Komunikasi
Bisnis
Komunikasi Antar Budaya
04
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Dr. Nia Kusuma Wardhani, S.Kom, MM.
BIsnis
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan tentang Diharapkan mahasiswa memahami dan
komunikasi antar budaya. mampu menjelaskan tentang hal-hal
yang terkait dengan komunikasi antar
budaya..
A. PENGERTIAN BUDAYA
Menurut Bovee dan Thill : Budaya adalah system sharing atas simbol-simbol, kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar budaya (Inter Cultural Communication) adalah
proses pertukaran fikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Samovar dan Porter juga menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi diantara produsen
pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.
Menurut Liliweri, budaya mempengaruhi komunikasi dan budaya tidak hanya menentukan siapa
bicara dengan siapa, tentang dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut
menentukan bagaimana orang menyandi pesan.
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik
komunikasi verbal maupun non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu
daerah, wilayah atau negara. Komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting artinya
bagi terjalinnya harmonisasi bisnis diantara mereka.
1. Fungsi Pribadi
a. Menunjukkan identitas sosial, menunjukkan asal usul, tingkat pendidikan,
agama, dsb.
b. Menyatakan integrasi sosial, menunjukkan sikap kesatuan dan menerima
perbedaan.
c. Menambah wawasan budaya
2. Fungsi Sosial
a. Menjembatani kesenjangan, pelaku komunikasi saling menjelaskan perbedaan
tafsir pesan yang disampaikan.
b. Memperkenalkan nilai-nilai budaya masyarakat
c. Memberikan hiburan sesuai budaya masing-masing
D. Tingkatan Budaya
a. Formal
Sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun
menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bersifat formal/resmi.
b. Informal
Budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi
berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan tanpa
diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
Sejalan dengan perubahan zaman serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini
mobilitas masyarakat semakin tinggi dan dinamis serta siap beradaptasi menghadapi berbagai
hal baru, berjumpa dengan teman maupun partner bisnisnya bahkan berkomunikasi dengan
orang yang belum pernah dikenalnya. Kondisi di sekitar kita yang menyebabkan komunikasi
antarbudaya dirasakan semakin penting pada saat ini, antara lain :
Harris dan Morran (1979) mengajukan sepuluh klasifikasi umum sebagai model sederhana
untuk menilai dan menganalisis suatu kebudayaan secara sistematik. Kesepuluh klasifikasi
tersebut adalah:
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin
kita berkomunikasi dengan afektif. Persepsilah yang menentukan untuk memilih suatu pesan
dan mengabaikan pesan yang lain.
Hambatan yang paling sering dihadapi adalah kendala dalam hal bahasa, yaitu :
1. Terapkan azas kesamaan bahwa tidak ada budaya yang lebih tinggi/baik (inferior)
terhadap budaya lain.
2. Perlakukan orang lain dengan baik sebagaimana kita ingin diperlakukan dengan baik
pula.
3. Perluas wawasan dalam memahami berbagai budaya dan perbedaannya.
1. Perilaku Sosial
Perilaku sosial antara negara satu dengan negara lain bisa menjadi penghambat dalam
berkomunikasi
2. Perilaku Etis
Perilaku etis dan tidak etis antara negara yang satu dengan negara yang lain berbeda.
Oleh karenanya pelajari terlebih dahulu etika bisnis di negara yang akan anda tuju.
3. Perbedaan Budaya Perusahaan
Perlu dipahami bahwa budaya organisasi suatu perusahaan tumbuh dan berkembang
melalui suatu proses yang lama, sehingga terwujud dalam sikap anggota organisasi.
4. Sikap terhadap waktu
Penilaian terhadap waktu antara negara yang satu dengan negara yang lain juga
berbeda, ada yang ketat tetapi ada juga yang longgar/luwes.
5. Penggunaan ruang/jarak
Sebaiknya anda dapat menjaga jarak ketika berkomunikasi dengan orang yang berbeda
budaya.
6. Konteks budaya
Pemanfaatan sinyal komunikasi verbal dan nonverbal tergantung pada konteks budaya.
7. Bahasa tubuh
Penggunaan bahasa tubuh yang sama antara negara yang satu dengan yang lain dapat
diartikan berbeda, sehingga bisa menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karenanya
Michael Porter dalam Competitive Advantage (1985) menekankan pentingnya mutu dan
kemampuan lobby (komunikasi) dalam persaingan global. Menurutnya bangsa yang kompetitif
adalah bangsa yang memiliki komitmen dan sikap kritis terhadap mutu, penguasaan teknologi,
intensifikasi penelitian dan pengembangan yang berorientasi pasar, serta ketrampilan dalam
melakukan pemasaran negosiasi bisnis yang mendunia.
Takashi Inoue dalam Cross Cultural Communication : A Japanese Viewpoint (1989), juga
menekankan pentingnya pemahaman antar budaya dalam bisnis yang berorientasi ekspor.
Setelah melakukan berbagai evaluasi, Inoue berkesimpulan bahwa banyak kegagalan bisnis
yang diderita pebisnis Amerika (dan Eropa)- ketika berbisnis dengan orang Jepang-
dikarenakan terlalu memaksakan “cara” Amerika. Mereka tidak berusaha untuk memahami
karakteristik dan budaya komunikasi bisnis masyarakat Jepang. Dimana bagi orang Jepang
kontak pertama dengan calon mitra bisnis biasanya didahului dengan pembicaraan ringan untuk
membangun kenyamanan dan kesiapan berbicara secara serius. Ritual kecil ini gaya
komunikasi Jepang sebagai penjajakan awal mengetahui dan menilai apakah calon mitra
bisnisnya bersahabat atau tidak.
1. Pemilihan kata
2. Komunikasi non verbal
3. Suara (paralinguistic)
4. Gerak tubuh (gestural)
5. Gerak dan posisi tubuh (postural)
6. Kontak mata
7. Sentuhan
8. Pakaian
9. Air muka (fasial)
10. Waktu
11. Jarak bicara (proksemik)
Perlu dipahami bahwa komunikasi yang dilakukan oleh individu terjadi dalam lingkungan sosial
yang kompleks. Lingkungan sosial ini merefleksikan bagaimana orang hidup dan bagaimana ia
berinteraksi dengan orang lain. Dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial adalah budaya, dan
bila ingin berkomunikasi,dengan baik maka individu tersebut harus memahami dan beradaptasi
dengan budaya yang ada di sekitarnya.
Contoh : Budaya orang Jerman menunjukan bahwa mereka lebih tepat waktu dibandingkan
dengan orang Indonesia yang cenderung lebih santai dan memaklumi keterlambatan, hal ini
menggambarkan profil masyarakat dalam memaknai waktu dan kesadaran penggunaan waktu.