Anda di halaman 1dari 19

PERAN PENTING HUKUM ASURANSI DALAM MELINDUNGI PEMEGANG POLIS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum asuransi, dengan segala kompleksitas dan subtansinya, memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Seiring berjalannya waktu, manusia semakin
menyadari betapa rentannya kehidupan ini terhadap berbagai risiko dan ketidakpastian. Inilah
titik di mana hukum asuransi memasuki panggung, membentuk dasar bagi perlindungan finansial
dan keamanan bagi individu, bisnis, dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini,
hukum asuransi bukanlah sekadar seperangkat aturan yang mengikat perusahaan asuransi dan
pemegang polis (Pasaribu, 2023). Lebih dari itu, hukum asuransi memainkan peran kunci dalam
menciptakan keseimbangan dan keadilan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam kontrak
asuransi. Dengan memahami signifikansi hukum asuransi dalam kehidupan sehari-hari, kita
dapat merenung pada sejumlah alasan mengapa keberadaannya sangat vital.

Pertama-tama, hukum asuransi memberikan solusi konkret terhadap ketidakpastian finansial.


Kehidupan modern sering kali diwarnai dengan risiko yang tidak terduga, seperti kecelakaan,
bencana alam, atau sakit serius. Tanpa asuransi, dampak finansial dari peristiwa semacam itu
dapat merusak stabilitas ekonomi seseorang atau bahkan mengancam keberlanjutan bisnis.
Hukum asuransi memberikan payung perlindungan yang mengurangi beban finansial akibat
risiko tersebut, memberikan rasa aman dan ketenangan pikiran kepada pemegang polis
(Adipradana, 2019). Selanjutnya, kehadiran hukum asuransi menjadi fondasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi. Dalam dunia bisnis, risiko adalah bagian tak terpisahkan dari setiap
langkah yang diambil. Perusahaan yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang beragam, dari
produksi hingga distribusi, memiliki kepentingan besar dalam melindungi aset dan investasinya.
Melalui hukum asuransi, bisnis dapat mengelola risiko mereka dengan lebih efektif,
memungkinkan mereka untuk berinovasi dan tumbuh tanpa harus terbebani oleh ketidakpastian
finansial yang berlebihan.

Tak hanya itu, hukum asuransi juga memberikan perlindungan bagi individu dan keluarga.
Dalam kasus kehilangan yang tidak terduga, seperti kematian atau cacat permanen, polis asuransi
jiwa atau asuransi kecelakaan dapat memberikan dukungan finansial yang krusial. Ini tidak
hanya mencakup biaya medis dan pemakaman, tetapi juga mampu membantu mempertahankan
gaya hidup yang sudah dibangun selama bertahun-tahun. Selain dari perspektif finansial, hukum
asuransi juga memainkan peran etis yang signifikan dalam masyarakat. Ini membantu
menciptakan budaya tanggung jawab, di mana setiap individu atau entitas bisnis diharapkan
untuk mengelola risiko mereka sendiri (LAH, 2023). Dengan demikian, hukum asuransi tidak
hanya menjadi instrumen proteksi, tetapi juga menjadi katalisator untuk kesadaran masyarakat
akan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Dalam keseluruhan, signifikansi hukum asuransi dalam kehidupan sehari-hari menciptakan suatu
jaring pengaman yang mempersatukan dan melindungi masyarakat dari dampak yang merugikan.
Dengan menjamin perlindungan finansial, mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan rasa
aman kepada individu dan keluarga, serta menciptakan budaya tanggung jawab, hukum asuransi
membentuk dasar yang kuat untuk masyarakat yang berfungsi dengan baik dan dinamis. Oleh
karena itu, pemahaman mendalam terhadap hukum asuransi menjadi kunci untuk membangun
fondasi keamanan dan stabilitas di tengah ketidakpastian kehidupan modern.

Pentingnya asuransi dalam konteks perlindungan finansial tidak dapat diabaikan. Asuransi tidak
hanya sekadar perjanjian kontrak antara pemegang polis dan perusahaan asuransi, lebih dari itu,
ini adalah lapisan pertama pertahanan terhadap ketidakpastian finansial yang dapat melanda
individu, keluarga, atau bisnis. Melalui mekanisme pembayaran premi dan klaim, asuransi
menciptakan payung perlindungan yang kuat, mampu meredakan dampak finansial yang
mungkin timbul akibat risiko yang tidak terduga (Subagiyo, 2016). Sebagai langkah awal, peran
utama asuransi adalah memberikan keamanan finansial bagi pemegang polis. Risiko kehidupan
sehari-hari, mulai dari kesehatan hingga kecelakaan, dapat menyebabkan beban finansial yang
tak terduga. Bayangkan seseorang yang tiba-tiba mengalami kecelakaan dan memerlukan
perawatan medis intensif. Tanpa asuransi, biaya medis tersebut dapat dengan cepat menguras
tabungan dan menyebabkan stres finansial yang signifikan. Asuransi kesehatan hadir sebagai
penyelamat, menanggung sebagian besar atau bahkan seluruh biaya medis, mengurangi beban
finansial dan memastikan pemegang polis dapat fokus pada pemulihan mereka.

Selain itu, asuransi jiwa juga berperan sebagai bentuk perlindungan finansial yang sangat
penting. Kematian seorang pencari nafkah dapat meninggalkan keluarga dengan tanggungan
finansial yang besar. Asuransi jiwa memberikan dana kompensasi kepada keluarga yang
ditinggalkan, membantu mereka menjaga kestabilan keuangan dan memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Dengan kata lain, asuransi jiwa bukan hanya tentang pembayaran klaim saat seseorang
meninggal, tetapi juga tentang memberikan ketenangan pikiran dan jaminan finansial untuk masa
depan keluarga. Peran perlindungan finansial asuransi juga sangat mencolok dalam konteks
bisnis. Perusahaan yang mengandalkan pada aset fisik, seperti bangunan atau peralatan produksi,
dapat terpapar pada risiko kerugian karena bencana alam atau kebakaran. Asuransi properti hadir
untuk melindungi investasi tersebut, menggantikan atau memperbaiki aset yang rusak atau
hilang. Dengan demikian, bisnis dapat melanjutkan operasinya tanpa harus menanggung beban
finansial yang berat akibat kehilangan aset berharga (Djajasinga, 2022).

Asuransi juga berperan sebagai penanggulangan risiko dalam investasi. Individu atau perusahaan
yang terlibat dalam investasi memiliki potensi untuk mengalami kerugian finansial. Asuransi
investasi, seperti asuransi unit link, memberikan perlindungan terhadap fluktuasi pasar atau
potensi kegagalan investasi. Ini memberikan pemegang polis kebebasan untuk menjalani
kehidupan investasi tanpa harus terlalu khawatir tentang risiko besar yang mungkin timbul.
Selain itu, asuransi tanggung jawab sipil atau perusahaan turut memainkan peran dalam
melindungi finansial. Dalam situasi di mana individu atau perusahaan dianggap bertanggung
jawab atas cedera atau kerusakan properti orang lain, asuransi tanggung jawab sipil menanggung
biaya hukum dan pembayaran ganti rugi. Ini mencegah pemegang polis dari risiko kebangkrutan
yang dapat timbul akibat tuntutan hukum yang besar (Zarifah, 2019).

Penting untuk diingat bahwa peran asuransi sebagai perlindungan finansial tidak hanya terbatas
pada pembayaran klaim. Asuransi juga memiliki dampak lebih luas dalam masyarakat,
menciptakan lingkungan di mana risiko dapat dikelola dengan lebih efektif. Oleh karena itu,
asuransi bukanlah hanya suatu bentuk pengeluaran, melainkan investasi dalam perlindungan dan
stabilitas finansial jangka panjang. Dengan demikian, melalui perannya sebagai pembentuk
perlindungan finansial, asuransi tidak hanya menjadi alat yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, tetapi juga menjadi elemen kritis dalam membangun fondasi keuangan yang kokoh.
Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, asuransi berdiri sebagai mitra yang dapat
diandalkan, memberikan perlindungan finansial yang sangat dibutuhkan bagi individu, keluarga,
dan bisnis.
B. Tujuan Artikel

1. Menyoroti peran penting Materi Hukum Asuransi

2. Memahami konsep dasar yang melandasi hubungan antara pemegang polis dan perusahaan
asuransi

C. Ruang Lingkup Artikel

1. Pembahas konsep dasar hukum asuransi

2. Menyoroti perlindungan hukum bagi pemegang polis

3. Membahas mekanisme penyelesaian sengketa

4. Mengulas peran otoritas pengawas dalam regulasi asuransi

5. Memahami dampak perubahan hukum asuransi terhadap pemegang polis

II. PEMBAHASAN.

A. Definisi Hukum Asuransi

Hukum asuransi adalah cabang hukum yang mengatur hubungan antara pemegang polis, pihak
yang diasuransikan, dan perusahaan asuransi. Secara esensial, hukum asuransi menetapkan
kerangka kerja hukum yang mengatur pembelian, penerapan, dan penyelesaian klaim terkait
polis asuransi (Setiawati, 2018). Definisi hukum asuransi mencakup sejumlah konsep dan
prinsip-prinsip yang membentuk landasan hukum dalam menjaga keseimbangan antara
kepentingan pemegang polis dan perusahaan asuransi. Hukum asuransi pertama-tama mencakup
konsep kontrak asuransi, yang merupakan perjanjian hukum antara pemegang polis dan
perusahaan asuransi. Kontrak asuransi menguraikan kewajiban masing-masing pihak, hak dan
tanggung jawab pemegang polis, beserta polisinya, serta kewajiban perusahaan asuransi terkait
pembayaran klaim. Prinsip-prinsip dasar kontrak, seperti itikad baik, kesepakatan yang sah, dan
kejelasan ketentuan, memainkan peran sentral dalam membentuk kontrak asuransi yang sah dan
berlaku.
Selain itu, definisi hukum asuransi mencakup regulasi dan pengawasan. Otoritas pengawas, yang
bisa berupa lembaga pemerintah atau badan independen, memiliki peran penting dalam
memastikan perusahaan asuransi beroperasi sesuai dengan standar keuangan dan etika yang
ditetapkan oleh regulasi. Pengawasan ini mencakup evaluasi kecukupan modal, penilaian risiko,
dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hukum asuransi juga menangani klaim
asuransi, yang merupakan proses di mana pemegang polis meminta pembayaran dari perusahaan
asuransi untuk kerugian yang dicakup oleh polis. Prinsip-prinsip seperti itikad baik dalam
menangani klaim, kewajiban perusahaan asuransi untuk menyelidiki klaim dengan cermat, dan
hak pemegang polis untuk mendapatkan pembayaran yang wajar, semuanya merupakan bagian
integral dari definisi hukum asuransi (Affenti, 2009).

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan inovasi, definisi hukum asuransi juga mencakup
aspek-aspek baru seperti insurtech. Perkembangan teknologi informasi, analisis data besar, dan
kecerdasan buatan telah memperkenalkan perubahan signifikan dalam cara perusahaan asuransi
menilai risiko, menawarkan produk, dan menangani klaim. Dalam konteks ini, definisi hukum
asuransi terus berkembang untuk mencakup tantangan dan peluang baru yang muncul dari
transformasi digital dalam industri ini. Definisi hukum asuransi tidak hanya membatasi diri pada
peraturan formal dan kontrak, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip etika dan keadilan
(Jamaluddin, 2023). Perlindungan konsumen, transparansi, dan penanganan klaim dengan itikad
baik merupakan nilai-nilai yang melekat dalam definisi hukum asuransi. Dengan demikian,
hukum asuransi bukan hanya tentang menjalankan formalitas hukum, tetapi juga menciptakan
kerangka kerja yang adil dan beretika dalam hubungan antara pemegang polis dan perusahaan
asuransi.

Prinsip pertanggungan (utmost good faith) juga menjadi bagian integral dari definisi hukum
asuransi. Pada prinsipnya, pertanggungan menuntut kejujuran dan keterbukaan dari kedua belah
pihak dalam menjalankan transaksi asuransi. Pemegang polis diharapkan untuk memberikan
informasi yang lengkap dan jujur kepada perusahaan asuransi, dan sebaliknya, perusahaan
asuransi diharapkan untuk memberikan informasi yang jelas dan transparan terkait dengan polis
yang ditawarkan. Selain itu, definisi hukum asuransi mencakup prinsip indemnitas, yang
menetapkan bahwa tujuan asuransi adalah mengembalikan pemegang polis ke posisi keuangan
yang seharusnya jika tidak ada kerugian yang terjadi. Prinsip ini memastikan bahwa asuransi
tidak boleh digunakan sebagai alat spekulasi atau menciptakan keuntungan yang tidak adil.
Konsep subrogasi juga merupakan bagian dari definisi hukum asuransi. Subrogasi
memungkinkan perusahaan asuransi yang membayar klaim untuk mengambil alih hak dan
tuntutan pemegang polis terhadap pihak ketiga yang bertanggung jawab atas kerugian. Hal ini
bertujuan untuk mencegah pemegang polis mendapatkan keuntungan ganda dari klaim asuransi
dan gugatan terhadap pihak yang bertanggung jawab.

Selain dari aspek kontraktual, definisi hukum asuransi juga mencakup tanggung jawab sosial
perusahaan asuransi. Pemahaman tentang tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat,
keberlanjutan lingkungan, dan kontribusi pada kesejahteraan umum semakin menjadi bagian
penting dalam hukum asuransi modern. Dalam konteks ini, beberapa yurisdiksi bahkan mulai
mengenali konsep asuransi sosial, di mana perusahaan asuransi diharapkan untuk berkontribusi
pada pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Definisi hukum asuransi, meskipun
mencakup aspek kontrak dan regulasi, bukanlah entitas statis. Sebaliknya, hukum asuransi adalah
bidang hukum yang dinamis dan eksploratif, terus beradaptasi dengan perkembangan dalam
masyarakat, ekonomi, dan teknologi (Tahir, 2023). Seiring dengan perubahan ini, definisi hukum
asuransi terus meluas untuk mencakup tantangan dan peluang baru, menjaga keseimbangan
antara kebutuhan pemegang polis dan kewajiban perusahaan asuransi. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam tentang definisi hukum asuransi tidak hanya memberikan kerangka
kerja hukum, tetapi juga memberdayakan pemegang polis dan perusahaan asuransi untuk
berpartisipasi dalam lingkungan asuransi yang terus berubah dengan kecerdasan dan integritas.

B. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Polis

Dalam ranah asuransi, perlindungan hukum menjadi inti dari keberlanjutan hubungan antara
pemegang polis dan perusahaan asuransi. Menghadirkan payung perlindungan yang kuat, hukum
asuransi tidak hanya mengatur proses klaim yang rumit tetapi juga memastikan bahwa pemegang
polis memperoleh hak-hak yang layak. Fokus pada hak pemegang polis dalam klaim dan
pengaturan risiko finansial, artikel ini akan menggali lebih dalam bagaimana aspek-aspek hukum
ini memberikan perlindungan yang diperlukan. Proses klaim merupakan titik kritis dalam
perjanjian asuransi yang memerlukan perlindungan hukum yang cermat. Proses ini tidak hanya
mencakup pengajuan klaim tetapi juga memastikan bahwa pemegang polis memperoleh manfaat
sesuai dengan kondisi yang diatur dalam polis asuransi (Rastuti, 2016). Pertama-tama,
pemahaman mendalam tentang proses klaim sesuai dengan polis asuransi menjadi kunci. Ini
melibatkan pemenuhan persyaratan dokumentasi, pemberitahuan klaim yang tepat waktu, dan
kerjasama dalam penyelidikan klaim.

Proses klaim juga melibatkan interaksi antara pemegang polis dan perusahaan asuransi. Dalam
hal ini, perlindungan hukum menjadi penentu utama. Hukum asuransi mengatur kewajiban
perusahaan asuransi untuk meninjau dan memproses klaim dengan itikad baik. Jaminan
perlindungan hukum ini memberikan kepastian kepada pemegang polis bahwa klaim mereka
akan ditangani secara adil dan transparan. Tidak hanya itu, hukum asuransi memastikan bahwa
pemegang polis memiliki hak untuk mengajukan banding jika klaim mereka ditolak atau
pembayaran klaim tidak sesuai dengan harapan (Novianti, 2021). Ini menciptakan mekanisme
yang adil untuk menyelesaikan ketidaksetujuan dan memberikan kesempatan kepada pemegang
polis untuk membuktikan klaim mereka sesuai dengan ketentuan polis asuransi.

Pengaturan risiko finansial melalui hukum asuransi bukan hanya tentang melindungi pemegang
polis dari risiko yang diperhitungkan, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap risiko yang
tidak terduga. Hukum asuransi memberikan landasan hukum untuk manajemen risiko keuangan,
mengatur bagaimana perusahaan asuransi dapat mengelola portofolio mereka dan memberikan
jaminan perlindungan yang memadai. Peran hukum asuransi dalam mengelola risiko keuangan
mencakup penetapan premi yang wajar dan sesuai dengan risiko yang ditanggung. Hukum
menentukan batasan dan parameter yang diperbolehkan dalam menilai risiko dan menentukan
premi yang dibebankan kepada pemegang polis. Ini menjaga agar premi yang dibayarkan tetap
sebanding dengan manfaat perlindungan yang diterima oleh pemegang polis.

Hukum asuransi juga melibatkan pembentukan kontrak yang jelas dan transparan antara
pemegang polis dan perusahaan asuransi. Dalam kontrak ini, risiko yang dicakup dan risiko yang
dikecualikan harus diuraikan dengan jelas. Ini menciptakan dasar hukum yang kuat untuk
menentukan tanggung jawab finansial masing-masing pihak dalam situasi tertentu. Perlindungan
terhadap risiko yang tidak terduga merupakan bagian integral dari hukum asuransi. Meskipun
tidak mungkin meramalkan semua kemungkinan risiko, hukum asuransi menyediakan dasar
hukum untuk menentukan bagaimana perusahaan asuransi harus bertindak dalam menghadapi
risiko yang tidak terduga (Subagyo, 2020). Ini mencakup kewajiban perusahaan asuransi untuk
membayar klaim yang timbul dari risiko yang dijamin, bahkan jika risiko tersebut tidak
diantisipasi dalam polis.

Dalam hal risiko yang tidak terduga, perlindungan hukum melibatkan penanganan klaim dengan
itikad baik dan adil. Perusahaan asuransi diharapkan untuk melakukan penilaian yang obyektif
terhadap risiko dan memproses klaim sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Hak pemegang
polis untuk mendapatkan manfaat asuransi dalam situasi ini didukung oleh hukum asuransi yang
menegaskan bahwa kepentingan pemegang polis harus ditempatkan pada prioritas utama. Dalam
keseluruhan, perlindungan hukum dalam asuransi bukanlah sekadar formalitas hukum tetapi
esensi dari integritas dan keadilan dalam perjanjian asuransi. Melalui mekanisme yang jelas dan
transparan, hukum asuransi memastikan bahwa hak-hak pemegang polis dihormati dan
dilindungi. Pemegang polis dapat dengan yakin mengejar klaim mereka dan mengandalkan
perlindungan finansial yang dijanjikan oleh perjanjian asuransi. Selain itu, hukum asuransi
memberikan landasan untuk pengelolaan risiko finansial yang bijaksana, menciptakan
lingkungan yang stabil dan dapat diandalkan bagi semua pihak yang terlibat dalam transaksi
asuransi.

C. Penyelesaian Sengketa

Dalam dunia asuransi, konflik atau sengketa dapat timbul kapan saja, mengancam hubungan
antara pemegang polis dan perusahaan asuransi. Oleh karena itu, mekanisme penyelesaian
sengketa menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang adil dan efisien dalam
menangani ketidaksepakatan. Tiga metode utama yang digunakan dalam konteks hukum asuransi
adalah mediasi, arbitrase, dan pengadilan (Dwijayanti, 2021). Mediasi merupakan pendekatan
penyelesaian sengketa yang bersifat kolaboratif, di mana mediator bertindak sebagai pihak netral
yang membantu pemegang polis dan perusahaan asuransi mencapai kesepakatan tanpa harus
melibatkan pengadilan. Proses mediasi dimulai dengan pertemuan antara pihak-pihak yang
berselisih, yang dipandu oleh mediator berpengalaman dalam hukum asuransi.

Mediator memiliki peran krusial dalam memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang
bersengketa. Selain itu, mediator membantu mengidentifikasi kepentingan masing-masing pihak,
menggali solusi yang memuaskan kedua belah pihak, dan mendukung pembuatan kesepakatan
yang dapat dijalankan. Keunggulan mediasi terletak pada kemampuannya untuk
mempertahankan hubungan yang mungkin terjalin antara pemegang polis dan perusahaan
asuransi, serta menghindari biaya dan waktu yang terlibat dalam proses pengadilan (Ningsih,
2019). Pentingnya mediasi dalam konteks hukum asuransi terletak pada kemampuannya untuk
memberikan solusi yang disepakati bersama, menciptakan win-win situation, dan mengurangi
ketidakpastian yang seringkali terkait dengan proses pengadilan. Terutama, mediasi seringkali
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan dan memberikan ruang bagi
pihak-pihak untuk menjelaskan perspektif mereka, sehingga mencegah sengketa menjadi
semakin rumit dan meningkatkan kemungkinan kesepakatan yang berkelanjutan.

Arbitrase adalah mekanisme penyelesaian sengketa yang menyerupai pengadilan, namun dengan
ciri khas ketidakformalan proses mediasi. Dalam arbitrase, sengketa diserahkan kepada satu atau
lebih arbiter independen yang memiliki keahlian dalam hukum asuransi. Proses ini lebih formal
dibandingkan dengan mediasi, tetapi tetap menyediakan alternatif yang lebih cepat dan lebih
fleksibel dibandingkan dengan pengadilan konvensional. Proses arbitrase dimulai dengan
pemilihan arbiter oleh pihak-pihak yang bersengketa. Arbiter memiliki tanggung jawab untuk
mendengarkan argumen dari kedua belah pihak, meninjau bukti, dan membuat keputusan yang
bersifat mengikat. Keuntungan utama arbitrase adalah pemilihan arbiter yang spesialis dalam
hukum asuransi, yang dapat mempercepat proses dan menghasilkan keputusan yang lebih
informasional (Muryati, 2017).

Salah satu kelebihan arbitrase adalah bahwa proses ini bersifat rahasia, yang dapat memberikan
keamanan dan kerahasiaan bagi pihak-pihak yang terlibat. Keputusan arbitrase juga bersifat final
dan dapat dijalankan seperti keputusan pengadilan, menghindarkan pemegang polis dan
perusahaan asuransi dari sengketa yang berlarut-larut. Meskipun demikian, arbitrase tidak selalu
tanpa tantangan. Biaya arbitrase dan kompleksitas penyusunan perjanjian arbitrase menjadi
aspek yang perlu diperhatikan. Pemilihan arbiter yang adil dan netral juga merupakan faktor
penentu dalam keberhasilan arbitrase sebagai mekanisme penyelesaian sengketa. Pengadilan
tetap menjadi pilar utama dalam penyelesaian sengketa, terutama ketika mediasi atau arbitrase
tidak menghasilkan solusi yang memuaskan atau sengketa tergolong kompleks. Pengadilan
menyediakan forum resmi di mana pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan klaim dan
menyelesaikan perselisihan mereka di bawah hukum yang berlaku. Proses pengadilan diawali
dengan pihak yang mengajukan tuntutan (plaintiff) menyampaikan argumen dan buktinya di
hadapan hakim dan juri. Pihak tergugat kemudian dapat memberikan tanggapan mereka.
Pengadilan menghasilkan putusan yang mengikat dan dapat memberikan ganti rugi, pemulihan,
atau penyelesaian yang sesuai dengan hukum yang berlaku.

Keunggulan pengadilan adalah kepastian hukum yang dihasilkan, karena putusan pengadilan
memiliki kekuatan hukum yang tinggi dan dapat memberikan rasa keadilan yang adil. Namun,
proses pengadilan seringkali memakan waktu dan mahal. Oleh karena itu, pengadilan cenderung
menjadi pilihan terakhir setelah upaya-upaya penyelesaian sengketa lainnya telah ditempuh.
Dalam konteks hukum asuransi, kebijaksanaan terletak pada kemampuan untuk memilih
mekanisme penyelesaian sengketa yang paling sesuai dengan konteks dan kompleksitas sengketa
yang dihadapi. Pemilihan antara mediasi, arbitrase, atau pengadilan dapat didasarkan pada
sejumlah faktor, termasuk urgensi, kompleksitas, dan hubungan antara pemegang polis dan
perusahaan asuransi.

Dalam beberapa kasus, kombinasi dari berbagai mekanisme penyelesaian sengketa mungkin juga
menjadi pilihan yang bijak. Misalnya, mediasi dapat menjadi langkah awal untuk menjembatani
perbedaan, diikuti oleh arbitrase atau pengadilan jika penyelesaian tidak dapat dicapai melalui
mediasi. Hal ini menciptakan pendekatan yang komprehensif dan fleksibel dalam menangani
sengketa hukum asuransi. Dalam kesimpulan, mekanisme penyelesaian sengketa dalam hukum
asuransi adalah alat penting untuk mencapai keadilan dan kepastian hukum. Dengan memahami
karakteristik masing-masing mekanisme, pemegang polis dan perusahaan asuransi dapat memilih
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks sengketa yang dihadapi. Mediasi,
arbitrase, dan pengadilan, masing-masing menyediakan landasan yang kokoh untuk memastikan
bahwa sengketa dapat diselesaikan dengan adil dan efisien, memelihara hubungan yang mungkin
terjalin antara kedua belah pihak.

Proses penyelesaian sengketa dalam hukum asuransi bukan sekadar langkah formal untuk
menyelesaikan ketidaksepakatan, melainkan merupakan fondasi yang krusial dalam memelihara
hubungan antara pemegang polis dan perusahaan asuransi. Pentingnya proses ini tidak hanya
berkaitan dengan pencapaian keputusan akhir, tetapi juga dengan menjaga integritas hubungan
dan menegakkan prinsip-prinsip keadilan. Proses penyelesaian sengketa memiliki peran yang
sangat signifikan dalam menjaga hubungan jangka panjang antara pemegang polis dan
perusahaan asuransi. Ketika sengketa muncul, baik itu terkait dengan klaim yang ditolak,
ketidaksepakatan atas nilai klaim, atau isu-isu lainnya, cara penanganan sengketa akan
berdampak langsung pada persepsi dan kepercayaan keduanya.

Mediasi, sebagai salah satu metode penyelesaian sengketa, memberikan ruang bagi dialog dan
komunikasi yang terbuka antara pihak-pihak yang bersengketa. Ini tidak hanya menciptakan
kesempatan untuk memahami perspektif masing-masing, tetapi juga membangun jembatan untuk
memulihkan atau memperkuat hubungan. Dengan menekankan pada solusi bersama, mediasi
memberikan landasan yang lebih baik untuk pemegang polis dan perusahaan asuransi bergerak
maju tanpa membawa beban konflik yang berlarut-larut. Selain itu, penting untuk diingat bahwa
penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan itikad baik melalui mediasi atau proses lainnya
dapat menghindarkan pemegang polis dan perusahaan asuransi dari pengalaman yang
melelahkan dan mahal yang seringkali terkait dengan pengadilan. Hal ini menciptakan hubungan
yang lebih harmonis, karena keduanya dapat merasa didengar dan diperlakukan secara adil.

Dalam konteks penyelesaian sengketa, menjaga hubungan bukan hanya masalah etika dan
profesionalisme, tetapi juga berdampak pada reputasi perusahaan asuransi. Pemegang polis yang
merasa bahwa sengketa mereka ditangani dengan baik cenderung mempertahankan loyalitas
mereka terhadap perusahaan, bahkan setelah proses penyelesaian sengketa selesai. Oleh karena
itu, investasi dalam proses penyelesaian sengketa yang efektif juga dapat diartikan sebagai
investasi dalam retensi pelanggan dan reputasi perusahaan.

Aspek keadilan dalam penyelesaian sengketa menjadi pilar utama yang tidak dapat diabaikan.
Pemegang polis memiliki hak untuk diperlakukan secara adil dan mendapatkan keputusan yang
berdasarkan fakta dan hukum. Begitu pula dengan perusahaan asuransi yang berhak
mendapatkan perlakuan yang adil dan obyektif dalam menanggapi klaim atau sengketa yang
diajukan oleh pemegang polis. Keadilan dalam penyelesaian sengketa dapat dicapai melalui
pemilihan metode penyelesaian yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan sengketa.
Penggunaan mediasi, misalnya, memberikan peluang bagi kedua belah pihak untuk
menyampaikan pandangan mereka dan mencapai kesepakatan yang adil. Keunggulan mediasi
terletak pada keseimbangan kekuatan yang diciptakan oleh kehadiran mediator netral yang
membantu meredakan ketegangan dan memfasilitasi diskusi yang konstruktif (Usman, 2015).

Arbitrase yang lebih formal daripada mediasi, masih mempertahankan fokus pada keadilan.
Pemilihan arbiter yang adil dan netral, bersama dengan peninjauan bukti yang cermat,
merupakan langkah-langkah kunci dalam memastikan bahwa keputusan arbitrase mencerminkan
keadilan dan kebenaran hukum. Pentingnya keadilan juga tercermin dalam proses pengadilan, di
mana hakim dan juri diharapkan untuk menyelidiki klaim dengan itikad baik dan memberikan
keputusan yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Proses pengadilan memberikan kesempatan
bagi pemegang polis dan perusahaan asuransi untuk menyajikan bukti dan argumen mereka,
memastikan bahwa keputusan yang dihasilkan berdasarkan analisis yang menyeluruh dan adil.

Penting untuk diingat bahwa keadilan tidak hanya berkaitan dengan hasil akhir, tetapi juga
dengan integritas seluruh proses penyelesaian sengketa. Ketika pemegang polis dan perusahaan
asuransi merasa bahwa mereka telah diperlakukan dengan adil, kepercayaan pada sistem
penyelesaian sengketa meningkat, menciptakan dasar yang solid untuk hubungan yang
berkelanjutan. Dalam keseluruhan, proses penyelesaian sengketa dalam hukum asuransi
bukanlah sekadar langkah hukum formal, tetapi merupakan elemen kritis dalam membangun dan
memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara pemegang polis dan perusahaan
asuransi. Dengan menjaga hubungan melalui pendekatan penyelesaian konflik yang berfokus
pada keadilan, proses ini menjadi landasan untuk membangun kepercayaan, menghindari konflik
yang lebih besar, dan membantu memelihara reputasi yang positif bagi perusahaan asuransi.
Dengan demikian, kebijakan dan praktik penyelesaian sengketa yang bijaksana tidak hanya
memastikan pencapaian keputusan yang adil tetapi juga mengukuhkan hubungan yang kuat dan
berkelanjutan antara kedua belah pihak.

D. Peran Otoritas Pengawas

Otoritas Pengawas memiliki peran sentral dalam memastikan stabilitas dan keamanan industri
asuransi. Fungsi mereka tidak hanya terbatas pada pengawasan, tetapi juga melibatkan upaya
untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi beroperasi dengan integritas dan kepatuhan
terhadap regulasi yang berlaku. Otoritas Pengawas, seringkali disebut sebagai Badan Pengawas
Keuangan atau Lembaga Pengawas Asuransi, memiliki tanggung jawab kritis dalam menjaga
kesehatan industri asuransi. Salah satu fungsi utama mereka adalah mengawasi kegiatan
operasional perusahaan asuransi dan memastikan bahwa mereka mematuhi standar yang
ditetapkan. Otoritas Pengawas bertindak sebagai pengawal untuk melindungi kepentingan
pemegang polis dan menjaga kestabilan pasar asuransi (Santi, 2017).
Peran otoritas pengawas bukan hanya tentang memberikan persetujuan awal terhadap pendirian
perusahaan asuransi, tetapi juga mengawasi operasional mereka sehari-hari. Ini mencakup
pengawasan terhadap keuangan perusahaan, penilaian risiko, dan ketaatan terhadap prinsip-
prinsip underwriting yang sehat. Otoritas Pengawas berperan sebagai penjaga keamanan dan
kesehatan keuangan perusahaan asuransi, mencegah risiko yang dapat merugikan pemegang
polis dan stabilitas industri secara keseluruhan. Selain itu, otoritas pengawas memiliki peran
dalam memberikan izin bagi produk-produk asuransi baru yang akan ditawarkan oleh
perusahaan. Hal ini mencakup penilaian terhadap kecukupan modal, kemampuan untuk
membayar klaim, dan aspek-aspek keuangan lainnya yang menjadi pertimbangan kritis dalam
memastikan produk-produk tersebut tidak hanya inovatif tetapi juga memberikan keamanan bagi
pemegang polis.

Otoritas Pengawas memiliki tanggung jawab khusus dalam mengawasi kepatuhan perusahaan
asuransi terhadap regulasi yang ada. Ini mencakup pemantauan terhadap implementasi prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan terhadap batasan investasi, dan pelaporan
keuangan yang akurat. Dalam lingkungan yang terus berubah, otoritas pengawas juga
bertanggung jawab untuk menilai dampak perubahan regulasi dan memastikan bahwa
perusahaan asuransi secara aktif menyesuaikan diri. Otoritas pengawas juga berperan dalam
menjaga keseimbangan antara perlindungan konsumen dan pertumbuhan industri. Mereka
melibatkan diri dalam pengembangan regulasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa
perusahaan asuransi menyediakan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pemegang polis, sambil tetap mematuhi standar keuangan dan operasional (Murdadi, 2012).

Salah satu aspek kritis dalam peran mengawasi kepatuhan adalah penanganan sanksi atau
tindakan disiplin jika perusahaan asuransi melanggar regulasi. Otoritas pengawas memiliki
kewenangan untuk memberikan peringatan, memberlakukan denda, atau bahkan mencabut
lisensi perusahaan yang tidak mematuhi regulasi. Hal ini memberikan tekanan tambahan untuk
memastikan bahwa perusahaan asuransi mematuhi regulasi dengan cermat. Dalam mengawasi
kepatuhan, otoritas pengawas juga memainkan peran penting dalam memastikan bahwa
perusahaan asuransi memiliki sistem kontrol internal yang memadai untuk mendeteksi dan
mencegah potensi pelanggaran. Mereka dapat melakukan audit rutin untuk menilai efektivitas
sistem kontrol tersebut dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan jika diperlukan.
Meskipun memiliki peran yang vital, otoritas pengawas seringkali dihadapkan pada sejumlah
tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kompleksitas produk-produk asuransi yang terus
berkembang dan melibatkan teknologi. Otoritas pengawas perlu terus beradaptasi dan
memperbarui kerangka regulasi mereka untuk mengakomodasi inovasi ini tanpa mengorbankan
tingkat perlindungan dan kepatuhan. Selain itu, pengawasan lintas batas menjadi semakin
penting seiring dengan globalisasi industri asuransi. Otoritas pengawas perlu bekerja sama
dengan lembaga pengawas dari yurisdiksi lain untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi
yang beroperasi secara internasional mematuhi standar yang setara di seluruh wilayah
operasional mereka. Tantangan lainnya termasuk keberlanjutan keuangan otoritas pengawas,
diperburuk oleh adanya perubahan iklim dan potensi dampak keuangan besar dari peristiwa
bencana alam.

Otoritas pengawas perlu memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk
menghadapi situasi darurat dan memberikan dukungan bagi perusahaan asuransi untuk pulih
setelah terjadinya peristiwa signifikan. Dalam kesimpulan, otoritas pengawas memainkan peran
yang sangat penting dalam memastikan integritas dan keberlanjutan industri asuransi. Fungsi
mereka bukan hanya tentang mengawasi, tetapi juga melibatkan upaya untuk membangun
hubungan yang sehat antara pemegang polis dan perusahaan asuransi serta menjaga kepatuhan
terhadap regulasi yang ada. Melalui pengawasan yang cermat dan penanganan disiplin yang
tegas, otoritas pengawas menciptakan lingkungan yang aman dan dapat diandalkan bagi semua
pihak yang terlibat dalam industri asuransi. Seiring dengan perubahan terus-menerus dalam
dunia asuransi, peran mereka menjadi semakin kritis dalam menjaga kestabilan dan pertumbuhan
industri yang dinamis ini.

E. Perubahan Hukum Asuransi dan Dampaknya

Dinamika dalam hukum asuransi sering kali dipicu oleh sejumlah faktor yang mencakup
perubahan sosial, teknologi, dan kebijakan pemerintah. Pertama, perubahan dalam pola risiko
masyarakat, seperti kemajuan dalam teknologi dan perkembangan tren bisnis, dapat
menyebabkan perlunya penyesuaian dalam hukum asuransi. Selain itu, tuntutan konsumen yang
berubah dan tatanan ekonomi yang dinamis juga dapat menjadi pemicu perubahan. Teknologi
memainkan peran penting dalam perubahan ini, dengan perkembangan insurtech yang memaksa
industri untuk mengevaluasi regulasi terkait perlindungan konsumen dan privasi data. Penerapan
kecerdasan buatan (AI) dalam proses klaim dan penilaian risiko adalah contoh konkret
bagaimana teknologi merangsang perubahan dalam hukum asuransi (Agung, 2023). Selain itu,
kebijakan pemerintah dan regulasi juga turut memengaruhi dinamika hukum asuransi. Perubahan
dalam undang-undang terkait perlindungan konsumen, pengawasan keuangan, atau bahkan
kebijakan terkait perubahan iklim dapat mengubah lanskap regulasi asuransi secara signifikan.

Perkembangan terkini dalam hukum asuransi mencakup respons terhadap revolusi digital dan
peningkatan kompleksitas risiko global. Implementasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan
analisis data besar (big data) dalam underwriting dan klaim telah menghasilkan tantangan baru
terkait privasi dan etika. Dalam konteks ini, regulasi yang lebih ketat tentang penggunaan data
konsumen dan kecerdasan buatan sedang berkembang untuk memastikan perlindungan yang
memadai bagi pemegang polis. Peningkatan kesadaran terhadap perubahan iklim dan dampaknya
terhadap risiko asuransi juga memicu perubahan dalam hukum asuransi. Negara-negara mulai
mengintegrasikan persyaratan lingkungan dalam regulasi asuransi untuk mendorong perusahaan
asuransi untuk lebih berfokus pada risiko lingkungan dan memberikan insentif bagi praktik
bisnis yang berkelanjutan.

Perubahan dalam hukum asuransi dapat memiliki dampak langsung pada pemegang polis, dan
oleh karena itu, pemahaman yang mendalam terkait regulasi menjadi semakin penting.
Pemegang polis perlu mengikuti perkembangan terkini dalam regulasi asuransi untuk memahami
hak-hak mereka, batasan perlindungan, dan tata cara klaim. Pemahaman yang baik tentang
regulasi juga membantu pemegang polis untuk membuat keputusan yang lebih cerdas saat
memilih polis, mengevaluasi risiko, dan memastikan bahwa kebutuhan perlindungan mereka
dipenuhi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (Fauzi, 2023). Pentingnya pemahaman
terkini tidak hanya terkait dengan ketentuan polis, tetapi juga melibatkan pemahaman tentang
hak-hak konsumen, kewajiban perusahaan asuransi, dan perubahan signifikan dalam regulasi
yang dapat mempengaruhi polis yang ada. Sebagai contoh, pemahaman tentang hak pemegang
polis untuk mendapatkan informasi yang jelas dan transparan tentang produk asuransi yang
mereka beli menjadi lebih penting dalam konteks regulasi yang semakin menekankan pada
kejelasan dan keadilan.

Dampak perubahan hukum asuransi terhadap pemegang polis juga berkaitan dengan
keberlanjutan perlindungan. Dalam beberapa kasus, perubahan regulasi dapat meningkatkan
standar perlindungan bagi pemegang polis, menyediakan hak-hak tambahan atau menetapkan
batasan tertentu pada praktik perusahaan asuransi. Namun, di sisi lain, perubahan tersebut juga
dapat membawa risiko pengurangan manfaat atau peningkatan premi. Pemegang polis yang
memahami dengan baik perubahan dalam regulasi dapat lebih efektif dalam menjaga
keberlanjutan perlindungan mereka. Ini melibatkan pemantauan perubahan regulasi, evaluasi
dampaknya pada polis yang ada, dan beradaptasi sesuai kebutuhan. Pemahaman ini juga
memungkinkan pemegang polis untuk berpartisipasi secara aktif dalam interaksi dengan
perusahaan asuransi, seperti dalam proses klaim atau penyesuaian polis.

Penting untuk dicatat bahwa perubahan hukum asuransi juga dapat membuka peluang bagi
pemegang polis. Sebagai contoh, peningkatan persyaratan keuangan untuk perusahaan asuransi
dapat meningkatkan kepercayaan pemegang polis terhadap stabilitas perusahaan yang
melindungi mereka. Pemahaman terkini membantu pemegang polis untuk mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang yang mungkin muncul dari perubahan dalam regulasi. Dalam era
perubahan hukum asuransi yang dinamis, pemahaman dan adaptasi menjadi kunci untuk menjaga
keberlanjutan perlindungan bagi pemegang polis. Sebagai hukum asuransi terus berkembang
merespons perubahan dalam masyarakat dan teknologi, penting bagi pemegang polis untuk tetap
terinformasi dan proaktif. Dengan pemahaman yang mendalam tentang regulasi terkini,
pemegang polis dapat mengambil keputusan yang cerdas, menjaga keberlanjutan perlindungan
mereka, dan bersiap menghadapi tantangan dan peluang yang mungkin timbul dalam dunia
asuransi yang terus berubah.

III. KESIMPULAN

Dalam perjalanan melintasi kerangka hukum asuransi, kita menemukan kompleksitas dan
dinamika hubungan antara pemegang polis, pihak yang diasuransikan, dan perusahaan asuransi.
Definisi hukum asuransi mencakup lebih dari sekadar kontrak dan regulasi; itu merangkum
prinsip-prinsip etika, tanggung jawab sosial, dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang
terus berubah. Hukum asuransi, pada intinya, adalah perjanjian antara pihak yang memiliki risiko
dan pihak yang siap untuk menyediakan perlindungan. Konsep itikad baik, kesepakatan yang
sah, dan kejujuran dalam pertanggungan menjadi pondasi yang memastikan keadilan dalam
transaksi asuransi. Dalam hal ini, pemegang polis diharapkan untuk memberikan informasi yang
lengkap dan jujur, sementara perusahaan asuransi memiliki tanggung jawab untuk menyediakan
perlindungan yang adil dan proses klaim yang transparan.

Dalam konteks perlindungan konsumen, hukum asuransi mengamankan hak pemegang polis dan
menegakkan prinsip indemnitas. Tujuan utama asuransi adalah mengembalikan pemegang polis
ke posisi keuangan yang seharusnya jika tidak ada kerugian yang terjadi. Prinsip ini memastikan
bahwa asuransi tidak hanya menjadi instrumen spekulasi, tetapi sebuah mekanisme untuk
mengurangi dampak finansial dari risiko yang tidak diinginkan. Pengawasan dan regulasi
memainkan peran sentral dalam mendukung integritas industri asuransi. Otoritas pengawas
bertindak sebagai penjaga stabilitas dan keadilan, memastikan bahwa perusahaan asuransi
memenuhi standar keuangan dan etika yang ditetapkan. Mereka juga berperan dalam menjaga
keseimbangan antara inovasi teknologi, seperti insurtech, dengan perlindungan konsumen yang
memadai.

Dalam penanganan klaim, hukum asuransi mengajarkan bahwa itikad baik harus menjadi
landasan. Perusahaan asuransi memiliki tanggung jawab untuk menyelidiki klaim dengan cermat
dan memberikan pembayaran yang wajar. Prinsip subrogasi memungkinkan perusahaan asuransi
untuk mengambil alih hak pemegang polis terhadap pihak ketiga yang bertanggung jawab atas
kerugian, menghindari keuntungan ganda yang tidak adil. Sebagai refleksi dari tanggung jawab
sosial, beberapa yurisdiksi mulai mengenali konsep asuransi sosial. Ini menunjukkan evolusi
hukum asuransi untuk tidak hanya berfokus pada transaksi komersial, tetapi juga kontribusi
positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.

Dalam keseluruhan, hukum asuransi adalah instrumen yang dinamis dan eksploratif, selalu siap
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam masyarakat dan teknologi. Pemahaman yang
mendalam tentang definisi hukum asuransi memberdayakan pemegang polis dan perusahaan
asuransi untuk menjalani lingkungan asuransi dengan bijaksana dan adil. Dengan menjunjung
tinggi prinsip-prinsip hukum asuransi, kita menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan yang
seimbang antara pemegang polis dan perusahaan asuransi. Perlindungan finansial, itikad baik,
dan tanggung jawab bersama adalah elemen-elemen kunci yang memastikan bahwa hukum
asuransi tetap menjadi pilar keamanan dan keadilan dalam dunia yang terus berubah ini. Dengan
memandang ke masa depan, penting bagi semua pihak terlibat untuk terus beradaptasi dengan
perkembangan terkini, memperkuat integritas industri, dan menjaga keberlanjutan perlindungan
bagi mereka yang bergantung pada jaringan keamanan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adipradana, I. B. (2019). Perlindungan Hukum Bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah Sebagai
Pemegang Polis Asuransi Profesi.
Affenti, S. (2009). Perlindungan hukum terhadap nasabah dalam asuransi syariah (studi di pt
asuransi takaful kantor cabang perwakilan Surakarta).
Agung, I. G. (2023). ANAJEMEN KEUANGAN MENGHADAPI INDUSTRI 5.0. Cendikia Mulia
Mandiri.
Djajasinga, I. N. (2022). Manajemen Dasar Resiko. CV Rey Media Grafika.
Dwijayanti, I. A. (2021). Penyelesaian Sengketa Perasuransian oleh Badan Mediasi dan
Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI). Jurnal Preferensi Hukum, 2(2).
Fauzi, A. A. (2023). Pemanfaatan Teknologi Informasi di Berbagai Sektor Pada Masa Society
5.0. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Jamaluddin, J. (2023). Reinterpretasi Ketetapan Hukum Asuransi Perspektif Hukum Islam.
Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, 4(2).
LAH, R. A. (2023). Implikasi Hukum Bisnis Terhadap Praktik Etika Bisnis Di Indonesia. Jurnal
Bisnis dan Kewirausahaan, 19(2).
Murdadi, B. (2012). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Lembaga Keuangan Baru Yang
Memiliki Kewenangan Penyidikan. . Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis, 8(2).
Muryati, D. T. (2017). Pengaturan Kegiatan Usaha Pertambangan dalam Kaitannya dengan
Penyelesaian Sengketa Pertambangan. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 18(1).
Ningsih, A. R. (2019). Kedudukan Notaris Sebagai Mediator Sengketa Kenotariatan Terkait
Dengan Kewajiban Penyuluhan Hukum. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, 13(2).
Novianti, D. (2021). Pelaksanaan Pencairan Dana Asuransi Berbasis Investasi Pada PT.
Prudential Life Assurance. Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau.
Pasaribu, T. (2023). Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis yang Gagal Bayar Asuransi
Jiwa di Indonesia. Doctoral dissertation, Universitas Kristen Indonesia.
Rastuti, T. (2016). Aspek Hukum perjanjian asuransi. MediaPressindo.
Santi, E. B. (2017). Pengawasan otoritas jasa keuangan terhadap financial technology (peraturan
otoritas jasa keuangan nomor 77/pojk. 01/2016). Diponegoro law journal, 6(3).
Setiawati, N. S. (2018). Perlindungan hukum terhadap pemegang polis asuransi dalam
menyelesaikan sengketa klaim asuransi. Spektrum Hukum, 15(1).
Subagiyo, D. T. (2016). Hukum Asuransi.
Subagyo, A. S. (2020). Dasar-Dasar Manajemen Risiko. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tahir, R. A. (2023). METODOLOGI PENELITIAN BIDANG HUKUM: Suatu Pendekatan
Teori dan Praktik. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Usman, A. H. (2015). Kesadaran hukum masyarakat dan pemerintah sebagai faktor tegaknya
negara hukum di Indonesia. Jurnal Wawasan Yuridika, 30(1).
Zarifah, N. (2019). Tinjauan Hukum Terhadap Penyusutan Pembayaran Ganti Kerugian Asuransi
Kebakaran Di PT Asuransi Bangun Askrida Cabang Pekanbaru. Doctoral dissertation,
Universitas Islam Riau.

Anda mungkin juga menyukai