Anda di halaman 1dari 13

SISTEM JAMINAN SOSIAL DI NEGARA MALAYSIA

OLEH :
1. dr. Wendy Sadikin
2. dr. Satria Agung P
3. dr. Josefa
4. dr. Arkla
5. drg. Yurika
6. dr. Ahmad Haerul Umam

PEMBIMBING :
Dr. Wiwin

PROGRAM PASCA SARJANA ARS UNIVERSITY


2023
LATAR BELAKANG

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem jaminan social di negara Malaysia
2. Apa definisi dari sistem jaminan social ?
3. Apa perbedaan sistem jaminan social di negara Indonesia dan negara Malaysia
4. Apa saja model sistem jaminan social khususnya bidang kesehatan di negara
Malaysia ?
BAB III

TINJAUAN TEORITIK

Tinjauan Tentang Jaminan Sosial

Pengertian jaminan sosial (Social Security) secara luas menurut ILO (International
Labour Organization) yang merupakan salah satu dari Badan PBB yaitu pada prinsipnya
adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk warganya, melalui
berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat
mengakibatkan terhentinya atau sangat berkurangnya penghasilan (Dina W, 2012). Di
dalam ILO Convension No 102 mendefinisikan jaminan social sebagai,

“Perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat


kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh
hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan akibat berbagai resiko yang diakibatkan oleh
sakit, kehamilan, persalinan, kecelakaan kerja, kecacatan, pengangguran, pensiun, usia
tua, kematian dini penghasil utama pendapatan, perawatan medis termasuk pemberian
santunan kepada anggota keluarga termasuk anak-anak”.

Bentuk dukungan pendapatan kepada penduduk yang tidak mampu, baik dalam
bentuk uang tunai atau pelayanan adalah bentuk dari bantuan sosial. Hal tersebut
didasarkan pada jaminan sosial yang dapat diwujudkan melalui bantuan sosial dan asuransi
sosial. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari anggaran negara atau dari
masyarakat, yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan negara atau masyarakat.
Bantuan sosial diberikan kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan, seperti
penduduk berusia lanjut, korban bencana atau mereka yang terpaksa menganggur (Dina W,
2012).

Uji kebutuhan (mean test) ditetapkan oleh berbagai negara untuk menegakkan
keadilan dengan tujuan menyaring mereka yang betul-betul membutuhkan dari mereka
yang mampu. Dukungan pendapatan bagi masyarakat pekerja yang dibiayai oleh iuran
wajib pekerja atau pemberi kerja atau secara bersama-sama adalah bentuk dari asuransi
sosial. Upaya negara pada asuransi sosial bertujuan untuk melindungi pendapatan warga
negara agar mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup dengan mengikutkannya secara aktif
dalam program jaminan sosial dengan membayar iuran. Kepesertaan wajib ditujukan
sebagai solusi dari ketidakmampuan penduduk melihat risiko masa depan dan
ketidakdisiplinan menabung untuk masa depan (Yunita S, Delfina G. 2023).

Melalui asuransi sosial dengan adanya perlindungan terhadap risiko sosial ekonomi
dipandang dapat mengurangi beban negara dalam penyediaan dana bantuan sosial.
Sehingga melalui prinsip kegotong-royongan, asuransi sosial dapat merupakan sebuah
instrumen negara yang kuat dalam penanggulangan risiko sosial ekonomi yang setiap saat
dapat terjadi (Yunita S, Delfina G. 2023).

Dengan demikian, jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Utamanya adalah sebuah bidang dari kesejahteraan sosial yang memperhatikan
perlindungan sosial, atau perlindungan terhadap kondisi yang diketahui sosial, termasuk
kemiskinan, usia lanjut, kecacatan, dan pengangguran (Dina W, 2012).

Bentuk Jaminan Sosial

International Labour Organization (ILO) dalam konvensi nomor 102 tahun 1952
menganjurkan semua negara di dunia memberi perlindungan dasar kepada setiap warga
negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang hak jaminan sosial. Konvensi
ini merupakan satu-satunya instrumen internasional untuk penyelenggaraan jaminan sosial,
mengatur kesepakatan di antara negara-negara anggota tentang standar minimal untuk
penyelenggaraaan sembilan program jaminan sosial. Sembilan program tersebut mencakup
(Asih E, 2014):

1. Pelayanan kesehatan (medical care)


2. Santunan selama sakit (sickness benefit)
3. Santunan pengangguran (unemployment benefit)
4. Jaminan hari tua (old-age benefit)
5. Jaminan kecelakaan kerja (employment injury benefit)
6. Santunan/pelayanan bagi anggota keluarga (family benefit)
7. Perawatan kehamilan dan persalinan (maternity benefit)
8. Santunan kecacatan (invalidity benefit)
9. Santunan bagi janda dan ahli waris (survivors' benefit).

Meskipun Konvensi ILO No. 102 mencakup sembilan program, namun tiap negara
hanya diwajibkan untuk menyelenggarakan sekurang-kurangnya tiga program. Konvensi
tidak mengatur dengan detil tata kelola dan mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial.
ILO memberikan keleluasaan kepada masing-masing negara untuk mengatur sendiri dan
mengembangkan program secara bertahap sesuai dengan kemampuan ( Yunita S, Delfina G.
2023).

Tujuan penyelenggaraan jaminan sosial dapat dicapai dengan berbagai mekanisme,


antara lain program cakupan semesta, asuransi sosial yang dibiayai melalui iuran yang
proporsional terhadap pendapatan atau iuran tetap untuk semua tingkatan penghasilan,
bantuan sosial atau kombinasi dari model-model ini (Yunita S, Delfina G. 2023).

Konvensi ILO No.102 tersebut menyepakati prinsip-prinsip penyelenggaraan


jaminan sosial, yaitu:

1. Manfaat yang diberikan pasti


2. Penyelenggaraan melibatkan partisipasi tri-parti untuk menjamin terselenggaranya
dialog antara pemerintah, pekerja dan pemberi kerja
3. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan yang benar dan hak jaminan
4. Pembiayaan program oleh pajak atau kontribusi
5. Tinjauan aktuaria berkala untuk menjamin kesahehan program.
6. BAB IV
7. PEMBAHASAN
8.
9.
10. Kesehatan merupakan hak setiap manusia di dunia, hal ini tertuang jelas dalam
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 25 ayat (1) “setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan,
pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat,
menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan
kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.” (Syofyan, 2023)
11.
12. 4.1 Definisi Jaminan Sosial
13. Menurut Rejda (1994), sistem jaminan sosial adalah bagian dari supra proteksi
sosial yang terdiri dari komponen-komponen pasar tenaga kerja aktif, asuransi
sosial dan bantuan sosial serta demogran. Esensi jaminan sosial pada prinsipnya
mencakup pemberian pelayanan kesehatan kepada seluruh penduduk dan pensiun
bagi seluruh pekerja yang bekerja dengan majikan. (Purwoko, 2014)
14. Menurut ILO (International Labour Organization) yang merupakan salah satu
Badan PBB, pengertian jaminan sosial secara luas, yaitu pada prisnsipnya adalah
system perlindungan yang diberikan oleh masyarakan untuk warganya, melalui
berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat
mengakibatkan terhentinya atau sangat berkurangnya penghasilan. (Syofyan, 2023)
15.
16. 4.2 Jaminan Sosial di Malaysia
17. Operasionalisasi jaminan sosial di Malaysia didasarkan pada UU per program
seperti UU tentang tabungan wajib, UU kecelakaan kerja dan pensiun-cacat dan UU
jaminan sosial untuk pegawai sipil kerajaan serta UU khusus untuk anggota
angkatan tentara. Masing-masing UU tersebut terkait dengan kepesertaan, program,
pembiayaan dan pengaturan kewenangan badan penyelenggaraan. Kepesertaan
jaminan sosial masih dibedakan atas kepesertaan masyarakat yang bekerja
(coverage of working society), kepesertaan seluruh penduduk (universal coverage)
dan kepesertaan khusus untuk pegawai negeri sipil dan personel militer (coverage
of civil servants and coverage of military personnel). Di Malaysia tidak dibedakan
antara karyawan sektor formal dan pekerja sektor informal atau pekerja sebagai
penerima upah dan atau pekerja yang tidak menerima upah sebagaimana dimaksud
pada Pasal 27 Ayat-ayat 1 dan 2 UU No 40/2004 tentang SJSN (Purwoko, 2014)
18. Lembaga, program dan iuran jaminan sosial yang ada di Malaysia adalah sebagai
berikut (Purwoko, 2014):
19.
20.
21.
No. Lembaga dan Program Iuran (%) Keterangan
Majikan Pekerja Total
1. Employee Provident Fund (EPF) atau 11 12 23 Tabungan wajib yg
Kumpulan Wang Simpanan Pekerja didirikan sejak tahun
(KWSP) sesuai UU Tabungan wajib 1951 masih berlaku
1969 dan yang diamendemen pada hingga sekarang dengan
tahun 1991 dengan batas atas kepesertaan yg wajib
upah RM 5000 per bulan untuk karyawan
sektor swasta

2. Social Security Organization (Socso) Kecelakaan kerja dan


atau Pertubuhan Kemalangan Sosial pensiun cacat yang
(Perkeso) sesuai UU Asuransi Sosial didirikan sejak tahun
1969 dengan batas atas upah RM 1929 masih berlaku
3000 per bulan dangan program- hingga sekarang dengan
program: kepe3sertaan
a. Kecelakaan kerja 1,25 - 1,25 wajib untuk karyawan
b. Pensiun cacat 0,50 0,50 1,00 sektor swasta
Total iuran jaminan sosial untuk 12,75 12,50 25,25
karyawan sektor swasta

3. Pension System for Civil Servants KWAP didirikan sejak


(PSCS) atau Kumpulan Wang tahun 1875 kemudian
Aparatur Pemerintah(KWAP) sesuai disahkan pada tahun
UU 227/1951 sebagai berikut: 1951 hingga
a. Skema Pensiun 17,50 - diamendemen di tahun
b. Jaminan Kesehatan APBN - 17,50 1970 dengan
beban APBN. Dalam
hal ini, pemerintah
sebagai majikan.
4. Armed Forces Saving Fund Board Didirikan sejak tahun
(AFSB) atau Lembaga Tabung 1973 hingga sekarang
Angkatan Tentara (LTAT) dengan dengan beban
program-program sebagai berikut: pembiayaan bersama
a. Skema Pensiun 15 10 25 antara pemerintah
b. Tabungan Sukarela - RM 25- sebagai majikan
500 / dan personil tentara.
bulan
c. Jaminan Kesehatan APBN
22.
23. Malaysia sebagai negara yang bersifat inklusif yang mengadopsi rekomendasi Bank
Dunia pada tahun 2004, agar setiap negara memulai membangun sistem proteksi
sosial. Sistem proteksi sosial ini ditujukan untuk mengamankan sistem jaminan
sosial yang sekarang sedang berjalan di masing-masing negara seperti
diillustrasikan dalam model bagan berikut:
24.
Tabungan
Sukarela

KWSP sebagai tabungan


wajib

Skema Pensiun untuk Pegawai Kerajaan


dan Anggota Angkatan Darat

Asuransi sosial (Perkeso) untuk proteksi pekerja sektor


swasta dalam kemalangan

Bantuan Keluarga

25.
26.
27. Dalam penyelenggaraan jaminan sosial diperlukan penciptaan lapangan pekerjaan
sehingga perlu dibentuk pasar tenaga kerja aktif untuk penempatan kerja secara
efektif. Pilar pertama adalah semacam proteksi sosial dasar yang dibiayai APBN
untuk reduksi kemiskinan, sedangkan pilar kedua merupakan program asuransi
sosial yang ditujukan untuk memberikan penggantian penghasilan yang hilang
dalam jangka pendek akibat mengalami kemalangan sosial dan pilar ketiga sebagai
skema pensiun yang berdasarkan anggaran negara untuk memberikan penghasilan
hari tua bagi pegawai sipil kerajaan dan anggota angkatan tentara yang mengalami
pensiun (Purwoko, 2014).
28. Dalam pilar keempat berlaku program tabungan wajib bagi setiap pekerja sektor
swasta dengan UU KWSP tahun 1991 dengan harapan agar pekerja swasta yang
pension memiliki penghasilan hari tua yang dibiayai dengan iuran majikan dan
pekerja. Pilar kelima merupakan tabungan perorangan yang bersifat sukarela
sebagai on top of EPF (Purwoko, 2014).
29. Dengan dipisahkannya penyelenggaraan program jaminan sosial untuk
pertimbangan akuntabilitas dan responsibilitas dalam pendanaan dengan sumber
yang berbeda, maka analisis aplikasi prinsip-prinsip GCG (Good Corporate
Government) dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Malaysia seperti
terlihat pada tabel berikut (Purwoko,2014):
30.
Prinsip GCG KWSP (EPF) Perkeso (Socso) KWAP (PSCS) LTAT (AFSB)
Transparansi Program tabungan Program Program pensiun Program pensiun
wajib untuk seluruh kecelakaan kerja dan layanan dan tabungan
pekerjasektor swasta dan pensiun cacat kesehatan bagi wajib bagi para
yang didanai dengan untuk seluruh para pegawai sipil anggota tentara
iuran bersama pekerja sektor kerajaan dan diraja malaysia
majikan dan pekerja swasta dengan negara bagian yang didanai dari
iuran majikan dan yang dibiayai dari APBN dan iuran
pekerja APBN anggota

Akuntabilitas KWSP berfungsi Perkeso sebagai KWAP berfungsi LTAT berfungsi


sebagai pengganti fungsi kompensasi sebagai sebagai insentif &
pensiun kepada dana dalam penghargaan masa penghargaan masa
pekerja yang pensiun bentuk santunan kerja pegawai kerja anggota
dalam bentuk tunai kepada para kerajaan yang tentara yang
pembayaran pekerja yang telah mencapai memasuki masa
tunai sekaligus untuk mengalami usia pensiun pensiun dalam
belanja anuitet kemalangan sosial dalam bentuk bentuk santunan
dan cacat total santunan berkala berkala
Responsibilitas Pemerintah Malaysia Pemerintah Pemerintah Pemerintah
bertanggungjawab Malaysia Malaysia Malaysia
menyelenggarakan bertanggungjawab memandang perlu memandang perlu
KWSP yang menyelenggarakan untuk memberikan untuk memberikan
berdasarkan UU’91 Perkeso yang penghargaan penghargaan
untuk memberikan berdasarkan UU kepada segenap kepada segenap
jaminan hari tua 1969 untuk kom- pegawai sipil anggota tentara
kepada seluruh pensasi kepada kerajaan yang diraja yang
pekerja swasta di setiap pekerja mengalami usia mengalami usia
hari tua dan pensiun yang mengalami pensiun sesuai pensiun sesuai
kemalangan sosial ketentuan yang ketentuan yang
berlaku berlaku
Independen Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pengelolaan Pengelolaan
KWSP harus bersifat Perkeso harus program KWAP program LTAT
mandiri baik dalam independen baik harus berbasis harus transparan,
tatakelola program dalam pengelolaan pada kompetensi, terbuka dan
maupun keuangan program maupun profesionalisme konservati f dalam
supaya maju dan keuangan supaya dan kemandirian setiappengambilan
terbebas dari maju dan terbebas para manajer lini keputusan
konflik kepentingan dari masalah agar terjadi stratejik untuk
konflik kemajuan minimalisasi
kepentingan korporasi risiko

Keadilan Operasionalisasi Operasionalisasi Operasionalisasi Operasionalisasi


KWSP harus Perkeso harus KWAP harus LTAT harus
mengacu pada asas mengacu pada mengacu pada mengacu pada
keadilan, prinsip asas keadilan, asas keadilan, asas keadilan,
kesamaan hak dan prinsip kesamaan prinsip kesamaan prinsip kesamaan
pengakuan kinerja hak dan hak dan hak dan
pengakuan kinerja pengakuan kinerja pengakuan kinerja
31.
32.
33. 4.3 Model Sistem Jaminan Sosial Bidang Kesehatan di Malaysia
34. Pelayanan kesehatan tidak masuk ke dalam program yang dicakup sistem jaminan
sosial di Malaysia karena pemerintah federal Malaysia bertanggung jawab atas
pembiayaan dan penyediaan langsung pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk
yang relatif gratis. Dengan sistem pendanaan kesehatan oleh negara, tidak ada risiko
biaya kesehatan yang berarti bagi semua penduduk Malaysia yang sakit ringan
maupun berat. Sektor informal merupakan sektor yang lebih sulit dimobilisasi.
Namun demikian, dalam sistem jaminan sosial di Malaysia, sektor informal dapat
menjadi peserta EPF atau SOCSO secara sukarela. Termasuk sektor informal adalah
mereka yang bekerja secara mandiri dan pembantu rumah tangga. Karyawan asing
dan pegawai pemerintah yang sudah punya hak pensiun juga dapat ikut program
EPF secara sukarela (Syofyan, 2023).
35. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Pemerintah Diraja Malaysia dengan
Ideologi Rukun Negara tidak memasukan jaminan kesehatan sosial bagi
penduduknya ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Untuk upaya promotif dan
preventif seperti kesehatan lingkungan, izin fasilitas kesehatan, inspeksi bangunan,
kontrol terhadap kebersihan air, dan perencanaan pelayanan kesehatan langsung di
bawah Kementerian Kesihatan melalui Upaya Pelayanan Publik (Syofyan, 2023).
36. Untuk program kesehatan kuratif dan rehabilitatif, pemerintah Malaysia
menetapkan Universal Coverage yang mana semua masyarakat dijamin pelayanan
kesehatannya dengan membayar iuran sebesar 1 RM untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari dokter umum, sedangkan untuk pelayanan dari dokter spesialis
sebesar 5 RM. Akan tetapi sistem pembiayaan kesehatan di Malaysia ini tidak
termasuk dalam kategori penyakit berat yang membutuhkan biaya pengobatan yang
tinggi (Putri, 2019).
37. Pemerintah Malaysia membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan obat-obatan,
yang berdampak pada biaya operasional di Malaysia yang menjadi murah.
Pemerintah Malaysia membatasi praktik dokter yang hanya satu tempat, sehingga
dokter harus memilih akan praktik di pelayanan kesehatan milik pemerintah atau
milik swasta (Putri, 2019).
38. Gaji dokter juga sangat tinggi sehingga mutu kesehatan terjamin kualitasnya.
Pelayanan kesehatan milik pemerintah telah terakreditasi dan akses pelayanan
kesehatan mudah dijangkau, karena setiap penduduk tinggal maksimal 5 km dari
layanan kesehatan. Pajak langsung dibayarkan ke pemerintah federal sehingga tidak
ada dana yang terhambat di daerah (Syofyan, 2023).
39.
40. 4.4 Perbedaan Sistem Jaminan Sosial Indonesia dan Malaysia
41. Di Indonesia, SJSN dilaksanakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Nasional). Ada dua fungsi yang dijalankan BPJS yang terbagi ke dalam dua
Lembaga, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dari namanya, jelas
bahwa kedua lembaga BPJS tersebut memberikan manfaat kepada masyarakat
Indonesia berupa jaminan sosial untuk kesehatan, jaminan sosial untuk
ketenagakerjaan (jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan sosial hari
tua, dan jaminan jasa konstruksi) (Syofyan, 2023).
42. Malaysia tidak memberlakukan kepesertaan wajib untuk jaminan kesehatan sebagai
bagian dari sistem jaminan sosial. Bila dibandingkan dengan Indonesia, pelayanan
kesehatan dilaksanakan melalui program BPJS Kesehatan. Untuk mendapatkan
jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan, setiap warga negara Indonesia terlebih
dahulu harus mendaftar sebagai peserta. Manfaat yang diberikan bertingkat sesuai
dengan kelasnya. Masyarakat bisa memilih manfaat yang sesuai dengan
kemampuan dalam membayar iuran. Namun, aturan ini tidak berlaku bagi
masyarakat yang dikategorikan tidak mampu. Mereka mendapat pengecualian untuk
pembayaran iuran, sedangkan di Malaysia pemerintah federal Malaysia bertanggung
jawab atas pembiayaan dan penyediaan langsung pelayanan kesehatan bagi seluruh
penduduk yang relatif gratis. (Syofyan, 2023).
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinna Wisnu, 2012. Politik Sistem Jaminan Sosial: Menciptakan Rasa Aman dalam
Ekonomi Pasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta., Hlm. 19.
2. Asih Eka Putri, 2014. Paham SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), CV Komunitas
Pejaten Mediatama, Jakarta., Hlm. 89.
3. Yunita S, Delfina G. Studi Perbandingan Sistem Jaminan Sosial antara Indonesia dan
Malaysia dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan di Indonesia. Fakultas Hukum
Universitas Andalas. UNES Journal Of Swara Justisia: 7(1); 2023
4. Syofyan, Y., dan Gusman, D. 2023. Studi Perbandingan Sistem Jaminan Sosial
antara Indonesia dan Malaysia dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan di
Indonesia. UNES Journal Of Swara Justisia 7 (1): 208-219.
5. Purwoko, HB. 2014. Sistem Jaminan Sosial di Malaysia: Suatu Tata Kelola
Penyelenggaraan Per Program yang Berbasis pada Pelembagaan yang
Terpisah. E-Journal Widya Ekonomika 1 (1): 31-42.
6. Putri, RN. 2019. Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan
Negara Maju. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 19 (1): 139-146.
7.

Anda mungkin juga menyukai