Anda di halaman 1dari 4

PENUGASAN :

1. Definisikan tentang inflasi


2. Apa pengaruhu inflasi terhadap harga dan investasi

Tambahan materi di link web silahkan dipelajari untuk memahami inflasi lebih baik.jika perlu
diterjemahkan untuk pengayaan materi .

1. Inflasi dapat dipahami sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara berkelanjutan
dari tahun ke tahun. Dalam konsep ekonomi, tingkat inflasi memiliki peran penting karena
dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan nilai riil dari investasi. Selain itu tingkat
inflasi juga sering digunakan sebagai acuan untuk menghitung dan memprediksi besaran
pengembalian yang dibutuhkan agar dapat mempertahankan standat hidupnya.Untuk
memahami inflasi dengan mudah dapat digambarkan melalui contoh. Misalnya harga
paket nasi ayam saat ini rata-rata sebesar Rp 15.000,-. Jika tingkat inflasi tahunan
adalah 10%, maka harga paket nasi ayam yang sama di tahun mendatang adalah Rp
16.500,-. Jika penghasilan Anda tidak meningkat, setidaknya sama dengan peningkatan
inflasi, maka Anda tidak akan bisa membeli paket nasa ayam sebanyak
mungkin.Kenaikan harga yang terjadi hanya pada satu produk saja, bukanlah inflasi.
Demikian pula, apabila lonjakan harga terjadi pada produk tertentu yang sifatnya
situasional atau kasuistis saja, seperti kenaikan harga minyak atau pengenaan pajak
penjualan. Namun kenaikan harga tersebut bisa jadi inflasi apabila menyebabkan
lonjakan upah dan biaya-biaya lain. Inflasi pada prinsipnya tentang pertumbuhan uang, di
mana terlalu banyak uang beredar di masyarakat tetapi pembelanjaan untuk produk
terlalu sedikit.Inflasi tidak diukur dengan hanya melacak harga satu item produk saja,
tetapi diukur dengan mengumpulkan data untuk menentukan Indeks Harga Konsumen
(IHK). IHK ini melacak harga beragam barang seperti pakaian, makanan, bahan bakar,
kendaraan, dan lainnya dari waktu ke waktu, sehingga bisa diperoleh ukuran kenaikan
harga barang dan jasa konsumen secara menyeluruh.Selain itu inflasi juga dapat dilihat
dari pengaruhnya terhadap daya beli, dengan mengukur jumlah barang dan jasa yang
dapat dibeli konsumen dengan jumlah uang tertentu. Misalnya uang sejumlah Rp 150
juta bisa untuk membeli sebuah mobil di tahun 2018. Namun di tahun 2019, jumlah uang
tersebut tak cukup lagi untuk membeli mobil yang sama.Inflasi akan menggerus nilai
uang dari waktu ke waktu, termasuk investasi. Oleh sebab itu, investor harus membeli
produk investasi dengan tingkat pengembalian yang lebih besar atau setidaknya sama
dengan tingkat inflasi. Dengan demikian, inflasi tidak akan berdampak buruk pada
investasi. Sebaliknya, apabila tingkat pengembalian investasi lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat inflasi, maka pengembalian nyata investasi akan minus. Misalnya, tingkat
pengembalian saham PT. XYZ sebesar 5% dan inflasi sebesar 6%, maka pengembalian
riil dari saham tersebut akan minus 1%.

2. Inflasi memang tak selalu berpengaruh negatif, ada juga positifnya. Pengaruh positif dari
inflasi ini dirasakan oleh mereka yang menjadi debitur dan pengusaha. Bagi debitur,
inflasi menjadikan uang yang dikembalikan memiliki nilai lebih rendah dibandingkan saat
meminjam. Sementara bagi pengusaha, adanya inflasi memungkinkan pengusaha
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan biaya produksi yang
dikeluarkan.

Meski memiliki pengaruh yang positif, namun secara umum dan lingkup yang lebih luas,
pengaruh negatif inflasi cenderung lebih banyak, bahkan berpotensi membahayakan
stabilitas ekonomi dan perekonomian nasional. Dalam lingkup kecil pun, inflasi juga
memiliki pengaruh yang buruk terhadap aset.

Inflasi memberikan pengaruh yang sama terhadap semua jenis aset, baik likuid maupun
non-likuid. Namun, aset likuid cenderung lebih rentan terhadap inflasi. Jika tingkat inflasi
tinggi, maka dapat menyebabkan nilai aset likuid yang dimiliki individu dan bisnis
mengalami penurunan.

Demikian pula halnya dengan investasi. Jenis investasi yang likuid di antaranya adalah
saham, obligasi, dan reksa dana. Investasi ini juga dipengaruhi oleh inflasi, hanya saja
jenis-jenis investasi tersebut cukup memiliki daya tahan dari gempuran inflasi, karena
menghasilkan pengembalian dalam bentuk bunga. Itulah salah satu alasan utama
investor menempatkan uangnya dalam bentuk saham, obligasi, dan reksa dana. Investor
berusaha menjaga simpanannya aman dari pengaruh inflasi.

Seperti halnya simpanan di bank yang dijamin perlindungannya oleh LPS (Lembaga
Penjamin Simpanan), investasi dalam bentuk sekuritas juga memiliki perlindungan dari
lembaga khusus, yaitu PT. Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek
Indonesia (P3IEI) atau Securities Investor Protection Fund (SIPF). Perlindungan
investasi sekuritas ini diberikan kepada investor yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut.

 Menitipkan aset dan memiliki rekening efek pada kustodian.


 Memiliki Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang
dibukakan oleh kustodian.
 Memiliki nomor tunggal identitas investor SID (Single Investor Identification) dari lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian.

Investasi dalam bentuk sekuritas baik saham, obligasi, maupun reksa dana memiliki tingkat
pengembalian yang bervariasi. Oleh sebab itu, jenis-jenis investasi ini bergerak dengan inflasi,
sehingga memiliki ketahanan terhadap risiko inflasi.

Meski dilindungi dan memiliki ketahanan, namun bukan berarti investasi jenis sekuritas memiliki
kekebalan mutlak terhadap pengaruh inflasi. Jika inflasi terlalu tinggi, bisa jadi meggerogoti
pengembalian investasi. Terkait dengan hal itu, penting bagi Anda untuk memahami perbedaan
antara tingkat bunga nominal dengan riil.

 Tingkat bunga nominal merupakan tingkat bunga tanpa penyesuaian terhadap inflasi.
Artinya, Anda hanya akan mendapatkan tingkat bunga ini jika inflasi nol.
 Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal yang dikurangi dengan tingkat inflasi.
Dengan kata lain, tingkat bunga riil merupakan selisih antara tingkat bunga nominal
dengan tingkat inflasi. Tingkat bunga riil memperhitungkan inflasi, yang menunjukkan
keuntungan atau kerugian aktual Anda dalam daya beli.

Agar investasi tidak terpengaruh buruk oleh inflasi, maka tingkat bunga nominal harus mengikuti
bahkan melampaui inflasi, sehingga investor dapat memperoleh pengembalian riil. Namun, bagi
investasi yang tingkat bunganya rendah, maka sulit untuk menghindar dari ‘pukulan’ inflasi.
Berikut pandangan berkenaan dengan pengaruh inflasi terhadap berbagai investasi.

 Tabungan
Tabungan merupakan investasi paling sederhana yang dapat dengan mudah dimiliki semua
orang. Jenis investasi ini tergolong sebagai investasi dengan pengembalian tidak tetap, di mana
suku bunga riil mengikuti saldo tabungan yang dimiliki. Tabungan mempunyai berbagai jenis
produk dengan tingkat suku bunga yang bervariasi. Namun umumnya tingkat suku bunga
tabungan memang tak sebesar suku bunga pengembalian pada jenis investasi lain seperti
saham dan reksa dana.

Tingkat inflasi yang lebih tinggi dari tingkat bunga yang dibayarkan pada rekening tabungan,
mengakibatkan nilai uang Anda tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan berjalannya
waktu. Meski tabungan merupakan simpanan yang menghasilkan bunga, namun dibandingkan
dengan investasi sekuritas, tabungan memiliki tingkat bunga yang paling rendah. Bahkan tingkat
bunga tabungan sering kali lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi.

Meskipun Anda telah mengamankan dana Anda pada rekening tabungan dengan tingkat suku
bunga rata-rata, namun hal tersebut tak bisa menghindari dari pukulan inflasi. Inflasi bisa
mengakibatkan nilai uang dalam tabungan Anda menjadi kecil sehingga daya belinya menurun.

Jika Anda masih bekerja, maka penghasilan Anda harus bisa mengimbangi inflasi. Sebaliknya,
apabila Anda telah pensiun, maka Anda akan lebih banyak menggantungkan biaya hidup dari
tabungan pensiun Anda. Ketika yang ada hanya passive income, tingkat inflasi dari tahun ke
tahun akan terus mengurangi daya beli Anda.

Sementara aset yang berupa uang tunai dan setara kas akan menerima pukulan paling keras
dengan terjadinya inflasi. Sebab pada jenis aset tersebut tidak ada tingkat bunga dihasilkan yang
digunakan untuk bersaing dengan tingkat inflasi. Risiko lebih lanjut, aset uang tunai dan setara
kas dapat dengan cepat mengalami penurunan nilai dan daya beli.

 Obligasi

Pengaruh inflasi bisa berbahaya bagi obligasi, karena termasuk jenis investasi pendapatan
tetap. Kebanyakan investor memilih obligasi dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan
yang stabil dalam bentuk pembayaran bunga tetap atau kupon. Ketika inflasi mengalami
kenaikan di saat pembayaran bunga atau kupon ditetapkan, maka daya beli dari pendapatan
tetap tersebut menurun.

Berkenaan dengan hal tersebut, sebelum memilih obligasi sebagai investasi untuk mendapatkan
penghasilan tetap, ada baiknya Anda mempertimbangkan beberapa hal berikut.

o Pembelian obligasi tidak akan mendapatkan pembayaran kembali sampai


periode satu tahun berlalu.
o Selama 12 bulan ke depan, investor akan menerima pembayaran bunga atau
kupon berdasarkan tingkat bunga nominal yang ditentukan.
o Pastikan uang yang diinvestasikan dalam bentuk obligasi tidak dibutuhkan
setidaknya selama masa berlakunya obligasi.

Sebagai investasi dengan pendapatan tetap, obligasi cukup rentang terhadap inflasi. Meski
umumnya suku bunga obligasi yang ditawarkan cukup tinggi, namun bukan berarti mampu
bersaing bahkan kebal terhadap pukulan inflasi. Jika selama periode obligasi, tingkat inflasi
tinggi, maka kinerja obligasi bisa sangat buruk. Sebab, apabila tingkat inflasi mendekati atau
bahkan melebihi tingkat bunga nominal investasi, maka investor akan mengalami kerugian
dalam daya beli riil karena adanya penyesuaian dengan inflasi.

 Saham

Sebenarnya pengaruh yang sama bisa terjadi pada investasi saham, di mana tingkat inflasi bisa
saja mengurangi pengembalian investasi, jika tingkat bunganya lebih rendah dari tingkat inflasi.
Namun keunggulan investasi saham dibandingkan investasi lainnya adalah jenis investasi ini
bisa digenjot dengan menaikkan harga produk perusahaan sehingga mampu mengimbangi laju
inflasi, sehingga daya beli riil dapat mengalami peningkatan.Sebaliknya, jika perusahaan tak
berhasil menaikkan harga produknya maka dampak yang ditimbulkan pada kinerja saham tentu
akan buruk. Sebab, tingkat inflasi yang lebih tinggi berisiko menyebabkan pengembalian rata-
rata yang lebih rendah.Untuk mengantisipasi timbulnya kerugian yang lebih besar, Anda sebagai
investor perlu melakukan diversifikasi portofolio investasi. Artinya, jangan menempatkan seluruh
uang pada satu jenis investasi saja, tetapi membaginya ke dalam beberapa investasi untuk
menyebarkan risiko. Ketika tingkat inflasi tinggi, maka tingkat pengembalian yang akan Anda
terima tidak akan turun secara drastis.

http://www.simulasikredit.com/pengaruh-inflasi-terhadap-investasi/

Anda mungkin juga menyukai