2
ISSN 021-969X
ABSTRACT
Orientated on either article 1233 of KUHPerdata, so the definition involves in article 246 of KUHD,
article 1 point 1 of UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, or some experts’ opinion
that state insurance is as an agreement can be only connected or used for insurance in which it’s
participatory is voluntary. That definition is too narrow, less relevant with the regulation and social
insurance program development so that need to make renewal in order to make it suitable either
with social insurance program development’s fact or theory of law in jurisprudence. Thus, the
insurance definition renewal is expected can be used as the fundamental in learning either law of
insurance’s aspect or the execution of insurance work in Indonesia.
sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak Dari batasan tersebut di atas, Prof.
melakukan sesuatu. Emmy Pangaribuan selanjutnya menjabarkan
4. Dalam setiap perjanjian, kreditur berhak lebih lanjut bahwa perjanjian asuransi atau
atas prestasi dari debitur, yang dengan pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat
sukarela akan memenuhinya. sebagai berikut (Sri Rejeki Hartono, 2003:84):
5. Bahwa dalam setiap perjanjian debitur 1. Perjanjian asuransi atau pertanggungan
wajib dan bertanggung jawab melakukan pada asasnya adalah suatu perjanjian
prestasinya sesuai dengan isi perjanjian. penggantian kerugian (shcadeverzekering
atau indemniteits contract). Penanggung
Kelima unsur tersebut di atas pada mengikatkan diri untuk menggantikan
hakikatnya selalu terkandung pada setiap jenis kerugian karena pihak tertanggung
perjanjian, termasuk perjanjian asuransi. Jadi, menderita kerugian dan yang diganti itu
adalah seimbang dengan kerugian yang
pada perjanjian asuransi disamping harus
sungguh-sungguh diderita (prinsip
mengandung kelima unsur pokok termaksud,
indemnitas).
mengandung pula unsur-unsur lain yang
2. Perjanjian asuransi atau pertanggungan
menunjukkan ciri-ciri khusus dalam adalah perjanjian bersyarat. Kewajiban
karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti mengganti rugi dari penanggung hanya
yang membedakannya dengan jenis perjanjian dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak
pada umumnya dan perjanjian–perjanjian lain tertentu atas mana diadakan
(Sri Rejeki Hartono, 2003:83). pertanggungan itu terjadi.
3. Perjanjian asuransi atau pertanggungan
Batasan perjanjian asuransi secara adalah perjanjian timbal balik. Kewajiban
formal terdapat dalam Pasal 246 KUHD, yaitu penanggung mengganti rugi diharapkan
sebagai berikut : sesuai dengan kewajiban tertanggung
membayar premi.
”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu 4. Kerugian yang diderita adalah sebagai
perjanjian, dengan mana seorang penanggung akibat dari perisiwa yang tidak tertentu
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, atas mana diadakan pertanggungan.
dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena Di samping itu, Prof. P.L. Wery dalam
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan bukunya Hoofzaken van Het Verzekering-
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin srecht lebih lanjut mengatakan bahwa dari
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang batasan Pasal 246 KUHD Indonesia, yang
tak tertentu”. sama dengan Pasal 246 juga dari Wetboek van
Koophandel menyimpulkan bahwa pasal
Batasan tersebut di atas oleh Prof. tersebut mengandung tiga sifat pokok dari
Emmy Pangaribuan secara luwes perjanjian asuransi atau pertanggungan
dikembangkan sebagai berikut (Sri Rejeki sebagai berikut (Sri Rejeki Hartono, 2003:84-
Hartono, 2003:83-84): 85):
1. Asuransi pada dasarnya merupakan
”Pertanggungan adalah suatu perjanjian, di kontrak atau perjanjian ganti kerugian
mana penaggung dengan menikmati suatu atau kontrak idemnitas, pihak yang satu
(penanggung) mengikat dirinya terhadap
premi mengikat dirinya terhadap tertanggung
pihak yang lain (pengambil asuransi atau
untuk membebaskan dari kerugian karena
tertanggung) untuk mengganti kerugian
kehilangan, kerugian atau ketiadaan
yang mungkin diderita olehnya.
keuntungan yang diharapkan yang akan dapat 2. Asuransi merupakan perjanjian bersyarat,
diderita olehnya, karena suatu kejadian yang dalam arti bahwa penanggung mengganti
belum pasti”. kerugian pihak tertanggung ditentukan
Vol. 2, No. 2 Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul 91
atau tergantung pada peristiwa yang tidak ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik
dapat dipastikan lebih dulu. karena persetujuan, baik karena
3. Asuransi merupakan perjanjian timbal undang-undang” (R. Subekti dan R.
balik. Dan penanggung terdapat ikatan Tjitrosudibio, 1999:323), Dengan
bersyarat terhadap tertanggung untuk demikian maka dapat disimpulkan
membayar ganti rugi, tetapi sebaliknya bahwa perikatan bisa lahir karena
dari sisi tertanggung terdapat ikatan tidak persetujuan/perjanjian maupun
bersyarat untuk membayar premi. undang-undang.
Menurut Prof. P.L. Wery masih dalam Sehubungan dengan perikatan yang lahir dari
buku yang sama, dikemukakan lagi dua sifat undang-undang, Miriam Darus Badrulzaman
lain dari perjanjian asuransi, meskipun tidak (2001:97) menyatakan bahwa
terdapat pada Pasal 246 KUHD, tetapi dalam
pasal–pasal yang lain yaitu pada Pasal 257 ”Di dalam perikatan yang lahir dari undang-
dan 258 KUHD sebagai berikut (Sri Rejeki undang ini asas kebebasan berkontrak
Hartono, 2003:85): mengadakan perjanjian tidak berlaku.Suatu
perbuatan menjadi perikatan adalah karena
1. Asuransi merupakan perjanjian kehendak undang-undang. Untuk perikatan-
berdasarkan konsensus, dapat terjadi perikatan yang lahir dari perjanjian maka
setelah ada kata sepakat, artinya pembentuk undang-undang memberikan
merupakan perjanjian tanpa bentuk. aturan-aturan yang umum Tidak demikian
2. Asuransi mempunyai sifat kepercayaan halnya dengan perikatan yang lahir dari
yang istimewa, saling percaya undang-undang di mana pembentuk undang-
mempercayai diantara para pihak adalah undang tidak memberikan aturan-aturan yang
yang menentukan perjanjian itu sendiri. umum”.
menegaskan bahwa jaminan sosial nasional (Pasal 9 ayat (1) UU No. 40 Tahun
diselenggarakan dengan menggunakan prinsip 2004).
asuransi oleh badan penyelenggara yang telah 2. ”Jaminan kecelakaan kerja
ditetapkan dan ditunjuk oleh pemerintah. diselenggarakan secara nasional
Berikut ini pasal-pasal yang melandasi berdasarkan prinsip asuransi sosial”
keberadaan badan penyelenggara jaminan (Pasal 29 ayat (1) UU No. 40 Tahun
sosial maupun penggunaan prinsip asuransi 2004).
dalam sistem jaminan sosial nasional di 3. ”Jaminan hari tua diselenggarakan secara
Indonesia. nasional berdasarkan prinsip asuransi
Ketentuan mengenai badan sosial atau tabungan wajib” (Pasal 35
penyelenggara jaminan sosial diatur pada ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004).
Pasal 5 UU No. 40 Tahun 2004 tentang 4. ”Jaminan pensiun diselenggarakan secara
Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai nasional berdasarkan prinsip asuransi
berikut : sosial atau tabungan wajib” (Pasal 39
ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004).
(1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 5. ”Jaminan kematian diselenggarakan
harus dibentuk dengan undang-undang. secara nasional berdasarkan prinsip
(2) Sejak berlakunya undang-undang ini, asuransi sosial” (Pasal 9 ayat (1) UU No.
badan penyelenggara jaminan sosial 40 Tahun 2004).
yang ada dinyatakan sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menurut Menurut analisis penulis, kurang tepat
undang-undang ini. kalau asuransi didefinisikan sebagai suatu
(3) Badan Penyelenggara sebagaimana perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam
dimaksud dalam ayat (1) adalah : Pasal 246 KUHD, Pasal 1 angka 1 UU No. 2
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Jaminan Sosial Tenaga Kerja maupun yang telah dipaparkan oleh para
(JAMSOSTEK); pakar di bidang hukum asuransi tersebut di
b. Perusahaan Perseroan (Persero) atas. Definisi asuransi sebagai suatu
Dana Tabungan dan Asuransi perjanjian hanya dapat diterapkan pada
Pegawai Negeri (TASPEN); asuransi yang sifat kepesertaannya sukarela.
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Pada jenis asuransi yang demikian ini
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata hubungan hukum diantara para pihak memang
Republik Indonesia (ASABRI); dan benar diatur melalui suatu perjanjian yang
d. Perusahaan Perseroan (Persero) dituangkan dalam polis asuransi. Akan tetapi,
Asuransi Kesehatan Indonesia apabila asuransi didefinisikan sebagai suatu
(ASKES). perjanjian, maka asuransi sosial tidak
(4) Dalam hal diperlukan Badan tercakup dalam definisi tersebut. Dengan
Penyelenggara Jaminan Sosial selain demikian perlu ada suatu pembaruan definisi
dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk asuransi dalam sistem hukum di Indonesia.
yang baru dengan undang-undang. Definisi asuransi yang ada dalam
sistem hukum di Indonesia tersebut masih
Sedangkan ketentuan mengenai terlalu sempit dan tidak relevan dengan fakta
penggunaan prinsip asuransi dalam sistem perkembangan usaha perasuransian maupun
janinan sosial dapat dilihat dari beberapa program asuransi soaial di Indonesia.
pasal di bawah ini : Berdasarkan fakta tersebut, maka asuransi
tidak hanya sebagai suatu perjanjian, akan
1. ”Jaminan kesehaan diselenggarakan tetapi merupakan suatu perikatan yang terjadi
secara nasional berdasarkan prinsip karena suatu perjanjian dan / atau peraturan
asuransi sosial dan prinsip ekuitas” perundang-undangan, dimana pihak
penanggung terikat dengan pihak tertanggung,
Vol. 2, No. 2 Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul 93
dengan menerima premi asuransi, untuk pembahasan tersebut di atas, maka dapat
memberikan penggantian kepada tertanggung disimpulkan bahwa dalam terminologi
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan hukum, asuransi bukan saja sebagai suatu
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung perjanjian, akan tetapi merupakan suatu
jawab hukum kepada pihak ketiga yang perikatan. Hal ini dapat diketahui dari fakta
mungkin akan diderita tertanggung, yang perkembangan program asuransi dan usaha
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, perasuransian di Indonesia. Hubungan hukum
atau untuk memberikan suatu pembayaran dalam asuransi tidak hanya didasarkan pada
yang didasarkan atas meninggal atau suatu perjanjian antara penanggung dan
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. tertanggung, akan tetapi keterikatan antara
Apabila dikaitkan dengan Pasal 1233 penanggung dan tertanggung bisa terjadi
KUHPerdata, maka definisi yang terdapat di karena diatur dalam peraturan perundang-
dalam Pasal 246 KUHD, Pasal 1 angka 1 UU undangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha pembaruan definisi asuransi dalam sistem
Perasuransian, maupun pendapat beberapa hukum di Indonesia. Hal ini penting untuk
ahli yang menyatakan asuransi sebagai suatu direalisasikan mengingat definisi yang ada
perjanjian hanya dapat dihubungkan atau kurang tepat untuk dijadikan sebagai
digunakan untuk asuransi yang sifat pegangan dalam studi hukum maupun untuk
kepesertaannya sukarela. Definisi tersebut landasan penyelenggaraaan usaha
terlalu sempit, kurang relevan dengan perasuransian di Indonesia.
perkembangan regulasi dan program asuransi
sosial sehingga perlu diadakan pembaruan DAFTAR PUSTAKA
agar sesuai dengan fakta perkembangan
program asuransi sosial maupun teori hukum Badrulzaman, Miriam Darus dkk., 2001. Kompilasi
Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,
perikatan dalam ilmu hukum. Dengan
Bandung.
demikian, pembaruan definisi asuransi Hartono, Sri Rejeki, 2001, Hukum Asuransi dan
tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.
dasar dalam mempelajari aspek hukum Muhammad, Abdul Kadir, 2002, Hukum Asuransi
Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
asuransi maupun penyelenggaran usaha
Sembiring, Sentosa, 2006, Himpunan Lengkap Undang-
perasuransian di Indonesia. Undang tentang Asuransi Jaminan Sosial,
Nuansaaulia, Bandung.
PENUTUP Subekti, R. dan Tjitrosudibio, R., 1996, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Berdasarkan uraian yang telah penulis Suparni, Niniek, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum
paparkan pada bagian pendahuluan maupun Dagang dan Kepailitan, Rineka Cipta, Jakarta.