Anda di halaman 1dari 22

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

DALAM TINJAUAN EKONOMI DAN


MANAJEMEN

Prof. H. Bambang Purwoko, SE, MA, PhD, AAM


Guru Besar FEBUP - Jakarta

Kuliah Prodi MKM-FKMUI


Kampus UI Depok, 6 November 2015

1
DAFTAR ISI

1. Pendahuluan, ..…………………………… 3
2. Pengertian jaminan sosial, …………………. 6
3. HAM dan dasar hukum, …………………….. 8
4. Asas dan Prinsip, …………………………….. 11
5. Program dan Kepesertaan, ……………… 13
6. Perkembangan dan Problem, …….. 16
7. Solusi, …………………………….. 20
8. Kesimpulan ………………………………………… 21
9. Referensi ………………………………………… 22

2
1. PENDAHULUAN

a. Ekonomi adalah studi tentang economic-output yaitu GDP atau GNP dan
pertumbuhan penduduk,

b. Ekonomi makro adalah tindak-lanjut dari ekonomi yang berhubungan


dengan faktor faktor ekonomi seperti ekspor, impor, konsumsi, tabungan,
investasi, subsidi dan transfer pembayaran yang merupakan seperangkat
“kebijakan publik”.

c. Manajemen adalah fungsi-fungsi perencanaan, operasional, rencana aksi


dan monitoring & evaluation terhadap seperangkat kebijakan publik yang
harus ditindak-lanjuti oleh pelaku-ekonomi seperti BUMN, Badan Usaha
Swasta dan Koperasi.

d. Manajemen risiko adalah penanganan risiko atas peristiwa-peristiwa


sosial-ekonomi untuk mencegah kepailitan usaha, PHK dan pengamanan
aset perusahaan.

e. Masalahnya adalah pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi masih terjadi


kerentanan kemiskinan.
3
f. Kenapa pertumbuhan ekonomi tinggi tapi masih terjadi kemiskinan yang
bersifat absolut dan atau kerentanan kemiskinan? Karena adanya
kebijakan publik yang ……

- tidak terkoordinasikan dengan baik,


- tidak memperhatikan skala prioritas,
- tidak fokus pada penciptaan lapangan pekerjaan,
- pembangunan prasarana tidak berkelanjutan,
- tidak ditindak-lanjuti dengan program-program yang lain,
- tidak dilaksanakan sama sekali misalnya jaminan sosial yang
sebagaimana mestinya,
- hanya dilaksanakan sebagian misalnya jaminan sosial yang
bersifat eksklusif,

g. Akibatnya terjadi KETIDAK-AMANAN PerEKONOMIan seperti tingginya


pengangguran dan inflasi yang pada akhirnya menimbulkan kerentanan
kemiskinan karena sistem dan prasarana miskin. Keamanan ekonomi
adalah kondisi tercapainya pembangunan ekonomi yang inklusif, merata
dan berbasis keadilan (lihat Bagan 1 untuk lakukan proteksi sosial).

h. Solusi masalah untuk keamanan ekonomi adalah JAMINAN SOSIAL.

4
BAGAN 1 SIKLUS PROTEKSI SOSIAL

Kegagalan
SJS dalam
reduksi
kemiskinan

Tercapainya Lakukan proteksi


keamanan sosial untuk
perekonomian rakyat
Kepastian
jaminan utk
proteksi
keluarga
SPF untuk Kegagalan
memenuhi SPS dalam
hak sosial penciptaan
dasar pekerjaan

Siapkan SPF utk


masyarakat tak
mampu
Sumber: Penulis (2011)

5
2. PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL

a. JAMINAN SOSIAL (social security) adalah salah satu pilar utama sistem
proteksi sosial untuk penanggulangan hilangnya sebagian / keseluruhan
penghasilan tenaga kerja (TK)) / masyarakat akibat peristiwa peristiwa
sakit, persalinan, kecelakaan, PHK ssebelum usia pensiun, kematian dini

dan menjadi tua

b. Jaminan sosial (SS) yang meliputi asuransi sosial (AS) dan bantuan
sosial (BS) bekerja atas dasar pemusatan risiko (pooling of risks) untuk
memenuhi prinsip subsidi silang untuk redistribusi pendapatan termasuk
pemberian kompensasi pendapatan yang hilang kepada yang berhak
menerimanya karena terjadinya peristiwa yang disebutkan di atas.

c. AS dirancang untuk proteksi TK yang memiliki penghasilan reguler yang


berkelanjutan sampai usia pensiun sedangkan pembiayaan program
sepenuhnya berasal dari iuran peserta (TK dan majikan). BS diperlukan
untuk pengentasan kemiskinan yang dibiayai dengan APBN. Ukuran
sukses adalah bahwa penduduk miskin harus berkurang, karena
ekonomi tumbuh.
6
d. JS bertujuan untuk mencegah kemiskinan paling tidak untuk memberikan
proteksi penghasilan TK terhadap kerentanan kemiskinan. Landasan JS
adalah lapangan pekerjaan yang disertai dengan jaminan pekerjaan agar
masyarakat baik yang sedang bekerja maupun yang mencari pekerjaan
dapat memiliki penghasilan reguler sehingga jaminan sosialnya juga
berkelanjutan.

e. JS memiliki dimensi ekonomi misalkan iuran peserta yang terkumpul


sebagai sumber dana investasi sedangkan manfaat yang dibayarkan
sebagai fungsi konsumsi. Kemudian bantuan tunai bagi penduduk miskin
dan lain lain merupakan subsidi. Maka JS juga sebagai faktor faktor
ekonomi seperti investasi-tabungan, konsumsi dan subsidi.

f. Kepesertaan jaminan sosial bersifat wajib menurut UU Jaminan Sosial


sedang program sebagai hak warga negara yang meliputi TK, keluarga,
warga kurang beuntung dan penduduk miskin.

g. Program JS bukan barang dagangan sehingga tidak berlaku teori pasar,


karena sebagai hak masyarakat sesuai Pasal-pasal 28-H dan 34 UUD
1945.

7
3. HAK ASASI MANUSIA DAN DASAR HUKUM

a. Pasal-pasal 22-25 United Nations on Universal Declaration of Human


Rights menyatakan bahwa setiap warga negara di dunia ini berhak atas
jaminan kesehatan, pekerjaan yang ditindak-lanjuti dengan penghasilan
yang layak dan jaminan sosial.

b. Konvensi ILO No 102/1952 bahwa setiap negara wajib meratifikasi untuk


menyelenggarakan 9-cabang JS: (i) kecelakaan kerja, (ii) sakit-rikkes, (iii)
persalinan, (iv) cacat, (v) kematian dini, (vi) pengangguran, (vii) hari tua,

(viii) cacat permanen dan (ix) perlindungan keluarga.

c. Konstitusi International Social Security Association (ISSA)1998 bahwa


setiap negara terikat untuk menyelenggarakan AS, BS dan skema
proteksi lain yang terkordinasi untuk mencegah kemiskinan.

d. UUD 1945 Pasal-pasal 23A, 28A, 28H dan 34 tentang pungutan yang
bersifat wajib dilaksanakan dengan UU, setiap warga negara berhak
hidup layak, berhak jaminan sosial dan penduduk miskin mendapatkan
hak jaminan sosial. 8
Dasar Hukum Jaminan Sosial di Indonesia

a. UU No 6/1966 tentang pemberian santunan pensiun bagi TNI-Polri


termasuk PNS di lingkungan TNI-Polri dan Kemhan,

[PP No 67/1991 tentang asuransi sosial ABRI (Asabri)]

b. UU No 11/1969 tentang pemberian santunan pensiun bagi PNS,


[PP No 25/1981 tentang asuransi sosial PNS]

c. PP No 6/1992 tentang asuransi kesehatan bagi PNS

d. UU No 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek),

- PP No 14/1993 tentang tata cara penyelenggaraan Jamsostek,


- PP No 22/2004 tentang investasi dana Jamsostek
- PP No 1/2009 tentang kepesertaan 5 tahun 1 bulan

e. UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)


f. UU No 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

9
Perlunya harmonisasi dengan UU yang terkait dengan
jaminan sosial

a. UU No 11/1992 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Pensiun


Pemberi-kerja dan Program Pensiun Lembaga Keuangan,

b. UU No 2/2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)

c. UU No 13/2003 tentang Ketenaga-kerjaan khususnya Pasal 156, yaitu


tentang pesangon dan penghargaan masa kerja,

d. UU No 34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI)

e. UU tentang Otonomi Daerah,

f. UU No 9/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

g. UU No 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

10
4. ASAS DAN PRINSIP JAMINAN SOSIAL

a. Asas jaminan sosial sebagaimana mengacu pada Pasal-pasal 2-3 UU No


40/2004 tentang SJSN sebagai berikut:

Pasal 2: SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan,


asas manfaat dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia,

Pasal 3: SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhninya


kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya,

b. Penyelenggaraan SJSN sebagaimana mengacu pada Pasal 4 UU No


40/2004 berdasarkan pada 9 prinsip sebagai berikut:

(i) Gotong-royong, (ii) nirlaba, (iii) keterbukaan, (iv) kehati-hatian,


(v) akuntabilitas, (vi) portabilitas, (vii) kepesertaan wajib, (viii) dana
amanat dan (ix) hasil investasi digunakan untuk pengembangan
programuntuk kepentingan peserta.
11
Untuk implementasi asas dan prinsip-prinsip tersebut diperlukan
hal hal sebagai berikut:

a. Pemusatan risiko agar diketahui pemusatan dana secara pasti sehingga


memudahkan untuk redistribusi sesuai hasil mitigasi risiko di masing
masing daerah dan untuk memenuhi prinsip portabilitas,

b. Kemudahan dalam melakukan subsidi silang, karena akumulasi dana


dikumpulkan secara tersentral untuk kemudian dikembalikan ke daerah
daerah sesuai proporsi dalam pembayaran manfaat / faedah yang
menjadi hak peserta,

c. Manfaat jaminan sosial semestinya merupakan santunan berkala seperti


monthly unemployment benefit and monthly pension, karena sebagai
pengganti pendapatan yang hilang,

d. Proporsi manfaat jaminan sosial semestinya memenuhi 30-40% benefit in


kind (pelkes) dan 60-70% benefit in cash,

12
5. PROGRAM DAN KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL

a. Program jaminan sosial adalah skema yang didesain untuk memenuhi


spesifikasi risiko dan pembiayaannya yang ditetapkan sebagai % tertentu
dari upah tenaga kerja, sebagai contoh:

- risiko sakit kemudian menjadi sakit diperlukan skema jaminan


kesehatan dengan pembiayaan % tertentu dari upah;
- risiko kecelakaan kerja kemudian terjadi kecelakaan kerja
diperlukan skema jaminan kecelakaan kerja dengan pembiayaan
% tertentu dari upah;
- risiko kematian pematur diperlukan skema jaminan kematian
dengan pembiayaan % tertentu dari upah;
- risiko diputus hubungan kerjanya sebelum usia pensiun diperlukan
skema jaminan PHK dengan pembiayaan % tertentu dari upah;
- risiko tua diperlukan skema jaminan hari tua dan skema jaminan
pensiun dengan pembiayaan % tertentu dari upah.

b. Kepesertaan jaminan sosial dapat dibedakan atas kepesertaan jaminan


sosial bagi tenaga kerja sektor swasta, kepesertaan PNS dan
kepesertaan TNI-Polri.
13
c. Berikut program dan iuran Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
berdasarkan UU No 40/2004

i. SJSN Perusahaan Tenaga-kerja Total


- JK 4,00 0,5 4,50
- JKK 0,24-1,74% - 0,24-1,74%
- JKm 0,3% - 0,3%
- JHT 3,7%2,0% 5,7%
- JP (Usulan) 1,0% 2,0% 3,0%
12,24-13,74% 4,5% 15,74-17,24%

ii. Taspen/Asabri Pemerintah Pegawai Negeri


- JP - 4,75%
- THT - 3,25%
8,00%

iii. Iuran JK Peserta Mandiri dalam nominal rupiah


- Rawat jalan-inap kelas 3: Rp 25.500 per orang / bulan
- Rawat jalan-inap kelas 2: Rp 42.500 per orang / bulan
- Rawat jalan-inap kelas 1: Rp 59.500 per orang / bulan

Sumber: Dewan Jaminan Sosial Nasional (September 2014)

14
d. Beberapa istilah jaminan sosial

a. SJS Sistem jaminan sosial


b. SJSN Sistem jaminan sosial nasional
c. SPF Social protection floor (proteksi sosial dasar)
d. JK Jaminan kesehatan
e. JKK Jaminan kecelakaan kerja
f. JHT Jaminan hari tua (santunan sekaligus)
g. JP Jaminan pensiun (santunan berkala)
h. JKm Jaminan kematian
i. THT Tabungan hari tua yang sesungguhnya
jaminan kematian
j.

15
6. PERKEMBANGAN DAN PROBLEM

a. Kepesertaan Jamsostek 2010:

- Peserta TK aktif : 10 juta dari 100 juta angkatan kerja,


- Peserta perusahaan aktif : 70 ribu perusahaan
- Peserta Jamsostek (JPK) : 1,5 juta beserta keluarganya 5 juta

b. Kepesertaan Pegawai Negeri 2010

- Jumlah PNS (Taspen) : 4 juta beserta keluarganya 15 juta


- Jumlah TNI-Polri dan PNS : 1 juta beserta keluarganya 2 juta
(Asabri)

c. Penduduk miskin/orang tak mampu penerima Jamkesmas 2010

- Jumlah penduduk miskin : 76,4 juta termasuk keluarganya

d. Jumlah penduduk Indonesia 2010 : 230 juta jiwa


Jumlah pendduduk yang telah menikmati pelkes : 98 juta jiwa
Jumlah penduduk yang mengikuti asuransi swasta : 132 juta jiwa
16
Problem implementasi dan penyelenggaraan jaminan sosial yang
pembiayaannya berbasis pada iuran peserta di Indonesia:

a. Penduduk miskin begitu banyak, yaitu 76,4 juta dari 230 juta berarti 1 dari
3 orang Indonesia miskin (lihat Bagan 2).

b. Akibatnya ¾ angkatan kerja yang berjumlah 100 juta bekerja di sektor


informal dengan penghasilan tak tentu.

c. 70% lebih dari tenaga kerja yang bekerja di sektor formal bergaji upah
minimum propinsi.

d. Adanya dualisme ekonomi yaitu 10% penduduk menguasai 90%


pendapatan nasional sedang 90% penduduk hanya menguasai 10%
pendapatan nasional.

e. Adanya sistem kontrak kerja bagi tenaga kerja paro waktu atau waktu
tertentu sehingga mengganggu masa kepesertaan dalam jaminan sosial.

f. Pengaruh impor inflasi berdampak terhadap penurunan nilai uang,


penurunan daya beli dan penurunan manfaat jaminan sosial.
17
BAGAN 2 PENDUDUK MISKIN DAN SEKTOR INFORMAL

Penduduk

Usia 0-14 Usia 15-64 Usia 65 >

Kerentan- Sektor Sektor Proses


an sosial informal formal tranformasi
80% 20% pekerjaan

Kemiskin- Tak ada Ada


an jaminan jaminan
kerja sosial

Lantai proteksi
sosial (LPS)

Sumber: Penulis (2011) Pemenuhan hak-


hak sosial dasar

18
BAGAN 3 TANGGA-TANGGA PROTEKSI SOSIAL

1. Asuransi sukarela

2. Jaminan sosial kontribusi

3. Jaminan sosial yang masih


Sumber: ILO disubsidi oleh Negara
Bangkok 2011

4. Kepastian jaminan untuk anak, usia kerja,


lansia dan penyandang cacat miskin

5. Kebijakan penciptaan lapangan pekerjaan

Pertambahan penduduk, pertambahan angkatan kerja dan


tenaga kerja yang terputus hubungan kerja untuk diperkerjakan
kembali ke sektor ril agar jaminan sosial ybs berkelanjutan

19
7. SOLUSI TERHADAP PROBLEM JAMINAN SOSIAL

Lakukan Sistem Proteksi Sosial (SPS) yang mencakup tahap2 sbb:

SPS 1 : Kordinasikan Kebijakan Investasi Langsung (PMDN)


dengan memberikan insentif kepada para investor;

SPS 2 : Kordinasikan Kebijakan Penciptaan Lapangan Pekerjaan


dengan memberikan upah layak dan pangkas biaya
ekonomi tinggi (lihat Bagan 3);

SPS 3 : Tingkatkan Perluasan Kepesertaan Jaminan Sosial agar


hak hak dasar TK / Masyarakat dapat terpenuhi;

SPS 4 : Hidupkan fungsi Bursa Tenaga Kerja untuk menyalurkan


TK yang ter-PHK sebelum usia pensiun dapat bekerja
kembali agar kepesertaan jaminan sosial dapat
berkelanjutan;

SPS 5 : Lakukan Program Pemberdayaan agar masyarakat


kurang beruntung dapat berusaha mandiri
20
8. KESIMPULAN

a. Untuk memenuhi asas keadilan, 9 prinsip SJSN dan perluasan


kepesertaan universal, maka perlu segera diberlakukan UU BPJS
sebagai tindak lanjut dari UU No 40/2004 tentang SJSN;

b. Pemerintah segera memprioritas program penciptaan lapangan kerja


bagi TK kelompok marjinal agar tidak mencari pekerjaan di luar negeri
yang pada ahkirnya menimbulkan masalah hukum. Dampak dari
perluasan kesempaptan kerja terhadap perluasan kepesertaan jaminan
sosial menjadi nyata;

c. Batasi tenaga kerja asing yang non-teknis agar dapat diisi oleh tenaga
kerja lokal, kemudian perbaiki upah secara bertahap dan pangkas biaya
ekonomi tinggi termasuk range upah yang ekstrim agar memenuhi asas
keadilan;

d. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial sebaiknya dilakukan per


kepesertaan untuk alasan akuntabilitas-portabilitas dan memudahkan
proses transformasi program.

21
9. DAFTAR REFERENSI

- UU No 6/1966 tentang pemberian pensiun TNI-Polri,


- UU No 11/1969 tentang pemberian pensiun PNS,
- UU No 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek),
- UU No 11/1992 tentang Program Pensiun Pemberi Kerja dan
Program Pensiun Lembaga Keuangan,
- UU No 13 / 2003 tentang Ketenagakerjaan,
- UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
- UU No 9/2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

Purwoko, B, (2011), “Sistem jaminan sosial dalam dimensi ekonomi”, Buku


tentang ekonomi jaminan sosial, diterbitkan di Jakarta.

Purwoko, B, (2011), “Strategi penanggulangan kemiskinan untuk STKS


Bandung,

71211
Bp51115

22

Anda mungkin juga menyukai