Anda di halaman 1dari 32

1

KEBERADAAN SJSN UNTUK


MENJAMIN PEKERJA DI MASA
PURNA BHAKTI

Prof. H. Bambang Purwoko, SE, MA, PhD


Ahli Asuransi Makro (ILO-1997)

Disampaikan untuk Kuliah Reguler Mata Kuliah


Jaminan Sosial pada Prodi MKM-FKMUI pada hari Jumat,
tanggal 20 November 2015 jam 13.30-15 di
Kampus UI Depok
2

Daftar Isi

A. Program-perogram jaminan sosial, ........................ 3


B. Pendanaan program jaminan sosial, ...................... 6
C. Makna jaminan sosial bagi kehidupan manusia, ......... 9
D. Manfaat SJSN yang diperlukan untuk purna bhakti, 14
E. Pasal-pasal Jaminan Pensiun UU SJSN, ......... 19
F. Informasi tentang variasi Jaminan pensiun, ......... 22
G. Metoda penetapan besarnya manfaat JP, ........................
25
H. Jangka waktu habis manfaat JP, ......... 28
I. Simpulan, ....................................... 31
J. Bibliografi terbatas, ........................ 32
3

A . PROGRAM PROGRAM JAMINAN SOSIAL

1. JAMINAN SOSIAL MENURUT KONVENSI ILO NO 102 / 1952

Skema jaminan sosial sebagai program negara ditujukan untuk menjamin


kelangsungan hidup manusia sebagaimana terkait dengan pemenuhan
kebutuhan dasar yang mengarah pada tujuan jangka panjang. Konvensi ILO
membagi 3 fase kebutuhan yang harus dipenuhi setiap negara, yaitu
program program apa saja yang diperlukan sesuai fase sbb:

a. Program Jaminan Sosial untuk PRA-ANGKATAN KERJA,


b. Program Jaminan Sosial untuk ANGKATAN KERJA (AK) yang terdiri dari
- AK yang bekerja apakah di sektor formal atau di sektor informal,
- AK yang belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
c. Program Jaminan Sosiala untuk PURNA-AK atau PURNA BHAKTI

2. Tidak selamanya semua negara melaksanakan ke-tiga fase karena problem


hampir semua negara khususnya di negara2 berkembang hanya fokus pada

pengembangan program jaminan sosial untuk angkatan kerja contoh


Indonesia dan masih banyak lagi.
4

3. PROGRAM JAMINAN SOSIAL MENURUT KONVENSI ILO 102/1952

a. Kecelakaan kerja termasuk penyakit yang terkait dengan hubungan kerja,


b. Cacat sebagian atau cacat total akibat kecelakaan kerja atau dari lahir,
c. Sakit yang mencakup konsultasi dokter, rawat inap dan laboratorium,
d. Persalinan dari mulai pemeriksaan rutin hingga pasca persalinan,
e. Sementara tidak bekerja karena PHK sebelum usia pensiun,
f. Sementara tidak bekerja karena baru selesai pendidikan umum,
g. Kematian prematur, yaitu kematian sebelum usia lanjut,
h. Pensiun yang berlanjut ke pensiun janda/duda hingga pensiun ahli waris,
i. Tunjangan keluarga yang bersifat bantuan (demogran).

4. PROGRAM JAMINAN SOSIAL MENURUT KONSTITUSI ISSA 1998

a. Kecelakaan kerja, penyakit jabatan, cacat total dan return to work,


b. Sakit, persalinan dan perawatan berikutnya,
c. Sementara tidak bekerja baik baru selesai pendidikan maupun PHK,
d. Hari tua baik tabungan paksa maupun pensiun termasuk kematian,
e. Tunjangan keluarga sebagai bantuan yang bersifat sementara.
5

TABEL 1 PROGRAM JAMSOS MENURUT RISIKO


No Peristiwa dan Kerugian yang Sifat peristiwa / Kompensasi
Program dihadapi kharakteristik

1 Kecelakaan Cacat, sakit dan Bisa jadi Santunan tunai


(kerja) meninggal berulang-ulang berkala dan
pensiun

2 Sakit dan Dampak sakit dan Berulang-ulang Lan-kes dan


persalinan mininggal pensiun

3 PHK sebelum Hilangnya Bisa jadi Santunan tunai


usia pensiun penghasilan tetap berulang-ulang secara berkala
sementara

4 Menjadi tua / Hilangnya Sekali Santunan tunai


pensiun penghasilan secara berkala
keluarga selamanya

5 Kematian dini Hilangnya Sekali Santunan tunai


penghasilan secara berkala
keluarga selamanya
6

B . PENDANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

Pendanaan atau pembiayaan program program jaminan sosial dapat berasal


dari iuran peserta yang meliputi pemberi-kerja (employer) dan penerima kerja
(employee), pajak penghasilan (PPh 21) dan atau kombinasi dari keduanya.
Berikut disampaikan beberapa istilah pendanaan program jaminan sosial:

1. Program pendanaan penuh oleh peserta (fully funded programs) adalah


skema jaminan sosial yang didanai sepenuhnya dari iuran peserta tanpa
bantuan APBN, kecuali dalam penyelenggaraannya oleh BPJS mengalami
defisit karena krisis ekonomi.

2. Program jaminan sosial yang berbasis kontribusi (contributory programs)


adalah skema jaminan sosial yang menjadi tanggung-jawab sepenuhnya
dari pemberi-kerja atau majikan seperti program kecelakaan kerja dan
program kematian.

3. Program jaminan sosial yang dibiayai sepenuhnya dengan pajak (tax


financed plans) biasanya merupakan skema bantuan sosial yang bersifat
sementara seperti PBI dalam JK SJSN dan Balsem.
7

Dari ke-lima program sebagaimana dipaparkan dalam Tabel 1 dapat diringkas


menjadi 3 program sebagai esensi jaminan sosial yaitu jaminan kesehatan
(JK), jaminan untuk sementara tidak bekerja (JUST) dan jaminan hari tua-
jaminan pensiun (JHT-JP).

Pendanaan program jamsos secara penuh oleh peserta akan menghasilkan


manfaat baik dalam bentuk manfaat tunai (benefits in cash) maupun manfaat
non-tunai (benefits in kind).

Penyelenggaraan program program jamsos sangat rentan terhadap kondisi


perekonomian. Apabila perekonomian kondusif, maka penyelenggaraan
jamsos akan berkelanjutan. Apabila perekonomian menjadi flukstuatif bahkan
mengalami krisis, maka diperlukan keputusan yang sistemik sesuai dengan
kesepakatan bahwa terbentuknya / terselenggaranya sistem jaminan sosial
seperti SJSN pada dasarnya merupakan kesepatan publik melalui legislatif,
eksekutif dan yudikatif.

Dalam prinsip jaminan sosial, ada prinsip portabilitas dan berkelanjutan. Bila
perekonomian krisis, maka kewajiban iur dikurangi dan dengan sendiri benefit
dikurangi. Begitu perekonomian normal, maka dikembalikan.
8

TABEL 2 PROGRAM JAMSOS SESUAI FASE-SIKLUS KEHIDUPAN


No Program Pra-Angkatan Angkatan Kerja Purna Bhakti
Program Kerja

1 Imunisasi anak Ya Tidak Tidak

2 Sakit, (bersalin) Ya Ya Ya
pemeriksaan

3 Kecelakaan Tidak Ya Tidak


kerja

4 Kematian (dini) Tidak Ya Tidak

5 PHK sebelum Tidak Ya Tidak


usia pensiun

6 Tabungan wajib Tidak Ya Ya

7 Pensiun Tidak Ya Ya
9

C . MAKNA JAMINAN SOSIAL BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

1. Konstitusi suatu negara mengamanatkan bahwa setiap warga negara


berhak atas penghidupan yang layak dan sistem jaminan sosial untuk
mempertahankan harkat dan martabat manusia.

2. Setiap negara sebagai anggota PBB/ILO yang berarti direkomendasi untuk


melakukan ratifikasi Konvensi ILO agar sukses dalam “reduksi kemiskinan”.
Apabila ada negara yang masih memiliki jumlah penduduk miskin > 20%,
maka di negara tsb mengalami “Social Security System Failure in the
implementation”, no good governance as attached with social security and
lack of policy coordination with the ministerial institutions responsible to
operate social security.

3. Penduduk yang rentan thdp kemiskinan adalah terbatasnya pekerjaan,


rendahnya upah, masih adanya alih daya (oursourcing) untuk jenis / tipe
pekerjaan tertentu dan rendahnya tingkat pendidikan / tingkat
keterampilan.

4. Untuk menyelematkan bangsa diperlukan jaring pengaman sosial berupa


kesehatan gratis yang ditindak-lanjuti dengan kesempatan kerja dst agar
memperluas kepesertaan jaminan sosial.
10

5. Dengan bekerja pada suatu badan hukum diharapkan ada penghasilan


yang memadai. Penghasilan yang memadai menjadi target pemotongan
iuran sebagai input dalam prosesi manajemen jaminan sosial. Dengan input
yang baik, maka output jaminan sosial dalam jangka panjang yang berupa
benefits menjadi semakin baik sebagai pengganti penghasilan di masa
purna bhakti.

6. Kebutuhan proteksi di hari tua semakin berat dan berisiko tinggi seperti
lansia yang mengalami sakit memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bgmn
dengan seseorang yang berstatus purna bhakti? Karena itu diperlukan
program jaminan sosial yang dapat menopang keberlangsungan hidup,
yaitu perlunya penyelenggaraan jaminan pensiun sejak usia dini dengan
menunda konsumsi sekarang untuk digunakan setelah antara 20-30 tahun
kemudian.

7. Karena itu jaminan sosial bermakna sebagai salah satu sistem proteksi
sosial yang sangat menentukan dalam realisasi penggantian penghasilan di
hari tua sebagai pengganti pendapatan yang hilang karena memasuki usia
pensiun. Jaminan sosial menjadi penting dalam kehidupan manusia baik di
saat sekarang dan dalam jangka panjang sebagai alat untuk mencegah
kemiskinan.
11

Kurva 1. Kesempatan Kerja dan Kepesertaan Jaminan Sosial


di Indonesia

Penghasilan
A-B-C kesempatan kerja yang terdiri dari sektor
formal dan sektor informal
G
D-E-F garis batas UMR
E-F-G pekerja sektor formal di atas UMR
ABEF pekerja sektor formal sesuai UMR
H BCDE pekerja sektor informal sesuai UMR
D-E-H pekerja sektor informal di atas UMR
E-F-G kepesertaan jamsos sektor formal
F E D
D-E-H kepesertaan jamsos sektor informal

Penduduk
miskin

A Sektor Formal B Sektor Informal C


12

Kurva 2. Kesempatan Kerja dan Kepesertaan Jaminan Sosial


di Negara-negara Maju
Penghasilan
FI A-B Jumlah pekerja upah
ABDE Wilayah pekerja upah
standar
D-E-F Wialayah pekerja upah
menengah ke atas
B-C-D Jumlah tertanggung
ABDE Kepesertaan jaminan sosial
E D

A Pekerja yang menerima upah B C


Kurva 3. Proporsi Akumulasi Iuran dan Besarnya Manfaat JP
Iuran-manfaat (%)
Keterangan:
1. a1-a2-a3-a4
a4 Akumulasi
a5
iuran (20%)
60
a3-a4-a5-a6
Besarnya
50
b2 manfaat
2. b1-b2-b3-a2
40
Akumulasi
c2 b4 b5
iuran (10%)
30
Manfaat Jatuh Tempo b3-b4-b5-a6
a1
c4 Besarnya
20
b1 c5 manfaat
3. c1-c2-c3-a2
10 c1 Akumulasi Iuran
Akumlasi
c3 b3 iuran (8%)
1
c3-c4-c5-a6
a2 a3 a6 Besarmua
20 25 30 35 40 65 85
manfaat
Masa iur jaminan pensiun dan manfaat jatuh tempo (tahun)
13
14

D . MANFAAT SJSN YANG DIPERLUKAN UNTUK PURNA BHAKTI

Manfaat-manfaat SJSN yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar


bagi masyarakat lansia untuk hidup layak antara lain:

1. Jaminan kesehatan (JK)


Mulai dari konsultasi, general checkup, pemeriksaan medis, pemeriksaan
laboratorium, tindakan dan pemberian alat bantu / rehabilitasi.

2. Jaminan Hari Tua (JHT)


Santunan tunai sekaligus bagi setiap peserta SJSN yang telah mencapai
usia pensiun. JHT ini dirancang secara khusus untuk keperluan menambah
modal usaha sebagai suplemen terhadap manfaat JP yang diterima secara
berkala.

3. Jaminan Pensiun (JP)


Santunan berkala yang diterima setiap bulan kepada pekerja yang pensiun
sebagai pengganti penghasilan. Santunan berlanjut sampai pada pensiun
janda / duda dan pensiun ahli waris sampai dengan usia 23 tahun. Adapun
besarnya manfaat JP ini dirancang cukupnya untuk memenuhi kebutuhan
makan, minimum dan pakaian.
15

Dari ketiga program SJSN yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan


hidup bagi bagi masyarakat pensiunan yang masih dibiayai dengan iuran,
yaitu JK. Adapun mekanisme pembayaran JK sebagai berikut:

a. Iuran JK dibayar oleh pensiunan dengan nominal iuran seperti Rp 22


ribu per orang per bulan.

b. Iuran JK dibayar setiap bulan dan pensiunan datang secara langsung


ke kantor kantor BPJS Kesehatan, karena JK sebagai kebutuhan.

c. Pelayanan JK diberikan kepada setiap peserta yang telah membayar


iuran JK baik peserta yang masih aktif maupun peserta pensiunan.

d. Bagi peserta pensiunan yang tidak sanggup membayar iuran JK


dapat ditindak-lanjuti sebagai warga tak mampu sehingga diupayakan PBI
sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Karena besarnya iuran ditetapkan Rp 22 ribu per orang per bulan


yang dipandang rendah, maka diharapkan agar semua pensiunan
mampu berpartisipasi dalam JK SJSN.
16

Besarnya manfaat JHT adalah akumulasi iuran JHT ditambah dengan hasil
pengembangannya. Program JHT ini menyerupai skema tabungan yang
bersifat wajib menurut UU SJSN untuk suplemen penghasilan di hari tua.

Berikut perhitungan kasar tentang besarnya manfaat JP SJSN (MP) sesuai


acuan UMP sangat kecil, walaupun MP didesain hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak.

a. UMP terendah : Rp 700 ribu per bulan


b. UMP tertinggi : Rp 1600 ribu per bulan
c. Rata-rata UMP : Rp 1150 ribu per bulan

Maka besarnya MP untuk sementara diklasifikasikan atas dasar

a. MP untuk pensiunan lajang : Rp 667 ribu per bulan (2/3 x 1000)


b. MP untuk pensiunan nikah : Rp 1000 ribu per bulan (2/3 x 1600)
c. MP untuk pensiunan cacat : Rp 759 ribu per bulan (2/3 x 1150)

Maksimal atau pagu upah yang dikenakan untuk perhitungan iuran JP


adalah 8 x PTKP (8x Rp 1,3 juta) = Rp 10,4 juta dibulatkan Rp 10 juta
17

Besarnya iuran JP SJSN ditetapkan 8% upah dengan rincian 5% dibayar


majikan dan 3% dipotong dari upah pekerja. Berikut beberapa illustrasi variasi
upah Rp 1 juta, Rp 5 juta dan Rp 15 juta per bulan dan hitung iuran JP per
tahun masing masing:

1. Upah Rp 1 juta / bulan


Pembayaran iuran JP / tahun:
- Majikan : 5% x Rp 1 jt x 12 = Rp 600.000
- Pekerja : 3% x Rp 1 jt x 12 = Rp 300.000
= Rp 900.000
2. Upah Rp 5 juta / bulan
Pembayaran iuran JP / tahun:
- Majikan : 5% x Rp 5 jt x 12 = Rp 3.000.000
- Pekerja : 3% x Rp 5 jt x 12 = Rp 1.500.000
= Rp 4.500.000

3. Upah Rp 15 juta / bulan dikenakan Rp 10 juta / bulan saja


Pembayaran iuran JP / tahun
- Majikan : 5% x Rp 10 jt x 12 = Rp 6.000.000
- Pekerja : 3% x Rp 10 jt x 12 = Rp 3.000.000
= Rp 9.000.000
18

Karena perbedaan antara variasi upah dan MP yang ditetapkan secara rata
sangat kecil sekali, maka diperlukan besarnya MP yang berbasis pad variasi
upah tertentu.

a. Rp 0,7 – Rp 1,6 jt, maka MP (0,75 x 1,15 jt) = Rp 0,86 ribu / bulan
b. Rp 1,7 – Rp 2,6 jt, maka MP (0,67 x 2,15 jt) = Rp 1,44 juta / bulan
c. Rp 2,7 – Rp 3,6 jt, maka MP (0,67 x 3,15 jt) = Rp 2,11 juta / bulan
d. Rp 3,7 – Rp 4,6 jt, maka MP (0,67 x 4,15 jt) = Rp 2,78 juta / bulan
e. Rp 4,7 – Rp 10 jt, maka MP (0,50 x 7,36 jt) = Rp 3,67 juta / bulan

Penjelasan:
1. Pekerja yang berpenghasilan antara Rp 0,7-Rp 1,6 juta / bulan akan peroleh
MP / bulan sebesar Rp 860 ribu saat pensiun sehingga terjadi subsidi
silang khususnya bagi pekerja yang berpenghasilan Rp 700 ribu / bulan.

2. Pekerja yang berpenghasilan antara Rp 1,7-Rp 2,6 juta / bulan akan peroleh
MP/ bulan sebesar Rp 1,44 juta saat pensiun. Akan tetapi tidak terjadi
subsidi silang.

3. Dst yang berpenghasilan antara Rp 4,7-Rp 10 juta / bulan akan peroleh


MP / bulan sebesar Rp 3,67 juta saat pensiun.
19

E. PASAL PASAL JAMINAN PENSIUN UU SJSN

1. Pasal-pasal 39-42 UU No 40/2004 tentang SJSN

a. JP UU SJSN sebagai pensiun sosial diselenggarakan secara nasional


dengan mekanisme asuransi sosial atau tabungan wajib.

b. Pensiun sosial dalam UU ini sebagai pensiun manfaat pasti yang


besarnya manfaat ditetapkan lebih dulu terlepas cukup tidaknya iuran
JP.

c. Peserta dalam JP UU SJSN adalah pekerja yang telah membayar


iuran.

d. Manfaat pensiun adalah manfaat tunai yang diterima setiap bulan oleh
pensiunan yang meliputi (i) pensiun hari tua, (ii) pensiun cacat, (iii)
pensiun janda / duda, (iv) pensiun ahli waris sampai dengan usia 23 atau
menikah sebelum usia 23 dan (v) pensiun orang tua bagi pekerja lajang untuk
masa tertentu yang akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
20

2. Persyaratan untuk memperoleh manfaat pensiun

a. Persyaratan untuk mendapatkan manfaat JP adalah setiap pekerja


yang mencapai usia 55, mengalami cacat tetap dan meninggal dunia
sebelum usia 55.

b. Manfaat JP dihitung berdasarkan masa kerja dan upah terakhir.

c. Setiap pekerja atau ahli waris berhak menerima pensiun bulanan


sampai dengan meninggalnya pencari nafkah utama sepanjang memenuhi
masa iur 15 tahun.

d. Jika peserta mencapai usia 55 tetapi masa iur kurang dari 15 tahun,
maka akun ybs dikembalikan dan dibayarkan secara sekaligus.

e. Pekerja yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan kerja


berhak manfaat pensiun bulanan tanpa memberlakukan masa iur minimal.

f. Iuran JP ditetapkan berdasarkan persentase upah.

g. Berikut dipaparkan perbedaan JP UU 40/04 dan JP UU 11/1992


21

TABEL 3. PERBEDAAN JAMINAN PENSIUN


JP UU 40/2004 Pensiun UU 11/1992
1. Kepesertaan Wajib Sukarela
2. Lingkup peserta Seluruh TK Hanya TK perusahaan2
Besar
3. Disain manfaat Pensiun dasar On top of basic benefit
4. Tujuan akhir Mencegah TUKIMIN Pengganti penghasilan
5. Motif penyelenggaraan Asas keadilan dst Suplemen
6. Pembiayaan Iuran peserta < 10% Iuran peserta 16-25%
7. Program Jaminan sosial Jaminan sosial
8. Pagu upah Berlaku Tidak berlaku
9. Prinsip gotong royong Berlaku Tidak berlaku
10. Penyelenggaraan Badan hukum publik DPPK dan DPLK
11. Masalah mendasar Kemiskinan / penuaan Masa kerja lalu
12. Dana kontinjensi APBN Pendiri

Sumber: UU SJSN, UU Jamsostek, UU 11/1992 dan Penulis (2011)


22

F. INFORMASI TENTANG VARIASI MANFAAT JP

1. Dalam menetapkan manfaat JP sebaiknya mengacu pada apakah


(i) Rata-rata upah minimum nasional antar Rp 0.65-Rp 1.4 juta,
(ii) PDB / kapita tahun 2010 sebesar Rp 1.7 juta / bulan,
(iii) Gaji pokok tertinggi PNS sebesar Rp 3.4 juta.

2. Variasi manfaat JP dapat dibuat berbeda menurut (i) jumlah nominal


upah minimum-maksimum, (ii) status pekerja lajang atau nikah dan (iii)
karena perbedaan masa iur.

3. Berikut adalah variasi manfaat JP di AS, Korea Selatan, Thailand, Filipina


dan Vietnam menyusul daftar valuta asing sebagai informasi sebelum
menetapkan manfaat JP UU SJSN:

i. USD 1 = Dong 16.000


ii. USD 1 = IDR 8.600
iii. USD 1 = Won 1.000
iv. USD 1 = Peso 50
v. USD 1 = Baht 40
23

4. Variasi manfaat pensiun bulanan (2009)

i. AS

- Lajang : USD 2323  (IDR 19,97 juta)


- Nikah : USD 4065 (IDR 34,85 juta)
- Lajang cacat : USD 2453 (IDR 21,09 juta)
- Nikah cacat : USD 3679 (IDR 31,64 juta)

ii. South Korea

- Single : Won 400.000  (IDR 3,44 juta)


- Married : Won 640.000 (IDR 5,50 juta)
- Disabled single : Won 600.000 (IDR 5,16 juta)
- Disabled married : Won 960.000 (IDR 8,25 juta)

Sumber: US Social Security Administration (2009)


Korea National Pension Institute (2009)
24

iii. Thailand

- Manfaat minimum : Baht 1.650 (IDR 354.000)


- Manfaat maksimal : Baht 15.000 (IDR 3.225.000)

iv. Filipina

- Masa iur < 10 tahun : Peso 1.000 (IDR 172.000)


- Masa iur < 20 tahun : Peso 1.200 (IDR 206.400)
- Masa iur < 30 tahun : Peso 2.400 (IDR 412.800)

v. Vietnam

- Masa iur < 15 tahun : 45% upah


- Masa iur < 30 tahun : 75% upah

Sumber: US Social Security Administration (2009)


25

G. METODE PENETAPAN BESARNYA MANFAAT JP

1. Santunan PMP adalah sebagai fungsi proporsi upah apakah 33%


atau 50% atau 66% dan atau 75% upah.

2. Pengenaan iuran JP berdasarkan pada pagu upah, karena JP SJSN


sebagai jaminan sosial secara prinsip dengan kepesertaan yang bersifat
wajib.

3. DJSN menetapkan pendapatan tidak kena pajak untuk katagori TK lajang


(PTKP) sebagai pengganti upah dalam menghitung besarnya iuran JP,
karena upah minimum begitu beragam seperti UMP, UMK dst.

4. Adapun besarnya PTKP TK lajang sebesar IDR 1.3 juta setara USD 151.

5. Maksimal PTKP yang yang dikenakan untuk iuran JP sebesar 8 x PTKP,


yaitu (8 x IDR 1.3 million) sebesar IDR 10.4 juta (USD 1209).

6. Iuran JP diusulkan 7% upah dengan rincian perusahaan iur 4% sedang


pekerja mengiur 3% upah.
26

7. Berikut adalah proporsi manfaat dan rumusan iuran sebagai persentasi


upah (Purwoko, 2011):

a. Manfaat JP ditetapkan secara sederhana sebagai proporsi upah yang


begitu beragam sebagai berikut:

1/3 2/5 ½ 3/5 2/3 ¾ Upah


(33%) (40%) (50%) (60%) (67%) (75%)

b. Iuran JP adalah persentase dari upah tertentu (PTKP) yang dikunci


untuk konsumsi hari tua:

1/15 1/12 1/10 1/8 1/5 ¼ Dikunci


(6,7%) (8,3%) (10%) (12,5%) (20%) (25%)

Indonesia, Filipina, Brunei, Vietnam Malaysia Singapore

8% PTKP

Thailand
27

c. Secara toeri, besar-kecilnya manfaat JP tergantung dari kualifikasi sbb

(i) Masa iur paling tidak 20 tahun


(ii) Kualitas penghasilan pekerja di atas upah minimum
(iii) Iuran JP paling tidak 10% PTKP
(iv) Penggunaan faktor pensiun paling tidak 2%
(v) Inflasi kurang dari 3% per tahun.
(vii) Bunga aktuaria yang akurat untuk memenuhi kewajiban aktuaria.
(viii) Hasil investasi yang diperoleh BPJS begitu moderat.

d. Menurut Prof. Zvi Bodie (1996) tentang manajemen pensiun, dalam


operasionalisasi pensiun manfaat pasti dimana sponsor menanggung risiko
dalam hal terjadinya masalah masa kerja lalu.

e. Untuk JP SJSN, pemerintah menanggung risiko dalam hal terjadi


ledakan usia senja yang pada akhirnya menimbulkan defisit, tidak karena
salah kelola oleh BPJS. Karena itu, pemerintah perlu menyiapkan dana
kontinjensi guna mengatasi masalah ledakan usia senja.
28

H. JANGKA WAKTU HABIS MANFAAT PENSIUN

1. Sebagai ilustrasi
Misalkan a. Upah / bulan : Rp 1 juta (konstan)
b. Masa iur minimal : 15 tahun
c. Bunga obligasi pemerintah : 8,5% / tahun
d. Besarnya manfaat JP : 33% upah
e. Iuran pensiun : 8% PTKP
e. Rata-rata panjang usia : 15 tahun (setelah pensiun)

Maka besarnya manfaat pensiun / tahun

0,33 x Rp 1 juta x 12 = Rp 3.960.000 (USD 460,5)

Jika seseorang yang berusia 55 tahun bisa hidup sampai 15 tahun, maka
BPJS 2 harus menyediakan dana sebesar (15 x Rp 3,96 juta) Rp 59,4
juta.

Iuran 8% x Rp 1 juta adalah Rp 80 ribu atau total iuran setahun Rp 960


ribu. Jika iuran pensiun selama 15 tahun ditambah hasil investasi sebesar
8,5%, maka diperoleh saldo pensiun sebesar Rp 27,07 juta dan jangka
waktu habis manfaat JP selama 7 tahun ( lihat Tabel 1).
29

TABEL 4. KORELASI MASA IUR DENGAN 7% PTKP DAN JANGKA WAKTU


HABIS MANFAAT JP

No Masa Faktor Iuran JP Akumulasi Besarnya Jangka


iur bunga tahunan iuran pensiun manfaat waktu
(tahun) majemuk (Rp 000) sebagai saldo pensiun / habis
8,5% pensiun tahun manfaat
(tahun) (Rp 000) (Rp 000) (tahun)

(1) (2) (3) (4) (5) = (3)(4) (6) (7)=(5)/(6)

1 15 28,2 960 27.072 3.960 6,84


2 20 48,4 960 46.464 3.960 11,73
3 25 78,6 960 75.564 3.960 19,08
4 30 135,9 960 130.464 3.960 32,94
5 35 192,7 960 184.992 3.960 46,71

Sumber: Penulis (2011)


30

2. Penyelenggaraan jaminan pensiun yang defisit

a. Alternatif iuran (c): 8%, 10% dan 15%,


b. Masa iur minimal (LPC): 15 tahun agar pekerja yang mencapai usia

pensiun berhak manfaat pensiun bulanan


c. Pendapatan bunga sebagai hasil investasi: 8,5% / tahun dan
d. Faktor pensiun (Pf): 2%
Harap hitung (a) akun iuran JP, (b) total manfaat JP jika pensiunan
bisa hidup 15 tahun kemudian (LS) dan (c) penyelenggaraan defisit.
Berikut jawabannya

Faktor bunga majemuk 8.5% untuk 15 tahun (CIF) = 28,2

Akun iuran JP Total manfaat JP Defisit


(a) (b) (c)=(a)-(b)

(c) (CIF) Pf (LPC)


i. 0,08 x 28.2 = 2.25 0,33 x 15 = 4,95 2.70
ii 0,10 x 28.2 = 2.82 Sda 2.13
iii. 0,15 x 28.2 = 4.23 Sda 0,72
31

I. SIMPULAN

a. Secara definitif, implementasi pensiun SJSN ditujukan untuk memenuhi


asas-asas keadilan, manfaat dan kemanusiaan. Dengan kata lain, JP SJSN
SJSN ditujukan agar menjadi tua kita tidak miskin (Tukimin).

b. Karena kemungkinan defisit di masa datang, maka pemerintah perlu


menyusun dana kontinjensi yang diusulkan dalam APBN. Menurut UU No
24/2011 tentang BPJS, pemerintah akan mengambil alih pendanaan
apabila terjadi krisis moneter.

c. Adapun problem nyata yang akan dihadapi BPJS 2 sebagai operator:


- Upah USD 2 / hari sebanyak 55% penduduk,
- 70% angkatan kerja berada pada sektor informal,
- 70% pekerja sektor formal masih menerima UMP sedangkan
transformasi dari sektor informal ke sektor formal masih sulit,
- Masih berlakunya kerja kontrak per 2 tahun yang hanya bisa
diperpanjang maksimal 3 x menimbulkan masalah kepesertaan JP
- Terbatasnya anggaran pemerintah dan masalah tindakan hukum.

d. Pada akhirnya JP harus diselenggarakan oleh BPJS 2 di tahun 2015 dan


apapun masalahnya dalam kepesertaan harus dimulai di tahun 2015 yang
dilakukan secara bertahap.
32

J. BIBLIOGRAFI TERBATAS

________UU No 13/2013 tentang Ketenaga-kerjaan


________UU No 40 /2004 tentang SJSN
________US Social Security Administration (2009) Washington
D.C.
________Korea Pension Institute (2009)
________Asean economic indicators of 2010

Bodie, Zvi, (1996), “Defined benefit versus defined contribution”,


Boston University - USA,

Purwoko, Bambang, (2011), “Sistem proteksi sosial dalam dimensi


ekonomi”, Penerbit Oxford Graventa Indonesia ISBN 978- 979-
1380-08-9.

Purwoko, Bambang, (2011), “Pokok-pokok kajinan manfaat dan iuran


JP UU SJSN”, DJSN-Jakarta

Bp 1-5 Februari 2012-20 November 2015

Anda mungkin juga menyukai