asuransi Kerugian terdiri dari:
a. Asuransi Kebakaran;
b. Asuransi Kehilangan dan Kerusakan;
c. Asuransi laut;
d. Asuransi Pengangkutan;
e. Asuransi Kredit.
2. Asuransi Jiwa terdiri dari
a. Asuransi Kecelakaan;
b. Asuransi Kesehatan;
c. Asuransi Jiwa Kredit
Perbedaan asuransi gandti rugi dan asuransi sejumlah uang adalah sebagai
berikut:
Asuransi ganti rugi Asuransi sejumlah uang
 Mengganti kerugian tertentu yang  Penanggung berjanji akan membayar
diderita oleh tertanggung sebesar sejumlah uang yang sudah ditentukan
kerugian yang diderita sebelumnya (tidak disandarkan
kerugian tertentu)
 Berlaku pasal 246 KUH Dagang  Berlaku pasal 305 KUH Dagang
“Asuransi atau pertanggungan adalah “Perencanaan jumlah uangnya dan
perjanjian, di mana penanggung mengikat penentuan syarat pertanggungannya, sama
diri terhadap tertanggung dengan sekali diserahkan kepada persetujuan
memperoleh premi, untuk memberikan kedua belah pihak. (KUHPerd. 1780.)”
kepadanya ganti rugi karena suatu
kehilangan, kerusakan, atau tidak
mendapat keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dapat diderita karena
suatu peristiwa yang tidak pasti.”

E. Dasar Hukum Kontrak/Perjanjian Asuransi


Perjanjian asuransi adalah perjanjian untung-untungan/kans Overenskom
(Pasal 174 KUH Perdata)
Suatu perjanjian untung-untungan adalah:
Suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya baik bagi semua
pihak maupun bagi salh satu pihak tertanggung pada suatu kejadian yang belum
tentu.

F. Cara Mengadakan Kontrak/Perjanjian Asuransi:


 Syarat sahnya kontrak/perjanjian asuransi
Seperti halnya telah diuraikan di atas bahwa menurut ketentuan KUH
perdata bahawa perjanjian/kontrak harus memunuhi syarat sahnya perjanjian
yaitu harus memenuhi syarat yang tertuang dalam pasal 1320 KUP Perdata
yaitu:

14
1. Adanya kesepakatan kehendak antara pihak penanggung dengan
tertanggung
2. Adanya kecakapan dari kedua belah pihak baik penanggung maupun
tertanggung
3. Adanya obyek asuransi disebut kepentingan.
Kepentingan adalah kekayaan atau bagian dari kekayaan yang apabila
terjadi musibah akan menimbulkan kerugian
Kepentingan tersebut harus memenuhi beberapa syarat antara lain:
Kepentingan Materiil/materiil belang
 Dapat dinilai dengan uang
 Dapat diancam bahaya Asuransi Ganti Rugi
 Tidak dikcualikan UU
Kepentingan Idiil/idiil belang
Asuransi Sejumlah Uang
Tidak dapat dinilai dengan uang
4. Adanya causa yang halal dalam perjanjian asuransi disebut bahaya,
misalnya: kebanjiran, kehilangan, kerusakan
Selain keempat syarat tersebut di atas, khusu untuk perjanjian asuaransi
perlu dilengkapi dengan persyaratan tambahan yang tertuang dalam pasal 251
KUH Dagang disebut mededelingspicht yaitu memberikan keterangan yang
sebenar-benarnya tentang keadaan objek yang diasuransikan dari pihak
tertanggung.

 Bentuk perjanjian Asuransi


1) Formal, dibuat secara tertulis yaitu dalam bentuk akta, walaupun akat di
bawah tangan yang hanya dibuat oleh kedua belah pihak saja yaitu pihak
penanggung dan pihak tertanggung disebut polis.
Fungsi polis hanya sebagai alat bukti saja. Artinya ketiadaan akta tidak
menyebabkan batalnya perjanjian asuaransi

2) Konsensual artinya perjanjian sudah dinyatakan sah sejak ada kesepakatan


antara pihak penanggung dan pihak tertanggung, bahkan sebelum hak dan
kewajiban timbul sejak ada kesepakatan, walau polis dalam belum
ditandatangani

G. Asas Kontrak Asuransi


Suatu asuransi di dahuli dengan suatu kontrak/perjanjian yang dusebut
“polis asuransi”. Dalam kontrak asuaransi berlaku asas-asas:
1) Asas Indemnity, tujuan utama dari suatu kontrak asuransi adalah untuk
membayar ganti rugi manakala terjasi resiko atas objek yang dijaminkan
2) Asas kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest) objek yang
diasuransikan tersebut harus dapat dinilai dengan uang
3) Asas keterbukaan, informasi mengenai objek yang diasuransikan harus
terbuka dan jelas
4) Asas subrograsi untuk kepentingan penganggung. Objek yang sama
diasuransikan lebih dari satu perusahaan asauransi, maka keuntungan dari
pihak ketiga adalah milik perusahaan asaransi pertama.
5) Asas kontrak bersyarat. Kontrak asuransi merupakan kontrak bersyarat,
ganti rugi akan dibayarkan jika ada suatu peristiwa tertantu terhadap objek
yang diasuransikan
6) Asas kontrak untung-untungan. Kontrak asuransi merupakan kontrak
untung-untungan, pihak asuransi akan diuntungkan bila tidaj terjadai
peristiwa terhadap objek yang dipertanggungkan.

H. Berlakunya Asuransi
Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat
ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam
prakteknya dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya
kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai
ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan
asuransi wajib menerbitkan polis asuransi (Pasal 255 KUHD).

16
I. Polis Asuransi
1. Fungsi Polis
Menurut ketentuan pasal 225 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta
yang disebut “polis” yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan
janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para
pihak (penanggung dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi.
Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah
terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis, maka para pihak (khususnya
Tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi polis dimana sebaiknya tidak
mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi
sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).

2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi
jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
e. Bahaya-bahaya/evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penanggung;
g. Premi asuransi;
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan
segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain
mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen)
yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa
pemilik atau pemegang hak.
Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di
dalam polisnya harus pula menyebutkan:
1. letak dan batas barang tetap yang dipertanggungkan;
2. penggunaannya;
3. sifat dan penggunaan bangunan-bangunan yang berbatasan, selama hal
itu dapat mempunyai pengaruh terhadap pertanggungannya;
4. nilai barang yang dipertanggungkan;
5. letak dan batas bangunan dan tempat, di mana barang bergerak yang
dipertanggungkan berada, disimpan atau ditumpuk.
Adapun isi polis asuransi berdasarkan KUH Dagang adalah sebagai berikut:
 Asuransi ganti rugi : Pasal 564 KUH Dagang
 Asuransi Jiwa : Pasal 304 KUH Dagang
 Asuransi Kebakaran : Pasal 287 KUH Dagang
 Asuransi Hasil Pertanian : Pasal 299 KUH Dagang
 Asuransi Laut : Pasal 592 KUH Dagang
 Asuransi Pengangkutan : Pasal 686 KUH Dagang
3. Jenis Klausula Asuransi
Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji khusus yang
dirumuskan secara tegas dalam polis, yang lazim disebut Klausula asuransi yang
maksudnya untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam
pembayaran ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian. Jenis-jenis asuransi tersebut ditentukan oleh sifat objek asuransi itu,
bahaya yang mengancam dalam setiap asuransi. Klausula-klausula yang
dimaksud antara lain:
a. Klausula Premier Risque
Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi dibawah nilai
benda terjadi kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian
seluruhnya sampai maksimum jumlah yang diasuransikan (Pasal 253 ayat
3 KUHD). Klausula ini biasa digunakan pada asuransi pembongkaran dan
pencurian, asuransi tanggung jawab.
b. Klausula All Risk

18
Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala resiko atau
benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan mengganti semua
kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang
timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan
karena cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).
c. Klausula Total Loss Only (TLO)
Klausula ini menentukan bahwa penanggung hanya menanggung
kerugian yang merupakan kerugian keseluruhan/total atas benda yang
diasuransikan.
d. Klausula Sudah Diketahui (All Seen)
Klausula ini digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini
menentukan bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan, konstruksi,
letak dan cara pemakaian bangunan yang diasuransikan.
e. Klausula Renunsiasi (Renunciation)
Menurut Klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung,
dengan alasan pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa
pasal tersebut harus diberlakuan secara jujur atau itikad baik dan sesuai
dengan kebiasaan. berarti apabila timbul kerugian akibat evenemen
tertanggung tidak memberitahukan keadaan benda objek asuransi kepada
penanggung, maka penanggung tidak akan mengajukan pasal 251 KUHD
dan penanggung akan membayar klaim ganti kerugian kepada
tertanggung.
f. Klausula Free Particular Average (FPA)
Bahwa penaggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian
yang timbul akibat peristiwa khusus di laut (Particular Average) seperti
ditentukan dalam pasal 709 KUHD dengan kata lain penanggung
menolak pembayaran ganti kerugian yang diklaim oleh tertanggung yang
sebenarnya timbul dari akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan
klausula FPA.
g. Klausula Riot, Strike & Civil Commotion (RSCC)
Riot (kerusuhan) adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal
sebanyak 12 orang, yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama
menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan
menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang
belum dianggap sebagai huru-hara.

Strike (pemogokan) adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh


sekelompok pekerja, minimal 12 orang pekerja atau separuh dari jumlah pekerja
(dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari 24 orang), yang menolak bekerja
sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan
dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap peraturan atau persyaratan
kerja yang diberlakukan oleh majikan.
Civil Commotion (huru-hara) adalah keadaan di suatu kota dimana
sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok- kelompok
kecil menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat
dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan
sejumlah besar harta benda, sedemikian rupa sehingga timbul ketakutan umum,
yang ditandai dengan terhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat
perdagangan/pertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi umum di
kota tersebut selama minimal 24 jam secara terus menerus yang dimulai
sebelum, selama atau setelah kejadian tersebut.

4. Hal yang harus diperhatikan:


Banker’s Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang
tercantum dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank
dimana dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai
penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan
sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi (polis).
Klausula ini muncul sebagai akibat adanya hubungan hutang piutang
antara Debitur dan Kreditur dimana obyek pertanggungan adalah menjadi
jaminan Bank; sehingga klausula ini bukan merupakan standard yang pada
umumnya tercantum dalam Polis.

20
J. Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung
Uraian Penanggung Teranggung
Hak - Menerima premi - Menerima polis
- Menerima - Mendapat ganti
mededelingslicht kerugian jika terjadi
(keterangan tentang peristiwa yang belum
keadaan benda yang tentu terjadi
sebenarnya dari benda - Hak-hak lain sebagai
yang diasuransikan dari lawan dari kewajiban
tertanggung) tertanggung
- Hak-hak lain sebagai
lawan dari kewajiban
penanggung

Kewajiban - Memberikan polis - Membayar premi


- Memberikan ganti rugi - Memberikan
apabila terjadi peristiwa mededelingsplidat
yang tidak boleh - Mencegah agar
bertentangan dengan asa kerugian dapat diatasi
indemtriteit (untuk
asuransi ganti rugi)
- Memberikan pembayaran
sejumlah uang berdasarkan
kata sepakat (untuk
asuransi sejumlah uang)
- Mengembalikan premi
restorno(mengembalikan
sebagian atau seluruh
premi berhubung
sebagian.seluuruh resiko
tek jasi dipertanggungkan)
Syarat premi restorno:
itikad baik, peristiwa
belum terjadi, perjanjian
seluruh/sebagian tak sah

K. Asuransi Berganda (Double Insurance/Double Verzekering)


Diatur dalam pasal 252 KUH Dagang. Kecuali dalam hal yang diuraikan
oleh ketentuan undang-undang, tidak boleh diadakan pertanggungan kedua untuk
waktu yang sama, dan untuk bahaya sang sama atas barang-barang yang telah
dipertanggungkan untuk nilaiaya secara penuh, dengan ancaman kebatalan
terhadap pertanggungan yang kedua.
Bila asuransi II diikatkan lagi dengan waktunya sama, kepentingan sama,
bahaya sama. Sedangkan asuransi I sudah ditutup sepenuhnya, maka asuaransi II
batal. Misal, A memiliki sebuah rumah dengan nilai Rp 300.000.000.
Diasuransikan dengan nilai seharga Rp 300.000.000 pula. Maka A tidak boleh
mengasuransikan untuk kedua kalinya. Akibat asuransi II batal (prinsip
indemniteit/penanggung dirugikan)

L. Re Asuransi/Re Insurance/Her Verzekering


Re asuransi terjadi bila A mengasuransikan rumah pada asuransi X, maka
perusahaan asuransi X bisa mengasuransikan lagai pada perusahaan Y. Asuransi
Y diperkenankan asal tidak melanggar prinsip indemniteit

M. Under Insuranse/Asurnasi Di bawah Harga


Pasal 253 ayat 2 KUH Dagang “Bila nilai barang itu tidak dipertanggungkan
sepenuhnya, maka penanggung, dalam hal kerugian, hanya terikat menurut
perimbangan antara bagian yang dipertanggungkan dan bagi- yang tidak
dipertanggungkan”
Pasal 253 ayat 3 KUH Dagang “ Akan tetapi bagi pihak yang berjanji bebas
untuk mempersyaratkan dengan tegas, bahwa tanpa mengingat kelebihan nilai
barang yang dipertanggungkan, kerugian yang diderita oleh barang itu akan
diganti sampai jumlah penuh yang dipertanggungkan”. Asuransi akan mengganti
sebesar kerugian yang diderita namun dengan maksimum sampai dengan jumlah
yang diasuransikan. Penggantian menurut pasal 253 ayat 3 KUH Dagang lebih
besar dari pada penggantian menurut ayat 2, karena keurian diganti seluruhnya,
tidak menurut imbangan seperti dalam pasal 253 ayat 2 KUH Dagang.

N. Batalnya Asuransi
Suatu pertanggungan atau asuransi karena pada hakekatnya adalah
merupakan suatu perjanjian maka ia dapat pula diancam dengan resiko batal atau
dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana

22
ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam
perjanjian asuransi:
- Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung
tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal
itu disampaikan kepada penanggung akan berakibat tidak ditutupnya
perjanjian asuransi tersebut (Pasal 251 KUHD);
- Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi
ditandatangani (Pasal 269 KUHD);
- Memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan melalui
pengadilan membebaskan si penanggung dari segala kewajibannya
yang akan datang (Pasal 272 KUHD);
- Terdapat suatu akalan cerdik, penipuan, atau kecurangan si
tertanggung (Pasal 282 KUHD);
- Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan
tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal
Indonesia atau kapal asing yang digunakan untuk mengangkut
obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak
boleh diperdagangkan (Pasal 599 KUHD).

O. Sanksi
Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian, dapat dikenakan sanksi berupa Sanksi Administratif
dan Sanksi Pidana, sebagai berikut :
1. Sanksi Administratif
Pasal 70
Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif
kepada Setiap Orang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
Pasal 71
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 3 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3), Pasal 4 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal
7 ayat (1), Pasal 10 ayat
(1) dan ayat (2), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat
(1), Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 15, Pasal 16
ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 18 ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 19 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 20 ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 21 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
Pasal 22 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), Pasal 26 ayat (1),
Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 ayat (2), ayat (4), ayat (6),
ayat (7), dan ayat (8), Pasal 29 ayat (3), ayat (5), dan ayat (6),
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 31 ayat (1), ayat (3), dan ayat
(4), Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2),
Pasal 36, Pasal 39 ayat (5), Pasal 40 ayat (1) dan ayat (3), Pasal
41 ayat (1), Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 46 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 53 ayat (1), Pasal 54 ayat (1), Pasal 55 ayat (2),
Pasal 68 ayat (1), dan Pasal 86 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh
kegiatan usaha;
c. larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah untuk lini usaha tertentu;
d. pencabutan izin usaha;
e. pembatalan pernyataan pendaftaran bagi Pialang Asuransi,
Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi;
f. pembatalan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria,
akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan jasa
bagi Perusahaan Perasuransian;
g. pembatalan persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi;
h. denda administratif; dan/atau

24
i. larangan menjadi pemegang saham, Pengendali, direksi, dewan
komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham,
Pengendali, direksi, dan dewan komisaris pada badan hukum
berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, atau
menduduki jabatan eksekutif di bawah direksi, atau yang setara
dengan jabatan eksekutif di bawah direksi pada badan hukum
berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, pada Perusahaan Perasuransian.
(3) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan menilai kondisi Perusahaan
Perasuransian membahayakan kepentingan Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta, Otoritas Jasa Keuangan dapat
mengenakan sanksi pencabutan izin usaha tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif yang lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3),

serta besaran denda sanksi administratif sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf h diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan.
Pasal 72
(1) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
erusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah dikenai
sanksi peringatan tertulis atau pembatasan kegiatan usaha,
Otoritas Jasa Keuangan dapat memerintahkan:
a. penambahan modal;
b. penggantian direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan
direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk
koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris
perusahaan, atau auditor internal;
c. direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan
dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau
usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c, dan/atau ewan pengawas syariah menyerahkan
pengendalian dan pengelolaan kegiatan Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah kepada Pengelola Statuter;
d. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah
mengalihkan sebagian atau seluruh portofolio pertanggungan
kepada Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah lain;
dan/atau
e. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah
melakukan tindakan yang dinilai dapat mengatasi kesulitan
atau tidak melakukan tindakan yang dinilai dapat
memperburuk kondisi perusahaan.
(2) Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah, Otoritas Jasa Keuangan dapat
mencabut izin usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah.
(3) Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta instansi yang berwenang
untuk memblokir sebagian atau seluruh kekayaan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi,
atau perusahaan reasuransi syariah yang sedang dikenai sanksi
pembatasan kegiatan usaha karena tidak memenuhi ketentuan
tingkat solvabilitas atau dicabut izin usahanya.

26
(4) Pencabutan blokir terhadap sebagian atau seluruh kekayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setelah
memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara
pemblokiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan pencabutan
blokir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
2. Sanksi Pidana
Pasal 73
(1) Setiap Orang yang menjalankan kegiatan usaha asuransi, usaha
asuransi syariah, Usaha Reasuransi, atau Usaha Reasuransi
Syariah tanpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);
(2) Setiap Orang yang menjalankan kegiatan Usaha Pialang Asuransi
atau Usaha Pialang Reasuransi tanpa izin usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
(3) Setiap Orang yang menjalankan kegiatan Usaha Penilai Kerugian
Asuransi tanpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 74
(1) Anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau yang setara
dengan anggota direksi dan anggota dewan komisaris pada badan
hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, anggota dewan
pengawas syariah, aktuaris perusahaan, auditor internal,
Pengendali, atau pegawai lain dari Perusahaan Perasuransian yang
dengan sengaja memberikan laporan, informasi, data, dan/atau
dokumen kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) yang tidak benar, palsu, dan/atau
menyesatkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah);
(2) Anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau yang setara
dengan anggota direksi dan anggota dewan komisaris pada badan
hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, anggota dewan
pengawas syariah, aktuaris perusahaan, auditor internal,
Pengendali, atau pegawai lain dari Perusahaan Perasuransian yang
dengan sengaja memberikan informasi, data, dan/atau dokumen
kepada pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (4) dan Pasal 46 ayat (2) yang tidak benar, palsu,
dan/atau menyesatkan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (duapuluh miliar rupiah).

Pasal 75
Setiap Orang yang dengan sengaja tidak memberikan informasi atau
memberikan informasi yang tidak benar, palsu, dan/atau menyesatkan
kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 76
Setiap Orang yang menggelapkan Premi atau Kontribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5) dan Pasal 29 ayat (4) dipidana

28
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 77
Setiap Orang yang menggelapkan dengan cara mengalihkan,
menjaminkan, mengagunkan, atau menggunakan kekayaan, atau
melakukan tindakan lain yang dapat mengurangi aset atau
menurunkan nilai aset Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) tanpa hak dipidana
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
Pasal 78
Setiap Orang yang melakukan pemalsuan atas dokumen Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 79
Anggota direksi dan/atau pihak yang menandatangani polis bare dari
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah yang sedang
dalam pengenaan sanksi pembatasan kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah).
Pasal 80
Setiap Orang, yang ditunjuk atau ditugasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan, yang menggunakan atau mengungkapkan informasi apapun
yang bersifat rahasia kepada pihak lain, kecuali dalam rangka
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya berdasarkan keputusan
Otoritas Jasa Keuangan atau diwajibkan oleh undang-undang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp.20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Pasal 81
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73,
Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 78, atau Pasal 80 dilakukan
oleh korporasi, pidana dijatuhkan terhadap korporasi, Pengendali,
dan/atau pengurus yang bertindak untuk dan atas nama korporasi;
(2) Pidana dijatuhkan terhadap korporasi apabila tindak pidana:
a. dilakukan atau diperintahkan oleh Pengendali dan/atau
pengurus yang bertindak untuk dan atas nama korporasi;
b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan
korporasi;
c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi
perintah; dan
d. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi.

Pasal 82
Pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda paling
banyak Rp.600.000.000.000,00 (enamratus miliar rupiah).

30
BAB III
PUTUSAN
No. 272/Pdt.G/2014/ PN.Mlg

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”


Pengadilan Negeri Malang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
perdata dalam peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara
antara :
WAHYU ARI WISAKSONO, Jabatan Ketua Koperasi Reski Utama, Alamat
Jalan Kolonel Soegiono No. 82 Kav. B.1. Malang, dalam hal ini
diwakili oleh SOEHARTONO SOEMARTO, S.H., M.Hum., NIA
Peradi : 84.10035, RA. ZESTIENA C. ASRINI, S.H., M.Hum., NIA
Peradi: 02.11197, SYARIEF UTOYO., S.H. dan MOHAMMAD
ISROK, SH., MH., 00444/PERADI-MAGANG/150214/14.
Kesemuanya Advokat dan Advokat Magang, berkantor di Kantor
Advokat Soehartono Soemarto & Rekan, Graha 18 lantai 1, Jl. Tidar
Sakti No.18 Malang, baik bersama-sama maupun masing-masing
tersendiri, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 1 Nopember
2014,Nomor: 003/SK-Pdt/X/SS/2014; Selanjutnya disebut sebagai
Penggugat;
MELAWAN
AJB BUMIPUTERA 1912, berkedudukan di Wisma Bumiputera, Lt. 17 – 21, Jl.
Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta – 12910, Cq. AJB Bumiputera 1912
Kantor Wilayah Malang, Cq AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR
CABANG ASKUM MALANG, berkedudukan di Jl. Jaksa Agung
Suprapto No. 83, Malang dalam hal ini diwakili oleh RETZA DENNY
ISTIAWAN, SH staf Utama Departemen Hukum Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera 1912 yang berkantor di Wisma Bumiputera, Lt.
21, Jl.Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta Selatan berdasarkan surat kuasa
khusus tertanggal 7 Januari 2015, Nomor: 002-A/SKK/Hkm/I/2015
bersama dengan ARIF ANGGORO, SH, F. GHULAM NAJMUDIN,
SH. WAYU MUHAMMAD AKBAR, SH, AZIZ MAULANA, SH,
ROBBY RENALDO PANGARIBUAN, SH, MUHAMMAD
FAKHRURROZIE, SH, WIRAJAYA RIDHO PRATAMA, SH dan
REZA SETYA PRATAMA, SH baik bertindak sendiri-sendiri atau
secara bersama-sama untuk dan atas nama pemberi kuasa MADJDI ALI
Direktur Utama AJB Bumiputera 1912; Selanjutnya disebut sebagai
Tergugat;
Pengadilan Negeri tersebut ;
Telah membaca dan memperhatikan penetapan-penetapan termasuk
Penetapan, Ketua Pengadilan Negeri mengenai Susunan Majelis Hakim dalam
perkara ini ;
Telah membaca dan meneliti berkas-berkas perkara yang berkaitan dengan
perkara ini ;
Telah mendengarkan dan memperhatikan para pihak yang berperkara di
persidangan ;
MENGENAI DUDUK PERKARANYA
Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 23
Desember 2014 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Malang
pada tanggal 29 Desember 2014 dengan register No. 272/Pdt.G/2014/PN.Mlg.,
telah mengemukakan hal hal sebagai berikut :
1. Bahwa PENGGUGAT adalah Pemegang Polis Nomor : 2001231483 dalam
Perjanjian Asuransi Jiwa Kumpulan dengan TERGUGAT dengan Nama
Program EKA WAKTU PROTEKSI KREDIT dengan Tertanggung adalah
anggota PENGGUGAT yang terdaftar sebagai Peserta dengan uang
pertanggungan, masa berlakunya asuransi serta premi asuransi sesuai yang
tercantum dalam Kartu Peserta atau Daftar Peserta yang bersangkutan.
2. Bahwa manfaat dari program asuransi EKA WAKTU PROTEKSI KREDIT
tersebut berdasarkan RINCIAN POLIS yang bersangkutan adalah : “Jika
peserta meninggal dunia dalam masa asuransi kepesertaan, maka kepada

32
pemegang polis akan dibayarkan sebesar UP pada saat peserta meninggal
dunia. Jika Peserta hidup sampai pada akhir masa asuransi kepesertaannya,
maka tidak ada pembayaran apapun”. (Vide : RINCIAN POLIS No.
2001231483 & syarat-syarat umum polis asuransi jiwa kumpulan AJB
Bumiputera 1912 pasal 1 tentang istilah (santunan) dan Pasal 10 ayat 2).
3. Bahwa PENGGUGAT sebagai Pemegang Polis asuransi jiwa Kumpulan
Nomor : 2001231483 tersebut, memiliki beberapa peserta yang salah satunya
adalah FREDDY CHRISTMAN POETRANTO (alm) dengan Nomor Peserta,
Uang Pertanggungan serta jangka waktu asuransi sebagai berikut:
UANG
NO PESERTA PERTANGGUNGAN JANGKA WAKTU
22 Maret 2012 s/d 21
000182 Rp 25,000,000.00 Maret 2013
06 Juli 2012 s/d 05 Juli
000200 Rp 200,000,000.00 2013
4. Bahwa Premi-premi asuransi nomor peserta 000182 dan 000200 tersebut
telah dibayar lunas masing-masing pada tanggal :
LUNAS DIBAYAR PADA
NO PESERTA UANG PREMI TANGGAL
000182 Rp 444,000.00 28 MARET 2012
000200 Rp 3,552,000.00 26 JULI 2012
5. Bahwa adapun tujuan dari PENGGUGAT mengikutsertakan anggota koperasi
sebagai Peserta dalam Perjanjian Asuransi Jiwa Kumpulan dengan Program
Asuransi Ekawaktu Proteksi Kredit milik TERGUGAT tersebut adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap resiko yang dihadapi PENGGUGAT dari
kemungkinan meninggalnya anggota koperasi yang mengambil kredit
tersebut (Peserta) dalam jangka waktu angsuran kredit, termasuk di dalamnya
adalah anggota / peserta yang bernama FREDDY CHRISTMAN
POETRANTO (Alm). Hal ini sesuai dengan Ketentuan Manfaat Program
dalam Rincian Polis Nomor : 2001231483 tersebut.
6. Bahwa tujuan melindungi Resiko PENGGUGAT dari Kemungkinan
meninggalnya Peserta (pengambil Kredit) an FREDDY CHRISTMAN
POETRANTO (Alm). dalam jangka waktu kredit tersebut direalisasikan dan
diterapkan untuk Kredit dalam Surat Perjanjian Kredit Nomor : 0111.7/PK-
RU/III/2012, tertanggal 22 Maret 2012, atas pinjaman sebesar Rp.
25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan Surat Perjanjian Kredit No:
111.9/PK-RU/VII/2012, tertanggal 6 Juli 2012, atas pinjaman sebesar Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), yang kesemuanya itu terlindungi oleh
Polis Asuransi Nomor : 2001231483 tersebut;
7. Bahwa pada tanggal 17 Maret 2013 FREDDY CHRISTMAN POETRANTO
(Alm) telah meninggal di Rumah Sakit Umum (RSU) Sidoarjo, demikian
berdasarkan Surat Kematian No: II/404.7.2.3/2013 yang dikeluarkan oleh
Kepala Desa Larangan, Kabupaten Sidoarjo tertanggal 25-03-2013. Padahal
sebelumnya yang bersangkutan dalam keadaan sehat wal’afiat.
8. Bahwa pada saat meninggal dunia, FREDDY CHRISTMAN
POETRANTO(Alm) tersebut masih berada dalam jangka waktu
pertanggungan asuransi, baik pada nomor peserta 000182 maupun 000200,
maka berdasarkan Polis nomor 2001231483 yang ada pada PENGGUGAT
sebagai Pemegang Polis berhak mengajukan klaim untuk mendapatkan
Manfaat berupa pembayaran sebesar (UP) uang Pertanggungan atas dasar
meninggalnya peserta FREDDY CHRISTMAN POETRANTO yang masih
dalam masa pertanggungan tersebut.
9. Bahwa kemudian pada tanggal 09 April 2013 PENGGUGAT mengajukan
klaim kepada TERGUGAT agar dibayarkan uang pertanggungan sesuai
dengan Polis nomor 2001231483, untuk peserta nomor 000182 dan 000200
atas nama FREDDY CHRISTMAN POETRANTO tersebut dengan
melampirkan dokumen-dokumen sesuai dengan persyaratan dalam polis
(yaitu sertifikat polis, copy KTP dan Surat kematian serta laporan klaim dll –
vide pasal 18 angka 1.2 tentang bahan-bahan untuk mengajukan permintaan
jaminan atau santunan).
10. Bahwa alangkah terkejutnya PENGGUGAT ketika menerima jawaban
TERGUGAT dalam surat tertanggal 17 Juni 2013, yang intinya menyatakan
Penolakan Pembayaran Klaim dengan alasan bahwa hasil verifikasi
menunjukkan sebelum akad Kredit (tanggal 22 Maret 2012 dan 06 Juli 2012)
FREDDY CHRISTMAN POETRANTO (Alm) sudah mengidap Diabetes

34
Militus dan Gagal ginjal stadium VI yang merupakan penyakit kronis yang
sifatnya menahun.
11. Bahwa Alasan Penolakan Pembayaran Klaim oleh TERGUGAT tersebut di
atas sangat tidak masuk akal, mengada-ada dan PENGGUGAT merasa
dibohongi oleh TERGUGAT. Oleh karena itu, dengan adanya surat
penolakan klaim tersebut, membuktikan bahwa TERGUGAT telah
wanprestasi (Ingkar Janji) dengan tidak terbayarnya klaim Asuransi Jiwa
Kumpulan PENGGUGAT untuk Peserta Nomor 000182 dan 000200 atas
nama FREDDY CHRISTMAN POETRANTO (Alm).
12. Bahwa alasan Penolakan Pembayaran Klaim PENGGUGAT terhadap
TERGUGAT tidak sesuai dengan tujuan awal perlindungan terhadap Kredit
dari resiko Kematian, karena faktanya TERGUGAT baru mempersoalkan
kesehatan FREDDY CHRISTMAN POETRANTO (Alm) setelah terjadinya
resiko kematian. Seharusnya TERGUGAT terlebih dahulu menelusuri
keadaan kesehatan peserta, yaitu FREDDY CHRISTMAN POETRANTO
(Alm) tersebut sebelum penutupan asuransi atau segera setelah asuransi
berjalan sebelum datangnya resiko kematian pada anggota / peserta yaitu
FREDDY CHRISTMAN POETRANTO (alm). Dengan tidak
dipersoalkannya kesehatan anggota / peserta tersebut sebelum terjadinya
resiko kematian, berarti TERGUGAT telah menyetujui status kesehatan yang
dimiliki anggota / peserta yaitu FREDDY CHRISTMAN POETRANTO
(Alm), yang karenanya perjanjian asuransi kumpulan (ASKUM) yang
ditandatangani antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT bersifat mengikat
dan sah menurut hukum, untuk itu PENGGUGAT sebagai Pemegang Polis
berhak atas Pembayaran sebesar Uang Pertanggungan sesuai dengan
Perjanjian Asuransi Kumpulan tersebut jika terjadi resiko kematian terhadap
anggota/peserta.
13. Bahwa TERGUGAT terkesan menggunakan Pasal 2 ayat (3) syarat-syarat
umum Polis dengan itikad tidak baik. Dimana dalam pasal 2 ayat (3) tersebut
menyatakan: “seluruh calon peserta Asuransi Jiwa Kumpulan harus dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani serta tidak dalam perawatan dokter.’ Pada
kenyataannya pasal 2 ayat (3) ini digunakan oleh TERGUGAT untuk
melakukan Penolakan Klaim, yang mana setelah resiko kematian terjadi,
bukan untuk menyeleksi peserta Asuransi Jiwa Kumpulan (sebelum Kontrak
Asuransi Jiwa Kumpulan mengikat). Dalam hal ini TERGUGAT hanya
menyediakan “Form isian Calon Peserta dan Kesehatan Peserta” yang dibuat
oleh TERGUGAT sendiri yang dimintakan tanda tangan oleh TERGUGAT
(petugas dari TERGUGAT) kepada PENGGUGAT dengan data kesehatan
tetap kosong. Belakangan PENGGUGAT baru menyadari bahwa blangko
kesehatan tersebut telah terisi setelah adanya Penolakan Klaim
PENGGUGAT oleh TERGUGAT untuk Peserta an FREDDY CHRISTMAN
POETRANTO (Alm) tersebut.
14. Bahwa PENGGUGAT telah berulang kali memberikan teguran kepada
TERGUGAT untuk membayar uang pertanggungan kepada PENGGUGAT
tapi pada kenyataannya sampai dengan saat ini, pihak TERGUGAT tetap
menolak untuk melakukan pembayaran uang pertanggungan kepada
PENGGUGAT dengan alasan bahwa peserta asuransi FREDDY
CHRISTMAN POETRANTO (Alm) telah sakit sebelum mengikuti program
asuransi yang bersangkutan. Bahwa dengan tindakan TERGUGAT yang
demikian, menunjukkan itikad tidak baik dari TERGUGAT karena tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana perjanjian asuransi yang telah
disepakati oleh PENGGUGAT dengan TERGUGAT. Oleh karena itu sudah
terbukti pihak TERGUGAT telah ingkar janji atau wanprestasi.
15. Bahwa sebagai akibat dari perbuatan TERGUGAT yang telah ingkar janji
atau wanprestasi, menimbulkan kerugian bagi PENGGUGAT yang apabila
diperinci adalah sebagai berikut:
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000182 sebesar Rp.
25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000200 sebesar Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
 Keuntungan setiap bulannya yang seharusnya diperoleh PENGGUGAT
apabila TERGUGAT melakukan pembayaran uang santunan sesuai

36
perjanjian tepat pada waktunya, sehingga dapat diputar-usahakan dalam
bisnis PENGGUGAT sebagai badan hukum yang berbentuk Koperasi,
yang diperkirakan memperoleh keuntungan 2% setiap bulannya, jika
dihitung sejak pengajuan klaim yaitu April 2013 hingga saat ini, per bulan
adalah:
a. 2% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 500.000,-
b. 2% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 4.000.000,-
Jadi setiap bulan keuntungan yang seharusnya didapat PENGGUGAT adalah
Rp.4.500.000,- Dalam hal ini dihitung mulai seharusnya klaim dibayar oleh
TERGUGAT (bulan April 2013) hingga gugatan ini diajukan (Desember 2014),
yaitu 20 (dua puluh) bulan, maka total keuntungan yang seharusnya diperoleh
adalah Rp. 4.500.000,- x 20 bulan = Rp. 90.000.000,- (sembilanpuluh juta
rupiah).
Sehingga jumlah keseluruhan kerugian yang diderita oleh PENGGUGAT adalah
sebesar Rp. 25.000.000,- + Rp. 200.000.000,- + Rp. 90.000.000,- = Rp.
315.000.000,- (tigaratus limabelas juta rupiah);
16. Bahwa sebagai akibat dari perbuatan TERGUGAT yang telah menimbulkan
kerugian bagi PENGGUGAT, maka wajar apabila TERGUGAT dihukum
untuk membayar seluruh kerugian yang diderita oleh PENGGUGAT, dengan
perincian sebagai berikut :
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000182 sebesar Rp.
25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000200 sebesar Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
 Keuntungan setiap bulannya yang seharusnya diperoleh PENGGUGAT
apabila TERGUGAT melakukan pembayaran uang santunan sesuai
perjanjian tepat pada waktunya, sehingga dapat diputar-usahakan dalam
bisnis PENGGUGAT sebagai badan hukum yang berbentuk Koperasi,
yang diperkirakan memperoleh keuntungan 2% setiap bulannya, jika
dihitung sejak pengajuan klaim yaitu April 2013 hingga saat ini, per bulan
adalah:
a. 2% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 500.000,-
b. 2% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 4.000.000,-
Jadi setiap bulan keuntungan yang seharusnya didapat PENGGUGAT
adalah Rp. 4.500.000,- ;
Dalam hal ini dihitung mulai seharusnya klaim dibayar oleh TERGUGAT
(bulan April 2013) hingga gugatan ini diajukan (Desember 2014), yaitu 20
(dua puluh) bulan, maka total keuntungan yang seharusnya diperoleh
adalah Rp. 4.500.000,- x 20 bulan = Rp. 90.000.000,- (sembilanpuluh juta
rupiah).
sehingga jumlah keseluruhan kerugian yang diderita oleh PENGGUGAT
adalah sebesar Rp. 25.000.000,- +Rp. 200.000.000,- + Rp. 90.000.000,- =
Rp. 315.000.000,- (tigaratus limabelas juta rupiah);
17. Bahwa selain TERGUGAT harus dihukum untuk membayar kerugian yang
diderita oleh PENGGUGAT akibat dari ingkar janji/wan prestasi
TERGUGAT, maka sudah sewajarnya jika TERGUGAT juga dihukum untuk
membayar keuntungan yang seharusnya didapat PENGGUGAT sebesar 2%
(dua persen) setiap bulannya dengan rincian
a. 2% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 500.000,-
b. 2% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 4.000.000,-
Jadi keuntungan yang seharusnya didapat PENGGUGAT adalah Rp.
4.500.000,- setiap bulannya tersebut terhitung sejak gugatan ini didaftarkan
hingga TERGUGAT membayar lunas klaim uang pertanggungan an anggota
/peserta an FREDDY CHRISTMAN POETRANTO (Alm) tersebut.
18. Bahwa untuk terjaminnya TERGUGAT melaksanakan isi putusan dalam
perkara ini tepat pada waktunya yang sudah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, karenanya wajar jika TERGUGAT dihukum untuk membayar
uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap
bulannya sampai TERGUGAT melaksanakan isi putusan.
19. Bahwa untuk menjamin terbayarnya tuntutan klaim dari PENGGUGAT
sebagaimana terurai dalam point-point tersebut diatas sudah sewajarnya jika
Yth. Ketua Pengadilan Negeri Malang berkenan meletakkan sita jaminan

38
terhadap harta kekayaan milik TERGUGAT yang terletak / berada di Jl.Jaksa
Agung Suprapto No. 83 Malang.
20. Bahwa oleh karena perkara ini diajukan dengan didasari dengan bukti yang
cukup jelas dan benar, maka bersama ini PENGGUGAT mohon kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Malang dalam putusannya menyatakan secara
hukum bahwa putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uit
voorbaar bijvoorraad), meskipun ada upaya hukum banding, kasasi ataupun
peninjauan kembali (PK) dari TERGUGAT;
Maka dari uraian yang telah PENGGUGAT uraikan sebagaimana tersebut diatas
sudilah kiranya Yth. Ketua Pengadilan Negeri Malang yang memeriksa perkara
ini berkenan menjatuhkan putusan, yaitu sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Perjanjian Asuransi Kumpulan sebagaimana Polis
Nomor 2001231483 atas nama KSU RESKI UTAMA MALANG,
untuk Peserta Nomor 00182 dan 000200 atas nama FREDDY
CHRISTMAN POETRANTO, adalah sah secara hukum
karenanya mengikat antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT;
3. Menyatakan TERGUGAT telah ingkar janji (wanprestasi) dengan
tidak melaksanakan kewajiban pembayaran uang pertanggungan
atau santunan asuransi kepada PENGGUGAT sebagaimana
ditentukan dalam polis Asuransi Nomor 2001231483, untuk No.
Peserta 000182 dan No. Peserta 000200 yang tercantum atas
nama FREDDY CHRISTMAN POETRANTO;
4. Menyatakan akibat perbuatan ingkar janji (wanprestasi) tersebut
telah mendatangkan kerugian bagi PENGGUGAT yang
rinciannya adalah sebagai berikut :
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000182
sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000200
sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
 Keuntungan setiap bulannya yang seharusnya diperoleh
PENGGUGAT apabila TERGUGAT melakukan pembayaran
uang santunan sesuai perjanjian tepat pada waktunya, sehingga
dapat diputar-usahakan dalam bisnis PENGGUGAT sebagai
badan hukum yang berbentuk Koperasi, yang diperkirakan
memperoleh keuntungan 2% setiap bulannya, jika dihitung
sejak pengajuan klaim yaitu April 2013 hingga saat ini, per
bulan adalah:
a. 2% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 500.000,-
b. 2% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 4.000.000,-
Jadi setiap bulan keuntungan yang seharusnya didapat
PENGGUGAT adalah Rp. 4.500.000,- ;
Dalam hal ini dihitung mulai seharusnya klaim dibayar oleh
TERGUGAT (bulan April 2013) hingga gugatan ini diajukan
(Desember 2014), yaitu 20 (dua puluh) bulan, maka total
keuntungan yang seharusnya diperoleh adalah Rp. 4.500.000,-
x 20 bulan = Rp. 90.000.000,- (sembilanpuluh juta rupiah).
sehingga jumlah keseluruhan kerugian yang diderita oleh
PENGGUGAT adalah sebesar Rp. 25.000.000,- +Rp.
200.000.000,- + Rp. 90.000.000,- = Rp. 315.000.000,-
(tigaratus limabelas juta rupiah);
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian yang
diderita oleh PENGGUGAT sebagai akibat dari perbuatan ingkar
janji TERGUGAT kepada PENGGUGAT secara penuh dan
sekaligus, dengan perincian sebagai berikut:
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000182
sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan
 Pembayaran santunan asuransi dari nomor Peserta 000200
sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
 Keuntungan setiap bulannya yang seharusnya diperoleh
PENGGUGAT apabila TERGUGAT melakukan pembayaran

40
uang santunan sesuai perjanjian tepat pada waktunya, sehingga
dapat diputar-usahakan dalam bisnis PENGGUGAT sebagai
badan hukum yang berbentuk Koperasi, yang diperkirakan
memperoleh keuntungan 2% setiap bulannya, jika dihitung
sejak pengajuan klaim yaitu April 2013 hingga saat ini, per
bulan adalah:
a. 2% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 500.000,-
b. 2% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 4.000.000,-
Jadi setiap bulan keuntungan yang seharusnya didapat
PENGGUGAT adalah Rp. 4.500.000,- ;
Dalam hal ini dihitung mulai seharusnya klaim dibayar oleh
TERGUGAT (bulan April 2013) hingga gugatan ini diajukan
(Desember 2014), yaitu 20 (dua puluh) bulan, maka total
keuntungan yang seharusnya diperoleh adalah Rp. 4.500.000,-
x 20 bulan = Rp. 90.000.000,- (sembilanpuluh juta rupiah).
sehingga jumlah keseluruhan kerugian yang diderita oleh
PENGGUGAT adalah sebesar Rp. 25.000.000,- +Rp.
200.000.000,- + Rp. 90.000.000,- = Rp. 315.000.000,-
(tigaratus limabelas juta rupiah);
6. Menghukum TERGUGAT untuk membayar uang paksa
(dwangsom) kepada PENGGUGAT sebesar Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah) per bulan terhitung sejak putusan dalam
perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap sampai
TERGUGAT melaksanakan isi putusan;
7. Menghukum TERGUGAT untuk membayar keuntungan yang
harus diterima oleh PENGGUGAT yang dihitung sejak
gugatan ini diajukan yang setiap bulannya yaitu:
• 2% x Rp. 25.000.000,- = Rp.500.000,- per bulan, dan
• 2% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 4.000.000,- per bulan
Sehingga total adalah Rp. 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah)
per bulan sampai semua klaim PENGGUGAT ini terbayar lunas
8. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan atas
harta milik TERGUGAT, yaitu setempat dikenal dengan Jl.
Jaksa Agung Suprapto No. 83 Malang.
9. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan
terlebih dahulu (uit voorbaar bij voorraad), sekalipun
TERGUGAT mengajukan upaya hukum Banding, Kasasi,serta
upaya hukum lainnya (Serta Merta);
10. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini;
Atau : apabila Pengadilan Negeri Malang berpendapat lain, mohon putusan yang

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Menimbang, bahwa pada hari persidangan pertama yang telah ditetapkan


maka para pihak :
• Untuk Penggugat datang menghadap kuasanya bernama SOEHARTONO
SOEMARTO, S.H., M.Hum ;
• Untuk Tergugat datang menghadap Kuasanya RETZA DENNY ISTIAWAN,
SH staf Utama Departemen Hukum Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera
1912;
Menimbang, bahwa kepada para pihak yang hadir telah diupayakan
perdamaian dengan prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi sebagaimana
ditentukan dalam PERMA No. 01 Tahun 2008 dengan ditunjuk seorang mediator
yaitu RIGHMENT MS SITUMORANG, SH, MH sebagai Hakim Mediator untuk
mengupayakan perdamaian tersebut akan tetapi proses mediasi dalam laporannya
oleh Mediator tersebut dinyatakan Gagal ;
Menimbang, bahwa selanjutnya dibacakan surat gugatan dan atas surat
gugatan tersebut Kuasa Penggugat menyatakan tetap pada surat gugatannya ;
Menimbang, bahwa atas surat gugatan tersebut, maka kuasa Tergugat telah
mengajukan Jawaban tanggal 12 Februari 2013 sebagai berikut :
Dalam Eksepsi;
1. Bahwa Penggugat, in casu, WAHYU ARI WICAKSONO, tidak memiliki
kualitas Hukum untuk mengajukan Gugatan a quo untuk dan atas nama
Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Reski Utama;
2. Bahwa Polis Nomor 2001231483 diterbitkan oleh Tergugat untuk dan atas
nama Pemegang Polis Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Reski Utama;
Bahwa mengacu kepada Perundang-undangan yang mengatur tentang
Badan Hukum Koperasi, kecuali ditentukan lain secara khusus
berdasarkan Anggaran Dasar yang telah disahkan keberlakukannya, dalam
hal suatu Badan Hukum Koperasi melakukan perbuatan hukum di dalam
dan/atau di luar Pengadilan, diwakili oleh Ketua Koperasi;
3. Bahwa dalam setiap surat-menyurat kepada Tergugat, WAHYU ARI
WISAKSONO menyatakan dan menyebutkan kedudukan dan jabatannya
sebagai MANAGER Unit Simpan Pinjam, dan bukan merupakan Ketua
Koperasi;
4. Bahwa dalam Gugatan in casu, WAHYU ARI WISAKSONO
menyebutkan jabatannya sebagai Ketua Koperasi;
5. Bahwa sehubungan dengan perbedaan-perbedaan jabatan tersebut, apakah
WAHYU ARI WISAKSONO sebagai Ketua Koperasi ataukah WAHYU
ARI WISAKSONO sebagai Manager Unit Simpan Pinjam pada Koperasi
Serba Usaha Reski Utama, perlu terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan
Akta Pendirian Koperasi yang di dalamnya mencantumkan susunan
Pengurus Koperasi Serba Usaha Reski Utama, yang telah dinyatakan Sah
dan Berlaku berdasarkan Perundang-undangan;
6. Bahwa sepanjang tidak ada belum dapat dibuktikan mengenai kedudukan
dan/atau kewenangannya, WAHYU ARI WISAKSONO harus dinyatakan
tidak memiliki kualitas Hukum untuk mengajukan Gugatan a quo untuk
dan atas nama Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Reski Utama;
7. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah cukup alasan bagi Majelis
Hakim untuk menyatakan Penggugat, in casu, WAHYU ARI
WISAKSONO, tidak memiliki kualitas Hukum untuk mengajukan
Gugatan a quo untuk dan atas nama Badan Hukum Koperasi Serba Usaha
Reski Utama, dari dan oleh karenanya menyatakan bahwa Gugatan tidak
dapat diterima (Niet Onvantkelijike verklaard/NO);
DALAM POKOK PERKARA
8. Bahwa Tergugat menyangkal dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat
dalam gugatannya, kecuali untuk hal-hal yang diakui kebenarannya secara
tegas oleh Tergugat;
9. Bahwa benar, di antara Penggugat dan Tergugat telah diadakan Perjanjian
Asuransi jiwa Kumpulan, sebagaimana yang dinyatakan di dalam Polis
AJB Bumiputera 1912 Nomor 2001231483, untuk macam asuransi jiwa
Ekawaktu Proteksi Kredit; Bahwa tujuan yang merupakan manfaat dari

44
asuransi jiwa tersebut adalah menyelenggarakan pertangungan jiwa atas
resiko meninggal dunia, di mana apabila Peserta , yaitu debitur pada
Koperasi Reski Utama Malang yang telah di terima kepesertaan
asuansinya, meninggal dunia dalam masa kepesertaan asuransi, yaitu
sesuai dengan jangka waktu kredit, maka akan dibayarkan kepada Ahli
Waris melalui Pemegang Polis sejumlah Uang Pertanggungan yang
besarnya sama dengan nilai pinjaman awal, tidak termasuk bunga dan
tidak termasuk denda atas keterlambatan;
10. Bahwa atas adanya perjanjian asuransi tersebut, pada tanggal 22 Maret
2012 Penggugat mengajukan Tn. Freddy Christman Poetranto sebagai
peserta sehubungan dengan adanya Surat Perjanjian Kredit Nomor
0111.7/PK-RU/III/2012 tertanggal 22 Maret 2012 antara Penggugat
sebagai Kreditur dan Tn. Freddy Christman Poetranto sebagai Debitur
untuk adanya hutang piutang sebesar Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah), dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jangka waktu Asuransi adalah sama dengan jangka waktu kredit, yaitu
selama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal 22 Maret 2012 sampai
dengan tanggal 22 Maret 2013; b Uang Pertanggungan adalah sebesar
nilai kredit awal, yaitu sebesar Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah);
b. Premi sebesar Rp. 444.000,00 (empat ratus empat puluh empat ribu
rupiah); Bahwa pengajuan kepesertaan asuransi tersebut, disertai
dengan Surat Pernyataan kesehatan Calon Peserta Asuransi Jiwa
Kumpulan, yang di dalamnya Tn. Freddy Christman Poetranto
menyatakan Sehat tanpa adanya riwayat penyakit dalam 5 (lima) tahun
terakhir dan Penggugat menyatakan penjaminan yang bunyinya
“Pernyataan ini kami buat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan
saya menyatakan jika ada keterangan-keterangan yang tidak benar maka
AJB Bumiputera 1912 berhak membatalkan perjanjian asuransi saya
dan AJB Bumiputera 1912 bebas dari kewajiban untuk membayar
apapun”, serta selanjutnya dibubuhi tanda tangan Tn. Freddy Christman
Poetranto dan tanda tangan Penggugat sekaligus dibubuhi stempel
Koperasi Serba Usaha Reski Utama, tertanggal 22 Maret 2012;
11. Bahwa atas sepenuh itikad baik Tergugat, dan rasa percaya Tergugat terhadap
kejujuran dan keterbukaan Penggugat serta calon Peserta dimaksud, Tergugat
melakukan akseptasi dan menerima permohonan Penggugat, serta selanjutnya
mengadakan pertanggungan atas resiko meninggal dunia Tn. Freddy
Christman Poetranto selama masa asuransi atau selama jangka waktu kredit,
yaitu sejak 22 Maret 2012 sampai dengan 21 Maret 2013;
12. Bahwa selanjutnya, pada tanggal 6 Juli 2012 Penggugat kembali mengajukan
Tn. Freddy Christman Poetranto sebagai peserta sehubungan dengan adanya
Surat Perjanjian Kredit Nomor 0111.9/PK-RU/VII/2012 tertanggal 6 Juli 2012
antaraPenggugat sebagai Kreditur dan Tn. Freddy Christman Poetranto
sebagai Debitur untukadanya hutang piutang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah), denganketentuan sebagai berikut:
a. Jangka waktu Asuransi adalah sama dengan jangka waktu
kredit, yaitu selama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal 6 Juli
2012 sampai dengan 6 Juli 2013;
b. Uang Pertanggungan adalah sebesar nilai kredit awal, yaitu
sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. Premi sebesar Rp. 3.552.000,00 (tiga juta lima ratus lima puluh
dua ribu rupiah);
Bahwa pengajuan kepesertaan asuransi tersebut, disertai
dengan Surat Pernyataan Kesehatan Calon Peserta Asuransi
Jiwa Kumpulan, yang di dalamnya Tn. Freddy Christman
Poetranto menyatakan Sehat tanpa adanya riwayat penyakit
dalam 5 (lima) tahun terakhir dan Penggugat menyatakan
penjaminan yang bunyinya “Pernyataan ini kami buat sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, dan saya menyatakan jika
ada keterangan-keterangan yang tidak benar maka AJB
Bumiputera 1912 berhak membatalkan perjanjian asuransi saya
dan AJB Bumiputera 1912 bebas dari kewajiban untuk

46
membayar apapun”, serta selanjutnya dibubuhi tanda tangan
Tn. Freddy Christman Poetranto dan tanda tangan Penggugat
sekaligus dibubuhi stempel Koperasi Serba Usaha Reski
Utama,tertanggal 6 Juli 2012;
13. Bahwa atas sepenuh itikad baik Tergugat, dan rasa percaya Tergugat terhadap
kejujuran dan keterbukaan Penggugat serta calon Peserta dimaksud, Tergugat
melakukan akseptasi dan menerima permohonan Penggugat, serta selanjutnya
mengadakan pertanggungan atas resiko meninggal dunia Tn. Freddy
Christman Poetranto selama masa asuransi atau selama jangka waktu kredit,
yaitu sejak 6 Juli 2012 sampai dengan 5 Juli 2013;
14. Bahwa pada tanggal 9 April 2013, Penggugat menyampaikan surat kepada
Tergugat yang pada pokoknya mengajukan klaim pembayaran manfaat
asuransi atas meninggal dunia atau wafatnya Tn. Freddy Christman Poetranto
(Alm.) pada tanggal 17 Maret 2013;
15. Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, ternyata Penggugat selaku Pemegang
Polis maupun Tn. Freddy Christman Poetranto (Alm.) selaku Tertanggung
dalam Perjanjian Asuransi yang dinyatakan dalam Polis Nomor 200123483,
tidak menyampaikan keterangan sesuai dengan keadaan yang sebenar-
benarnya, atau setidak-tidaknya tidak menyampaikan keterangan yang benar
kepada Tergugat, dalam Surat Pernyataan
16. Bahwa seandainya apabila Penggugat selaku Pemegang Polis maupun Tn.
Freddy Christman Poetranto (Alm.) selaku Tertanggung dalam Perjanjian
Asuransi yang dinyatakan dalam Polis Nomor 200123483 menyampaikan
keterangan yang sebenarnya dalam Surat Pernyataan Kesehatan Calon Peserta
Asuransi Jiwa Kumpulan masing-masing tertanggal 22 Maret 2012 dan
tertanggal 6 Juli 2012, dapat dipastikan bahwa Tergugat tidak akan
melakukan penutupan resiko terhadap Tn. Freddy Christman Poetranto
(Alm.), atau setidak-tidaknya memberlakukan syarat-syarat khusus sebelum
memutuskan menerima atau menolak pengajuan permohonan penutupan
resiko atas jiwa Tn. Freddy Christman Poetranto (Alm.);
17. Bahwa ketentuan Pasal 251 KUHDagang mengatur bahwa semua
pemberitahuan yang keliru atau tidak benar, atau semua penyembunyian
keadaan yang diketahui oleh Tertanggung, meskipun dilakukannya dengan
itikad baik, yang sifatnya sedemikian, sehingga perjanjian itu tidak akan
diadakan, atau tidak diadakan dengan syarat-syarat yang sama, bila
Penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari semua hal itu,
membuat pertanggungan itu batal;
18. Bahwa sebagaimana Tergugat uraikan di atas, telah cukup beralasan dan telah
berdasarkan perundang-undangan, apabila selanjutnya Tergugat membuat dan
menyampaikan surat AJB Bumiputera 1912 kepada Penggugat Nomor
015/HBT/Teknik/ Klaim/VI/2013 tertanggal 17 Juni 2013 perihal Penolakan
Pembayaran Klaim;
Berdasarkan uraian-uraian yang Tergugat sampaikan Dalam Eksepsi
maupun Dalam Pokok Perkara sebagaimana tersebut di atas, Tergugat
menyampaikan permohonan agar Majelis Hakim dalam Perkara a quo berkenan
untuk menetapkan Putusan yang amarnya
berbunyi, sebagai berikut:
A Dalam Eksepsi
 Mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;
 Menyatakan Gugatan dalam perkara a quo tidak dapat diterima (Niet
Onvantkelijkeverklaard/NO);
B Dalam Perkara Pokok
• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
• Membebankan seluruh biaya perkara kepada Penggugat;
Bahwa dalam hal Majelis Hakim berpendapat lain, Tergugat mohon untuk
dapat ditetapkan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang, bahwa dipersidangan penggugat dan tergugat telah
mengajukan kesimpulan masing-masing pada tanggal 11 Juni 2015 dan
kesimpulan tersebut dianggap telah pula terserap secara keseluruhan dalam
putusan ini ;

48
Menimbang, bahwa untuk menyingkat putusan ini maka segala sesuatu yang
telah tercantum dalam berita acara persidangan, haruslah dianggap secara mutatis
mutandis telah tercantum dalam putusan ini dan menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan putusan ini ;
Menimbang, bahwa oleh karena tidak ada sesuatu yang disampaikan lagi
oleh para pihak dan para pihak hanya memohon putusan atas perkaranya tersebut ;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
DALAM EKSEPSI ;
Menimbang, bahwa Eksepsi dari Tergugat adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Penggugat, in casu, WAHYU ARI WISAKSONO, tidak memiliki
kualitas Hukum untuk mengajukan Gugatan a quo untuk dan atas nama
Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Reski Utama; Bahwa Polis Nomor
2001231483 diterbitkan oleh Tergugat untuk dan atas nama Pemegang
Polis Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Reski Utama;
2. Bahwa mengacu kepada Perundang-undangan yang mengatur tentang
Badan Hukum Koperasi, kecuali ditentukan lain secara khusus
berdasarkan Anggaran Dasar yang telah disahkan keberlakukannya, dalam
hal suatu Badan Hukum Koperasi melakukan perbuatan hukum di dalam
dan/atau di luar Pengadilan, diwakili oleh Ketua Koperasi;
3. Bahwa dalam setiap surat-menyurat kepada Tergugat, WAHYU ARI
WISAKSONO menyatakan dan menyebutkan kedudukan dan jabatannya
sebagai MANAGER Unit Simpan Pinjam, dan bukan merupakan Ketua
Koperasi;
4. Bahwa dalam Gugatan in casu, WAHYU ARI WISAKSONO
menyebutkan jabatannya sebagai Ketua Koperasi;
5. Bahwa sehubungan dengan perbedaan-perbedaan jabatan tersebut, apakah
WAHYU ARI WISAKSONO sebagai Ketua Koperasi ataukah WAHYU
ARI WISAKSONO sebagai Manager Unit Simpan Pinjam pada Koperasi
Serba Usaha Reski Utama, perlu terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan
Akta Pendirian Koperasi yang di dalamnya mencantumkan susunan
Pengurus Koperasi Serba Usaha Reski Utama, yang telah dinyatakan Sah
dan Berlaku berdasarkan Perundang-undangan;
6. Bahwa sepanjang tidak ada belum dapat dibuktikan mengenai kedudukan
dan/atau kewenangannya, WAHYU ARI WISAKSONO harus dinyatakan
tidak memiliki kualitas Hukum untuk mengajukan Gugatan a quo untuk
dan atas nama Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Reski Utama;
7. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah cukup alasan bagi Majelis
Hakim untuk menyatakan Penggugat, in casu, WAHYU ARI
WISAKSONO, tidak memiliki kualitas Hukum untuk mengajukan
Gugatan a quo untuk dan atas nama Badan Hukum Koperasi Serba Usaha
Reski Utama, dari dan oleh karenanya menyatakan bahwa Gugatan tidak
dapat diterima (Niet Onvantkelijike verklaard/NO);
Menimbang, bahwa Majelis Hakim dengan memperhatikan gugatan dari
Penggugatdan jawaban menyangkut eksepsi dari Tergugat adalah eksepsi
mengenai error in persona dalam bentuk diskualifikasi kapasitas/kedudukan/legal
standing (persona standi in judicio/gemis aanhoedanigheid) dari Penggugat dalam
perkara ini;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan meninjau eksepsi ini berdasarkan
Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (berhubung
Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah dibatalkan
Mahkamah Konstitusi);
Bagian Ketiga
Pengurus
Pasal 29
1. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
2. Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.
3. Untuk pertama kali, susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan
dalam akta pendirian.
4. Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun.
5. Persyaratan untuk dapat dipilh dan diangkat menjadi Anggota.
Pasal 30

50
1) Pengurus bertugas :
a. mengelola Koperasi dan usahanya;
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran
c. pendapatan dan belanja Koperasi ;
d. menyelenggarakan Rapat Anggota;
e. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas;
f. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
g. memelihara daftar buku anggota dan pengurus .
2) Pengurus berwenang ;
a. mewakili Koperasi di dalam dan diluar pengadilan ;
b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
c. anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar ;
d. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan
Koperasi sesuai dengan tanggunjawabnya dan keputusan Rapat Anggota.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat berdasarkan hal itu maka
pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam dan diluar pengadilan;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat di dalam hukum acara
perdata dimungkinkan suatu badan atau badan hukum melakukan gugatan yang
diwakili oleh pengurusnya ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat di dalam perkara ini maka
secara hukum yang menjadi pihak Penggugatnya adalah orang yaitu yang
bernama WAHYU ARI WISAKSONO yang memiliki jabatan Ketua KSU Reski
Utama ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat terdapat kekaburan atau
kerancuan mengenai pihak Penggugatnya karena berdasarkan gugatan Penggugat
maka yang memiliki kepentingan dalam perkara ini adalah Koperasi Reski Utama
dengan AJB Bumiputera 1912;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat seharusnya kalau akan
diajukan gugatan maka yang benar secara hukum adalah Koperasi Reski Utama
sebagai Penggugat melawan AJB Bumiputera 1912 sebagai Tergugat karena jika
diajukan seperti dalam perkara a quo maka berakibat seakan-akan terkesan
Penggugatnya adalah perorangan yaitu WAHYU ARI WISAKSONO yang
menjabat sebagai Ketua Koperasi Reski Utama ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat hal itu juga dikaitkan
dengan pokok perkara gugatan yaitu gugatan wanprestasi terhadap suatu perikatan
atau perjanjian antara Koperasi Reski Utama dengan AJB Bumiputera 1912
sehingga terbatas pada diri para pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian
tersebut yaitu Koperasi Reski Utama dengan AJB Bumiputera 1912 sebagaimana
asas yang terdapat dalam Pasal 1340 KUHPerdata (Burgerlijk Wetboek) :
Persetujuan Hanya Mengikat Atau Berlaku Antara Pihak Yang Membuatnya atau
Contract Party ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat penggunaan yang tepat
secara hukum mengenai pihak terutama mengenai kapasitas Penggugat dalam
suatu perkara perdata adalah suatu penerapan pembatasan mengenai siapa yang
dapat bertindak sebagai pihak dalam suatu perjanjian yang secara logis dan
rasional demi tegaknya ketertiban dalam hukum acara perdata dan untuk
kelancaran proses selanjutnya apalagi dikaitkan dengan pelaksanaan putusan
pengadilan (eksekusi) ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat selain alasan itu juga maka
sesuai dengan eksepsi Tergugat adalah mengenai kapasitas secara hukum apakah
WAHYU ARI WISAKSONO sebagai Ketua Koperasi ataukah WAHYU ARI
WISAKSONO sebagai Manager Unit Simpan Pinjam pada Koperasi Serba Usaha
Reski Utama ataukah pengurus seperti yang dimaksudkan dalam Undang-Undang
RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian tidak ditemukan selama persidangan
;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat dengan adanya hal-hal
tersebut di atas maka secara hukum eksepsi Tergugat mengenai error in persona
dalam bentuk diskualifikasi kapasitas/kedudukan/legal standing (persona standi in
judicio/gemisaanhoedanigheid) adalah eksepsi yang memiliki alas atau dasar hak
dan hukum yang sah untuk dikabulkan karena ternyata Penggugat tidak memiliki
kapasitas/kedudukan/legal standing sebagai Penggugat dalam perkara ini karena

52
kekeliruan dalam menempatkan Penggugat yang sebenarnya yaitu Koperasi Reski
Utama dalam perkara aquo;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim menyatakan mengabulkan Eksepsi Dari
Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA ;
Menimbang, bahwa oleh karena Majelis Hakim mengabulkan Eksepsi Dari
Tergugat, maka konsekuensinya secara hukum adalah Majelis Hakim tidak akan
mempertimbangkan lagi pokok perkara dalam perkara ini sehingga dalam pokok
perkara ini Majelis Hakim berpendapat gugatan dari Penggugat Tidak Dapat
Diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard) untuk seluruhnya ;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan dari Penggugat Tidak Dapat
Diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard) untuk seluruhnya, maka Majelis Hakim
akan menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang terdapat dalam
amar putusan ini ;
Memperhatikan Undang-undang RI No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, Undang-undang RI No. 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum,
HIR (Herziene Inlandsch Reglement), serta segala ketentuan peraturan perundang-
undangan serta aturan hukum yang berlaku dan berkaitan dengan perkara ini ;
MENGADILI:
DALAM EKSEPSI ;
• Mengabulkan Eksepsi dari Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA ;
• Menyatakan Gugatan dari Penggugat Tidak Dapat Diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard) untuk seluruhnya ;
• Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang sampai
saat ini ditaksir sebesar Rp. 701.000.- ( tujuh ratus satu ribu rupiah ) ;

Setelah menelaah dengan seksama isi dari P U T U S A N No.


272/Pdt.G/2014/ PN.Mlg. Kami setuju dengan putusan yang diberikan hakim
yakni menolak gugatan penggugat dan megabulkan eksepsi dari tergugat.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit PT


Intermasa, 1986;
Mashudi, SH. MH dan Moch. Chidir Ali, SH. (Alm.), Hukum Asuransi, Penerbit
CV. Mandar Maju, 1995;
Prof. Abdulkadir Muhammad, SH., Hukum Asuransi Indonesia, Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung 1999;
Hasanuddin Rahman, S.H., Aspek–Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di
Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
Undang-Undang Perasuransian UU RI Nomor 40 Tahun 2014, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta, 2015;
http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloadpdf/96899f5fe819f4dd4ad
54d267daba302/pdf
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/24/070000926/upaya-ojk-selamatkan-
ajb-bumiputera-1912.
https://keuangan.kontan.co.id/news/premi-asuransi-umum-diproyeksi-tumbuh-10-
pada-2019
www.jpnn.com/news/eks-dirut-tagih-fee-ke-ajb-bumiputera-1912
https://www.cermati.com/artikel/perkembangan-perusahaan-asuransi-di-indonesia
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2849322/ini-faktor-bikin-ajb-bumiputera-
kena-masalah

54

Anda mungkin juga menyukai