Anda di halaman 1dari 3

POLICY BRIEF

GROUP 4 / 4-08

HERLIANA VIVI ANASTASIA PUTRI L. (16)

HUWAIDA KESUMA WARDANI (17)

I MADE ARISNA DWIADNYANA (18)

IHSAN MUHAMMAD YUSUF (19)

KHANSA KHAIRUNNISA (20)

PRODI DIPLOMA III KEBENDAHARAAN NEGARA


JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
Policy Brief :

What’s the issue?


BPJS Ketenagakerjaan adalah sebuah badan hukum publik yang bertujuan untuk
memberi perlindungan kepada seluruh tenaga kerja Indonesia dari risiko sosial ekonomi
sesuai dengan risiko sosial ekonomi. BPJS Ketenagakerjaan juga merupakan sebuah
program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh negara berdasarkan funded social
security. Manfaat ini akan dibayarkan sekaligus oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan bila
pekerja yang bersangkutan dalam kondisi seperti sudah mencapai usia 56 tahun (pensiun),
peserta meninggal dunia, atau peserta mengalami cacat total. Namun ada beberapa kondisi
di mana peserta bisa dikategorikan termasuk dalam usia pensiun yaitu peserta
mengundurkan diri dan berhenti bekerja, peserta mengalami PHK dan tidak lagi bekerja di
manapun, peserta pergi ke luar negeri dan tidak lagi tinggal di Indonesia untuk selamanya
atau pekerja mengundurkan diri dan berhenti bekerja, kemudian bekerja lagi di perusahaan
lain, bisa mencairkan JHT sebelum perusahaan baru mendaftarkan kepesertaan JHT Anda.

Sebagai bagian dari kebijakan jaminan sosial tenaga kerja dari pemerintah maka
setiap tenaga kerja wajib mendaftarkan diri lewat program BPJS Ketenagakerjaan. Berbagai
jenis program BPJS Ketenagakerjaan yang bisa dinikmati oleh para tenaga kerja seperti
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), program Jaminan Kematian (JKM, program
Jaminan Hari Tua (JHT) dan program Jaminan Penisun (JP). Program-program ini
digunakan sebagai bentuk perlindungan untuk melindungi setiap tenaga kerja dari
kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi saat bekerja, serta menjamin
kesejahteraan. Ketika sebelum adanya asuransi ini, setiap orang yang terkena PHK, akan
menjadi pengangguran dan kesulitan, maka dengan adanya asuransi ini, memberi
pertolongan dengan kondisi itu. Adanya program pensiun juga menjadi salah satu aspek
yang mendukung perlindungan di masa tua.

Namun ternyata, beberapa kesulitan terjadi di lapangan dalam hal pengaplikasian dari
program ini. Seperti di beberapa kondisi, beberapa pekerja maupun pemberi kerja ada yang
belum mendaftarkan diri untuk program ini. Selain itu seringkali masih adanya keluhan dari
beberapa pihak terhadap sulitnya pencairan dana dari program ini. Oleh karena itu, banyak
pihak yang berharap pengaplikasian dari program ini untuk semakin ditingkatkan.

Perekonomian yang lesu akibat pandemi covid-19 ini, tentunya berdampak pada
banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada para
karyawannya. Hal tersebut juga akan berdampak pada kepesertaan asuransi sosial yang
selama ini diikuti yaitu BPJS Ketenagakerjaan. Para karyawan akan banyak melakukan
klaim atas BPJS Ketenagakerjaan ini khususnya pada Jaminan Hari Tua (JHT). Lonjakan
klaim JHT yang terjadi akibat meningkatnya jumlah PHK akan berpengaruh pada
pelaksanaan asuransi sosial (BPJS) khususnya dalam hal ketersediaan dana yang pada
prinsipnya diberikan pemerintah untuk mendorong redistribusi dari orang yang sehat
(memiliki resiko rendah) kepada orang yang sakit (memiliki resiko tinggi).

BPJS Employment is a public legal entity that aims to provide protection to all
Indonesian workers from socio-economic risks in accordance with socio-economic risks.
BPJS Employment is also a social security program organized by the state based on funded
social security. This benefit will be paid at the same time by the BPJS Employment if the
employee concerned is in conditions such as reaching the age of 56 years (retirement), the
participant dies, or the participant suffers from total disability. However, there are a number
of conditions in which participants can be categorized as including retirement age, ie
participants resign and stop working, participants experience layoffs and no longer work
anywhere, participants go abroad and no longer live in Indonesia for ever or workers resign
and stop work, then work again at another company, can withdraw the JHT before the new
company registers your JHT membership.

As part of the labor security policy of the government, every worker must register
through the BPJS Employment program. There are various types of BPJS Employment
programs that can be enjoyed by workers such as the Work Accident Insurance Program
(JKK), the Death Insurance Program (JKM, the Old Age Insurance Program (JHT) and the
pension insurance program (JP). These programs are used as a form of protection to protect
each workforce from the worst possibilities that may occur while working, and ensure
welfare. When before the existence of this insurance, every person affected by layoffs, would
become unemployed and difficult, then with the existence of this insurance, provide help with
that condition. The existence of a pension program is also one aspect that supports
protection in old age.

But apparently, some difficulties occur in the field in terms of the application of this
program. As in some conditions, some workers and employers have not registered for this
program. In addition, there are often complaints from several parties about the difficulty of
disbursing funds from this program. Therefore, many parties expect the application of this
program to be further improved.

The sluggish economy due to the covid-19 pandemic, has an impact on the number of
companies that make termination of employment (PHK) to its employees. It will also have an
impact on the participation of social insurance that has been followed, namely BPJS
Ketenagakerjaan. Employees will make many claims on the BPJS Ketenagakerjaan,
especially on Jaminan Hari Tua (JHT). The surge in JHT claims that occur due to the
increasing number of layoffs will affect the implementation of social insurance (BPJS)
especially in terms of the availability of funds in principle provided by the government to
encourage redistribution of healthy people (low risk) to sick people (high risk).

Why is this Important?

What should policy makers do? (Solutions)

Sources :

Anda mungkin juga menyukai