Anda di halaman 1dari 7

Risalah HUKUM Fakultas Hukum Unmul, Desember 2006, Hal. 87 - 93 Vol. 2, No.

2
ISSN 021-969X

Pembaruan Definisi Asuransi dalam Sistem Hukum di Indonesia

(Insurance Definition Renewal in Law System in Indonesia)


PURWANTO
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jln. Ki Hajar Dewantara kampus Gunung Kelua Samarinda 75119
0541-7095092/ fhunmul@yahoo.com

ABSTRACT

Orientated on either article 1233 of KUHPerdata, so the definition involves in article 246 of KUHD,
article 1 point 1 of UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, or some experts’ opinion
that state insurance is as an agreement can be only connected or used for insurance in which it’s
participatory is voluntary. That definition is too narrow, less relevant with the regulation and social
insurance program development so that need to make renewal in order to make it suitable either
with social insurance program development’s fact or theory of law in jurisprudence. Thus, the
insurance definition renewal is expected can be used as the fundamental in learning either law of
insurance’s aspect or the execution of insurance work in Indonesia.

Key words: asuransi (insurance), program asuransi sosial (social insurance


program), perjanjian (agreement), perikatan (verbintenis).

PENDAHULUAN asuransi/penanggung dan peserta


asuransi/tertanggung), akan tetapi bersifat
A. Latar Belakang Masalah wajib berdasarkan ketentuan peraturan
Perkembangan bisnis asuransi peundang-undangan yang ditetapkan oleh
mempunyai dampak positif bagi negara, diantaranya:
perekonomian negara, pelaku usaha dan 1. UU No. 33 Tahun 1964 tentang Dana
kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, Pertanggungan Wajib Kecelakaan
bisnis asuransi dijalankan oleh pelaku usaha Penumpang.
swasta maupun negara melalui beberapa 2. UU No. 34 Tahun 1964 tentang Dana
badan usaha milik negara (BUMN) seperti Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan.
PT. Jasa Raharja (Persero), PT. Asuransi 3. UU No. 3 Tahun1992 tentang Jaminan
Kesehatan Indonesia (Persero), PT. TASPEN, Sosial Tenaga Kerja.
PT. Jamsostek dan lain sebagainya. Pada 4. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
umumnya beberapa BUMN yang bergerak Jaminan Sosial Nasional.
dalam bidang usaha asuransi 5. PP No. 25 Tahun 1981 tentang Asuransi
menyelenggarakan program asuransi sosial. Sosial Pegawai Negeri Sipil.
Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 6. PP No. 67 Tahun 1991 tentang Asuransi
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Sosial Angkatan Bersenjata Republik
dinyatakan bahwa ”asuransi sosial adalah Indonesia.
suatu mekanisme pengumpulan dana yang 7. PP No. 69 Tahun 1991 tentang
bersifat wajib yang berasal dari iuran guna Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
memberikan perlindungan atas risiko sosial Sipil, Penerima Pensiun, Veteran,
ekonomi yang menimpa peserta dan atau Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya”. Maksudnya, Keluarganya.
kepesertaan asuransi sosial tersebut tidak 8. PP No. 14 Tahun 1993 tentang
berdasarkan pada suatu perjanjian yang Penyelenggaraan Program Jaminan
disepakati oleh para pihak (perusahaan Sosial Tenaga Kerja.
88 PURWANTO Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

terjemahan dari Wetboek van Kophandel


Penyelenggaraan program asuransi oleh (WvK), sehingga definisi asuransi yang ada di
beberapa BUMN berdasarkan peraturan dalam Pasal 246 KUHD tersebut juga
perundang-undangan sebagaimana tersebut di terjemahan dari definisi asuransi yang
atas, menunjukkan bahwa hubungan hukum terdapat di dalam WvK seperti yang dikutip
antara penanggung (perusahaan asuransi) oleh Sri Rejeki Hartono (2001:17) di bawah
dengan tertanggung (peserta asuransi) ini :
berdasarkan ketentuan peraturan peundang–
undangan, bukan berdasarkan suatu ”Asurantie of verzekering is eene
perjanjian yang disepakati oleh para pihak overenkomst bij welke de verzekelaar zich
(penanggung dan tertanggung). aan den versekerde, tegen genoteener premie,
Penyelenggaraan program asuransi sosial verbint om denzelven schadeloos te stellen
tersebut berpengaruh terhadap aspek hukum wegens een verlies, schede of gemis van
asuransi di Indonesia. Sebagaimana kita verwacht voordel, welke dezelve, door een on
ketahui, ada beberapa peraturan perundang- zeker voorval, zoude kunnen lijden”.
undangan dalam sistem hukum di Indonesia
yang mendefinisikan asuransi sebagai suatu Dengan demikian, definisi asuransi
”perjanjian” misalnya Pasal 246 KUHD dan yang dijadikan sebagai pegangan dalam
Pasal 1 angka 1 UU No.2 Tahun 1992 tentang memahami dan mempelajari aspek hukum
Usaha Perasuransian. asuransi juga beraneka ragam sesuai dengan
penafsiran yang dilakukan oleh
B. Perumusan Masalah penterjemahnya. Pluralisme definisi asuransi
Memperhatikan ketentuan Pasal 246 tersebut dapat dilihat dari beberapa pendapat
KUHD dan Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun di bawah ini:
1992 tentang Usaha Perasuransian, kemudian 1. Siti Soemarti Hartono dalam Sri Rejeki
membandingkannya dengan fakta Hartono (2001:17) menterjemahkan
perkembangan penyelenggaraan program bahwa:
asuransi sosial di Indonesia, apakah definisi ”Asuransi atau pertanggungan adalah
asuransi yang ada dalam sistem hukum di suatu perjanjian di mana penaggung
Indonesia tersebut masih relevan untuk dengan menikmati suatu premi mengikat
digunakan sebagai landasan hukum dalam dirinya terhadap tertanggung untuk
rangka mempelajari hukum asuransi maupun membebaskannya dari kerugian karena
penyelenggaraan usaha perasuransian di kehilangan, kerugian atau ketiadaan
Indonesia? Pertanyaannya, apakah asuransi keuntungan yang diharapkan, yang akan
sebagai suatu perjanjian (overenkomst) atau dapat diderita olehnya karena suatu
perikatan (verbintenis) dalam perspektif ilmu kejadian yang tidak pasti ”.
hukum? Tujuan penulisan artikel ini untuk 2. Subekti dalam Sri Rejeki Hartono
mengkritik dan menganalisis definisi asuransi (2001 :17 ) menterjemahkan bahwa:
dalam perspektif hukum sehingga diperoleh ”Asuransi atau pertanggungan adalah
makna dan pemahaman yang benar terhadap suatu perjanjian, dengan mana seorang
definisi asuransi dalam sistem hukum di penaggung mengikatkan diri kepada
Indonesia. seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan
PEMBAHASAN penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan
A. Definisi Asuransi dalam Sistem Hukum keuntungan yang diharapkan, yang
di Indonesia mungkin akan diderita karenanya suatu
Dalam sistem hukum di Indonesia, peristiwa yang tidak tertentu ”.
definisi asuransi dapat dilihat pada Pasal 246 3. Niniek Suparni (2003:80) menterjemah-
KUHD. Pada dasarnya, KUHD merupakan kan sebagai berikut :
Vol. 2, No. 2 Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul 89

”Asuransi atau pertanggungan adalah mengatur perjanjian asuransi dimulai dalam


perjanjian, di mana penaggung mengikat Pasal 246 yaitu memberikan batasan
diri terhadap tertanggung dengan perjanjian asuransi sebagai berikut:
memperoleh premi, untuk memberikan
kepadanya ganti rugi karena suatu ”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
kehilangan, kerusakan, atau tidak perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mendapat keuntungan yang diharapkan, mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
yang mungkin akan dapat diderita karena dengan menerima suatu premi, untuk
suatu peristiwa yang tidak pasti”. memberikan penggantian kepadanya karena
4. Abdul Kadir Muhammad (2002:8) suatu kerugian, kerusakan, kehilangan
menterjemahkan sebagai berikut : keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
”Pertanggungan adalah perjanjian akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
dengan mana penanggung mengikatkan tidak tertentu”.
diri kepada tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan Lebih lanjut Sri Rejeki Hartono
penggantian kepadanya karena kerugian, (2003:80) menyatakan bahwa asuransi dalam
kerusakan, atau kehilangan keuntungan terminologi hukum merupakan suatu
yang diharapkan yang mungkin perjanjian, oleh karena itu perjanjian itu
dideritanya akibat dari suatu evenemen”. sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju
pada pengertian perjanjian asuransi. Di
Disamping Pasal 246 KUHD, samping itu, karena acuan pokok perjanjian
definisi asuransi juga dapat dilihat pada Pasal asuransi tetap pada pengertian dasar dari
1 angka 1 UU No. 2 Tahun 1992 tentang perjanjian. Secara umum pengrtian perjanjian
Usaha Perasuransian sebagai berikut : dapat dijabarkan antara lain adalah sebagai
(Sri Rejeki Hartono, 2003:82) :
”Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan 1. suatu perbuatan dengan mana satu orang
mana pihak penanggung mengikatkan diri atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
kepada pihak tertanggung, dengan menerima satu orang atau lebih.
premi asuransi, untuk memberikan 2. suatu hubungan antara pihak, atas dasar
penggantian kepada tertanggung karena mana pihak yang satu (yang
kerugian, kerusakan atau kehilangan berpiutang/kreditur) berhak untuk suatu
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung prestasi dari yang lain (yang
jawab hukum kepada pihak ketiga yang berhubungan/debitur) yang juga
mungkin akan diderita tertanggung, yang berkewajiban melaksanakan dan
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, bertanggung jawab atas suatu prestasi.
atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau Dari batasan tersebut di atas dapat
hidupnya seseorang yang dipertang- disimpulkan bahwa setiap perjanjian pada
gungkan ”. dasarnya akan meliputi hal-hal tersebut di
bawah ini (Sri Rejeki Hartono, 2003:82-83):
Menurut Sri Rejeki Hartono 1. Perjanjian selalu menciptakan hubungan
(2003:80), asuransi atau pertanggungan dalam hukum.
pengertian hukum mengandung satu arti yang 2. Perjanjian menunjukkan adanya
pasti ialah sebagai suatu jenis perjanjian. kemampuan atau kewenangan menurut
Meskipun demikian perjanjian asuransi itu hukum.
mempunyai tujuan yang spesifik dan pasti 3. Perjanjian mempunyai atau berisikan
ialah yang berkisar pada manfaat ekonomi suatu tujuan, bahwa pihak yang satu akan
bagi kedua pihak yang mengadakan memperoleh dari pihak yang lain suatu
perjanjian. Pasal pertama dalam KUHD yang prestasi yang mungkin memberikan
90 PURWANTO Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak Dari batasan tersebut di atas, Prof.
melakukan sesuatu. Emmy Pangaribuan selanjutnya menjabarkan
4. Dalam setiap perjanjian, kreditur berhak lebih lanjut bahwa perjanjian asuransi atau
atas prestasi dari debitur, yang dengan pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat
sukarela akan memenuhinya. sebagai berikut (Sri Rejeki Hartono, 2003:84):
5. Bahwa dalam setiap perjanjian debitur 1. Perjanjian asuransi atau pertanggungan
wajib dan bertanggung jawab melakukan pada asasnya adalah suatu perjanjian
prestasinya sesuai dengan isi perjanjian. penggantian kerugian (shcadeverzekering
atau indemniteits contract). Penanggung
Kelima unsur tersebut di atas pada mengikatkan diri untuk menggantikan
hakikatnya selalu terkandung pada setiap jenis kerugian karena pihak tertanggung
perjanjian, termasuk perjanjian asuransi. Jadi, menderita kerugian dan yang diganti itu
adalah seimbang dengan kerugian yang
pada perjanjian asuransi disamping harus
sungguh-sungguh diderita (prinsip
mengandung kelima unsur pokok termaksud,
indemnitas).
mengandung pula unsur-unsur lain yang
2. Perjanjian asuransi atau pertanggungan
menunjukkan ciri-ciri khusus dalam adalah perjanjian bersyarat. Kewajiban
karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti mengganti rugi dari penanggung hanya
yang membedakannya dengan jenis perjanjian dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak
pada umumnya dan perjanjian–perjanjian lain tertentu atas mana diadakan
(Sri Rejeki Hartono, 2003:83). pertanggungan itu terjadi.
3. Perjanjian asuransi atau pertanggungan
Batasan perjanjian asuransi secara adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban
formal terdapat dalam Pasal 246 KUHD, yaitu penanggung mengganti rugi diharapkan
sebagai berikut : sesuai dengan kewajiban tertanggung
membayar premi.
”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu 4. Kerugian yang diderita adalah sebagai
perjanjian, dengan mana seorang penanggung akibat dari perisiwa yang tidak tertentu
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, atas mana diadakan pertanggungan.
dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena Di samping itu, Prof. P.L. Wery dalam
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan bukunya Hoofzaken van Het Verzekering-
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin srecht lebih lanjut mengatakan bahwa dari
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang batasan Pasal 246 KUHD Indonesia, yang
tak tertentu”. sama dengan Pasal 246 juga dari Wetboek van
Koophandel menyimpulkan bahwa pasal
Batasan tersebut di atas oleh Prof. tersebut mengandung tiga sifat pokok dari
Emmy Pangaribuan secara luwes perjanjian asuransi atau pertanggungan
dikembangkan sebagai berikut (Sri Rejeki sebagai berikut (Sri Rejeki Hartono, 2003:84-
Hartono, 2003:83-84): 85):
1. Asuransi pada dasarnya merupakan
”Pertanggungan adalah suatu perjanjian, di kontrak atau perjanjian ganti kerugian
mana penaggung dengan menikmati suatu atau kontrak idemnitas, pihak yang satu
(penanggung) mengikat dirinya terhadap
premi mengikat dirinya terhadap tertanggung
pihak yang lain (pengambil asuransi atau
untuk membebaskan dari kerugian karena
tertanggung) untuk mengganti kerugian
kehilangan, kerugian atau ketiadaan
yang mungkin diderita olehnya.
keuntungan yang diharapkan yang akan dapat 2. Asuransi merupakan perjanjian bersyarat,
diderita olehnya, karena suatu kejadian yang dalam arti bahwa penanggung mengganti
belum pasti”. kerugian pihak tertanggung ditentukan
Vol. 2, No. 2 Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul 91

atau tergantung pada peristiwa yang tidak ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik
dapat dipastikan lebih dulu. karena persetujuan, baik karena
3. Asuransi merupakan perjanjian timbal undang-undang” (R. Subekti dan R.
balik. Dan penanggung terdapat ikatan Tjitrosudibio, 1999:323), Dengan
bersyarat terhadap tertanggung untuk demikian maka dapat disimpulkan
membayar ganti rugi, tetapi sebaliknya bahwa perikatan bisa lahir karena
dari sisi tertanggung terdapat ikatan tidak persetujuan/perjanjian maupun
bersyarat untuk membayar premi. undang-undang.

Menurut Prof. P.L. Wery masih dalam Sehubungan dengan perikatan yang lahir dari
buku yang sama, dikemukakan lagi dua sifat undang-undang, Miriam Darus Badrulzaman
lain dari perjanjian asuransi, meskipun tidak (2001:97) menyatakan bahwa
terdapat pada Pasal 246 KUHD, tetapi dalam
pasal–pasal yang lain yaitu pada Pasal 257 ”Di dalam perikatan yang lahir dari undang-
dan 258 KUHD sebagai berikut (Sri Rejeki undang ini asas kebebasan berkontrak
Hartono, 2003:85): mengadakan perjanjian tidak berlaku.Suatu
perbuatan menjadi perikatan adalah karena
1. Asuransi merupakan perjanjian kehendak undang-undang. Untuk perikatan-
berdasarkan konsensus, dapat terjadi perikatan yang lahir dari perjanjian maka
setelah ada kata sepakat, artinya pembentuk undang-undang memberikan
merupakan perjanjian tanpa bentuk. aturan-aturan yang umum Tidak demikian
2. Asuransi mempunyai sifat kepercayaan halnya dengan perikatan yang lahir dari
yang istimewa, saling percaya undang-undang di mana pembentuk undang-
mempercayai diantara para pihak adalah undang tidak memberikan aturan-aturan yang
yang menentukan perjanjian itu sendiri. umum”.

Pasal 246 KUHD yang memberikan Dalam konteks asuransi, hubungan


batasan perjanjian asuransi, merupakan satu hukum dalam asuransi bisa terjadi karena
pasal kunci di dalam sistem pengaturan adanya suatu perjanjian antara pihak
perjanjian asuransi. Pasal tersebut mengatur penanggung dan tertanggung yang dituangkan
suatu hubungan hukum dengan syarat tertentu dalam polis asuransi, maupun karena adanya
yang harus dipenuhi bagi suatu perjanjian peraturan perundang-undangan yang
sehingga perjanjian yang bersangkutan dapat mendasari keterikatan antara penanggung dan
disebut sebagai perjanjian asuransi. Sifat tertanggung. Berdasarkan uraian yang telah
khusus yang ditentukan di dalam Pasal 246 penulis paparkan di atas, maka kaitannya
dengan program asuransi sosial, keterikatan
KUHD inilah yang merupakan dasar dari
antara perusahaan asuransi dengan peserta
perjanjian asuransi, yang akan didukung oleh
asuransi terjadi karena adanya suatu peraturan
asas-asas penting lain yang diatur lebih lanjut
perundang-undangan yang mengaturnya. Hal
dalam KUHD. Asas-asas lain sebagai asas ini dapat dilihat dari program asuransi
pelengkap dari perjanjian asuransi diatur kesehatan pegawai negeri sipil, pensiunan,
dalam pasal 250, 251, 253, 257, 258, 266 dan veteran, beseta keluarganya, program dana
seterusnya KUHD (Sri Rejeki Hartono, pertanggungan wajib kecelakaan penumpang,
2003:85). program dana kecelakaan lalu-lintas jalan,
jaminan sosial tenaga kerja, ASABRI serta
B. Asuransi : Perjanjian atau Perikatan TASPEN.
Untuk memahami lahirnya suatu Dalam perkembangannya, regulasi
perikatan perlu kita perhatikan ketentuan hukum di bidang jaminan sosial yang
Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2004
Perdata (KUHPerdata) yang menyatakan, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
92 PURWANTO Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul

menegaskan bahwa jaminan sosial nasional (Pasal 9 ayat (1) UU No. 40 Tahun
diselenggarakan dengan menggunakan prinsip 2004).
asuransi oleh badan penyelenggara yang telah 2. ”Jaminan kecelakaan kerja
ditetapkan dan ditunjuk oleh pemerintah. diselenggarakan secara nasional
Berikut ini pasal-pasal yang melandasi berdasarkan prinsip asuransi sosial”
keberadaan badan penyelenggara jaminan (Pasal 29 ayat (1) UU No. 40 Tahun
sosial maupun penggunaan prinsip asuransi 2004).
dalam sistem jaminan sosial nasional di 3. ”Jaminan hari tua diselenggarakan secara
Indonesia. nasional berdasarkan prinsip asuransi
Ketentuan mengenai badan sosial atau tabungan wajib” (Pasal 35
penyelenggara jaminan sosial diatur pada ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004).
Pasal 5 UU No. 40 Tahun 2004 tentang 4. ”Jaminan pensiun diselenggarakan secara
Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai nasional berdasarkan prinsip asuransi
berikut : sosial atau tabungan wajib” (Pasal 39
ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004).
(1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 5. ”Jaminan kematian diselenggarakan
harus dibentuk dengan undang-undang. secara nasional berdasarkan prinsip
(2) Sejak berlakunya undang-undang ini, asuransi sosial” (Pasal 9 ayat (1) UU No.
badan penyelenggara jaminan sosial 40 Tahun 2004).
yang ada dinyatakan sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menurut Menurut analisis penulis, kurang tepat
undang-undang ini. kalau asuransi didefinisikan sebagai suatu
(3) Badan Penyelenggara sebagaimana perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam
dimaksud dalam ayat (1) adalah : Pasal 246 KUHD, Pasal 1 angka 1 UU No. 2
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Jaminan Sosial Tenaga Kerja maupun yang telah dipaparkan oleh para
(JAMSOSTEK); pakar di bidang hukum asuransi tersebut di
b. Perusahaan Perseroan (Persero) atas. Definisi asuransi sebagai suatu
Dana Tabungan dan Asuransi perjanjian hanya dapat diterapkan pada
Pegawai Negeri (TASPEN); asuransi yang sifat kepesertaannya sukarela.
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Pada jenis asuransi yang demikian ini
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata hubungan hukum diantara para pihak memang
Republik Indonesia (ASABRI); dan benar diatur melalui suatu perjanjian yang
d. Perusahaan Perseroan (Persero) dituangkan dalam polis asuransi. Akan tetapi,
Asuransi Kesehatan Indonesia apabila asuransi didefinisikan sebagai suatu
(ASKES). perjanjian, maka asuransi sosial tidak
(4) Dalam hal diperlukan Badan tercakup dalam definisi tersebut. Dengan
Penyelenggara Jaminan Sosial selain demikian perlu ada suatu pembaruan definisi
dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk asuransi dalam sistem hukum di Indonesia.
yang baru dengan undang-undang. Definisi asuransi yang ada dalam
sistem hukum di Indonesia tersebut masih
Sedangkan ketentuan mengenai terlalu sempit dan tidak relevan dengan fakta
penggunaan prinsip asuransi dalam sistem perkembangan usaha perasuransian maupun
janinan sosial dapat dilihat dari beberapa program asuransi soaial di Indonesia.
pasal di bawah ini : Berdasarkan fakta tersebut, maka asuransi
tidak hanya sebagai suatu perjanjian, akan
1. ”Jaminan kesehaan diselenggarakan tetapi merupakan suatu perikatan yang terjadi
secara nasional berdasarkan prinsip karena suatu perjanjian dan / atau peraturan
asuransi sosial dan prinsip ekuitas” perundang-undangan, dimana pihak
penanggung terikat dengan pihak tertanggung,
Vol. 2, No. 2 Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul 93

dengan menerima premi asuransi, untuk pembahasan tersebut di atas, maka dapat
memberikan penggantian kepada tertanggung disimpulkan bahwa dalam terminologi
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan hukum, asuransi bukan saja sebagai suatu
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung perjanjian, akan tetapi merupakan suatu
jawab hukum kepada pihak ketiga yang perikatan. Hal ini dapat diketahui dari fakta
mungkin akan diderita tertanggung, yang perkembangan program asuransi dan usaha
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, perasuransian di Indonesia. Hubungan hukum
atau untuk memberikan suatu pembayaran dalam asuransi tidak hanya didasarkan pada
yang didasarkan atas meninggal atau suatu perjanjian antara penanggung dan
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. tertanggung, akan tetapi keterikatan antara
Apabila dikaitkan dengan Pasal 1233 penanggung dan tertanggung bisa terjadi
KUHPerdata, maka definisi yang terdapat di karena diatur dalam peraturan perundang-
dalam Pasal 246 KUHD, Pasal 1 angka 1 UU undangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha pembaruan definisi asuransi dalam sistem
Perasuransian, maupun pendapat beberapa hukum di Indonesia. Hal ini penting untuk
ahli yang menyatakan asuransi sebagai suatu direalisasikan mengingat definisi yang ada
perjanjian hanya dapat dihubungkan atau kurang tepat untuk dijadikan sebagai
digunakan untuk asuransi yang sifat pegangan dalam studi hukum maupun untuk
kepesertaannya sukarela. Definisi tersebut landasan penyelenggaraaan usaha
terlalu sempit, kurang relevan dengan perasuransian di Indonesia.
perkembangan regulasi dan program asuransi
sosial sehingga perlu diadakan pembaruan DAFTAR PUSTAKA
agar sesuai dengan fakta perkembangan
program asuransi sosial maupun teori hukum Badrulzaman, Miriam Darus dkk., 2001. Kompilasi
Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,
perikatan dalam ilmu hukum. Dengan
Bandung.
demikian, pembaruan definisi asuransi Hartono, Sri Rejeki, 2001, Hukum Asuransi dan
tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.
dasar dalam mempelajari aspek hukum Muhammad, Abdul Kadir, 2002, Hukum Asuransi
Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
asuransi maupun penyelenggaran usaha
Sembiring, Sentosa, 2006, Himpunan Lengkap Undang-
perasuransian di Indonesia. Undang tentang Asuransi Jaminan Sosial,
Nuansaaulia, Bandung.
PENUTUP Subekti, R. dan Tjitrosudibio, R., 1996, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Berdasarkan uraian yang telah penulis Suparni, Niniek, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum
paparkan pada bagian pendahuluan maupun Dagang dan Kepailitan, Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai