Anda di halaman 1dari 16

6 Alasan Penting Berinvestasi Obligasi

Pada saat ini, ada banyak pilihan instrumen investasi yang tersedia bagi masyarakat, mulai dari
emas, obligasi, reksadana, saham, properti, deposito dan sebagainya.

Dari berbagai instrumen itu, obligasi merupakan salah satu opsi investasi yang menarik dan
aman yang tentu saja juga memiliki sejumlah risiko. Ngomong-ngomong, apa itu obligasi?
Mengapa obligasi menarik?

Obligasi adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau korporasi. Bagi
penerbitnya, obligasi adalah sarana untuk menggalang dana untuk mendanai berbagai kebutuhan.
Bagi kita sebagai investor, obligasi dapat menjadi sarana investasi.

Dengan kata lain, apabila kita membeli obligasi, kita akan meminjamkan uang kepada penerbit
obligasi tersebut. Sebagai timbal baliknya, kita akan mendapatkan keuntungan yang disebut
kupon (bunga) secara berkala (bisa 1 atau 6 bulan sekali).

Obligasi yang dibeli oleh investor itu memiliki jangka waktu kepemilikan. Di akhir periode atau
jatuh tempo obligasi, kita akan mendapatkan kembali uang yang kita pinjamkan kepada penerbit
tersebut.

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dikenal dengan nama Surat Berharga Negara (SBN).
SBN terdiri dari berbagai macam jenis, mulai dari yang konvensional (contohnya Obligasi
Negara) sampai syariah (Sukuk).

SBN adalah obligasi atau surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah di mana salah satu
tujuannya adalah untuk membiayai defisit APBN atau memenuhi kebutuhan anggaran
pemerintah untuk mendanai belanjanya.

Apa saja manfaat dari berinvestasi obligasi? Nah, berikut ini 6 alasan kenapa investasi di SBN
itu menarik untuk dipertimbangkan!

1. Risiko Relatif Rendah

SBN memiliki risiko yang relatif rendah dibandingkan dengan instrumen investasi lain seperti
saham. Pembayaran nilai pokok dan kupon/imbal hasil juga dijamin oleh serangkaian undang-
undang.

Sebagai contoh, pembayaran nilai pokok dan kupon obligasi seri FR dan INDON dijamin oleh
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (SUN).

Sementara itu, pembayaran nilai pokok dan imbalan sukuk dijamin oleh Undang-undang Nomor
19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Berdasarkan peraturan itu, investasi di Obligasi Negara dianggap tidak memiliki risiko gagal
bayar (default risk) atau wanprestasi karena dijamin oleh negara.

2. Keuntungan Lebih Tinggi

Keunggulan lain dari investasi di obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah keuntungan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penempatan dana di deposito. Pada umumnya, kupon
yang ditawarkan dari penerbitan obligasi lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.

Sebagai ilustrasi, apabila deposito menawarkan bunga sekitar 5,5% per tahun, kupon salah satu
seri obligasi yaitu Obligasi Negara Ritel seri 017 lebih tinggi atau mencapai 6,4%. Besaran
kupon tersebut berbeda-beda di setiap seri obligasi.

Investor obligasi juga “diuntungkan” dengan besaran Pajak penghasilan (Pph) atas kupon sebesar
15% atau lebih rendah dibandingkan dengan bunga deposito sebesar 20%.

3. Dapat Diperdagangkan (Tradeable)

Sejumlah jenis SBN seperti obligasi seri FR, obligasi seri INDON, Obligasi Negara Ritel (ORI)
atau Sukuk Ritel (SR) dapat diperdagangkan di sebuah market bernama pasar sekunder. Pasar
sekunder adalah tempat jual beli obligasi yang telah diterbitkan di pasar perdana.

Dengan penjualan obligasi di pasar sekunder, investor berpotensi mendapatkan keuntungan yang
disebut sebagai capital gain. Capital gain dapat diperoleh apabila harga obligasi yang dijual oleh
investor lebih tinggi dibandingkan dengan harga perolehan ketika membeli obligasi tersebut.

Dengan keberadaan pasar sekunder ini, investor dapat mencairkan investasi obligasi miliknya
apabila membutuhkan dana secara mendadak. Penjualan obligasi di pasar sekunder tersebut perlu
mempertimbangkan mengenai faktor harga obligasi yang bergerak dinamis.

4. Diversifikasi Portofolio

Obligasi dapat menjadi salah satu opsi instrumen bagi investor dalam diversifikasi portofolio
investasi sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan potensi keuntungan dan mengelola risiko.

Dengan menempatkan dana di berbagai instrumen investasi, investor dapat mengurangi risiko
apabila mengalami kerugian di salah satu instrumen. Oleh karena itu, investor perlu
menempatkan dananya di lebih dari satu instrumen.

Salah satu prinsip penting yang perlu dipegang oleh investor adalah jangan menaruh telur di satu
keranjang. Dengan menaruh "telur" (dana) di berbagai "keranjang" (instrumen investasi),
investor dapat menyebar risiko investasinya.

Penempatan dana di obligasi juga merupakan strategi diversifikasi investasi yang lazim
digunakan di luar negeri, bukan hanya di Indonesia saja.
Diversifikasi bukan hanya dapat dilakukan di instrumen investasi yang berbeda, namun juga
instrumen investasi yang sama dalam mata uang yang berbeda. Misalnya, diversifikasi investasi
di obligasi seri INDON yang berdenominasi dolar AS.

5. Mudah Untuk Memulai

Jangan membayangkan investasi obligasi sebagai sesuatu yang sulit dilakukan. Investor bahkan
tidak perlu keluar rumah untuk berinvestasi. Investor bisa membeli obligasi ini melalui aplikasi
digibank by DBS.

Dalam waktu 24 jam dan 7 hari sepekan, investor bisa berinvestasi melalui digibank tanpa harus
pergi ke kantor cabang bank. Aplikasi digibank bisa diunduh di Google Play Store serta Apple
Play Store.

Investasi di obligasi tidak perlu modal yang terlalu besar. Cukup hanya dengan Rp 1 juta saja,
kita sudah bisa berinvestasi di instrumen obligasi.  Tentu saja, semakin besar modal (Rp5 juta,
Rp10 juta, Rp50 juta dan seterusnya) maka semakin besar pula potensi keuntungan yang diraih. 

Aplikasi digibank milik DBS tidak perlu diragukan lagi keamanannya karena menggunakan
teknologi biometrik, soft token dan teknologi lainnya yang menjamin keamanan aktivitas
perbankan. Aman, mudah dan menarik, bukan?

6. Berpartisipasi Membantu Negara

Berinvestasi di obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah salah satu cara untuk
berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. Seperti diketahui, pemerintah menerbitkan
obligasi sebagai salah satu sumber pembiayaan APBN.

Jumlah belanja yang lebih besar daripada pendapatan negara membuat pemerintah menghadapi
defisit anggaran. Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah menerbitkan obligasi yang dapat
diperjualbelikan oleh investor.

Dana APBN itu akan digunakan oleh pemerintah untuk berbagai keperluan, mulai dari
pembangunan infrastruktur hingga penanganan dan pemulihan dampak pandemi wabah virus
corona.

Masih bingung? Jangan khawatir. Kalau kamu masih bingung tentang investasi obligasi, kamu
bisa DM digibank di Instagram @digibankid untuk tanya seputar investasi Yuk, tunggu apalagi,
segera investasi obligasi!
Menghitung Potensi Keuntungan dari
Investasi Obligasi
Pada dasarnya, investasi adalah sebuah proses meningkatkan nilai aset dengan cara
menempatkan dana di instrumen tertentu. Peningkatan itu berasal dari keuntungan yang
diperoleh dari proses tersebut.

Supaya tidak seperti menggarami lautan, proses investasi perlu disertai dengan pengetahuan
mengenai konsep perhitungan potensi keuntungan. Tidak terkecuali investasi di obligasi atau
surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah.

Ada sejumlah konsep yang dikenal secara umum dalam investasi obligasi yaitu kupon, yield to
maturity, current yield, accrued interest, capital gain dan sebagainya yang akan kita bahas dalam
artikel ini.

Berikut ini ilustrasi penghitungan potensi keuntungan dari investasi obligasi pemerintah. Sebagai
contoh, seorang investor memiliki uang Rp100 juta dan berinvestasi di obligasi seri FR dengan
kupon 10%.

Berapa nilai kupon yang diterima setiap 6 bulan? Berapa pula current yield, accrued interest dan
potensi yield to maturity?

Kupon

Kupon adalah bunga yang dibayarkan penerbit obligasi kepada investor secara berkala. Periode
waktu pembayaran kupon obligasi itu bervariasi tergantung jenisnya. Misalnya, pembayaran
kupon obligasi FR dilakukan setiap 6 bulan sedangkan kupon ORI setiap 1 bulan.

Dalam contoh Obligasi Negara seri FR, kupon dibayar secara semi-annual atau dua kali setahun
setiap 6 bulan. Rumusnya adalah kupon dikalikan dengan nilai nominal.

Karena dibayar dua kali dalam setahun, maka hasil perkalian antara kupon dan nilai nominal itu
dibagi dua. Besaran kupon tersebut perlu dikurangi Pajak penghasilan (Pph) sebesar 15%. (lihat
infografis)

Capital Gain

Selain dari kupon, investasi obligasi memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan yang
disebut sebagai capital gain dari transaksi di pasar sekunder.

Sebagai contoh, investor tersebut menjual obligasi di pasar sekunder dengan harga 102%.
Dengan demikian, capital gain yang berpotensi diperolehnya sebesar Rp2.000.000 yang berasal
dari penghitungan Rp100.000.000 x (102-100)%.
Perhitungan yang sama digunakan untuk menghitung capital loss. (lihat infografis)

Current Yield

Yield adalah imbal hasil dari proses investasi obligasi. Current yield merupakan imbal hasil yang
diterima selama satu tahun dengan menghitung tingkat kupon obligasi dibagi dengan harga
obligasi.
Obligasi pemerintah yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder bukan hanya memiliki kupon
namun juga harga (price). Harga tersebut terdiri dari harga premium, harga par dan harga diskon.

Harga par adalah harga obligasi yang sama dengan nilai par atau nilai nominal (=100%), harga
premium adalah harga obligasi di atas harga par (>100%) dan harga diskon adalah harga obligasi
di bawah nilai par (<100%). 

Current yield diperoleh dengan cara membagi kupon dengan harga beli obligasi. Misalnya, harga
beli obligasi sebesar 98 (atau 98% dari nilai nominal) dan kupon 10% maka investor sebenarnya
memiliki keuntungan sebesar 10,2%.

Accrued Interest

Accrued interest atau bunga berjalan adalah kupon yang harus dibayar pembeli kepada penjual
obligasi yang muncul apabila transaksi beli terjadi di antara tanggal pembayaran kupon. Berikut
ini contohnya:

Investor X membeli obligasi dari investor Y dengan nilai nominal Rp100.000.000 juta serta
kupon 10% pada 1 April 2017 dimana obligasi tersebut jatuh tempo pada 1 Juli 2018. Kupon
dibayar setiap 1 Januari dan 1 Juli.

Selain membayar harga obligasi, investor X juga perlu membayar bunga berjalan dimana
investor Y berhak atas bunga dari tanggal pembayaran kupon terakhir (1 Januari 2017) hingga 1
April 2017.

Berikut rumusaccrued interest:

Dimana:

AI: bunga berjalan

N: nilai nominal

c: tingkat kupon

n: frekuensi pembayaran kupon dalam setahun

a: periode dari tanggal pembayaran kupon terakhir sampai tanggal setelmen.

E: periode dari tanggal pembayaran kupon terakhir sampai tanggal pembayaran kupon
berikutnya.

Dengan perhitungan menggunakan rumus accrued interest tersebut, bunga berjalan yang perlu
disiapkan adalah sebesar Rp25.000.000.
Yield to Maturity (YTM)

Yield to maturity (YTM) adalah potensi keuntungan per tahun yang diperoleh dari kupon dan
selisih harga apabila memegang obligasi hingga jatuh tempo.

Pergerakan yield ini berbanding terbalik dari pergerakan harga. Apabila harga obligasi
meningkat maka yield turun, begitu pula sebaliknya. YTM dianggap menunjukkan tingkat
keuntungan yang diperoleh investor apabila memegang obligasi hingga jatuh tempo.

Rumus YTM menghitung beberapa faktor seperti nilai nominal, harga beli obligasi, nilai
nominal, hingga tahun jatuh tempo. Dari perhitungan menggunakan rumus yang ada, kita
mendapatkan perkiraan YTM sebesar 12,12%.

Perbandingan dengan Deposito

Dalam sejumlah aspek, obligasi memiliki beberapa perbedaan karakteristik dengan instrumen
investasi lainnya yaitu simpanan deposito. Dalam investasi di deposito, besaran pajak
penghasilan lebih besar yakni 20%, sedangkan obligasi hanya 15%.

Di samping itu, tingkat bunga deposito biasanya lebih rendah dibandingkan dengan imbal hasil
atau yield obligasi. Oleh karena itu, tingkat keuntungan yang ditawarkan lebih rendah sesuai
dengan karakter dari instrumen tersebut.

Deposito juga tidak dapat diperdagangkan seperti obligasi di pasar sekunder sehingga tidak
memiliki potensi capital gain. Secara jangka waktu, deposito memiliki varian tenor yang lebih
pendek daripada obligasi.

Berdasarkan perhitungan yang sudah disampaikan di atas, investasi obligasi menjadi opsi yang
menarik apabila kita ingin memiliki instrumen investasi yang keuntungannya dapat diprediksi di
masa depan.

Di samping itu, modal investasi obligasi pemerintah akan kembali apabila kita memegangnya
hingga jatuh tempo. Obligasi adalah instrumen investasi yang dapat menjadi penyeimbang dari
instrumen-instrumen investasi lain yang telah kita miliki.

Keuntungan yang diperoleh dari investasi obligasi dapat digunakan untuk mencapai tujuan di
masa depan, misalnya, untuk membeli perlengkapan dapur, membeli sepeda baru atau tujuan lain
sesuai kebutuhan dan keinginan masing-masing individu.

Nah, kalau kamu masih bingung tentang investasi obligasi ini, kamu bisa DM digibank di
Instagram @digibankid untuk bertanya langsung seputar investasi. Yuk, mulai investasi obligasi
sekarang!
Apa yang perlu kamu tahu

Tentang Obligasi Negara

Apa itu Obligasi Negara?

Obligasi Pemerintah atau biasa disebut dengan Surat Berharga Negara (SBN) adalah obligasi
atau surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia

SBN dibagi menjadi beberapa kelompok produk yaitu:


 Berdasarkan underlying asset: Konvensional (SBR, ORI, FR, INDON) dan Syariah/Sukuk (ST, SR,
INDOIS)
 Berdasarkan pasar penjualannya: di Pasar Perdana (SBR, ORI, ST, SR) dan di Pasar Sekunder (FR,
INDON, INDOIS)

Apa perbedaan Obligasi Pasar Perdana dan Obligasi Pasar Sekunder?

 Obligasi yang dijual di Pasar Perdana hanya dapat dibeli dalam periode waktu tertentu dan
pembelian dilakukan dengan harga 100% sesuai yang ditawarkan kepada publik (Initial Public
Offering atau IPO). Jangka waktu obligasi antara 2 atau 3 tahun dan beberapa produk tidak
dapat diperjualbelikan kembali (SBR & ST)
 Obligasi yang dijual di Pasar Sekunder dapat dibeli kapan saja sebelum jatuh tempo, dapat
diperjualbelikan kapan saja dan harga yang berlaku mengikuti harga pasar pada saat transaksi
dilakukan. Jangka waktu obligasi antara 5 – 50 tahun.

Apakah ada produk Obligasi Pemerintah yang dapat dijual kembali (tradeable) sebelum
masa jatuh tempo?

Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel (SR) adalah dua produk yang dapat
diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo.

Apa itu layanan SBN Online?

Sekarang, pembelian SBN atau Obligasi makin mudah diakses dengan adanya layanan e-SBN.
Layanan tersebut memungkinkan kamu untuk memesan, membayar, membuat Single Investor
Identification (SID) yang dibutuhkan untuk mulai investasi, mengecek profil risiko, dan menjual
surat berharga yang kamu miliki secara online.

Di mana pun lokasi kamu, kamu tinggal download atau login di Aplikasi digibank by DBS, isi
data pribadi, dan kamu bisa lakukan pemesanan SBN. Mudah kan?

Apa yang harus kamu persiapkan sebelum membeli Obligasi Pemerintah lewat Aplikasi
digibank?

Bagi kamu yang sudah memiliki Tabungan digibank, ikuti langkah ini ya :

1. Login kedalam Aplikasi digibank by DBS kamu,


2. Klik “Obligasi” dan cek ketersediaan produk. Jika produk tersedia, kamu bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui profil risiko dan membuat nomor SID.
Apabila nomor SID sudah dibuat, kamu akan mendapatkan notifikasi email,
3. Setelah registrasi SID kamu berhasil, kamu bisa masuk lagi ke Aplikasi digibank untuk melihat
pilihan produk yang tersedia dibawah menu “Obligasi”

Untuk kamu yang belum memiliki Aplikasi digibank by DBS, lakukan pembukaan Tabungan
digibank dan proses registrasi di Aplikasi digibank by terlebih dahulu ya. Info lengkap regitrasi
Aplikasi digibank by DBS klik disini
Berapa biaya pembelian SBN di Aplikasi digibank by DBS?

Gratis! Kamu tidak perlu membayar biaya apapun saat melakukan pemesanan, registrasi,
pembelian, dan penjualan SBN melalui Aplikasi digibank by DBS.

Keuntungan apa saja yang bisa didapatkan dari Obligasi Pemerintah lewat Aplikasi
digibank?

1. Investasi Online

Untuk membantu kamu yang padat aktivitas, investasi pun lebih nyaman dilakukan
online. Kamu cuma butuh satu Aplikasi digibank by DBS untuk melakukan rangkaian
pemesanan, pembelian, dan pencairan Obligasi ini.

2. Investasi yang dijamin oleh pemerintah

Pembayaran produk dan keuntungan SBN dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia sesuai
periode masing-masing produk. Kamu bisa mengecek periode tersebut di fact sheet
website atau Memorandum Informasi sebelum membeli produk SBN yang kamu
inginkan.

3. Investasi minimal, keuntungan maksimal

Kamu bisa memiliki SBN Ritel Online mulai Rp1 juta! Plus, dapat Kupon/Imbalan
dengan persentase tetap sesuai ketentuan masing-masing produk. Jadi, kamu akan dapat
keuntungan lebih besar dari deposito pada umumnya.

4. Prinsip pengelolaan Syariah untuk produk SBSN

Buat kamu yang lebih suka investasi dengan prinsip syariah, ada pilihan produk SBSN
yang dibuat tanpa riba (bunga), gharar (spekulasi), dan maysir (judi). Bikin hati tenang,
‘kan?

5. Berkontribusi untuk kemajuan Indonesia

Dengan menjadi investor SBN, kamu sudah ikut serta mewujudkan prioritas
pembangunan Pemerintah Indonesia.
Memahami Jenis Surat Berharga Negara
Kita sering mendengar mengenai istilah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Setiap tahunnya, jumlah belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan.

Pada 2019, misalnya, defisit anggaran tersebut mencapai Rp353 triliun. Dari mana pemerintah
mendapatkan dana untuk menutup defisit anggaran tersebut? Salah satunya adalah penerbitan
Surat Berharga Negara (SBN).

Dengan penerbitan SBN, pemerintah “meminjam” dana dari para investor yang akan digunakan
untuk kebutuhan APBN. Sebaliknya, investor akan mendapatkan keuntungan yang disebut
sebagai kupon (bunga) dari penempatan dana di SBN tersebut.

Tidak hanya investor skala besar yang dapat memiliki SBN, investor skala kecil dengan modal
minimal Rp1 juta juga dapat terlibat dalam kegiatan investasi ini.

SBN terdiri dari berbagai jenis. Sebelum mengenal lebih jauh mengenai jenis-jenis SBN tersebut,
kita kenali dulu mengenai surat berharga atau yang juga dikenal dengan istilah obligasi atau surat
utang.

Obligasi

Secara umum, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan.
Secara khusus, SBN adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

Dalam penerbitan SBN tersebut, pemerintah sebagai penerbit menjamin pembayaran keuntungan
(kupon) secara berkala dan pengembalian nilai pokok investasi pada saat jatuh tempo.

SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2002 tentang SUN, SUN terdiri dari Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara (ON).

SPN adalah surat berharga yang memiliki jangka waktu (tenor) selama 12 bulan dengan
pembayaran bunga (kupon) secara diskonto. Sementara itu, ON memiliki jangka waktu yang
lebih lama dari SPN yaitu lebih dari 12 bulan dengan pembayaran kupon secara diskonto.

Sementara itu, SBN memiliki versi syariah yaitu SBSN. SBSN memiliki beberapa jenis mulai dari SBSN
Ijarah sampai Istishna’. Dalam istilah yang lebih populer, SBSN dikenal dengan istilah sukuk.

Jenis-jenis Surat Berharga Negara

Jenis Surat Utang Negara Surat Berharga Syariah Negara

Tidak dapat Dapat Tidak dapat


Kategori Dapat diperdagangkan
diperdagangkan diperdagangkan diperdagangkan
Jenis Surat Utang Negara Surat Berharga Syariah Negara

Obligasi Negara Ritel (ORI), seri Sukuk Tabungan


Savings Bond Ritel Sukuk Ritel
Contoh FR (dalam Rupiah), seri INDON (ST), Sukuk Dana Haji
(SBR) (SR), Seri IFR
(non-Rupiah) Indonesia (SDHI)

Secara umum, obligasi memiliki sejumlah skema pembayaran kupon seperti fixed rate (bunga
tetap) dan floating rate (bunga mengambang). Sesuai namanya, fixed rate berarti besaran kupon
tetap atau tidak berubah hingga jatuh tempo.

Sementara itu, floating rate berarti besaran kupon dapat berubah menyesuaikan dengan
perubahan suku bunga dalam kurun waktu tertentu. Pembayaran kupon dapat dilakukan satu
bulan sekali hingga enam bulan sekali tergantung dari jenis obligasi tersebut. 

Sebagai instrumen investasi, obligasi dapat diperjualbelikan di sebuah market yang bernama
pasar sekunder. Berikut ini sejumlah jenis obligasi yang dapat diperjualbelikan di pasar
sekunder:

Obligasi Seri FR

Obligasi FR (fixed rate) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh
pemerintah. Setiap obligasi FR yang diterbitkan oleh pemerintah memiliki kode "FR" diikuti
dengan digit angka, misalnya, FR0053 atau FR0074.

Sesuai namanya, obligasi FR menawarkan kupon tetap (fixed) kepada investor sampai jatuh
tempo. Besaran kupon tersebut tergantung dari jangka waktu obligasi FR yang diterbitkan oleh
pemerintah.

Pembayaran kupon obligasi FR dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali. Kupon tersebut
dikenakan pajak sebesar 15%. Selain kupon, investor memiliki potensi mendapatkan keuntungan
dari capital gain di pasar sekunder apabila harga jual obligasi tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan harga beli.

Obligasi Seri INDON

Berbeda dari obligasi FR, obligasi INDON adalah surat berharga dalam mata uang valuta asing
yang diterbitkan oleh pemerintah dimana pembayaran bunga dan nilai pokoknya dijamin oleh
undang-undang.

Obligasi seri INDON menawarkan kupon tetap (fixed) kepada investor sampai jatuh tempo.
Besaran kupon tersebut tergantung dari jangka waktu obligasi INDON yang diterbitkan oleh
pemerintah.
Pembayaran kupon obligasi FR dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali serta kupon
tersebut dikenakan pajak sebesar 15%. Selain kupon, investor memiliki potensi mendapatkan
keuntungan dari capital gain dari proses penjualan obligasi di pasar sekunder.

ORI

ORI (Obligasi Negara Ritel) adalah surat berharga yang diterbitkan secara khusus oleh
pemerintah untuk investor ritel. ORI adalah instrumen investasi yang dapat diperjualbelikan di
pasar sekunder.

ORI menawarkan pengembalian tetap (fixed rate) kepada investor. Dengan kata lain, tingkat
kupon tidak akan berubah sampai jatuh tempo. Sistem ini berbeda dengan jenis SBN ritel lainnya
yaitu Savings Bond Ritel (SBR) yang memiliki skema floating rate.

Sampai semester I/2020, pemerintah telah menerbitkan 17 seri ORI dengan jumlah kupon yang
bervariasi. Pada umumnya, ORI memiliki jangka waktu 3 tahun dan dapat dibeli di dengan nilai
minimal Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar. Pembayaran kupon ORI dilakukan setiap bulan.

Sukuk Ritel

SR (Sukuk Ritel) adalah surat berharga syariah yang diterbitkan secara khusus oleh pemerintah
untuk ritel. SR adalah instrumen investasi yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.

SR merupakan produk investasi syariah yang pembayaran uang pokok dan imbalannya dijamin
oleh negara berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara.

Salah satu perbedaan antara SR dan ORI adalah penggunaan akad ijarah. Sukuk Ritel
menggunakan akad dan dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur riba
(usury), maysir (judi) dan gharar (ketidakjelasan).

Keuntungan dari berinvestasi di SR disebut dengan imbalan. Tingkat imbalan tersebut tetap
hingga jatuh tempo. Pembayaran imbalan kepada investor sukuk dilakukan oleh pemerintah
setiap bulan.

Imbalan tetap tersebut membedakan SR dengan SBSN ritel lainnya yaitu Sukuk Tabungan (ST)
yang menggunakan konsep imbalan mengambang yang menyesuaikan tingkat suku bunga acuan.
Suku Bunga, Harga dan Yield Obligasi, Apa
Hubungannya?
Salah satu prinsip utama yang perlu diketahui dalam berinvestasi obligasi adalah harga obligasi
bergerak dengan arah yang berlawanan dibandingkan suku bunga dan imbal hasil (yield)
obligasi.

Sebagai sebuah produk investasi, obligasi memiliki harga. Harga tersebut dapat berubah, naik
atau turun, karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga tersebut adalah
suku bunga.

Perubahan suku bunga itu juga akan diikuti dengan perubahan yield. Yield adalah imbal hasil
yang diharapkan oleh investor obligasi dalam kurun waktu satu tahun. Yield biasanya dinyatakan
dalam persentase.

Dalam hubungan dengan sejumlah konsep tersebut, apabila suku bunga meningkat maka harga
obligasi akan turun, begitupula sebaliknya. Sejalan dengan hal tersebut, apabila harga obligasi
turun maka yield obligasi akan meningkat.

Hubungan ini dikenal dengan nama risiko suku bunga (interest rate risk) atau salah satu risiko
yang dihadapi oleh investor obligasi.

Hubungan terbalik antara suku bunga dan harga obligasi ini bisa dianalogikan dengan sebuah
papan jungkat-jungkit yang biasa dimainkan di taman kanak-kanak atau taman publik. Ketika
satu sisi papan tersebut naik maka sisi lain papan itu turun.

Di sisi lain, seiring peningkatan harga tersebut, yield atau tingkat keuntungan yang akan
diperoleh investor obligasi dari obligasi X hingga jatuh tempo akan mengalami penurunan.

Bagaimana bila suku bunga meningkat?

Katakanlah suku bunga meningkat menjadi 7% setahun kemudian. Jika obligasi X itu hendak
dijual di pasar sekunder sebelum jatuh tempo, harga obligasi X itu akan lebih rendah
dibandingkan dengan harga satu tahun yang lalu.

Mengapa? Obligasi X itu memiliki kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi yang
diterbitkan setelah suku bunga dinaikkan yang memiliki kupon lebih tinggi.

Harga dan Yield

Seperti yang telah dijelaskan di atas, harga obligasi dan yield berbanding terbalik. Perubahan
harga berpengaruh terhadap besaran yield to maturity atau potensi keuntungan tahunan yang
diperoleh dari kupon dan selisih harga apabila memegang obligasi hingga jatuh tempo.
Berikut ini ilustrasi di antara tiga obligasi yang memiliki tiga harga yang berbeda:

  Obligasi K Obligasi L Obligasi M

Harga (% dari nilai nominal) 100 (harga par) 90 (harga diskon) 110 (harga premium)

Jatuh tempo 10 tahun 10 tahun 10 tahun

Nilai nominal Rp100.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000

Kupon 6% 6% 6%

Yield to maturity 6% 7.37% 4.76%

Harga par adalah harga obligasi yang sama dengan nilai par atau nilai nominal (=100%), harga
premium adalah harga obligasi di atas harga par (>100%) dan harga diskon adalah harga obligasi
di bawah nilai par (<100%). 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa apabila investor membeli obligasi L di harga diskon
memiliki yield to maturity yang lebih tinggi dibandingkan dengan kupon. Sebaliknya, apabila
membeli Z di harga premium maka nilai yield to maturity akan lebih rendah daripada kupon.

Contoh Kasus

Lima tahun lalu, Pak Didi membeli obligasi ABCD dengan kupon 10% dengan harga 100
dengan nilai Rp100.000.000. Pak Didi membeli obligasi itu dengan harapan dapat mendapatkan
keuntungan setelah pajak sekitar Rp8,5 juta per tahun atau sekitar Rp4,25 juta per 6 bulan.

Hasil investasi obligasi dari Pak Didi setiap tahunnya digunakan untuk membeli berbagai aneka
tanaman serta perlengkapan berkebun di rumah sesuai dengan hobinya. Dalam 5 tahun, Pak Didi
menerima keuntungan sekitar Rp42,5 juta (5 tahun dikali Rp8,5 juta per tahun).

Setelah 5 tahun, Pak Didi membutuhkan uang untuk merenovasi rumah. Pak Didi kemudian
berpikir untuk menjual obligasinya. Pada saat itu, harga obligasi sebesar 98. Apabila Pak Didi
menjual obligasi tersebut di harga 98 apakah dia mengalami kerugian dari investasi tersebut?

Jawabannya tidak. Dalam 5 tahun, dia telah mendapatkan keuntungan dari kupon yang dibayar
setiap tahun atau 2 kali setiap 6 bulan. Pergerakan harga tidak mempengaruhi nilai kupon yang
diterima oleh investor.

Pada saat menjual obligasi di harga 98, dia akan mengalami capital loss sebesar Rp2 juta yang
berasal dari perhitungan= Rp100.000.000 x (98-100) %. Namun, kerugian itu dikompensasi dari
keuntungan yang telah diperoleh setiap tahun dari kupon.
Salah satu a good rule of thumb dalam berinvestasi obligasi adalah investor yang memiliki
horizon waktu investasi lebih panjang dibandingkan dengan durasi akan merasakan manfaat dari
peningkatan suku bunga.

Masih bingung? Jangan khawatir. Kalau kamu masih bingung tentang investasi obligasi, kamu
bisa DM digibank di Instagram @digibankid untuk tanya seputar investasi Yuk, tunggu apalagi,
segera investasi obligasi!

Anda mungkin juga menyukai