Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGGOLONGAN DOKUMEN HUKUM

OBLIGASI

Oleh :
ARIF ZUHUD ABDULLAH / NPM 20110110964

BAHTIAR ZUHRIE MAULINA / NPM 19110110818

BAGUS PANDU WIDODO / NPM 1910110649

MUHAMMAD BISRI / NPM 20110110959

SURYO ADI SAPUTRO / NPM 20110110963

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obligasi merupakan sertifikat bukti hutang yang dikaitkan oleh suatu


emiten, dalam rangka mendapatkan dana atau modal yang ditawarkan kepada
publik dan penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka
waktu tertentu dan akan membayar kembali pokoknya pada saat jatuh tempo.
Pada sudut pandang investor, obligasi dapat menjadi pertimbangan dalam
berinvestasi karenadalam obligasi investor akan mendapatkan pendapatan yang
pasti berupa kupon bunga, tidak seperti deviden pada saham yang harus terlebih
dahulu diputuskan akan dibagikan atau tidak, serta jumlah yang berbeda beda
(Istiqomah, 2017).

Perkembangan obligasi di Indonesia saat ini menunjukkan peningkatan


yang cukup tinggi dan kondusif. Dimana obligasi dapat disebut sebagai alat
investasi. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana
yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Jumlah besar kecilnya dana
obligasi disesuaikan dengan kinerja keuangan perusahaan misalnya jumlah aliran
kas perusahaan, jumlah utang yang ada, serta kemampuan pembayaran obligasi,
dan pelunasan pokok obligasi pada saat jatuh tempo juga disesuaikan dengan
prospek dari industri bisnis perusahaan di masa mendatang. Meskipun obligasi
mengalami peningkatan yang cukup bagus, namun obligasi masih memiliki
peminat yang rendah jika dibandingkan dengan saham.

Dapat dilihat dari diagram dibawah ini yang menunjukkan bahwasanya


saham memiliki nilai lebih tinggi sebesar 62,50 persen dan obligasi hanya 37,50
persen. Peminat dalam obligasi masih terbilang cukup sedikit dikarenakan dalam
pasar obligasi masih dibayangi dengan adanya ketidakstabilan. Ditambah lagi
dengan sifat obligasi korporasi yang kurang likuid merupakan faktor yang
membuat investasi ini menjadi pilihan yang kurang menarik bagi investor.
Adapun perkembangan yield obligasi di Indonesia saat ini masih belum stabil

1
setiap tahunnya. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2 yang
menunjukkan bahwa adanya kenaikan cukup tinggi di tahun 2019 dan cenderung
mengalami penurunan di tahun berikutnya.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa penurunan harga obligasi


mengindikasikan bahwa pasar obligasi memperlemah. Hal ini memungkinkan
mengisyaratkan bahwa kinerja perusahaan menurun, sehingga pemilik obligasi
akan menjual obligasinya karena adanya bad signal dari perusahaan penerbit
obligasi (Istiqomah, 2017). Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk
bersaing secara global untuk mempertahankan hidupnya di masa depan. Strategi
yang matang diperlukan perusahaan untuk berlangsungnya efektivitas dan laju
perusahaan. Sehingga hal tersebut dapat membantu perusahan dalam menghadapi
persaingan global dan menarik minat pasar di Indonesia.

Indonesia merupakan negara berkembang dan memiliki banyak industri.


Dimana saat ini para pelaku industri dihadapkan dengan persaingan yang sangat
ketat dan mereka harusbisa bersaing dalam persaingan global. Mereka tidak hanya
bersaing dengan industri dalam negeri saja melainkan juga dengan industri luar
negeri. Seiring dengan perkembangan zaman, seluruh industri di Indonesia
dituntut untuk melakukan bisnis yang ramah lingkungan. Dengan adanya
penerapan industri hijau melalui ramah lingkungan akan menimbulkan proses
produksi yang lebih efisien dan juga menghasilkan produk ramah lingkungan
yang menjadi tuntutan dalam perdagangan global.

Kerusakan lingkungan dinilai sangat menghawatirkan baik di pantai,


sungai dan darat. Setiap individu dituntut untuk peduli dalam pelestarian
lingkungan, begitu pula dengan industri yang juga diharapkan mampu menjaga
lingkungan sehingga tidak menambah jumlah kerusakan lingkungan. Terdapat
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi harga obligasi yakni suku bunga. Suku
bunga merupakan pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap
tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

2
BAB II

PEMBAHASAN

B. Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan surat hutang jangka menengah atau panjang yang


diterbitkan oleh penerbit (perusahaan atau pemerintah) dengan member imbalan
berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang
telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

C. Jenis Obligasi

Menurut Indonesia Stock Exchange atau Bursa Efek Indonesia, obligasi


memiliki beberapa jenis yang berbeda antara lain:

Dilihat dari sisi penerbit obligasi dibedakan menjadi:

a. Corporate Bonds: Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan baik yang


berbentuk BUMN maupun badan usaha swasta.

b. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

c. Municipal Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah untuk


membiayai proyek infrastruktur dan utilitas di daerah tersebut.

Dilihat dari segi nilai nominal obligasi dibedakan menjadi:

a. Retail Bonds: obligasi yang diperdagangkan di lantai bursa dengan nilai


nominal yang lebih kecil.

b. Conventional Bonds: Obligasi yang diperjualbelikan dalam satu nominal,


Rp50.000.000.

3
Dilihat dari perhitungan imbal hasil:

a. Conventional Bonds: obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan


sistem kupon bunga.

b. Sharia Bonds: obligasi yang nilai kuponnya ditentukan berdasarkan prinsip bagi
hasil.

D. Karakteristik Obligasi

Obligasi memiliki beberapa jenis karakteristik menurut Bursa Efek Indonesia


antara lain:

1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan
diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi
secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6
bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.

3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan


mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai
dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 Tahun akan
lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki risiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi
Kupon / bunga nya.

4. Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi


merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.
Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)
dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO (Pemeringakat Efek Indonesia) atau Kasnic
Indonesia (Bursa Efek Indonesia).

4
E. Harga Obligasi
Harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai
nominal, berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata
uang. Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan,
yaitu:
1. Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi
dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi
tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
2. at premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal
Misal: Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%,
maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.
3. at discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal
Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%,
maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta (Bursa Efek
Indonesia).

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Obligasi

Harga obligasi yang ada dapat berubah karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, antara lain:

1. Adanya perbedaan karakteristik dari obligasi itu sendiri mempengarui harga


obligasi seperti, obligasi yang menamakan bunga tetap, floating rate, obligasi
zero coupon bond,obligasi konversi dan income bond.

2. Tingkat suku bunga

3. Jangka waktu tempo obligasi

4. Risiko untuk tidak menerima bunga maupun pokok pinjaman

5. Besarnya coupon rate dari obligasi

6. Faktor pembayaran pajak dari hasil/pendapatan obligasi (pajak obligasi yang


dibayar pemodal).

5
G. Macam-macam Risiko Obligasi
Selain keuntungan, risiko merupakan hal yang diperhatikan dalam
berinvestasi. Beberapa risiko yang ada jika berinvestasi pada obligasi antara
lain:
1. Interest Rate Risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga.
Jika suku bunga meningkat maka harga obligasi akan turun begitu pula
sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun maka harga obligasi akan
meningkat naik.
2. Reinvestment Rate, yaitu resiko yang berkaitan dengan perubahan strategi
dari tingkat penanaman kembali investasi dimana hal tersebut sangat
dipengaruhi suku bunga pasar.
3. Call Risk, risiko yang berkaitan dengan penarikan atau seluruh obligasi
yang telah diterbitkan sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
4. Credit Risk, risiko apabila penerbit gagal memenuhi kewajiban keuangan
meliputi pembayaran bunga dan pembayaran kembali jumlah uang yang
dipinjam (pokok utang atau utang nominal). Credit risk biasa disebut juga
Default risk. Default risk atau risiko gagal bayar dapat dilihat dari credit
rating atau default rating yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat,
seperti: Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), Standard and Poor’s,
Moody’s, atau Fitch. Peringkat tertinggi adalah AAA dan terendah adalah
D. Obligasi dengan peringkat AAA sampai dengan BBB adalah yang
dikategorikan sebagai aman dari risiko gagal bayar.
5. Inflation Risk atau purchasing power risk, yaitu risiko yang dapat
meningkat karena variasi dalam nilai arus kas sekuritas yang dipengaruhi
oleh inflasi. Risiko ini diukur dengan kekuatan pembelian.
6. Exchange Rate Risk, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai
tukar.
7. Liquidity Risk, ukuran utama dari likuiditas adalah selisih antara harga jual
dan harga beli yang ditetapkan oleh penjual. Semakkin besar selisih antara

6
harga jual dengan harga beli maka risiko likuiditasnya juga akan semakin
besar.
8. Volatility Risk, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ekspektasi
tingkat bunga yang berubah-ubah. Secara spesifik, nilai opsi meningkat
apabila ekpektasi perubahan tingkat bunga juga meningkat. Risiko yang
mempengaruhi perubahan dalam volatilitas akan mempengaruhi harga
suatu obligasi. (Fabozzi, 2004:6).
H. Mitra Distribusi Obligasi
A. Bank Umum: 1. PT Bank Central Asia, Tbk 2. PT Bank CIMB Niaga,
Tbk 3. PT Bank Commonwealth 4. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk 5. PT
Bank DBS Indonesia 6. PT Bank HSBC Indonesia 7. PT Bank Mandiri
(Persero), Tbk 8. PT Bank Maybank Indonesia Tbk 9. PT Bank Mega, Tbk
10. PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk 11. PT Bank OCBC NISP,Tbk
12. PT Bank Panin, Tbk 13. PT Bank Permata, Tbk 14. PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk 15. PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk 16.
PT Bank UOB Indonesia 17. PT Bank Victoria International, Tbk 18.
Standard Chartered Bank
B. Perusahaan Efek: 1. PT BRI Danareksa Sekuritas 2. PT Mandiri
Sekuritas 3. PT Trimegah Sekuritas Indonesia, Tbk
C. Perusahaan Financial Technology:
I. Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD): 1. PT Bareksa Portal
Investasi 2. PT Bibit Tumbuh Bersama 3. PT Nusantara Sejahtera Investama
(FUNDtastic+) 4. PT Star Mercato Capitale (tanamduit)
II. Peer-to-Peer Lending: 1. PT Investree Radhika Jaya 2. PT Lunaria
Annua Teknologi (koinworks) 3. PT Mitrausaha Indonesia Grup (modalku)
Mekanisme Pemesanan Pembelian ORI021 Transaksi Pembelian untuk
ORI021 hanya dapat dilakukan secara langsung kepada Pemerintah melalui
Sistem Elektronik yang disediakan oleh Mitra Distribusi. Calon Investor
melakukan Transaksi Pembelian melalui Sistem Elektronik dengan
menggunakan komputer dan/atau media elektronik lainnya yang terhubung
dengan jaringan internet. Dalam hal terjadi kondisi dimana seluruh Transaksi

7
Pembelian tidak dapat dilakukan secara langsung kepada Pemerintah, maka
Pemerintah mengumumkan kepada publik bahwa dibuka kesempatan bagi
calon Investor dapat melakukan Pemesanan Pembelian ORI021 secara tidak
langsung kepada Pemerintah melalui Mitra Distribusi. ORI021 diterbitkan
dengan nilai nominal sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per unit.
Pemesanan Pembelian ORI021 minimum adalah Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau 1 (satu) unit dan dengan kelipatan Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau 1 (satu) unit. Pemesanan Pembelian ORI021 per Investor
maksimum adalah Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau 2.000 (dua
ribu) unit. Batasan Pemesanan Pembelian tersebut berlaku untuk tiap Nomor
Tunggal Identitas Pemodal (Single Investor Identification/SID) yang dimiliki
oleh masing-masing calon Investor.

I. Kupon ORI021

Kupon ORI021 Jenis Kupon adalah bersifat tetap (fixed coupon). Tingkat
Kupon ORI021 adalah sebesar 4,90% (4,90 per seratus) per tahun yang
dibayar setiap bulan. Pembayaran Kupon pertama kali dilakukan pada tanggal
15 April 2022. Pembayaran Kupon kedua dan seterusnya dilakukan setiap
tanggal 15 setiap bulan dan pembayaran terakhir dilakukan tanggal 15
Februari 2025. Kupon per unit yang dibayar pertama kali pada tanggal 15
April 2022 (long coupon) adalah sebesar Rp7.000,00 (tujuh ribu rupiah) yang
diperoleh dari penghitungan sebagai berikut: • 20/28 x 1/12 x 4,90% x
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) = Rp2.917,00 (dua ribu sembilan ratus
tujuh belas rupiah) ditambah Kupon per unit untuk satu bulan penuh yaitu
sebesar Rp4.083,00 (empat ribu delapan puluh tiga rupiah). • Angka 20 (20
hari) pada formula di atas merupakan jumlah hari dari tanggal 23 Februari
2022 (Tanggal Setelmen) sampai dengan tanggal 15 Maret 2022. • Kupon
satu bulan penuh untuk periode tanggal 16 Maret 2022 sampai dengan tanggal
15 April 2022 dihitung dengan menggunakan formula 1/12 x 4,90% x
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) = Rp4.083,00 (empat ribu delapan puluh
tiga rupiah). Kupon per unit yang dibayar kedua kali dan setiap bulan sampai

8
dengan Tanggal Jatuh Tempo adalah sebesar Rp4.083,00 (empat ribu delapan
puluh tiga rupiah) dengan rincian penghitungan sebagai berikut: • 4,90% x
1/12 x Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) = Rp4.083,00 (empat ribu delapan
puluh tiga rupiah). Jumlah pembayaran Kupon telah dibulatkan dalam Rupiah
penuh, dengan ketentuan apabila di bawah dan sama dengan 50 (lima puluh)
sen dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas 50 (lima puluh) sen dibulatkan
menjadi Rp1,00 (satu rupiah). Besaran Kupon di atas belum
memperhitungkan potongan pajak. Jumlah hari Kupon (day count) untuk
penghitungan Kupon berjalan (accrued interest) menggunakan basis jumlah
hari Kupon sebenarnya (actual per actual). Pembayaran Kupon dilaksanakan
di Indonesia dan akan dibayarkan kepada Investor yang tercatat pada Tanggal
Pencatatan Kepemilikan (record date) dengan mengkredit rekening dana
Investor. Apabila pembayaran Kupon bertepatan dengan hari di mana
operasional sistem pembayaran tidak diselenggarakan oleh Bank Indonesia,
maka pembayarannya akan dilakukan pada Hari Kerja berikutnya tanpa
kompensasi bunga.

Pelunasan Pokok ORI Pelunasan Pokok ORI dilakukan pada tanggal 15


Februari 2025 sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap unit
ORI021 yang dimiliki oleh Investor yang namanya tercatat dalam Registry
pada Tanggal Pencatatan Kepemilikan (record date). Pembayaran Pokok ORI
dilaksanakan di Indonesia dan akan dibayarkan kepada Investor yang
namanya tercatat dalam Registry pada Tanggal Pencatatan Kepemilikan
(record date) dengan mengkredit rekening dana Investor. Apabila pembayaran
Pokok ORI bertepatan dengan hari dimana operasional sistem pembayaran
tidak diselenggarakan oleh Bank Indonesia, maka pembayarannya akan
dilakukan pada Hari Kerja berikutnya tanpa kompensasi bunga.

Pembelian Kembali (Buyback) Pemerintah dapat membeli kembali ORI


sebelum jatuh tempo, melalui mekanisme pasar, yaitu pembelian di Pasar
Sekunder dengan mempertimbangkan harga pasar yang berlaku. 6 Minimum
Holding Period (MHP) Pemerintah menerapkan Minimum Holding Period

9
(MHP) sejak Tanggal Setelmen sampai dengan pembayaran Kupon pertama.
Kepemilikan ORI021 dapat dipindahbukukan mulai tanggal 15 April 2022.

J. Keuntungan Berinvestasi di ORI021


a. Pembayaran Kupon dan pokok sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh
Undang-Undang SUN dan dananya disediakan dalam APBN setiap tahunnya;
b. Pada saat diterbitkan, Kupon ditawarkan lebih tinggi dibandingkan rata-
rata tingkat bunga deposito bank BUMN;
c. Kupon dengan tingkat bunga tetap sampai dengan waktu jatuh tempo;
d. Kupon dibayar setiap bulan;
e. Kemudahan akses untuk melakukan Transaksi Pembelian melalui Sistem
Elektronik; f. Dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder melalui mekanisme
bursa, transaksi di luar bursa (over the counter), dan/atau melalui sistem
Electronic Trading Platform (ETP);
g. Tersedianya informasi harga yang wajar atau sedang terjadi di Pasar
Sekunder dari Mitra Distribusi atau pihak lain yang bekerja sama dengan
Mitra Distribusi;
h. Berpotensi memperoleh keuntungan bila ORI dijual pada harga yang lebih
tinggi daripada harga beli setelah memperhitungkan biaya transaksi di Pasar
Sekunder;
i. Dapat dijaminkan kepada pihak lain, antara lain jaminan dalam pengajuan
pinjaman pada bank umum, lembaga keuangan lainnya, atau jaminan dalam
rangka transaksi efek. Kebijakan peminjaman atau penjaminan ORI
mengikuti ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada masing-masing
pihak;
j. Memperoleh kesempatan untuk turut serta mendukung pembiayaan
pembangunan nasional.
K. Risiko Berinvestasi di ORI021
Ada 3 (tiga) jenis risiko utama yang perlu diperhatikan dari setiap
instrumen investasi di pasar keuangan. Ketiga jenis risiko tersebut adalah:

10
a. Risiko gagal bayar (default risk), yaitu risiko dimana Investor tidak
dapat memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat
produk investasi jatuh tempo Kupon dan pokok.
b. Risiko pasar (market risk), yaitu potensi kerugian (capital loss) bagi
Investor akibat faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja keseluruhan dari pasar
keuangan, antara lain perubahan suku bunga, perubahan fundamental ekonomi,
dan kondisi politik yang tidak stabil.
c. Risiko likuiditas (liquidity risk), yaitu risiko dimana Investor tidak dapat
menjual/ mencairkan produk investasi dalam waktu yang cepat pada harga
yang wajar.

11
BAB III
PENUTUP
Maka dapat disimpulkan bahwa obligasi merupakan salah satu alternatif
bagi pemodal untuk menanam modalnya dalam pasar modal. Untuk melakukan
investasi yang baik dalam obligasi, pemodal perlu memahami sifat-sifat atau
karakteristik obligasi. Adapun jenis – jenis obligasi yaitu obligasi dengan
jaminan dan tanpa jaminan, obligasi berjangka dan berseri, obligasi atas nama
dan atas unjuk, serta obligasi konvertibel dan dapat ditarik.Obligasi dapat
diterbitkan pada nilai nominal, di bawah nilai nominal (dengan diskonto atau
disagio), dan di atas nilai nominal (dengan premi atau agio). Berdasarkan atas
apa yang kami tulis ini kami selaku penulis berharap memberi pemahaman
bagi segenap pembaca sehingga dapat menambah wawasan bagi para pembaca
terlebih lagi pada penulis sendiri. Hanya sampai disinilah kemampuan kami
dalam membahas makalah ini. semogamakalah ini memberikan manfaat pada
penulis dan para pembaca.

12

Anda mungkin juga menyukai