OLEH :
1. dr. Wendy Sadikin
2. dr. Satria Agung P
3. dr. Josefa
4. dr. Arkla
5. drg. Yurika
6. dr. Ahmad Haerul Umam
PEMBIMBING :
Dr. Wiwin
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem jaminan social di negara Malaysia
2. Apa definisi dari sistem jaminan social ?
3. Apa perbedaan sistem jaminan social di negara Indonesia dan negara Malaysia
4. Apa saja model sistem jaminan social khususnya bidang kesehatan di negara
Malaysia ?
BAB III
TINJAUAN TEORITIK
Pengertian jaminan sosial (Social Security) secara luas menurut ILO (International
Labour Organization) yang merupakan salah satu dari Badan PBB yaitu pada prinsipnya
adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk warganya, melalui
berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat
mengakibatkan terhentinya atau sangat berkurangnya penghasilan (Dina W, 2012). Di
dalam ILO Convension No 102 mendefinisikan jaminan social sebagai,
Bentuk dukungan pendapatan kepada penduduk yang tidak mampu, baik dalam
bentuk uang tunai atau pelayanan adalah bentuk dari bantuan sosial. Hal tersebut
didasarkan pada jaminan sosial yang dapat diwujudkan melalui bantuan sosial dan asuransi
sosial. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari anggaran negara atau dari
masyarakat, yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan negara atau masyarakat.
Bantuan sosial diberikan kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan, seperti
penduduk berusia lanjut, korban bencana atau mereka yang terpaksa menganggur (Dina W,
2012).
Uji kebutuhan (mean test) ditetapkan oleh berbagai negara untuk menegakkan
keadilan dengan tujuan menyaring mereka yang betul-betul membutuhkan dari mereka
yang mampu. Dukungan pendapatan bagi masyarakat pekerja yang dibiayai oleh iuran
wajib pekerja atau pemberi kerja atau secara bersama-sama adalah bentuk dari asuransi
sosial. Upaya negara pada asuransi sosial bertujuan untuk melindungi pendapatan warga
negara agar mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup dengan mengikutkannya secara aktif
dalam program jaminan sosial dengan membayar iuran. Kepesertaan wajib ditujukan
sebagai solusi dari ketidakmampuan penduduk melihat risiko masa depan dan
ketidakdisiplinan menabung untuk masa depan (Yunita S, Delfina G. 2023).
Melalui asuransi sosial dengan adanya perlindungan terhadap risiko sosial ekonomi
dipandang dapat mengurangi beban negara dalam penyediaan dana bantuan sosial.
Sehingga melalui prinsip kegotong-royongan, asuransi sosial dapat merupakan sebuah
instrumen negara yang kuat dalam penanggulangan risiko sosial ekonomi yang setiap saat
dapat terjadi (Yunita S, Delfina G. 2023).
Dengan demikian, jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Utamanya adalah sebuah bidang dari kesejahteraan sosial yang memperhatikan
perlindungan sosial, atau perlindungan terhadap kondisi yang diketahui sosial, termasuk
kemiskinan, usia lanjut, kecacatan, dan pengangguran (Dina W, 2012).
International Labour Organization (ILO) dalam konvensi nomor 102 tahun 1952
menganjurkan semua negara di dunia memberi perlindungan dasar kepada setiap warga
negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang hak jaminan sosial. Konvensi
ini merupakan satu-satunya instrumen internasional untuk penyelenggaraan jaminan sosial,
mengatur kesepakatan di antara negara-negara anggota tentang standar minimal untuk
penyelenggaraaan sembilan program jaminan sosial. Sembilan program tersebut mencakup
(Asih E, 2014):
Meskipun Konvensi ILO No. 102 mencakup sembilan program, namun tiap negara
hanya diwajibkan untuk menyelenggarakan sekurang-kurangnya tiga program. Konvensi
tidak mengatur dengan detil tata kelola dan mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial.
ILO memberikan keleluasaan kepada masing-masing negara untuk mengatur sendiri dan
mengembangkan program secara bertahap sesuai dengan kemampuan ( Yunita S, Delfina G.
2023).
Bantuan Keluarga
25.
26.
27. Dalam penyelenggaraan jaminan sosial diperlukan penciptaan lapangan pekerjaan
sehingga perlu dibentuk pasar tenaga kerja aktif untuk penempatan kerja secara
efektif. Pilar pertama adalah semacam proteksi sosial dasar yang dibiayai APBN
untuk reduksi kemiskinan, sedangkan pilar kedua merupakan program asuransi
sosial yang ditujukan untuk memberikan penggantian penghasilan yang hilang
dalam jangka pendek akibat mengalami kemalangan sosial dan pilar ketiga sebagai
skema pensiun yang berdasarkan anggaran negara untuk memberikan penghasilan
hari tua bagi pegawai sipil kerajaan dan anggota angkatan tentara yang mengalami
pensiun (Purwoko, 2014).
28. Dalam pilar keempat berlaku program tabungan wajib bagi setiap pekerja sektor
swasta dengan UU KWSP tahun 1991 dengan harapan agar pekerja swasta yang
pension memiliki penghasilan hari tua yang dibiayai dengan iuran majikan dan
pekerja. Pilar kelima merupakan tabungan perorangan yang bersifat sukarela
sebagai on top of EPF (Purwoko, 2014).
29. Dengan dipisahkannya penyelenggaraan program jaminan sosial untuk
pertimbangan akuntabilitas dan responsibilitas dalam pendanaan dengan sumber
yang berbeda, maka analisis aplikasi prinsip-prinsip GCG (Good Corporate
Government) dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Malaysia seperti
terlihat pada tabel berikut (Purwoko,2014):
30.
Prinsip GCG KWSP (EPF) Perkeso (Socso) KWAP (PSCS) LTAT (AFSB)
Transparansi Program tabungan Program Program pensiun Program pensiun
wajib untuk seluruh kecelakaan kerja dan layanan dan tabungan
pekerjasektor swasta dan pensiun cacat kesehatan bagi wajib bagi para
yang didanai dengan untuk seluruh para pegawai sipil anggota tentara
iuran bersama pekerja sektor kerajaan dan diraja malaysia
majikan dan pekerja swasta dengan negara bagian yang didanai dari
iuran majikan dan yang dibiayai dari APBN dan iuran
pekerja APBN anggota
1. Dinna Wisnu, 2012. Politik Sistem Jaminan Sosial: Menciptakan Rasa Aman dalam
Ekonomi Pasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta., Hlm. 19.
2. Asih Eka Putri, 2014. Paham SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), CV Komunitas
Pejaten Mediatama, Jakarta., Hlm. 89.
3. Yunita S, Delfina G. Studi Perbandingan Sistem Jaminan Sosial antara Indonesia dan
Malaysia dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan di Indonesia. Fakultas Hukum
Universitas Andalas. UNES Journal Of Swara Justisia: 7(1); 2023
4. Syofyan, Y., dan Gusman, D. 2023. Studi Perbandingan Sistem Jaminan Sosial
antara Indonesia dan Malaysia dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan di
Indonesia. UNES Journal Of Swara Justisia 7 (1): 208-219.
5. Purwoko, HB. 2014. Sistem Jaminan Sosial di Malaysia: Suatu Tata Kelola
Penyelenggaraan Per Program yang Berbasis pada Pelembagaan yang
Terpisah. E-Journal Widya Ekonomika 1 (1): 31-42.
6. Putri, RN. 2019. Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan
Negara Maju. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 19 (1): 139-146.
7.