Oleh
Hilda Yunita Sabrie*
Abstrak
Pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia mengalami peningkatan yang luar biasa.
Namun untuk beberapa golongan masyarakat masih ada yang belum mengerti tentang
pentingnya berasuransi. Hal ini dapat disebabkan antara lain karena citra yang kurang
baik dari perusahaan asuransi atau penanggung dalam memberikan klaim asuransi
kepada tertanggung atau penerima manfaat. Untuk itu diperlukan itikad baik antar pihak
dalam melakukan perjanjian asuransi.
Kata Kunci : asuransi, perusahaan asuransi, itikad baik, tertanggung
Dalam asuransi jumlah, besar uang Bila dalam hal tersebut di atas, ternyata
pertanggungan telah ditetapkan terlebih tertanggung meninggal dunia, maka uang
dahulu, sedangkan pada asuransi kerugian yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
besarnya uang pertanggungan dihitung (penanggung) akan diterima oleh penerima
dengan cara membandingkan harga barang manfaat yang ditunjuk.
yang rusak sebagai akibat hilang/ terbakar Tetapi dalam KUHD juga mengatur
dengan harga barang sebelum timbul mengenai pembatasan tanggungjawab
kehilangan / kebakaran. oleh penanggung kepada tertanggung atau
Pengaturan tentang asuransi jiwa di penerima manfaat, dalam hal membayar
dalam KUHD terdapat pada Pada Pasal 302 uang pertanggungan. Salah satu pembatasan
yang menyatakan sebagai berikut : “Jiwa tangungjawab penanggung adalah ketika
seseorang dapat, guna keperluan seorang pihak tertanggung meninggal dunia karena
yang berkepentingan, dipertanggungkan bunuh diri atau dihukum mati seperti yang ada
baik untuk selama hidupnya jiwa itu, baik pada Pasal 307 KUHD, pihak penanggung
untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam tidak diwajibkan untuk membayar uang
perjanjian.“ Sehingga secara luas asuransi pertanggungan apabila tertanggung dalam
jiwa dapat diartikan sebagai suatu perjanjian masa pertanggungan meninggal dunia
di mana satu pihak mengikatkan dirinya karena bunuh diri atau dihukum mati, maka
untuk membayar sejumlah uang, secara dalam hal ini pertanggungan dianggap
sekaligus atau periodik, sedang pihak lain gugur. Sehingga menurut KUHD, pihak
mengikatkan dirinya untuk membayar premi, penerima manfaat dapat saja tidak akan
dan pembayaran uang itu adalah tergantung menerima pembayaran uang pertanggungan
kepada mati atau hidupnya seorang tertentu dari perusahaan asuransi jiwa.
atau lebih.4 Pengertian bunuh diri atau suicide
Apabila asuransi jiwa berakhir setelah menurut Black’s Law Dictionary adalah
tenggang waktu yang ditentukan, sedang : “The act or an instance of taking one’s
orang yang bersangkutan masih hidup, own life voluntarily and intentionally : self
maka asuransi itu pada akhirnya sama atau destruction.”6 Sehingga dapat diartikan
serupa dengan suatu penabungan uang bahwa bunuh diri merupakan tindakan atau
belaka. Hanya saja uang yang di tabung desakan untuk mengambil kehidupan diri
dan yang dibayarkan pada akhir tenggang sendiri secara sukarela dengan maksud
waktu tersebut biasanya jumlahnya kurang untuk membinasakan diri sendiri.
dari jumlah premi yang telah dibayarkan.5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
4
Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia,
Rineka Cipta, Jakarta, 2004, h. 281 dikutip dari Ny Dani Pidana (KUHP) mengatur tentang dua macam
Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan
(Pertanggungan kerugian pada umumnya, keakaran dan
bunuh diri yaitu bunuh diri yang dilakukan
jiwa),Seksi Hukum Dagang Fakultas Universitas Gajah atas bantuan seseorang atau beberapa orang
Mada, Yogyakarta, 1975, h.114.
6
Henry Campbel, Black’s Law Dictionary, ST Paul,
5
Djoko Prakoso S.H, ibid, h. 283. MINN, West Publishing Co,1990, h.2286.
34 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
dan bunuh diri yang dilakukan atas anjuran membebaskan pihak penanggung untuk
atau dorongan dari pihak lain. Konsep memberikan uang pertanggungan kepada
ini berbeda dalam hukum asuransi jiwa penerima manfaat.
karena yang dimaksud bunuh diri menurut Melihat dari penjelasan yang telah
Pasal 307 KUHD adalah tindakan yang terurai di atas, perihal pembayaran klaim
dilakukan oleh diri sendiri secara sukarela dalam asuransi jiwa, rumusan masalah
dan atas motif tertentu. Artinya tidak yang dapat diketengahkan adalah apakah
ada pihak lain yang membantu maupun pembayaran klaim kepada penerima manfaat
menganjurkan untuk bunuh diri. Biasanya akibat tertanggung meninggal dunia karena
pelaku bunuh diri dilanda keputusasaan bunuh diri sesuai dengan prinsip-prinsip
dan depresi karena cobaan hidup, kurang perjanjian asuransi jiwa yang ada dan
sehatnya akal atau tekanan lingkungan.7 bagaimana prosedur pembayaran klaim
Pada Pasal 307 KUHD ini juga memberi asuransi jiwa akibat tertanggung bunuh
pengertian bahwa tertanggung sendirilah diri menurut PT Asuransi Jiwa Manulife
yang mempertanggungkan jiwanya dan dia Indonesia
sendirilah yang bunuh diri atau dihukum
mati. Dengan demikian penanggung Prinsip-Prinsip Perjanjian Asuransi
dapat dibebaskan untuk tidak membayar Jiwa
uang pertanggungan apabila tertanggung
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa
meninggal dunia karena bunuh diri atau
dimana seorang berjanji kepada seorang lain
akibat dihukum mati.
atau dimana dua orang itu saling berjanji
Pada prakteknya sering kali terjadi untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari
tertanggung lalai dalam membaca, peristiwa itu, timbullah suatu hubungan
mempelajari dan memahami isi polis antara dua orang tersebut yang dinamakan
sehingga akan berakibat pada pengajuan perikatan. Kedua belah pihak dapat berupa
klaim ditolak oleh penanggung. Dalam polis naturlijk persoon atau manusia pribadi dan
biasanya terdapat janji-janji khusus yang recht persoon atau badan hukum. Dalam
membatasi tanggung jawab penanggung, bentuknya, perjanjian itu berupa suatu
seperti yang ada pada ketentuan umum polis rangkaian perkataan yang mengandung
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia yang janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
terkait dengan meninggalnya tertanggung atau ditulis.8
akibat bunuh diri. Pada PT Asuransi Jiwa
Seperti halnya perjanjian pada
Manulife Indonesia, penanggung akan tetap
umumnya, dalam perjanjian asuransi
membayar uang pertanggungan apabila
jiwa harus memperhatikan syarat sahnya
tertanggung meninggal karena bunuh diri
perjanjian yakni adanya kata sepakat, cakap
tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Hal
dalam membuat perjanjian, mengenai suatu
ini berbeda dengan Pasal 307 KUHD, yang
8
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, cetakan
7
www. idwikipedia. com keduapuluhsatu, Jakarta, 2005, h.1.
Hilda Yunita Sabrie: Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Akibat Tertanggung Bunuh Diri 35
hal tertentu dan yang terakhir adalah suatu apabila pasal ini tidak dipenuhi. Pasal 268
sebab atau causa yang diperbolehkan. KUHD memberikan penjelasan mengenai
Apabila syarat sahnya perjanjian ini telah syarat-syarat kepentingan yang dapat
dipenuhi maka menurut Pasal 1338 (1) diasuransikan yaitu dapat dinilai dengan
BW, para pihak diberi kewenangan untuk uang, dapat diancam oleh suatu bahaya, dan
dapat menentukan sendiri isi dari perjanjian tidak dikecualikan oleh undang-undang.
tersebut. Isi perjanjian yang dibuat oleh Pasal ini mempunyai pengertian yang
para pihak tidak boleh bertentangan dengan sempit, mengingat kepentingan harus dapat
kesusilaan, ketertiban umum dan undang- dinilai dengan uang sedangkan masih ada
undang. kepentingan yang tidak dapat dinilai dengan
Selain harus memenuhi syarat sahnya uang misalnya hubungan kekeluargaan,
perjanjian yang ada di Pasal 1320 jo 1338 jiwa, istri, anak dan lain-lain.10
BW, dalam perjanjian asuransi jiwa juga Secara moril, kepentingan di dalam
harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perjanjian asuransi jiwa tidak pantas untuk
ada di dalam KUHD. Prinsip yang pertama dinilai dengan uang. Tetapi bukan berarti hal
adalah prinsip insurable interest, prinsip tersebut tidak dapat ditentukan dengan uang.
ini merupakan manifestasi dari syarat sah Dalam Asuransi jiwa, kepentingan yang
perjanjian yang ada pada Pasal 1320 (3) dapat diasuransikan adalah sesuatu dugaan
BW yaitu suatu hal tertentu.9 Dalam KUHD, akan hilangnya atau berkurangnya nilai
prinsip ini diatur di dalam Pasal 250 KUHD, ekonomis yang timbul karena meninggalnya
yang menjelaskan mengenai “pihak yang orang yang jiwanya diasuransikan
berkepentingan” sebagai berikut : (tertanggung). Artinya jika tertanggung
Apabila seorang yang telah mengadakan meninggal dunia maka dari segi ekonomi,
pertanggungan untuk dirinya sendiri, hal tersebut dapat mengganggu perjalanan
atau apabila seorang, yang untuknya hidup penerima manfaat. Sehingga besarnya
telah diadakan suatu pertanggungan, uang pertanggungan yang nantinya akan
pada saat diadakannya pertanggungan diberikan oleh penanggung, dapat dinilai
itu tidak mempunyai kepentingan sebagai bentuk dari penggantian nafkah
terhadap barang yang dipertanggungkan yang biasanya diterima oleh penerima
itu, maka penanggung tidaklah manfaat saat tertanggung masih hidup.
diwajibkan memberikan ganti rugi. Hal inilah yang dapat dikatakan sebagai
kepentingan yang dapat dinilai dengan uang
Maka jika disimpulkan, ketentuan diatas
dalam perjanjian asuransi jiwa.
mensyaratkan adanya kepentingan dalam
mengadakan perjanjian asuransi dengan Syarat kepentingan ini harus ada pada
10
Chairul Huda dan Lukman Hakim, Tindak Pidana
akibat batalnya perjanjian tersebut Dalam Bisnis Asuransi, Lembaga Pemberdayaan Hukum
Indonesia (LPHI), cetakan pertama, Jakarta, 2006, h.4.
9
Bimbingan Skripsi, tanggal 28 Desember 2007. dikutip dari M.Suparman dan Endang, Hukum Asuransi
(Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha
Perasuransian), Alumni, Bandung, 2003, h.55-56.
36 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
saat perjanjian asuransi jiwa diadakan, bahaya sebagaimana yang telah ditentukan
pelanggaran pasal ini dapat menyebabkan didalam polis. Pihak penanggung bersedia
penanggung tidak diwajibkan untuk membayar ganti rugi sebesar nilai kerugian
memberikan ganti rugi. Sedangkan riil yang diderita oleh tertanggung, tidak
menurut pendapat beberapa ahli hukum, lebih. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi
kepentingan tidak harus ada pada saat asuransi yaitu mengalihkan atau mengurangi
perjanjian asuransi dibuat, melainkan harus risiko yang kemungkinan diderita atau
ada pada saat peristiwa yang menimbulkan dihadapi oleh tertanggung karena terjadi
kerugian itu terjadi. Pada saat itulah muncul suatu peristiwa yang tidak pasti. Oleh
kepentingan yang nantinya dapat dipakai karena itu besarnya ganti rugi yang diterima
untuk menentukan ada atau tidaknya ganti oleh tertanggung harus seimbang dengan
kerugian. Hal ini dapat dipahami karena kerugian yang diderita.
perjanjian asuransi jiwa baru mempunyai Prinsip indemnitas ini diatur salah
arti bagi tertanggung justru pada saat terjadi satunya dalam Pasal 252 KUHD yaitu
peristiwa tidak pasti.11 “kecuali dalam hal-hal yang disebutkan
Menurut KUHD, perjanjian asuransi dalam ketentuan undang-ungang, maka
jiwa hanya boleh berlaku bila pemegang tidak bolehlah diadakan suatu petanggungan
polis mempunyai insurable interest atas kedua,untuk jangka waktu yang sudah
hidup orang yang jiwanya diasuransikan. dipertanggungkankan untuk harganya
Sebagai contoh adalah seseorang memiliki penuh,dan demikian itu atas ancaman
insurable interest atas dirinya, maka ia batalnya petanggungan kedua tersebut.”
dapat menutup perjanjian asuransi jiwa atas Pasal ini menjelaskan bahwa tertanggung
dirinya. Contoh lainnya adalah Seorang tidak diperbolehkan untuk mendapatkan
anak mempunyai insurable interest atas keuntungan dari penanggung atas kerugian
ayah dan ibunya karena ia mempunyai yang ia derita kecuali ditentukan lain oleh
kepentingan atas ayah dan ibunya, maka ia undang-undang.
dapat menutup perjanjian asuransi jiwa atas Sehingga untuk mewujudkan
ayah dan ibunya.12 keseimbangan antara kerugian dengan
Prinsip yang kedua adalah prinsip ganti rugi yang diberikan oleh penanggung,
Indemnity dimana menurut prinsip ini maka harus diketahui berapa nilai atau harta
perjanjian asuransi itu bertujuan memberikan dari objek yang diasuransikan.13 Untuk itu
ganti rugi terhadap kerugian yang diderita dapat dikatakan bahwa prinsip ganti rugi
oleh tertanggung yang disebabkan oleh atau indemnity ini, tidak dapat diterapkan
11
dalam asuransi jiwa karena pembayaran
Abulkadir Muhammad, Pokok-Pokok Hukum
Pertanggungan, Citra Aditya Bakti, cetakan ketiga, sejumlah uang dari penanggung kepada
Jakarta, 1977, (selanjutnya disingkat Abdulkadir
Muhammad I), h.42 tertanggung atau penerima manfaat
12 13
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, M.Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum
Pustaka Binaman Pressindo, seri umum ke 10, Jakarta, Asuransi dan Surat Berharga,Alumni, Bandung,
1992, h. 116 1997,h.70-71
Hilda Yunita Sabrie: Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Akibat Tertanggung Bunuh Diri 37
bukanlah merupakan suatu bentuk ganti berarti hak dari tertanggung untuk menuntut
rugi melainkan pembayaran sejumlah uang pihak yang bertanggung jawab atas kerugian
yang telah disepakati oleh para pihak pada tersebut berpindah kepada penanggung.
awal perjanjian asuransi jiwa. Peralihan hak dari tertanggung kepada
Selain prinsip-prinsip yang telah penanggung berlangsung secara otomatis
diuraikan diatas, prinsip ketiga adalah sejak penanggung membayar ganti rugi
prinsip subrogasi yang diatur dalam Pasal kepada tertanggung, tetapi dalam rangka
284 KUHD yakni : pelaksanaan tuntutan ganti rugi kepada
pihak yang bertanggung jawab atas kerugian
Seorang penanggung yang telah
tersebut penanggung tetap memerlukan
membayar kerugian sesuatu barang
surat subrogasi15.
yang diasuransikan, menggantikan
pihak tertanggung dalam segala hak Istilah subrogasi juga dapat ditemui
yang diperolehnya terhadap orang- dalam Pasal 1400 BW. Pada pasal tersebut
orang ketiga berhubung dengan subrogasi atau penggantian hak-hak ini ada
penerbitan kerugian tersebut; dan pihak apabila dalam suatu perjanjian hutangnya
tertanggung itu yang bertanggung dibayar oleh pihak ketiga dengan akibat
jawab untuk setiap perbuatan yang bahwa pihak ketiga itu menggantikan pihak
dapat merugikan hak si penanggung yang berhak dalam hak-hak yang berakar
terhadap orang-orang ketiga itu. pada perjanjian itu sehingga hak-hak itu
berpindah dari pihak yang berhak kepada
Subrogasi dalam asuransi, secara umum
pihak ketiga yang membayar hutangnya
dapat dijelaskan bahwa kerugian yang
tadi. Dalam hal ini “pihak ketiga” adalah
diderita oleh tertanggung akan diganti oleh
orang yang menggantikan pihak yang
penanggung tetapi jika kerugian tersebut
berhak dalam suatu perjanjian, sedangkan
diakibatkan oleh bahaya (risiko) yang
dalam asuransi yang disebut “pihak ketiga”
ditanggung oleh polis. Jika tertanggung telah
adalah pihak yang berkewajiban membayar
memperoleh ganti rugi dari penanggung,
kepada orang yang menggantikan pihak
maka secara yuridis, tertanggung tidak
yang berhak.
berhak lagi untuk menuntut ganti rugi
dari pihak lain, yaitu dari pihak yang Prinsip subrogasi ini tidak dapat
bertanggung jawab atas penyebab dari diterapkan di dalam perjanjian asuransi jiwa.
kerugian tersebut.14 Sama halnya dengan prinsip indemnitas
yaitu dalam perjanjian asuransi jiwa,
Dalam hal ini yang berhak menuntut ganti
pembayaran sejumlah uang dari penanggung
rugi kepada pihak lain adalah penanggung.
kepada tertanggung atau penerima manfaat
Atas tuntutan tersebut, pihak tertanggung
bukanlah merupakan suatu bentuk ganti
wajib membuat “surat subrogasi” untuk
rugi. Sehingga subrogasi yang dilaksanakan
diserahkan kepada pihak penanggung, yang
14 15
Djoko Prakoso, opcit, h. 189 Chairul Huda dan Lukman Hakim,opcit, h.13
38 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
oleh penanggung kepada pihak ketiga di jiwa akan menjadi batal apabila tertanggung
dalam perjanjian asuransi jiwa adalah tidak memberikan keterangan yang keliru atau
tepat sebab pihak ketiga tidak menimbulkan tidak benar, tanpa melihat apakah pihak
suatu kerugian, lagi pula pembayaran uang tertanggung beritikad baik atau buruk.
pertangungan dari penanggung adalah Jadi apabila seorang tertanggung diketahui
jumlah uang pertangungan yang telah telah memberikan keterangan yang keliru
disepakati sebelumnya. atau fakta yang tidak benar terkait dengan
Prinsip yang terakhir adalah prinsip keadaan tertanggung, maka penanggung
itikad baik. Setiap perjanjian termasuk sebagai pihak yang merasa dirugikan
perjanjian asuransi jiwa, harus dilaksanakan dapat menolak klaim yang diajukan oleh
dengan itikad baik (Principle of Utmost tertanggung atau penerima manfaat.
Good Faith). Pada perjanjian asuransi jiwa Sehingga hal-hal yang dianggap sebagai
unsur paling utama adalah unsur saling pelanggaran terhadap prinsip Utmost Good
percaya dimana pihak penanggung percaya Faith pada dasarnya terdiri atas 4 (empat)
bahwa tertanggung akan memberikan macam yang dapat menyebabkan batalnya
keterangan yang sebenar-benarnya dalam suatu perjanjian asuransi jiwa yaitu17 :
surat permohonan asuransi jiwa sampai a. Innocent Misrepresentation
dengan permohonan klaim asuransi jiwa yaitu kekurangtelitian dari calon
bila terjadi peristiwa tidak pasti. tertanggung dalam menyampaikan
Sedangkan untuk tertanggung sendiri fakta-fakta materiil (penting),
akan percaya kepada pihak penanggung yang disebabkan oleh kurangnya
bahwa jika terjadi peristiwa tidak pasti, pengetahuan tertanggung atas fakta-
nantinya pihak penanggung akan membayar fakta tersebut, sehingga tidak ada
uang pertanggungan. Saling percaya ini faktor kesengajaan;
dasarnya adalah itikad baik yang ada b. Fraudulent Misrepresentation yaitu
pada kedua belah pihak (penanggung dan suatu perbuatan yang dengan sengaja
tertanggung). Prinsip itikad baik ini juga menutupi atau mengurangi penjelasan
merupakan manifestasi dari syarat sahnya mengenai fakta-fakta materiil yang
perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1320 seharusnya disampaikan;
(1) BW yaitu adanya kata sepakat.16 c. Non-Disclosure yaitu seandainya calon
Untuk asuransi jiwa, prinsip itikad baik tertanggung tidak menyampaikan
ini dapat lebih jelas dilihat pada Pasal 251 suatu fakta karena ia mengira fakta
KUHD yang terkait dengan kewajiban untuk tersebut tidak materiil (penting);
memberikan keterangan yang sebenarnya. d. Concealment yaitu seandainya
Dalam pasal tersebut perjanjian asuransi fakta-fakta materiil yang seharusnya
16
diberitahukan kepada penanggung
Bimbingan Skripsi, tanggal 28 Desember 2007.
17
Bimbingan skripsi, tanggal 27 Desember 2007
Hilda Yunita Sabrie: Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Akibat Tertanggung Bunuh Diri 39
disembunyikan oleh calon tertanggung Dalam pasal ini dijelaskan bahwa perjanjian
dengan sengaja. asuransi dimulai pada saat kesepakatan
Sehingga prinsip-prinsip yang dapat antar pihak itu diucapkan, baik dengan cara
diterapkan dalam perjanjian asuransi jiwa tertulis maupun lisan.
adalah prinsip kepentingan atau insurable Sejak adanya kata sepakat dari
interest dan prinsip itikad baik atau utmost penanggung dan tertanggung untuk
good faith principles. Prinsip-prinsip mengadakan perjanjian asuransi jiwa maka
perjanjian asuransi jiwa ini kemudian akan timbul kewajiban dari masing-masing
dituangkan atau diimplementasikan dalam pihak. Kewajiban utama dari penanggung
polis asuransi jiwa. Pada polis asuransi jiwa dan tertanggung tersirat dalam Pasal 246
harus memuat antara lain yang disebutkan KUHD yaitu :
dalam Pasal 304 KUHD, yaitu hari ditutupnya
Asuransi atau pertanggungan adalah
pertanggungan, nama si tertanggung, nama
suatu perjanjian, dengan mana seorang
orang yang jiwanya dipertanggungkan, saat
penaggung mengikatkan diri kepada
mulai berlaku dan berakhirnya bahaya bagi
tertanggung, dengan menerima suatu
si penanggung, jumlah uang untuk mana
premi, untuk memberikan penggantian
diadakan pertanggungan dan yang terakhir
kepadanya karena suatu kerugian,
premi pertanggungan tersebut. Polis ini
kerusakan atau kehilangan keuntungan
nantinya memiliki fungsi yang sangat
yang diharapkan, yang mungkin akan
penting antara lain sebagai dasar pelaksanaan
dideritanya karena suatu peristiwa yang
hak dan kewajiban bagi penanggung dan
tak tertentu.
tertanggung, merupakan alat bukti tertulis
serta sebagai dasar penyelesaian sengketa. Ketentuan dalam Pasal 246 KUHD
tersebut merupakan batasan atau definisi
Pembatasan Tanggungjawab Penanggung asuransi yang mencakup seluruh macam atau
Dalam Asuransi Jiwa golongan asuransi, termasuk di dalamnya
Perjanjian asuransi mempunyai sifat asuransi jiwa. Ketentuan dalam pasal
konsensuil, artinya bahwa secara hukum ini mengandung unsur-unsur pokok dari
perjanjian asuransi sudah terbentuk sejak perjanjian asuransi, unsur-unsur tersebut
adanya kata sepakat.18 Sifat konsensuil adalah :
ini diatur dalam Pasal 257 (1) KUHD a. Adanya pihak penanggung dan pihak
yang menyebutkan bahwa “perjanjian tertanggung;
pertanggungan diterbitkan seketika setelah b. Adanya pembayaran premi oleh
ia ditutup, hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertanggung;
bertimbal-balik dari si penanggung dan si c. Adanya jaminan oleh penanggung
tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, untuk membayar ganti rugi kepada
bahkan sebelum polisnya ditanda tangani.” tertanggung;
18
Catatan Kuliah “Hukum Asuransi” Semester 5
(tahun ajaran 2006).
40 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
uang premi maka dalam hal ini tertanggung seandainya si penanggung telah
dapat dikatakan wanprestasi atau lalai. mengetahui keadaan yang sebenarnya,
Dengan demikian tertanggung telah perjanjian itu tidak akan ditutup atau
melanggar perjanjian dengan melakukan tidak akan ditutup dengan syarat-syarat
atau berbuat sesuatu yang tidak boleh yang sama, mengakibatkan batalnya
dilakukannya yaitu tidak membayar uang pertanggungan.
premi kepada penanggung. Maka ketika Ada 2 (dua) kemungkinan tertanggung
tertanggung wanprestasi, pihak penanggung tidak memberikan keterangan atau informasi
dapat menolak klaim yang diajukan oleh yang sebenarnya kepada penanggung, yaitu
tertanggung atau penerima manfaat. karena sengaja dan karena tidak disengaja.
Selain kewajiban untuk membayar Jika tertanggung sengaja tidak memberikan
premi kepada penanggung, dalam perjanjian keterangan atau informasi yang sebenarnya,
asuransi jiwa tertanggung juga diwajibkan penanggung tidak diwajibkan untuk
untuk memberikan keterangan atau informasi membayar uang pertanggungan, karena
secara benar dan jujur tentang keadaan dalam hal ini tertanggung dianggap tidak
diri tertanggung, misalnya : kesehatannya, memiliki itikad baik sejak awal perjanjian
usianya dan tentang penyakit yang pernah asuransi jiwa diadakan. Tertanggung
diderita. Keterangan tersebut diberikan berusaha untuk menyembunyikan atau tidak
pada awal perjanjian asuransi jiwa diadakan menyampaikan keterangan atau informasi
dan ditulis dalam proposal form yang telah yang penting berkaitan dengan diri
disediakan oleh perusahaan asuransi jiwa tertanggung kepada penanggung. Sehingga
(penanggung). menyebabkan penanggung dapat menolak
Jika kewajiban tertanggung dengan klaim yang diajukan kepadanya.
memberi keterangan atau informasi adalah Lain halnya dengan tertanggung yang
tidak sesuai dengan kenyataannya maka tidak disengaja lalai dalam memberikan
hal ini yang menjadi sebab kedua bagi keterangan atau informasi yang sebenarnya,
penanggung untuk tidak berkewajiban hal ini dapat disebabkan karena kurang
membayar uang pertanggungan. Hal telitinya tertanggung dalam menyampaikan
ini berkaitan dengan itikad baik dari keterangan yang penting atau kurangnya
tertanggung. Ketentuan ini diatur dalam pengetahuan tertanggung terhadap keadaan
Pasal 251 KUHD yang menyatakan bahwa : diri tertangung sendiri. Sehingga tertanggung
Setiap keterangan yang keliru dan dengan demikian dianggap masih memiliki
tidak benar, ataupun setiap tidak itikad baik. Namun menurut Pasal 251
memberitahukan hal-hal yang KUHD, kesalahan tertanggung dalam
diketahui oleh si tertanggung, memberikan keterangan atau informasi
betapapun itikad baik ada padanya, kepada penanggung meskipun tertanggung
yang demikian sifatnya sehingga, mempunyai itikad baik ataupun tidak, tetap
mengakibatkan pertanggungan batal apabila
42 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
asuransi jiwa kepada penanggung. Dari tidak diwajibkan untuk membayar uang
sinilah harus ada unsur kepentingan, pihak pertanggungan dalam perjanjian asuransi
penanggung harus melihat apakah benar jiwa adalah terkait dengan kesalahan
penerima manfaat mempunyai kepentingan yang dilakukan tertanggung dalam masa
atas meninggalnya tertanggung. Untuk pertanggungan. Kesalahan dari tertanggung
itu penanggung dalam memberikan uang memiliki pengertian yang luas yaitu
pertanggungan akan mengacu pada polis, segala macam kesalahan dalam bentuk
dimana dalam polis telah dimuat nama dari kurang berhati-hati, tidak berhati-hati serta
penerima manfaat yang ditunjuk serta status sembrono sedikit sampai sangat sembrono,
atau hubungannya dengan tertanggung dan sampai pula pada kesengajaan yang
ketika nantinya tertanggung meninggal dilakukan oleh tertanggung.24
dunia. Kesalahan dari tertanggung ini, dalam
Saat ini prinsip yang umum diakui asuransi jiwa diatur dalam Pasal 307 KUHD,
adalah pertalian darah yang dekat atau yaitu mengenai tertanggung yang meninggal
pertalian hukum sudah cukup membuktikan dunia karena bunuh diri atau dihukum
adanya kepentingan yang dapat mati pada masa pertanggungan. Artinya
diasuransikan tanpa harus membuktikan penanggung tidak bertanggungjawab atas
adanya pertalian keuangan. Ini artinya kerugian yang terjadi karena kesalahan
hubungan suami istri, orang tua dan anak, tertanggung (tidak terdapat ukuran disengaja
kakek dengan cucu dan saudara sekandung maupun tidak disengaja) namun dalam hal
sudah cukup untuk memenuhi persyaratan ini harus diartikan bahwa kesalahan tersebut
kepentingan yang dapat diasuransikan. haruslah yang disengaja.25 Pasal ini juga
Prinsip ini biasanya tidak berlaku untuk memberi pengertian bahwa tertanggung
hubungan keluarga yang lebih jauh, seperti sendirilah yang mempertanggungkan
paman, tante dan keponakan.. Selain itu jiwanya, jadi bukan jiwa orang lain, dan dia
dalam hubungan bisnis, sejumlah keadaan sendirilah yang bunuh diri atau di hukum
dapat menimbulkan suatu kepentingan yang mati.26
dapat diasuransikan. Sebagai contoh adalah Konsep bunuh diri dalam asuransi
majikan mempunyai kepentingan yang dapat jiwa ini tidak diatur dalam hukum pidana.
diasuransikan dalam hidup pegawainya. Dalam hukum pidana hanya mengatur
Tetapi tetap saja, penerima manfaat mengenai ”bunuh diri” yang dilakukan
mempunyai kewajiban untuk membuktikan dengan bantuan pihak ketiga dan/atau
bahwa dia adalah penerima manfaat yang dilakukan dengan paksaan pihak ketiga.
ditunjuk oleh tertanggung. Hal ini dapat 24
Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi di
Indonesia, Djaya Pirusa,, cetakan keenam, Jakarta, 1981,
dibuktikan dengan menunjukkan polis asli h.61.
dan identitas diri penerima manfaat kepada 25
Catatan kuliah ”Hukum Asuransi” semester 5
(tahun ajaran 2006).
penanggung. 26
Catatan kuliah ”Hukum Asuransi” semester 5
(tahun ajaran 2006)
Sebab yang keempat penanggung
44 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
Maka jika dikaitkan dengan Pasal 307 manfaat atau ahli warisnya.27
KUHD, meninggalnya tertanggung dengan Untuk mengurangi atau menghilangkan
cara bunuh diri atau karena dihukum mati beban resiko tersebut, pihak tertanggung
menurut pasal ini adalah perbuatan yang berupaya mencari jalan agar ada pihak
dilakukan dengan sengaja oleh tertanggung, lain (penanggung) yang bersedia
tanpa bantuan maupun paksaan dari pihak mengambil alih beban resiko dan sebagai
lain. Sehingga penanggung tidak diwajibkan imbalannya dia sanggup membayar kontra
untuk membayar uang pertanggungan prestasi yang disebut premi. Tertanggung
apabila nantinya penerima manfaat yang mengadakan perjanjian asuransi jiwa
ditunjuk meminta pembayaran atas uang dengan tujuan mengalihkan resiko yang
pertanggungan dari penanggung. mengancam jiwanya. Dengan harapan
Dengan demikian terdapat beberapa nantinya penanggung akan memberikan
pasal dalam KUHD yang mengatur tentang uang pertanggungan apabila terjadi
pembatasan tanggungjawab oleh penanggung kematian atas diri tertanggung. Akan
dalam melaksanakan kewajibannya terkait tetapi untuk mendapatkan pembayaran
dengan perjanjian asuransi jiwa. Tujuan uang pertanggungan, penerima manfaat
dari pembatasan tanggung jawab dari pihak yang ditunjuk harus mengajukan klaim
penanggung adalah melindungi kepentingan kepada penanggung terlebih dahulu dengan
penanggung dari itikad tidak baik yang memenuhi syarat-syarat yang telah diatur di
dilakukan oleh tertanggung atau pemegang dalam polis.
polis. Sehingga penanggung diberi hak Pada dasarnya tidak semua permohonan
untuk dapat menolak klaim yang dimohokan klaim yang diajukan oleh penerima
kepadanya. manfaat secara otomatis akan dibayar oleh
Klaim Atas Tertanggung Yang Meninggal penanggung (perusahaan asuransi jiwa),
Karena Bunuh Diri tetapi dari permohonan klaim tersebut harus
dilakukan penelitian sebelumnya. Sehingga
Salah satu tujuan dari diadakannya dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui
perjanjian asuransi jiwa adalah peralihan apakah meninggalnya tertanggung benar-
resiko dari tertanggung kepada penanggung. benar diakibatkan oleh peristiwa tidak pasti
Menurut teori pengalihan resiko (risk transfer yang telah disepakati dalam perjanjian
theory), tertanggung menyadari bahwa ada asuransi jiwa yang dimuat dalam polis,
ancaman bahaya terhadap jiwanya. Jika atau bahkan meninggalnya tertanggung
bahaya tersebut menimpa jiwanya, dia akan timbul karena kesalahan dari tertanggung
menderita kerugian atau korban jiwa atau sendiri. Ketentuan mengenai batasan-
cacat raganya. Secara ekonomi, kerugian batasan tanggungjawab penanggung
atas korban jiwa atau cacat raga akan dalam melaksanakan kewajibannya
mempengaruhi perjalanan hidup penerima kepada tertanggung telah diatur dalam
27
Abulkadir Muhammad , op.cit, h.12.
Hilda Yunita Sabrie: Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Akibat Tertanggung Bunuh Diri 45
polis asuransi jiwa, dimana pada masing- pemulihan yang terkini (mana
masing perusahaan asuransi jiwa memiliki saja yang terjadii kemudian):
kebijakan yang berbeda dalam menentukan (1) Diakibatkan karena bunuh
batasan-batasan tersebut. diri ; atau
Setiap perusahaan asuransi jiwa, dalam
(2) Menjalani eksekusi
hal ini bertindak sebagai penanggung,
hukuman mati oleh
mempunyai kebijakan yang berlainan dalam
Pengadilan.
menentukan apakah permohonan klaim
dari tertanggung atau penerima manfaat Dalam pasal tersebut, pihak penanggung
dapat diterima atau tidak oleh penanggung. akan tetap membayar uang pertanggungan
Hal ini bertujuan agar perjanjian asuransi kepada penerima manfaat apabila
jiwa tersebut tidak disalah gunakan oleh meninggalnya tertanggung karena bunuh
pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian diri terjadi terhitung setelah 2 (dua) tahun
tersebut. sejak polis diterbitkan. Dalam penjelasan ini
tertanggung sekaligus merupakan pemegang
Mengenai tertanggung yang meninggal
polis.
karena bunuh diri pada dasarnya di dalam
Pasal 307 KUHD, hal tersebut termasuk pada Hal ini dilakukan oleh penanggung
klaim yang dapat ditolak oleh penanggung. karena tertanggung dianggap beritikad baik
Akan tetapi pada prakteknya PT Asuransi pada saat mengadakan perjanjian asuransi
Jiwa Manulife Indonesia (selanjutnya jiwa. Kebijakan penanggung tersebut cukup
disebut penanggung) memiliki kebijakan beralasan karena penanggung beranggapan
yang berbeda terhadap pembayaran klaim bahwa dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
akibat tertanggung bunuh diri. setelah polis diterbitkan, tindakan bunuh diri
yang dilakukan oleh tertanggung dianggap
Dalam Pasal 15 huruf a Ketentuan
bukanlah merupakan suatu tindakan yang
Umum Polis PT Asuransi Jiwa Manulife
semata-mata hanya untuk mendapatkan
Indonesia (selanjutnya ditulis dengan
uang pertanggungan dari penanggung
Ketentuan Umum Polis) terdapat ketentuan
tetapi kemungkinan tindakan bunuh diri
mengenai tertanggung yang meninggal
tersebut dilakukan oleh tertanggung karena
karena bunuh diri yakni sebagai berikut :
adanya masalah pribadi, tekanan mental dan
Pertanggungan tidak berlaku apabila sebagainya. Jadi bukan suatu tindakan yang
tertanggung meninggal dunia dalam ada kaitannya dengan adanya perjanjian
keadaan sebagai berikut : asuransi jiwa antara penanggung dan
a. Terjadi dalam waktu 2 tertanggung.
(dua) tahun terhitung sejak Sedangkan bila tertanggung meninggal
tanggal penerbitan Polis atau karena bunuh diri terjadi terhitung kurang
perubahannya (Addendum) yang dari 2 (dua) tahun sejak polis diterbitkan
terkini atau tanggal penerbitan
46 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
yang telah menjadi standar masing-masing mengenai jumlah klaim yang harus di
perusahaan asuransi. Penentuan syarat-syarat bayar dengan saat pembayaran klaim
khusus tersebut juga harus memperhatikan tersebut oleh Penanggung.
peraturan perundang-undangan, dengan Selain diatur dalam Undang-Undang,
kata lain tidak boleh menyimpang dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73
peraturan perundang-undangan yang tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
berlaku di Indonesia. Untuk praktek bisnis Perasuransian, dalam Pasal 23 (1) juga telah
asuransi di Indonesia, pihak penanggung mengatur sebagai berikut: “Perusahaan
menerapkan beberapa prosedural klaim asuransi atau perusahaan reasuransi
yang berbeda, namun secara substansial dilarang melakukan tindakan yang
pada dasarnya mempunyai kesamaan antara dapat memperlambat penyelesaian atau
satu perusahaan asuransi dengan perusahaan pembayaran klaim, atau tidak melakukan
asuransi yang lain.28 tindakan yang seharusnya dilakukan
Sebenarnya untuk saat ini, seluruh yang dapat mengakibatkan kelambatan
perusahaan asuransi wajib untuk melakukan penyelesaian atau pembayaran klaim.“
penyeragaman prosedural klaim yang Ketentuan peraturan perundang-
menjadi guidelines bagi tertanggung atau undangan diatas menjelaskan secara umum
penerima manfaat untuk melakukan klaim. bahwa penanggung dilarang mempersulit
Hal ini telah diatur dalam UU Usaha atau menghambat pembayaran klaim
Perasuransian, dalam Pasal 11 (1) huruf b : asuransi yang diajukan oleh tertanggung atau
Pembinaan dan pengawasan penerima manfaat. Tetapi dalam peraturan
terhadap usaha asuransi meliputi, perundang-undangan tersebut tidak diatur
penyelenggaraan usaha yang meliputi lebih rinci mengenai prosedur pengajuan
: syarat-syarat polis asuransi, tingkat dan pembayaran klaim asuransi. Dalam
premi, penyelesaian klaim, persyaratan prakteknya, mengenai prosedur pengajuan
keahlian di bidang perasuransian, klaim dan pembayarannya biasanya telah
dan ketentuan- ketentuan lain yang ditetapkan sendiri oleh penanggung. Pada
berhubungan dengan penyelenggaraan saat menetapkan prosedur pengajuan dan
usaha. pembayaran klaim inilah, pihak penanggung
Penjelasan Pasal 11 (1) huruf b, terkait dilarang untuk membuat prosedur atau
dengan penyelesaian klaim adalah : syarat-syarat yang dapat mempersulit
tertanggung atau penerima manfaat untuk
... Dalam rangka pembinaan dan
menerima uang pertanggungan. Sehingga
pengawasan , peraturan pelaksanaan
untuk melindungi kepentingan pihak
yang mencakup masalah penyelesaian
tertanggung dan penerima manfaat dibuatlah
klaim akan menetapkan batas waktu
peraturan perundang-undangan tersebut.
maksimum antara saat adanya kepastian
Pada asuransi jiwa, pengajuan klaim
28
Chairul Huda dan Lukman Hakim,op.cit , h.20.
48 Yuridika: Volume 26 No 1, Januari-April 2011
atas tertanggung yang meninggal dunia mempunyai hak untuk menolak klaim
karena bunuh diri dilakukan oleh penerima yang bersangkutan;
manfaat yang telah ditunjuk sebelumnya. e) Apabila berkas-berkas klaim
Prosedur pengajuan klaim atas tertangung sebagaimana dimaksud dalam pasal
yang meninggal dunia karena bunuh diri pada 16.2 tidak jelas, bertentangan atau
dasarnya sama dengan prosedur pengajuan tidak bersesuaian maka penanggung
klaim atas tertanggung yang meninggal mempunyai hak untuk mendapat
dunia karena sakit, kecelakaan atau sebab- berkas lain atau penjelasan lebih
sebab lainnya. Perbedaannya hanya terletak lanjut.
pada berkas-berkas yang harus dilengkapi
Pada ketentuan diatas dapat dijelaskan
oleh penerima manfaat.
bahwa pengajuan klaim harus disampaikan
Pada prakteknya pengajuan klaim paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
asuransi jiwa harus sesuai dengan ketentuan terhitung sejak tertanggung meninggal
yang ada di dalam polis asuransi jiwa. dunia. Menurut ketentuan Pasal 16.1 huruf
Untuk PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia d, jika berkas-berkas tidak disampaikan pada
(selanjutnya disebut penanggung), waktu yang telah ditentukan (paling lambat
ketentuan mengenai prosedur dan syarat- 90 hari) maka penanggung mempunyai hak
syarat pengajuan klaim diatur dalam Pasal untuk menolak klaim tersebut. Tetapi apabila
16.1 Ketentuan Umum Polis PT Asuransi dalam waktu lebih dari 90 (sembilan puluh)
Jiwa manulife Indonesia (selanjutnya ditulis hari penerima manfaat baru mengajukan
Ketentuan Umum Polis) yaitu sebagai klaim kepada penanggung karena alasan-
berikut : alasan tertentu maka penanggung biasanya
Pasal 16.1 Pemberitahuan tetap bersedia untuk menerima klaim
a) Klaim wajib diajukan secara tertulis tersebut. Pengajuan klaim oleh penerima
kepada penanggung; manfaat dilakukan secara tertulis dengan
menyertakan berkas-berkas yang diperlukan.
b) Pengajuan klaim harus disertai berkas-
Selanjutnya apabila berkas-berkas tersebut
berkas asli sebagaimana dimaksaud
tidak jelas, tidak lengkap atau bahkan tidak
dalam Pasal 16.2;
sesuai dengan kenyataannya (fakta materiil)
c) Berkas-berkas tersebut harus maka penanggung mempunyai hak untuk
disampaikan dalam waktu 90 mendapatkan berkas lain atau menerima
(sembilan puluh) hari terhitung sejak penjelasan lebih lanjut dari penerima
tertanggung meninggal atau akhir manfaat.
masa pertanggungan;
Pada saat pengajuan klaim atas
d) Apabila berkas-berkas tersebut tertanggung yang meninggal dunia karena
tidak disampaikan dalam waktu bunuh diri, berkas-berkas yang harus
yang ditentukan,maka penanggung dilengkapi oleh pihak penerima manfaat
Hilda Yunita Sabrie: Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Akibat Tertanggung Bunuh Diri 49
Muhammad,Abdulkadir, Pokok-Pokok
Hukum Pertanggungan, Citra