Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

EKONOMI BISNIS

OLEH:
MUHAMAD RAHMAN
S1B121093

DOSEN PENGAMPU:
H. MAKMUR KAMBOLONG.,SE., M.Si

PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI BISNIS
FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
A. INFLASI

1. Pengertian Inflasi
Kata Inflasi tentu sudah tak asing lagi di telinga, apalagi jika
menyangkut pemberitaan stabilitas perekonomian. Secara umum,
inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga
barang dan jasa.

Sementara itu pengertian inflasi atau apa itu inflasi sebagaimana


dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi adalah diartikan
sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus dalam jangka waktu tertentu.

Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yakni penurunan harga barang


secara umum dan terus menerus. Penyebab inflasi karena banyak
faktor. Menurut laman resmi Kementerian Keuangan, setidaknya ada
enam faktor penyebab inflasi antara lain permintaan yang tinggi
terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang
atau jasa tersebut mengalami kenaikan.

2. Penyebab Inflasi
Penyebab inflasi lainnya yakni adanya peningkatan biaya produksi,
bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Penyebab
inflasi berikutnya perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi
atau biasa disebut sebagai inflasi ekspetasi, dan terakhir penyebab
inflasi karena kekacauan ekonomi dan politik seperti yang terjadi di
Indonesia saat kerusuhan tahun 1998.

3. Dampak inflasi
Dampak inflasi sendiri seringkali identik dengan efek negatif karena
kenaikan harga barang sehingga membuat daya beli masyarakat
menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.

Menurut Bank Indonesia, dampak inflasi yang tinggi akan


menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga
standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua
orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

Kedua, dampak inflasi yang tidak stabil akan menciptakan


ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil


akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi,
investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, tingkat dampak inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding


dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga
domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan
tekanan pada nilai Rupiah.

4. Perhitungan Inflasi
Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan
harga) pada barang lainnya.

BPS menghitung inflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK)


atau indeks pengeluaran. IHK sendiri meliputi pengeluaran bahan
makanan dan makanan jadi ditambah dengan minuman dan
tembakau.

Komponen IHK lainnya dalam perhitungan inflasi adalah pengeluaran


perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan olahraga, serta
transportasi dan komunikasi.

Komponen IHK lainnya dalam perhitungan inflasi adalah pengeluaran


perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan olahraga, serta
transportasi dan komunikasi.
Data pengelompokan tersebut didapatkan BPS melalui Survei Biaya
Hidup (SBH) yang rutin dilakukan, baik per daerah maupun secara
nasional.

B. INVESTASI

1. Pengertian Investasi
Investasi adalah bentuk penanaman aset atau dana perusahaan atau
individu untuk jangka waktu tertentu untuk mencapai pengembalian
yang lebih tinggi di masa depan. Ada banyak hal yang terkait dengan
kegiatan ini, beberapa di antaranya adalah sarana dan tujuan dari
investasi itu sendiri. Istilah “penanaman modal” bukanlah bahasa
asing bagi mereka yang telah lama berkecimpung dalam dunia
penanaman modal baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

2. Jenis-Jenis Investasi
Jenis Investasi Berdasarkan Waktunya:
a. Jangka Pendek
Sesuai dengan namanya, jenis investasi ini relatif berumur pendek
dengan hasil yang terlihat setelah 3-12 bulan. Istilah lain dari
investasi jangka pendek adalah investasi sementara untuk
mengamankan aset sambil menunggu peluang investasi lain yang
memberikan imbal hasil yang lebih optimal.

b. Jangka Panjang
Tidak seperti investasi jangka pendek, investasi jangka panjang
termasuk dalam kategori investasi yang membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menunjukkan hasil dan pengembaliannya.
Misalnya, dibutuhkan waktu hingga 10 tahun bagi banyak investor
untuk menjualnya dan menghasilkan keuntungan. Banyak investasi
jangka panjang baru saja dibeli tanpa dijual kembali.

3. Jenis Instrumen Investasi Yang Populer Digunakan


a. Kepercayaan Investasi
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
perwalian investasi adalah forum yang digunakan oleh manajer
investasi untuk menghimpun dana dari masyarakat umum dengan
modal yang mereka diinvestasikan dalam portofolio bursa efek
mereka. Sebagai investor, Grameds hanya perlu menyiapkan modal
untuk diinvestasikan dalam portofolio bursa efek. Hal ini akan
dikelola oleh manajer investasi.

Portofolio surat berharga terdiri dari produk pasar uang, obligasi dan
saham. Grameds tidak perlu dana atau modal jutaan rupiah untuk
berinvestasi di produk ini. Ini karena Grameds hanya bisa memilih
dana investasi dengan dana minimal 100.000 rupiah.

b. Saham
Alat investasi ini paling dikenal di kalangan masyarakat Indonesia.
Mungkin Grameds salah satu orang yang memilih saham sebagai
sarana investasi. Artinya, ketika Grameds membeli saham di
perusahaan yang terdaftar, Grameds menjadi pemegang saham
perusahaan itu dan berhak atas dividen yang sama dengan
persentase saham yang Grameds miliki di perusahaan itu.

c. Emas dan Logam Mulia


Selain saham, emas dan logam mulia merupakan salah satu alat
investasi yang dikenal masyarakat Indonesia dari dulu hingga
sekarang. Investasi ini juga cocok bagi Grameds yang menginginkan
investasi jangka panjang dan cenderung aman, seiring dengan
kenaikan harga emas dan logam mulia. Untungnya, peningkatan ini
disebabkan oleh respons terhadap situasi tertentu yang mengarah
pada nilai investasi di pasaran.

d. Obligasi
Obligasi adalah sertifikat utang jangka menengah hingga jangka
panjang yang dapat dialihkan. Obligasi mencakup komitmen bahwa
penerbit membayar bunga dalam bentuk bunga selama jangka
waktu tertentu dan pada waktu tertentu membayar pokok utang
kepada pemegang obligasi. Pendapatan bunga pemegang obligasi
adalah kupon.

Jangka waktu kendaraan investasi ini adalah 1 sampai 10 tahun.


Keberadaan obligasi ini dilatarbelakangi oleh upaya penghimpunan
dana dari masyarakat untuk digunakan sebagai sumber pendanaan.
Ada tiga jenis obligasi Indonesia, yakni obligasi korporasi, obligasi
individu Indonesia (ORI), dan obligasi pemerintah.

e. Deposito Tetap
Metode investasi lainnya adalah deposito berjangka yang dapat
dilakukan di bank. Deposito berjangka ini memiliki bunga yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tabungan biasa. Selain itu, deposito
berjangka memiliki tenggat waktu yang pasti, biasanya 3-12 bulan.
Jika Grameds menarik dana sebelum batas waktu yang ditentukan,
maka akan didenda oleh bank terkait. Semakin tinggi jumlah nominal
yang Grameds masukkan sebagai deposit, semakin tinggi keuntungan
Grameds.

f. Properti
Biasanya orang akan sangat tertarik dengan jenis investasi ini jika
sudah memiliki modal yang cukup. Seperti yang Grameds ketahui,
tanah dan bangunan merupakan investasi jangka panjang yang
sangat menjanjikan. Nilai properti yang terus meningkat dari tahun ke
tahun mencapai 15 sampai 20% tentu sangat menarik. Apalagi jika
lokasinya strategis.

Mengapa begitu menarik untuk berinvestasi di properti ini? Salah


satu alasan utamanya adalah real estate telah menjadi salah satu
kebutuhan pokok dan resiko dari investasi ini sudah pasti
diminimalisir. Namun, untuk memulai sarana investasi ini, Grameds
memerlukan modal yang cukup banyak untuk membeli dan
memelihara real estat Grameds sendiri.

g. Asuransi

Ketika Grameds mendengar asuransi jiwa berjangka, Grameds


mungkin berpikir tentang perlindungan. Tidak hanya melindungi diri
sendiri, namun juga melindungi keluarga serta aset yang Grameds
miliki, seperti rumah, kendaraan, dll. Jika asuransi secara umum
masuk akal sebagai perlindungan, asuransi juga bisa menjadi salah
satu pilihan Grameds dalam hal menginvestasikan uang Grameds.
Asuransi berbasis investasi ini merupakan gabungan dari dua produk,
yakni asuransi dan perwalian investasi serta dana investasi lainnya.
Umumnya, premi yang Grameds bayarkan dikonversikan ke dalam
satuan. Asosiasi dapat dibagi menjadi dua jenis: pembayaran premi
dan investasi.

Asuransi jiwa sering dijadikan sebagai investasi jangka panjang.


Sebelum mengambil asuransi, perlu dijelaskan bagaimana investasi
asuransi ini akan dilakukan. Selain biaya, Grameds harus membayar
asuransi setiap bulan. Jika Grameds memilih asuransi berbasis
investasi, premi yang harus Grameds bayarkan cenderung lebih
tinggi dari asuransi biasa.

4. Manfaat Investasi:
 Melawan Inflasi
 Menambah Sumber Pemasukan
 Mencapai Tujuan Finansial Yang Lebih Cepat
 Meningkatkan Kekayaan Atau Set
 Memenuhi Kebutuhan Di Masa Depan
 Gaya hidup sederhana Atau Hemat
 Terhindar Dari Hutang

C. TINGKAT SUKU BUNGA BANK

1. Pengertian Tingkat Suku Bunga Bank


Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio pengembalian
sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada
investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai dengan
kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian
kepada kreditur.

Menurut pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga adalah


balas jasa yang diberikan bank kepada nasabah (yang memiliki
simpanan di bank), maupun diberikan nasabah kepada bank (yang
menerima pinjaman dari bank).
Sebelum menyetujui untuk memberi pinjaman kepada nasabah, bank
biasanya akan mempertimbangkan, menganalisis, bahkan menyelidiki
beberapa hal. Di antaranya adalah bagaimana persentase tingkat
hutang jika dibandingkan dengan pendapatan, masalah finansial di
masa lalu, dan sejarah kredit nasabah.

Jika pada akhirnya bank setuju untuk memberikan pinjaman, maka


bank akan menerapkan suku bunga kepada nasabah. Tujuannya
adalah agar bank sebagai pemberi pinjaman merasa aman telah
meminjamkan uang. Dalam nilai suku bunga pinjaman yang
dibebankan kepada nasabah, tersimpan biaya peluang dan biaya
risiko yang bisa saja ditimbulkan di masa depan.

2. Fungsi Suku Bunga


Berikut beberapa fungsi dari suku bunga dalam kegiatan
perekonomian:
 Suku bunga dapat mendorong arus investasi yang akan sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi.
 Suku bunga menjadi daya tarik bagi investor untuk
menginvestasikan uangnya.
 Suku bunga membantu suatu negara dalam menjaga
keseimbangan jumlah uang yang beredar dengan permintaan
uang.
 Suku bunga dapat menjadi alat kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan jumlah tabungan dan investasi.
 Suku bunga bisa digunakan untuk meningkatkan produksi dan
mengontrol tingkat inflasi.

3. Cara Suku Bunga Bekerja


Secara garis besar, besaran nilai bunga yang ditetapkan oleh pihak
bank sebagai pemberi pinjaman tergantung pada faktor-faktor
berikut ini:

 Besarnya jumlah uang yang dipinjam


Semakin besar nilai yang akan dipinjam oleh seseorang, maka akan
semakin besar pula nilai suku bunga yang diberikan. Hal tersebut
dikarenakan, suku bunga dihitung sebagai persentase dari jumlah
pinjaman.

 Durasi atau lamanya pinjaman


Jumlah pinjaman akan menjadi semakin besar jika frekuensi untuk
mengembalikannya semakin lama. Hal ini disebabkan karena semakin
lama kamu meminjam, maka jadi semakin lama pula waktu yang
digunakan untuk menumpuk bunga.

Jika hanya meminjam dalam hitungan bulan, tentu bunga yang


dibebankan akan lebih sedikit dibandingkan jika kamu meminjam
untuk hitungan tahun. Sehingga, suku bunga 3% yang dihitung setiap
bulan akan berbeda hasilnya dengan bunga 3% yang dihitung setiap
tahun.

 Suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI Rate)


BI Rate sangat memengaruhi suku bunga dari layanan kredit atau
pinjam-meminjam yang diberikan oleh bank atau perusahaan
pembiayaan (leasing). BI Rate merupakan suku bunga acuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui mekanisme Rapat Dewan
Gubernur. Karena dianggap sebagai acuan, penetapan BI Rate juga
dianggap sebagai kebijakan moneter dari Bank Indonesia.

4. Jenis Suku Bunga dan Contohnya


Dalam industri perbankan, suku bunga dibagi menjadi lima jenis,
antara lain:

 Suku Bunga Tetap (Fixed Interest Rate)


Seperti namanya, nilai suku bunga tetap tidak berubah selama jangka
waktu kredit atau sampai tanggal jatuh tempo. Suku bunga tetap
banyak digunakan pada produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk
rumah bersubsidi. Suku bunga tetap juga sering kali digunakan untuk
produk kredit kendaraan bermotor.

 Suku Bunga Mengambang (Floating Interest Rate)


Kebalikan dari tipe yang pertama, suku bunga mengambang biasanya
berubah berdasarkan suku bunga acuan. Artinya, jika suku bunga di
pasaran naik, maka suku bunganya juga ikut naik.

Sebagai contoh, dalam sebuah produk KPR, bank memberikan atau


memberlakukan suku bunga tetap untuk dua tahun pertama. Namun,
di tahun ketiga, nilai suku bunga akan menggunakan suku bunga
mengambang.

 Suku Bunga Flat (Flat Interest Rate)


Perhitungan suku bunga flat menggunakan jumlah pokok pinjaman di
awal untuk setiap periode cicilan. Penghitungannya sangat
sederhana. Umumnya suku bunga flat digunakan untuk kredit jangka
pendek, seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA).

 Suku Bunga Efektif (Effective Interest Rate)


Perhitungan pada suku bunga efektif mengacu pada sisa utang milik
nasabah. Sehingga, jumlah cicilan yang harus dibayarkan setiap
bulannya akan berbeda. Karena terjadi pengurangan pada setoran
bunga, sedangkan besaran angsurannya tetap sama.

Penerapan suku bunga efektif dianggap lebih adil bagi nasabah.


Karena, semakin sedikit pokok pinjaman, maka semakin sedikit juga
bunga yang harus dibayarkan.

 Suku Bunga Anuitas (Annuity Interest Rate)


Dalam perhitungan suku bunga anuitas, porsi bunga yang harus
dibayarkan pada masa awal sangat besar, sedangkan porsi angsuran
pokok sangat kecil. Namun, situasi tersebut akan berbalik ketika
sudah mendekati berakhirnya masa kredit atau sudah mendekati
jatuh tempo.

Sistem bunga anuitas biasanya diterapkan untuk pinjaman jangka


panjang, seperti KPR atau kredit investasi.

5. Mengenal Suku Bunga Tunggal dan Suku Bunga Majemuk


Selain jenis-jenis suku bunga di atas, ada dua jenis suku bunga yang
juga umum dikenal, yaitu suku bunga tunggal dan suku bunga
majemuk. Suku bunga majemuk dan suku bunga tunggal adalah jenis
suku bunga yang perhitungannya berdasarkan modal awal. Karena
itu, kedua suku bunga tersebut lazim digunakan dalam kegiatan
investasi dan pinjaman dana.

Suku bunga tunggal besarannya akan selalu sama dari awal sampai
akhir. Sedangkan, suku bunga majemuk bunga besarannya tidak
sama setiap periode. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas lebih
terperinci.

6. Pengertian dan Rumus Suku Bunga Tunggal


Suku bunga tunggal adalah suku bunga yang ditetapkan oleh pemberi
pinjaman berdasarkan pada nilai pinjaman yang diberikan. Salah
contoh paling sederhana dari penerapan suku bunga tunggal adalah
kegiatan menabung di bank.

Saat menabung sejumlah dana di bank, nasabah akan mendapatkan


sejumlah bunga. Besaran bunga yang diberikan akan sama dari awal
menabung. Tapi, jumlah bunga bisa menjadi semakin besar jika kita
meningkatkan jumlah saldo tabungan dan menabung dalam jangka
waktu yang lama.

Perhitungan suku bunga tunggal didapat dari pokok pinjaman atau


modal yang dibebankan dalam masa pinjaman. Rumus suku bunga
tunggal adalah sebagai berikut:

Rumus Suku Bunga Tunggal:


i=pxrxt

Keterangan Rumus Suku Bunga Tunggal:

i = Bunga

p = Jumlah Pokok
r = Suku Bunga

t = Durasi pinjaman

Contoh Menghitung Suku Bunga Tunggal


Ibu Desi mengambil pinjaman sebesar Rp24.000.000 untuk
kebutuhan modal usaha berjualan pernak-pernik (merchandise) K-
Pop. Pinjaman tersebut rencananya akan dilunasi dalam jangka waktu
lima tahun. Bank mengenakan bunga sebesar 8%. Untuk pinjaman
tersebut. Berapa besaran bunga tunggal yang harus dibayarkan oleh
Ibu Desi?

Diketahui:

p = 24.000.000

r = 8% atau 0,08

t = 5 tahun

Ditanyakan: nilai i

i=pxrxt

Bunga = 24.000.000 x 0,08 x 5

Bunga = 9.600.000

Dalam contoh menghitung bunga tunggal di atas, dapat diketahui


bahwa besaran bunga yang harus dibayar Ibu Desi setelah lima tahun
peminjaman adalah sebesar Rp9.600.000.

Pengertian dan Rumus Suku Bunga Majemuk


Suku bunga majemuk merupakan persentase hasil jumlah pokok.
Bunga majemuk adalah jenis bunga yang paling sering ditemui. Suku
bunga majemuk biasa digunakan saat mengajukan permohonan
kredit atau pinjaman, ataupun saat akan berinvestasi. Penerapan
suku bunga majemuk akan lebih menguntungkan dan lebih
memuaskan nasabah karena uang akan lebih cepat bertambah.

Rumus Suku Bunga Majemuk:


Skema yang digunakan pada bunga majemuk merupakan skema
bertingkat. Sehingga, rumus bunga majemuk lebih rumit daripada
rumus suku bunga tunggal. Rumus suku bunga majemuk adalah
sebagai berikut:

Na = Nt(1+i)n

Keterangan Rumus Suku Bunga Majemuk:

Na = nilai akhir

Nt = nilai tunai

i = suku bunga (%)

n = jangka waktu

Contoh Menghitung Suku Bunga Majemuk:


Pak Putra meminjam dana sebesar Rp20.000.000 untuk keperluan
renovasi rumah. Bank menerapkan adanya suku bunga majemuk
sebesar 2% per bulan. Berapa dana yang harus dibayarkan dalam
waktu satu tahun?

Diketahui:

Nt = Rp20.000.000

i = 2% atau 0,02

n = 1 tahun (12 bulan)


Ditanyakan: nilai Na

Na = Nt(1+i)n

Na = Rp20.000.000 (1+0,02)12

Na = Rp20.000.000 (1,02)12

Na = Rp25.364.836

Dalam contoh menghitung bunga majemuk di atas, dapat diketahui


bahwa jumlah dana yang harus dibayar Pak Putra setelah satu tahun
peminjaman adalah sebesar Rp25.364.836.

Kesimpulan
Bunga adalah balas jasa atas pinjaman uang. Persentase dari pokok
utang yang dibayarkan sebagai balas jasa dalam suatu periode
tertentu disebut sebagai suku bunga.

Rumus menghitung suku bunga tunggal dan suku bunga majemuk


harus dipahami oleh kamu yang ingin melakukan pinjaman maupun
merencanakan investasi. Dengan mengetahui rumus dan
perhitungannya, maka kamu bisa lebih mudah dalam
mempertimbangkan segala sesuatunya.

Perlu ketelitian dalam menghitung pinjaman yang dikeluarkan dari


kas usaha atau investasi atas pendapatan dana dalam bisnis. Untuk
itu, sangat dibutuhkan laporan keuangan terperinci yang berkaitan
dengan biaya masuk dan keluar kas.

D. HUBUNGAN INFLASI, INVESTASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA BANK

1. Hubungan Inflasi Terhadap Investasi


Pengaruh inflasi terhadap investasi itu nyata dan yang paling
terpengaruh biasanya adalah aset likuid atau aset yang mudah dijadikan
uang seperti reksa dana, saham, obligasi, dan lainnya. Ketika inflasi
tinggi, nilai aset likuid rata-rata akan mengalami penurunan.

Penurunan tersebut pun membuat investor kehilangan keuntungan yang


sudah hampir mereka miliki.

Namun, jika dibandingkan dengan tabungan, investasi sebenarnya lebih


tahan banting dalam menghadapi inflasi. Hal itu karena keuntungan
investasi yang bisa berlipat-lipat dan cocok dilakukan untuk jangka
panjang.

Strategi Mengalahkan Inflasi dengan Investasi

Walaupun inflasi bisa membuat risiko investasi meningkat, investasi bisa


dijadikan cara untuk mengatasi inflasi. Cara mengatasi inflasi bagi
masyarakat ini bisa Anda ikuti dengan mudah. Yuk, disimak
penjelasannya.

 Memantau inflasi dengan cermat


 Melakukan diversifikasi pada investasi
 Mendatangi konsultan investasi untuk berdiskusi

2. Hubungan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga


Inflasi dan suku bunga memiliki korelasi terbalik, di mana ketika
inflasi meningkat, suku bunga akan turun. Demikian pula sebaliknya.
Ketika suku bunga turun atau rendah, permintaan terhadap pinjaman
akan lebih banyak, di mana masyarakat akan memilih untuk
meminjam lebih banyak uang daripada menabung. Artinya, semakin
banyak uang yang akan dibelanjakan, sehingga ekonomi tumbuh dan
tingkat inflasi mengalami kenaikan.

Sebaliknya, ketika suku bunga naik, permintaan terhadap pinjaman


menurun, karena masyarakat lebih memilih untuk menabung sebab
tingkat pengembalian dari tabungan lebih tinggi. Hal ini secara lebih
lanjut akan berimbas pada lebih sedikitnya jumlah uang yang
dibelanjakan, sehingga berakibat pada melambatnya perekonomian
dan inflasi menurun.

Unsur-unsur dalam hubungan antara inflasi dengan suku bunga


Hubungan inflasi dengan suku bunga bank setidaknya dapat
digambarkan dalam tiga unsur, yaitu sistem perbankan, teori
kuantitas uang, dan peran dari suku bunga itu sendiri.
• Sistem perbankan
Sistem perbankan merupakan tata cara, aturan-aturan, dan pola yang
digunakan oleh sektor perbankan dalam menjalankan kegiatan
usahanya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan. Dalam perkembangan ekonomi
dunia saat ini, sistem perbankan yang digunakan adalah perbankan
cadangan fraksional.

Perbankan cadangan fraksional adalah sebuah sistem perbankan


yang memungkinkan bank komersial untuk menghasilkan keuntungan
dengan meminjamkan sebagian dari deposito atau tabungan
nasabah, dan sebagian lainnya disimpan dalam bentuk tunai yang
disediakan untuk penarikan.

Sebagai ilustrasi, nasabah meyetorkan uang sebesar Rp 1 juta ke


dalam tabungan atau depositonya di bank. Bagaimana bank
memperlakukan uang nasabah tersebut? Bank berwenang untuk
mengalihkan sebagian uang tersebut sebagai pinjaman kepada
nasabah lain atau yang disebut dengan debitur.

Besaran bagian yang dipinjamkan tentu harus sesuai dengan


ketentuan rasio cadangan yang ditetapkan oleh bank sentral. Jika
rasionya sebesar 10%, maka bank dapat meminjamkan dana nasabah
sebesar 90%, atau yang dalam contoh ini adalah Rp 900 ribu
sedangkan Rp 100 ribu tetap disimpan dalam brankas.
Dalam proses peredaran dana nasabah yang dipinjamkan, ada dua
klaim senilai Rp 1,9 juta dalam perekonomian. Jumlah uang beredar
meningkat dari Rp 1 juta menjadi Rp 1,9 juta. Inilah gambaran
sederhana dari perlakuan dana simpanan dalam sistem perbankan
cadangan fraksional.

• Teori kuantitas uang


Teori kuantitas uang dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa inflasi
ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang. Semakin banyak
jumlah uang yang beredar, dapat mendorong kenaikan harga,
sehingga setiap lembar uang kertas mengalami penurunan nilainya.
Sebaliknya, jika jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin
sedikit, maka harga barang dan jasa akan mengalami penurunan,
yang artinya tingkat inflasi menurun.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa inflasi tak selalu


memiliki dampak buruk terhadap perekonomian. Namun, apabila
inflasi terlalu tinggi dapat mengakibatkan lonjakan harga barang dan
jasa yang tak terkendali. Umumnya tingkat inflasi yang ditargetkan
oleh bank sentral per tahun adalah berkisar antara 2% hingga 3%. Jika
tingkat inflasi lebih tinggi dari yang ditargetkan, maka berisiko terjadi
hiperinflasi, bahkan dengan tingkat inflasi yang mencapai 50% atau
lebih per bulan.

• Peran suku bunga


Bicara tentang suku bunga, bank memainkan peran dari suku bunga
ini. Suku bunga bertindak sebagai ‘harga’ yang harus dibayar untuk
menyimpan atau meminjam uang. Untuk simpanan tentu bank yang
harus membayar suku bunga kepada nasabah.

Sementara untuk pinjaman, tentu saja nasabah peminjam atau


debitur yang harus membayar suku bunga pinjaman kepada bank.
Di saat suku bunga rendah, masyarakat baik individu maupun
pengusaha cenderung mengajukan lebih banyak pinjaman. Hal ini
berpengaruh pada meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Semakin banyaknya jumlah uang yang beredar akan
mendorong kenaikan inflasi.

Sebaliknya, ketika suku bunga tinggi, masyarakat tidak banyak


mengajukan pinjaman, sehingga jumlah uang yang beredar menurun.
Akibatnya, tak banyak uang yang dibelanjakan sehingga inflasi
menurun.

Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank


Inflasi memiliki peran penting dalam ‘tarik ulur’ perekonomian agar
ekonomi di suatu negara tetap dan terus tumbuh. Ekonomi yang
bertumbuh menunjukkan adanya geliat pasar di mana aktivitas
ekonomi di setiap lini masyarakat terus bergerak. Selama inflasi
masih dalam taraf normal, dalam arti tidak terlalu tinggi atau rendah,
stabilitas ekonomi akan tetap terjaga.

Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral menggunakan suku bunga.


Inflasi merupakan peningkatan harga umum secara berkelanjutan
dalam suatu perekonomian. Sementara suku bunga adalah biaya
yang harus dibayarkan atas dana pinjaman.

Ketika nasabah menyetor uang atau mengajukan pinjaman ke bank,


suku bunga yang diberlakukan adalah suku bunga nominal, di mana
pada suku bunga tersebut mencakup suku bunga riil dan premi untuk
inflasi. Suku bunga riil adalah biaya uang aktual yang dipengaruhi
oleh permintaan dan penawaran uang dalam suatu perekonomian.
Pada saat inflasi nol, suku bunga nominal akan sama dengan suku
bunga riil. Namun, mustahil jika inflasi nol.

Inflasi yang meningkat akan berpengaruh pada naiknya suku bunga


nominal. Meski suku bunga riil tetap, namun premi untuk inflasi akan
ikut mengalami kenaikan. Bahkan, agar pertumbuhan ekonomi
melaju cepat, tingkat suku bunga harus lebih tinggi dibandingkan
tingkat inflasi. Penjelasannya adalah meminjamkan uang guna
mendorong pertumbuhan ekonomi, suku bunga harus lebih tinggi
daripada inflasi. Sebab suku bunga yang lebih tinggi dari tingkat
inflasi dapat meningkatkan nilai uang. Lain halnya jika suku bunga
lebih rendah dari tingkat inflasi.

Sebagai contoh, di saat tingkat suku bunga tahunan 5%, sedangkan


tingkat inflasi 10%, maka bank akan menurunkan penawaran
pinjaman, sehingga tingkat penawaran pinjaman menjadi rendah. Hal
ini dilakukan karena nilai uang dari pengembalian atas pinjaman
rendah, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi bank.

Pengaruh inflasi terhadap suku bunga bank dapat dibedakan menjadi


dua, yakni ketika inflasi tinggi dan inflasi rendah.

• Pengaruh inflasi tinggi terhadap suku bunga


Tak bisa dipungkiri bahwa kondisi ekonomi tak selalu stabil,
terkadang tumbuh melesat, terkadang pula melambat dan terpuruk.
Sebab itulah dibutuhkan stimulus-stimulus untuk menggerakkan roda
perekonomian agar aktivitas ekonomi terus menggeliat sehingga
mampu memicu pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Di saat tingkat inflasi tinggi, di mana harga umum barang dan jasa
mengalami kenaikan, maka bank sentral harus membuat kebijakan
untuk menurunkan inflasi. Ketika tingkat inflasi tinggi, untuk
mengendalikannya, bank sentral menaikkan tingkat suku bunga agar
tingkat inflasi menurun.

Ketika suku bunga naik, maka pinjaman menjadi mahal karena


biayanya pun naik. Kondisi ini akan menekan permintaan masyarakat
terhadap pinjaman, sehingga jumlah pinjaman menurun. Jika
permintaan pinjaman menurun, maka jumlah uang beredar di
masyarakat pun akan menurun. Artinya, masyarakat memiliki lebih
sedikit uang untuk dibelanjakan. Dengan kata lain, daya beli
masyarakat pada barang dan jasa menjadi rendah. Akibatnya, mereka
akan membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit.

Rendahnya daya beli masyarakat pada gilirannya akan menyebabkan


penurunan permintaan terhadap barang dan jasa secara umum. Pada
pasokan tetap atau penawaran yang konsisten, tentu saja akan
terjadi penurunan tingkat permintaan, sehingga harga barang dan
jasa di pasaran akan jatuh. Dengan jatuhnya tingkat harga umum
barang dan jasa, secara otomatis akan menurunkan tingkat inflasi.

• Pengaruh inflasi rendah (deflasi) pada suku bunga


Bagaimana jika yang terjadi adalah deflasi, yakni penurunan tingkat
harga umum barang dan jasa secara drastis. Pada kondisi inflasi
rendah atau deflasi, bank sentral mengambil kebijakan untuk
menurunkan suku bunga bank.

Suku bunga bank yang mengalami penurunan akan menyebabkan


biaya pinjaman menjadi lebih murah. Hal ini tentu menjadi kabar
gembira bagi masyarakat baik individu maupun perusahaan. Sebab
mereka berpeluang untuk mendapatkan pinjaman dengan tingkat
pengembalian yang rendah. Kondisi ini tentu mendorong tingkat
permintaan terhadap pinjaman semakin tinggi.

Ketika jumlah pinjaman meningkat, maka jumlah orang yang beredar


di masyarakat juga akan meningkat. Artinya, daya beli masyarakat
meningkat karena memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan
pada barang dan jasa. Hal ini memicu kenaikan tingkat permintaan
terhadap barang dan jasa, sehingga seiring berjalannya waktu harga
barang dan jasa akan terdongkrak. Di saat harga barang dan jasa naik,
secara otomatis tingkat.
3. Hubungan Investasi Terhadap Suku Bunga
Dalam berinvestasi, memahami hubungan suku bunga dengan
investasi bisa membantu kamu memahami bagaimana perubahan
suku bunga bisa memengaruhi investasi kamu, sehingga kamu bisa
mempersiapkan strategimu berikutnya secara tepat.

Tingkat bunga yang memengaruhi pasar aset investasi adalah tingkat


bunga yang dikenakan oleh lembaga penyimpanan, seperti bank,
pinjam-meminjam dan perkreditan. Tingkat bunga ini sangat
memengaruhi tingkat persentase tahunan kartu kredit, dan bisnis
lainnya.

Investasi Ketika Suku Bunga Naik

Hubungan suku bunga dengan investasi saham adalah berbanding


terbalik. Dalam hal ini, jika suku bunga naik, investasi akan cenderung
menjadi lesu. Alasannya adalah karena ketika lembaga keuangan
menaikkan suku bunga, maka akan berpengaruh pada hampir semua
biaya pinjaman perusahaan dan konsumen dalam suatu
perekonomian.

Ketika tingkat bunga untuk kartu kredit dan hipotek meningkat, maka
jumlah uang yang bisa dibelanjakan oleh konsumen akan berkurang.
Oleh karena konsumen masih harus membayar tagihan mereka,
maka dapat mengakibatkan pendapatan rumah tangga menjadi lebih
sedikit.

Ketika hal itu terjadi, maka konsumen hanya memiliki sedikit uang
untuk anggaran lainnya, sehingga keuntungan bisnis pun menurun
dan akan membebani pendapatan juga harga aset investasi, terutama
saham.

Investasi Ketika Suku Bunga Turun


Sementara itu apabila suku bunga menurun, maka yang terjadi
adalah sebaliknya. Semakin rendah tingkat suku bunga, permintaan
investasi akan semakin tinggi. Ketika ekonomi melambat, lembaga
keuangan akan memangkas suku bunga untuk merangsang aktivitas
keuangan.

Investor dan ekonom sama-sama memandang bahwa suku bunga


yang rendah sebagai manfaat bagi pinjaman pribadi dan perusahaan
yang membuat keuntungan lebih besar dan ekonomi yang lebih kuat.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, konsumen akan lebih banyak
membelanjakan uang mereka. Binsis akan menikmati kemampuan
mereka dalam membiayai biaya operasi, akuisisi, dan ekspansi pada
tingkat yang lebih murah, sehingga meningkatkan potensi
pendapatan mereka di masa depan yang pada akhirnya
menyebabkan harga aset investasi, terutama saham meningkat.

Anda mungkin juga menyukai