Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1.2.Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Praktek Bisnis
Tujuan dan manfaat pelaksanaan Praktek Bisnis adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan.
2. Mengetahui cara bagaimana peserta program untuk mengklaim pada pihak
BPJS Ketenagakerjaan tentang Jaminan Hari Tua
3. Mengetahui hubungan perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan tentang program
Jaminan Hari Tua

1.2.2 Manfaat Praktek Bisnis


1.

Bagi Perguruan Tinggi


a) Merupakan salah satu evaluasi dari pencapaian materi yang telah

dikuasai oleh mahasiswa.


b) Dapat menjalin hubungan dengan PT atau perusahaan.
2. Bagi perusahaan
a) Memperoleh sumber daya manusia sementara dengan kualifikasi yang
sesuai dengan tuntunan bidangnya.

b)

Sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat, khususnya dibidang

asuransi.
c) Memperoleh masukan objektif yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis, guna meningkatkan produktivitas perusahaan.
3. Bagi Mahasiswa

a) Sebagai masa orientasi terhadap dunia kerja yang sesungguhnya,


sehingga mendapatkan pengalaman dalam bekerja dan dapat dipakai
untuk mempersiapkan mahasiswa dari segi menal maupun kemampuan
yang dihadapi.
b) Menjalin hubungan mutualistis dengan pihak industri atau perusahaan.
c) Sebagai usaha mahasiswa untuk menambah wawasan tentang pencairan
dana Program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan Kantor
Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

1.3

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu
Mahasiswa melaksanakan Praktek Bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor
wilayah V (Jawa Tengah dan DIY) selama dua bulan yang dimulai tanggal 27
Januari 2014 sampai dengan 28 Maret 2014. Praktek Bisnis dilakukan dengan
menyesuaikan waktu jam kerja( untuk di kantor ) pukul 08.00 17.00 WIB.
2. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan magang di Jalan Pemuda Nomor 130 Kota Semarang
Lantai 2 , yang digunakan sebagai kantor oleh BPJS Ketenagakerjaan Kantor
Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).
1.4

Bentuk Kegiatan
Pada kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan praktek bisnis ini, walaupun penulis

ditugaskan pada satu bagian saja yaitu pada bagian Umum & SDM tetapi penulis tidak
dibatasi untuk mengetahui pada satu bagian saja, jadi penulis bisa leluasa mengetahui proses
kerja di setiap bagian-bagian pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah
dan DIY).
1.5

Pengertian Asuransi

Pada hakekatnya, asuransi merupakan suatu pelimpahan resiko atas kerugian


keuangan ( Financial Loos ) oleh tertanggung kepada penanggung. Resiko yang dilimpahkan
kepada penanggung merupakan resiko kerugian keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa
seseorang atau seseorang yang sudah mencapai umur tua sehingga tidak produktif lagi, maka
asuransi menggaransi nilai ekonomis seseorang, sehingga apabila terjadi hal hal yang tidak
diinginkan dan kehilangan nilai ekonomis, maka akan tetap ada yang menanggung nilai
ekonomis tersebut. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap
resiko yang dihadapi perorangan maupun resiko yang dihadapi perusahaan (Herman
Darmawi, 2004:1).
Asuransi jiwa pada umumnya

Sepanjang hidup manusia

selalu dihadapkan kepada kemungkinan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan lenyap atau berkurang nilai


ekonominya. Ini mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan keluarganya atau
orang lain yag berkepentingan.
Dengan perkataan lain manusia selalu menghadapi peristiwa-peristiwa yang
menimbulan risiko antara lain sebagai berikut :
Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau meninggal
pada umur muda , misalnya karena sakit, kecelakaan .
Cacat badan (disability, invalidity, incapacity) karena sakit atau kecelakaan.
Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan (loos of health)
Umur tua (old age)
Pengangguran (unemployment)
Hilang atau merosotnya nilai ekonomi karena peristiwa-peristiwa tersebut diatas
membawa akibat berupa beban hidup yang harus dipikul oleh yang berkepentingan.

Tiap orang dihadapkan pada masalah yang tidak dapat diperhitungkan secara pasti
atas beban hidupnya sendiri. Orang berada dalam keadaan tidak tenang arena tidak
mengetahui dengan pasti beberapa beban keuangan yang harus dipikul selama
menjalani hari tuanya dan tidak tahu umur berapa ia akan hidup. Jadi orang yang
berada dalam keadaan ketidak pastian selalu berpautan dengan rasa bingung dan
tidak tentram.
Dalam

rangka

inilah

lembaga

perasuransian

jiwa

berusaha

mengalihkan

ketidakpastian dari perseorangan ke dalam kelompok besar orang. Disini risiko


perorangan akan dibagi rata pada banyak orang.
Lembaga persuransian jiwa dapat melakukan ini, sekalipun tidak dapat
menentukan umur orang perorangan (individu) namun umur rata-rata dari kelompok besar
orang secara statistic dapat ditentukan. Pada hakekatnya dasar dari pada asuransi jiwa adalah
adanya sekelompok orang yang menyadari bahwa :

a.

Setiap orang pasti akan meninggal,


tetapi tidak pasti kapan terjadinya kematian tersebut.

b.

Kematian

pencari

nafkah

akan

berakibat hilangnya sumber pendapatan bagi yang berkepentingan. Oleh karena itu
diperlukan jaminan keuangan dalam jangka waktu tertentu selama yang
ditinggalkan belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru.
c.

Hari tua mengakibatkan hilang atau


berkurangnya pendaatan bagi yang berkepentingan, oleh karena itu diperlukan
jaminan keuangan pada hari tuanya sampai meninggal.

Jenis asuransi jiwa menurut jangka waktu perlindungan :

1.

Therm Insurance
Asuransi yang ada batas waktunya, biasanya untuk asuransi kerugian, tidak

ada pengembalian bila tidak ada klaim


2.
Ekawaktu
Merupakan asuransi yang berjangka dan ada pengembalian
1.5.1 Apa saja Manfaat ber-Asuransi :
1. Ketika habis kontrak, Nasabah mencapai akhir masa kontrak ber-Asuransi, nasabah
akanmendapatkan

kembali

seluruh

dana

yang

di

setorkan

hasil

pengembangan/bunga tabungan 10% per tahun dari nilai investasinya.


2. Bila terjadi krisis, ketika jatuh tempo kontrak Asuransi selesai tetapi dalam
keadaan terjadi kekacauan ekonomi negara ataupun perusahaan Asuransinya, Dana
nasabah tetap aman karena mendapat jaminan garansi pengembangan investasi
sebesar 4.5% per tahun (tetap kembali).
3. Ketika terjadi keterlambatan, Nasabah dalam pembayaran premi atau sempat
terhenti hingga beberapa bulan maksimal hingga 3 thn masih dapat dipulihkan
kembali polis Asuransinya dengan ketentuan nasabah harus membayar seluruh
setoran yang tertunda + bunga tunggakan dan polis aktif kembali.
4. Ketika berhenti tengah jalan, Dalam perjalanan ber-Asuransi nasabah ingin
berhenti dari pembayaran premi Asuransi bisa saja di lakukan dan nasabah akan
mendapatkan dana tabungannya sebesar nilai tunai yang ada pada saat itu + bunga
pengembangan, tetapi disarankan nasabah boleh berhenti dalam pembayaran premi
dan dana yang ada tetap di simpan di sini saja, cukup dilakukan penggantian jenis
perlindungan Asuransinya tanpa bayar setoran premi lagi cukup dengan nilai tunai
yang ada sebagai preminya.Dan nasabah beseta dananya tetap terproteksi dan tetap
di kembang hingga10% per tahun dari pada disimpan di Bank umum ( karena

hanya berkembang maksimal 6% pertahun + dipotongan biaya Administrasi +


bunga per bulannya ).
5. Apabila nasabah mengalami perawatan di rumah sakit atau mengalami cacat total
atau sebagian, nasabah akan mendapatkan santunan (sesuai ketentuan dalam polis).
6. Dan manfaat terakhir, bagi nasabah yang mengalami musibah kematian dalam
masa kontrak ber-Asuransi, maka kepada ahli waris yang di tunjuk dalam polis
akanmenerima pengembalian seluruh dana yang telah di investasikan + bunga
pengembangan dana + dana santunan pertanggungan 100% atau 200% (bila
meninggal karena kecelakaan).

BAB II
GAMBARAN UMUM
BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH V JATENG&DIY

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan secara umum dan juga BPJS Ketenagakerjaan pada Kantor Wilayah V (Jawa
Tengah dan DIY) secara lebih mendetail.

2.1 Sejarah BPJS Ketenagakerjaan


Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan
kewajiban Negara, untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.

Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara
berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social
security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat
pekerja di sektor formal.
Sejarah terbentuknya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan
mengalami proses yang panjang, yaitu diawali dengan sejarah terbentuknya PT Jamsostek
(Persero) dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk
usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan
Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS),
diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis
proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu
tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977
tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap
pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula
PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT
Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek
memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan
keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan
keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko
sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40


Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan
dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi:
"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat
perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih
berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja
di Indonesia terus berlanjut. Sampai pada Desember 2013, PT Jamsostek (Persero)
memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januari 2014 PT Jamsostek
akhirnya berubah menjadi Badan Hukum Publik yang bernama BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Ketenagakerjaan dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja,
yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan satu porgram yaitu Jaminan Pensiun
mulai 1 Juli 2015.
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan terus
meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai
program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.
Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Jamsostek tidak
hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan
kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.

2.2 Visi dan Misi BPJS Ketenagakerjaan


Berikut ini adalah visi dan misi BPJS Ketenagakerjaan, dan juga beberapa hal yang
berkaitan dengan visi dan misi tersebut.

2.2.1 Visi
Visi BPJS Ketenagakerjaan adalah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

2.2.2 Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga

Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga


kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

2.3 Filosofi BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi
resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam
membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila
meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan
dari belas kasihan orang lain.

10

Agar

pembiayaan

dan

manfaatnya

optimal,

pelaksanaan

program

BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang
tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang
berpenghasilan rendah.

2.4 Motto Perusahaan


"Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja"

2.5 Tata Nilai Budaya/Pedoman Perilaku Insan BPJS Ketenagakerjaan

Iman: Insan BPJS Ketenagakerjaan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu

berpikiran positif, dan memberikan pelayanan yang tulus ikhlas.


Profesional: Insan BPJS Ketenagakerjaan selalu mengupayakan hal yang terbaik
dalam berbuat, kompeten dan bertanggung jawab, proaktif serta selalu mengasah diri

agar siap menghadapi perubahan.


Teladan: Insan BPJS Ketenagakerjaan sadar bahwa harus menjadi panutan,

menghormati sesama serta saling memberi bantuan, dukungan dan bimbingan.


Integritas: Insan BPJS Ketenagakerjaan harus dapat dipercaya, komitmen, berani

mengemukakan pendapat, dan menjujung tinggi kode etik profesi.


Kerjasama: Insan BPJS Ketenagakerjaan mengutamakan keberhasilan perusahaan,
selalu menjaga kebersamaan, menghargai perbedaan pendapat dan tercapainya
sinergi.

2.6 Etika Kerja Insan BPJS Ketenagakerjaan

Teamwork : Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang lain


atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

11

Open Mind : Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima gagasangagasan baru yang lebih baik.

Passion : Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.


Action : Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah disepakati dan
ditetapkan bersama

Sense : Rasa memiliki kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki inisiatif yang
tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

2.7 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Gambar 2.1 Logo BPJS Ketenagakerjaan

12

Sebelum tahun 2014, BPJS Ketenagakerjaan lebih dikenal sebagai brand Jamsostek,
yang

mana brand

awareness-nya

sudah

cukup

kuat

di

masyarakat.

Dengan

bertransformasinya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, tim pembuatan logo mencoba


mengambil elemen dari brandmark Jamsostek yang masih dapat mengingatkan masyarakat
terhadap brand tersebut, yaitu icon huruf J, yang kemudian harus kita kombinasikan dengan
pesan BPJS Ketenagakerjaan sebagai jembatan atau jalan yang dapat menjamin kesejahteraan
masyarakat dan peserta.
Logo Jamsostek terdiri dari 1 warna, hijau saja. Kini BPJS Ketenagakerjaan menjadi 3
warna, hijau, orange muda dan biru. Makna dari warna-warna tersebut adalah sebagai
berikut:

Hijau melambangkan pertumbuhan dan kesejahteraan

Biru melambangkan sustainability dan kepercayaan

Kuning melambangkan optimisme.


Adanya warna warna baru dalam brandmark BPJS Ketenagakerjaan bertujuan untuk

mendukung wujud transformasi BPJS Ketenagakerjaan dan memperkuat citra BPJS


Ketenagakerjaan sebagai institusi publik yang siap melayani serta menjamin kesejahteraan
peserta secara menyeluruh.
Prosesnya dimulai pembuatan logo ini melalui research komprehensif yang dilakukan
oleh consultant team dan kemudian untuk proses mendesain brandmark dan aplikasi
dilanjutkan oleh creative team. Tantangannya adalah bagaimana mempertahankan equity dari
brandmark Jamsostek yang telah lebih dulu melekat di benak masyarakat, namun tetap harus
di-craft dan memiliki makna khusus yang dapat menyampaikan sebuah pesan transformasi
dari BPJS Ketenagakerjaan.

2.8 BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

13

Sebagai Ibu Kota Provonsi Jawa Tengah, Kota Semarang dipilih oleh BPJS
Ketenagakerjaan sebagai lokasi untuk berdirinya BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V
(Jawa Tengah dan DIY). Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang
terus berkembang sesuai pesatnya laju ekonomi dan bidang-bidang usaha serta kehidupan
sosial masyarakatnya. Dengan lokasi Kantor Wilayah V di Semarang, diharapkan dapat
menunjang operasional Kantor Cabang serta Kantor Cabang Pembantu yang dibawahinya,
karena seperti yang telah kita ketahui bahwa Kota Semarang memiliki letak yang relatif
strategis, mudah dicapai dan dekat dengan pusat pemerintahan dan perekonomian.
BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY) membawahi 12
Kantor Cabang dan 4 Kantor Cabang Pembantu. Berikut adalah daftar kantor-kantor yang
dibawahinya tersebut beserta alamatnya:
1. Kantor Cabang Semarang I
Jalan Pemuda No.130 Semarang. Kode pos 50132.
Telepon (024) 3520279, 3588880, 3520281. Fax. (024) 3553712.
2. Kantor Cabang Semarang II
Jalan Soekarno Hatta No.78 A Semarang. Kode Pos 50119.
Telepon (024) 76747997. Fax. (024) 76746682.
3. Kantor Cabang Surakarta
Jalan Bhayangkara No.42 Surakarta. Kode Pos 57149.
Telepon (0271) 736637, 736630. Fax. (0271) 716261.
4. Kantor Cabang Cilacap
Jalan MT Haryono No.18 Cilacap. Telepon (0282) 537979.
Fax. (0282) 534567
5. Kantor Cabang Yogyakarta
Jalan Urip Sumoharjo No.106 Yogyakarta. Kode Pos 55222.
Telepon (0274) 518953, 519670. Fax. (0274) 518223, 519671.
6. Kantor Cabang Pekalongan
Komp. Perkantoran Podosugih Jalan Majapahit Pekalongan.
Telepon (0285) 425857, 425858. Fax. (0285) 425859.
7. Kantor Cabang Kudus
Jalan Pramuka No.368 Kudus. Kode Pos 59319. Telepon (0291) 437874.
Fax. (0291) 431151.
8. Kantor Cabang Magelang
Jalan Jendral Gatot Subroto No.8 Pakelan, Magelang.
Telepon (0293) 310430, 310247. Fax. (0293) 310431.
9. Kantor Cabang Tegal
Ruko Palm Town House B R-5 Jalan Perintis Kemerdekaan Tegal.
Telepon (0283) 341545, 341546. Fax. (0283) 343543.

14

10. Kantor Cabang Klaten


Jalan Kopral Sayom No.11 Klaten. Telepon (0272) 326602, 327331.
Fax. (0272) 326016.
11. Kantor Cabang Purwokerto
Jalan Jend.S. Parman No.80 Purwokerto. Telepon (0281) 642484, 642486.
Fax. (0281) 642482.
12. Kantor Cabang Ungaran
Jalan Soekarno Hatta No.10 Ungaran. Kode Pos 50552.
Telepon (024) 6923036, 6926928, 6926929. Fax. (024) 76913460.
13. Kantor Cabang Pembantu Sleman
Jalan Godean Km.4,5 No.23 Sleman. Kode Pos 55592.
Telepon (0274) 4547475. Fax. (0274) 4539141.
14. Kantor Cabang Pembantu Sukoharjo
Jalan Slamet Riyadi No.27 Sukoharjo. Telepon (0271) 591908.
15. Kantor Cabang Pembantu Boyolali
Jalan Raya Boyolali Solo Km.3 Randusari Teras Boyolali.
Telepon (0276) 324546.
16. Kantor Cabang Pembantu Purbalingga
Jalan S. Parman No.17 Purbalingga. Telepon (0281) 895705.
2.9 Struktur Organisasi
Pada sub-bab ini, akan dijelaskan struktur organisasi BPJS Ketenagakerjaan secara
umum maupun BPJS KetenagaKerjaan pada Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).
Berikut ini adalah struktur organisasinya.

2.9.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum


Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Direksi Nomor: KEP/111/032013 tentang Struktur Organisasi, adalah sebagai
berikut:

15

16

Gambar 2.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum

2.9.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

17

Gambar 2.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

2.10 Deskripsi Kerja dan Tanggung Jawab

18

Berikut adalah deskripsi kerja tanggung jawab pada BPJS Ketenagakerjaan pada
Kantor Wilayah V:
1. Kepala Kantor Wilayah
Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengevaluasi dan mengendalikan kegiatan
operasional di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang yang berada di wilayahnya, selaras
dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan di Kantor Pusat, guna memastikan pencapaian
target wilayah secara optimal, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku
diperusahaan.

2. Sekretaris Wilayah
Melaksanakan pengelolaan administrasi surat menyurat, rapat intern/ekstern,
administrasi personil, serta sarana dan prasarana kerja pada Kantor Wilayah, guna
mendukung kelancaran kerja Kepala Kantor Wilayah.
3. Senior Analisis Wilayah
Menyusun dan membuat analisa, kajian dan usulan rencana pengembangan
pemasaran, pelayanan, keuangan & teknologi informasi, umum & sumber daya manusia,
manajemen mutu dan risiko serta melakukan pemantauannya di lapangan serta melakukan
perbaikan berkesinambungan di Kantor Wilayah, guna mendukung kelancaran operasional
dan pelayanan secara optimal selaras dengan kebijakan kantor pusat, sesuai dengan standar
dan ketentuan yang berlaku di perusahaan, agar dapat mendukung pencapaian tujuan Kantor
Wilayah.
4. Kepala Pemasaran Wilayah
Mengarahkan dan memantau kegiatan pengembangan dan pengelolaan kepesertaan
formal, informal dan program khusus di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu yang

19

berada di wilayahnya, mengendalikan pengelolaan kemitraan, PKP serta hubungan kerja


dengan instansi pemerintah/non pemerintah yang dapat mendukung kegiatan pemasaran,
guna mencapai target kepesertaan dan nilai iuran di wilayah.
5. Spesialis Pemasaran Formal Wilayah
Melaksanakan sosialisasi strategi dan program pemasaran kepesertaan formal wilayah
ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau dan menganalisa tingkat
pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan dalam hal terjadi kendala, serta
mengembangkan kemitraan di wilayah sesuai arahan atasan, guna mendukung efektivitas
kinerja pemasaran formal Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target
kepesertaan formal.
6. Spesialis Manajemen Account Wilayah
Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan akun untuk Kantor Cabang/Kantor Cabang
Pembantu (KCP) di wilayah, melakukan analisa terkait dengan pengimplementasian
strategi/program pengelolaan akun, pembinaan pelanggan dan Relationship Officer (RO) di
Kacab/KCP, guna mendukung atasan dalam peningkatan pendapatan dari peserta aktif.
7. Penata Utama Pemasaran Informal Wilayah
Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan informal
wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau dan menganalisa
tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan dalam hal terjadi kendala,
serta mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai arahan atasan, guna mendukung
efektivitas kinerja pemasaran informal Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk
mencapai target kepesertaan Informal.
8. Penata Utama Pemasaran Formal Wilayah
Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan formal wilayah
ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau dan menganalisa tingkat
pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan dalam hal terjadi kendala, serta

20

mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai arahan atasan, guna mendukung efektivitas


kinerja pemasaran formal Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target
kepesertaan formal.
9. Penata Madya Pengelolaan PKP
Mengkoordinasikan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan program PKP di
Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu, menganalisa penerapan dan efektivitas program,
guna mendukung optimalisasi dan efektivitas program PKP dalam upaya pencapaian target
pemasaran wilayah.
10. Kepala Pelayanan Wilayah
Mengarahkan dan memantau penyelenggaraan program jaminan sosial dan
pelaksanaan kegiatan pelayanan di seluruh titik pelayanan yang berada dibawah koordinasi
Kantor Wilayah, melakukan pembinaan kepada para petugas serta mengelola dan mengolah
data base, guna menjaga kualitas penyelenggaraan program dan tingkat pelayanan bagi
peserta jaminan sosial.
11. Spesialis Manajemen Program JPK-JKK
Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaraan program JPK dan JKK pada
Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, mengevaluasi efektivitas kerjasama
dengan PPK, guna mendukung atasan dalam pemantauan efektivitas penyelenggaraan
program JPK dan JKK.
12. Penata Utama Manajemen Pelayanan
Mengkompilasi dan menganalisa data kinerja pelayanan dan petugas pelayanan di
titik pelayanan dibawah koordinasi wilayahnya sesuai standar mutu yang telah ditetapkan,
melakukan pembinaan bagi petugas pelayan dan mengkoordinasikan pengelolaan kanal
pelayanan, guna mendukung atasan dalam meningkatkan mutu pelayanan di Kantor
Cabang/KCP.
13. Penata Utama Manajemen Program JHT-JK
Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaran program JHT-JK pada Kantor
Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, menyusun laporan dan mengelola database,
guna mendukung atasan dalam pemantauan efektivitas penyelenggaraan program JHT-JK.
14. Kepala Umum dan Sumber Daya Manusia Wilayah

21

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan


pengelolaan sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan aset dan
pelayanan umum bagi pegawai/perusahaan (seperti kerumahtanggaan, kebersihan, keamanan,
kearsipan, dan lain-lain), serta hubungan komunikasi dengan pihat internal dan eksternal,
guna memberikan dukungan bagi kelancaran seluruh kegiatan pengelolaan bisnis di
wilayahnya.
15. Penata Madya Umum
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pengadaan, pemeliharan aset,
pelayanan umum bagi pegawai dan organisasi, serta melaksanakan program komunikasi
kepada pihak internal dan eksternal sesuai program dan arahan atasan, guna mendukung
kelancaran pelaksanaan kerja.
16. Penata Madya Sumber Daya Manusia
Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia di
Kantor Wilayah, serta melakukan koordinasi untuk pengelolaan SDM di Kantor
Cabang/Kantor Cabang Pembantu di area wilayahnya, guna mendukung terlaksananya
pengelolaan sistem SDM dan untuk tertib administrasi kepegawaian.
17. Kepala Keuangan dan Teknologi Informasi Wilayah
Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan dan teknologi informasi di Kantor Wilayah beserta Kantor Cabang dan
Cabang Pembantu yang berada dibawah koordinasinya, guna memberikan dukungan bagi
kegiatan operasional yang efektif dan efisien.
18. Penata Madya Keuangan
Melaksanakan pengelolaan keuangan di kantor wilayah (mencakup penyusunan
anggaran, pengelolaan dana, pencatatan transaksi keuangan, serta pelaporan kewajiban
perpajakan), menghimpun, mengkompilasi dan menganalisa efisiensi pengelolaan keuangan
di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu, guna mendukung atasan dalam perwujudan
kondisi keuangan yang sehat, yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan operasional
dengan optimal.
19. Penata Madya Teknologi Informasi

22

Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pemberian dukungan teknis dalam


kegiatan pemeliharaan dan penyelesaian gangguan sistem/teknologi informasi di Kantor
Wilayah/Kantor cabang/Kantor Cabang Pembantu, serta menjaga keamanan dan memelihara
data, guna mendukung upaya untuk menciptakan proses kerja berbasis teknologi informasi
yang handal.
20. Kepala Manajemen Mutu dan Risiko Wilayah
Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan aspek hukum, penerapan manajemen mutu dan risiko, serta kegiatan yang terkait
dengan pengendalian internal, guna memastikan kegiatan operasional di Kantor
Wilayah/Cabang/KCP selaras dengan strategi dan kebijakan perusahaan.
21. Penata Utama Manajemen Mutu
Mengkomunikasikan kepada pegawai di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang serta
Kantor Cabang Pembantu di wilayah kerjanya mengenai sistem manajemen mutu yang
berlaku, memantau penerapannya dan melaksanakan pembinaan, serta mengumpulkan
informasi dan mengelola dokumen mutu, guna mendukung tercapainya kinerja yang
berkualitas sesuai dengan standar mutu yang diharapkan.
22. Penata Utama Manajemen Risiko
Menyusun Laporan Profil Risiko unit kerja di wilayahnya, dan melakukan fungsi
fasilitasi dan konsultasi untuk menjamin terlaksananya proses pengelolaan risiko secara
efektif di seluruh unit kerja di wilayahnya, guna meminimalisir potensi risiko yang dapat
terjadi.
23. Penata Utama Pengendalian Internal
Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengendalian pemenuhan standar tata
kelola perusahaan (Good Corporate Governance) serta pengelolaan aspek hukum di Kantor
Wilayah (beserta Cabang dan Cabang Pembantu), guna mendukung terwujudnya budaya
kepatuhan di lingkungan Kantor Wilayah secara keseluruhan.

2.11 Program-program Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan

23

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi
tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risikorisiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi
tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan
yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program jaminan sosial tersebut
terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal
dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau
membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan
mekanisme Asuransi Sosial.
Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki beberapa program-program jaminan, berikut
ini adalah program-program jaminan saat ini dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan:
a)
b)
c)
d)

Program Jaminan Hari Tua


Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Program Jaminan Kematian
Program Jaminan Pensiun, program ini di rencanakan akan dimulai pada tahun 2015.

24

BAB III
PROSES PENCAIRAN DANA PROGRAM JAMINAN HARI TUA PADA BPJS
KETENAGAKERJAAN

3.1

Program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan

Pada Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan
tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem
tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan
yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi
persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:

Ditanggung Perusahaan = 3,7%

Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

25

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul
ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa


tunggu 1 bulan (dan tidak bekerja lagi di perusahaan lain).
Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan Hari Tua adalah sebagai berikut:


1.

Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5
Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan:
a.

Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli

b.

Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)

c.

Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan Pengadilan


Hubungan Industrial

d.
2.

Kartu Keluarga (KK)

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total dilampiri
dengan Surat Keterangan Dokter

3.

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah Republik
Indonesia dilampiri dengan:
a.

Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

b.

Photocopy Paspor

c.

Photocopy VISA

26

4.

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55
thn dilampiri:

5.

a.

Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan

b.

Photocopy Kartu keluarga

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan
sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa
tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja,
dilampiri dengan:
a.

Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

b.

Surat pernyataan belum bekerja lagi

c.

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri
Sipil/POLRI/ABRI

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (Persero) melakukan


pembayaran JHT.

3.2 Prosedur Klaim Program Jaminan Hari Tua


Mulai
Dokumentasi
Selesai
Meminta map
pada door women
Pencairan dana
klaim
Perlengkapan
surat-surat

wawancara

27

Memeriksa datadata pencairan


dana

Benar
dan
Lengkap
?

Pengolahan data
peserta

Masukan map ke
drop box

Sumber : Kantor Cabang Semarang 1


Dalam flowchart gambar diatas menjelaskan proses pencairan dana program jaminan
hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY.
Di dalam perusahaan asuransi disetiap para peserta pasti juga terkadang para peserta
ingin mencairkan dananya pada saat waktunya klaim itu dapat di cairkan. Di BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang 1 ini juga mengatasi berbagai macam cara dalam
pencairan dana habis kontrak syaratnya foto copy KTP / kartu identitas dan kuitansi premi
asli seperti yang tadi sudah di jelaskan sebelumnya. Jika surat- suratnya lengkap proses klaim
pun akan cepat dilakukan bila sudah memasukan data pada drop box sebelum jam 12 siang
maka proses pencairan klaim pun dapat di lakukan hari itu juga sedangkan bila memasukan
persyaratannya melebihi jam 12 maka proses klain dapat di ambil besok harinya.

Dalam pencairan dana ini pemegang polis harus hadir sendiri tidak boleh diwakilkan
kecuali peserta tersebut meninggal dunia. Karena salah satu syarat pencairan dana program
jaminan hari tua ada proses wawancara yang harus dilakukan oleh peserta tersebut. Peserta
juga wajib mengisi data data perlengkapan untuk memenuhi kewajiban buku administrasi
agar data-data dapat segera diproses.

28

Proses pencairan dana program jaminan hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan dijelaskan pada
flowchart diatas yaitu :
1. Mulai / Start yaitu menjelaskan awal mulai untuk proses pencairan dana Program
Jaminan Hari Tua.
2. Meminta map pada door women yaitu meminta map yang berisi formulir
pengambilan dana program jaminan hari tua dan check list untuk mengetahui data
tersebut kurang atau tidak.
3. Perlengakapan surat surat yaitu surat - surat yang berisi persyartan yang berupa
foto copy KTP/kartu identitas dan lain-lain sesuai kebutuhan klaim.
4. Memeriksa data pencairan dana yang dilakukan oleh peserta sendiri dan dibantu
door women untuk perlengkapan data pemegang peserta program tersebut dan
surat surat pemegang peserta.
5. Kemudian setelah di cek data data dan persyaratan apakah sudah benar dan
lengkap.
6. Memasukan map ke drop box yaitu dimana data yang sudah lengkap tadi
dimasukan ke dalam dalam map yang sudah diberikan oleh door women yang
kemudian dimasukan ke dalam drop box untuk mendapatkan nomer antrian.
7. Pengolahan data peserta yaitu dimana data setelah dimasukan ke drop box akan
diperiksa oleh bagian administrasi apa sudah lengkap atau belum yang kemudian
akan ke tahap wawancara.
8. Wawancara yaitu dimana pihak BPJS Ketenagakerjaan mewawancara peserta
tersebut untuk mengecek tingkat valid data yang telah dibelikan oleh peserta.
9. Pencairan Dana Klaim yaitu dimana setelah proses wawancara menemukan
tingkat valid maka klaim akan di cairkan.
10. Dokumentasi yaitu untuk pegangan kantor bahwa dana program jaminan hari tua
tersebut sudah dicairkan.
11. Setelah itu selesai yang pada akhirnya proses pencairan dana program jaminan
hari tua selesai ,uang tersebut sudah ditangan para peserta program jaminan hari
tua.

29

3.3 Hubungan Perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan Pada Program Jaminan


Hari Tua
Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi
tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risikorisiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi
tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan
yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi
peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang
mengakibatkan berkurangnya

atau terputusnya

penghasilan tenaga kerja dan/atau

membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan


mekanisme Asuransi Sosial. Adapun program yang di bayarkan oleh perusahaan tersebut
mengenai program Jaminan Hari Tua ke BPJS adalah sebagai berikut.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:

Ditanggung Perusahaan = 3,7%

Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Dengan adanya program Jaminan Hari Tua yang di sediakan oleh

BPJS

Ketenagakerjaan maka hubungannya dengan perusahaan yang mengikuti program tersebut


adalah para pekerja di perusahaan tersebut masa depannya akan lebih terjamin karena adanya
tunjangan berupa tabungan yang telah di bayarkan pada tiap bulan sebelumnya yang bisa di
ambil pada saat pekerja tersebut berusia 55 tahun. Dengan adanya kerjasama program

30

tersebut maka perusahaan sudah mengikuti UU tentang ketenagakerjaan dan terhindari dari
sanksi yang ada.
Dengan adanya kerja sama perusahaan dengan BPJS tentang program tersebut maka
perusahaan yangmengikuti program tersebut para pekerja merasa lebih aman mengenai masa
tua nanti, dengan begitu maka para pekerja akan bekerja lebih semangat lagi tanpa terpikirkan
masa tuanya nanti lalu secara otomatis akan berdampak pada maksimalnya kinerja karyawan
perusahaan tersebut yang akan menghasilkan laba yang maksimal unyuk perusahaan tersebut
nantinya. Perusahaan juga nantinya akan menanggung beban yang lebih kecil bila terjadi
kecelakaan terhadap resiko pekerjaan tersebut karena sudah mengikuti program BPJS.
3.4 Kegiatan dan Isi Kegiatan Praktek Bisnis
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis selama praktek bisnis BPJS
Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY ialah sebagai berikut :
a. Mengikuti test wawancara seperti halnya karyawan baru yang mau bekerja pada
BPJS Ketenagakerjaan.
b. Penulis memperkenalkan diri pada semua karyawan yang ada pada bidang masing
masing, mulai dari kepala kanwil, kepala divisi, staff, hingga office boy dan lain-lain
.
c. Pengenalan program BPJS yang telah ada dan yang nantinya aka nada program baru
yaitu jaminan pensiun yang rencananya akan di luncurkan pada tahun 2015 ini.
d. Pelatihan atau arahan apa yang harus dilakukan oleh penulis pada proses praktek
bisnis tersebut.

3.5 Metode Praktek Bisnis


Metode praktek bisnis pada BPJS ketenagakerjaan Kantor wilayah V jateng & DIY
menggunakan metode langsung, metode yang menempatkan mahasiswa langsung pada kantor

31

dan kunjungan wawancara langsung oleh mahasiswa. Sedangkan sebagai pembimbing


lapangan yakni Kepala Divisi dan karyawan lainnya.

3.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat


3.6.1

Faktor Pendukung

Penulis selama melakukan praktek bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah


V Jateng & DIY menemui kemudahan dalam bekerjanya, karena adanya faktor
faktor sebagai berikut :
a. Ketersediaan peralatan kerja yang lengkap, meliputi computer, printer,
scanner, alat kantor lainnya, papan tulis dsb
b. Tempat kerja yang nyaman dan bersih, meliputi tata ruang dan kelengkapan
seperti meja kantor, kursi kantor, ruangan ber AC sehingga suasana kerja yang
nyaman yang berdampak pada maksimalnya kinerja.
c. Mahasiswa memperoleh bimbingan dari semua karyawan mulai dari cara
membuat kliping yang benar, hingga cara mendata mitra binaan BPJS
Ketenagakerjaan, serta diskusi akan dinamika prospek, hingga bagaimana para
nasabah jika ingin mencairkan dana program yang ada di BPJS
Ketenagakerjaan.
d. Sikap karyawan yang ramah dan suka bercanda sehingga membuat cair
suasana kantor yang terkadang tenang dan penuh konsentrasi.
e. Mahasiswa mampu mengoperasikan fitur standar dasar dasar computer,
seperti mengetik saleskit, kutipan premi dsb.

32

f. Mahasiswa mengikuti pelatihan dan dibekali buku pedoman BPJS


Ketenagakerjaansehingga mengetahui tentang program-program yang ada di
BPJS Ketenagakerjaan.

3.6.2

Faktor Penghambat
Penulis juga mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan praktek bisnis di
BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah V Jateng & DIY, faktor penghambatnya:
a. Kesulitan dalam berkomunikasi dalam tahap pendekatan dengan para
karyawan karena penulis merasa gugup pada awal praktek bisnis.
b. Keterbatasan penggunaan softwere computer dalam hal ini khususnya adalah
softwere EDMS yang digunakan untuk menyimpan arsip perusahaan
sehingga berdampak pada menumpuknya surat yang masuk yang belum
dimasukan ke softwere EDMS tersebut.
c. Kesulitan dalam mencari arsip perusahaan dikarenakan dampak dari
kurangnya softwere tersebut.
d. Keterbatasan jumlah karyawan yang belum terisi yang berdampak pada
adanya pekerjaan yang di limpahkan ke posisi lain untuk segera dikerjakan.
e. Terlalu seringnya periode pergantian kepala kantor wilayah yang berdampak
pada akan terjadinya proses adaptasi baru.
f. Keterbatasan wawasan penulis akan perasuransian sehingga

mengalami

kesulitan dalam memahami bidang perasuransian dikarenakan sedikitnya


mata kuliah yang berhubungan dengan asuransi, sehingga pada awalnya

33

penulis kurang paham bagaimana asuransi itu bisa meringankan beban kelak
di masa yang akan datang.

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Selama praktek bisnis ini berlangsung, penulis mendapatkan beberapa hal yang tidak

pernah didapat di bangku perkuliahan, seperti misalnya pengalaman dalam menghadapi


situasi kerja disamping itu juga dapat mengenal lebih jauh sebuah perusahaan pelayanan jasa
yang memiliki karakteristik tersendiri yang dalam hal ini adalah BPJS Ketenagakerjaan
Kantor Wilayah V Jateng & DIY selama 2 bulan (27 Januari 2014 sampai dengan 28 Maret
2014), dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Dalam hal proses kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng &
DIY memiliki mekanisme kerja yang sistematis dan berkesinambungan, bekerja
secara profesional dan tidak hanya bertindak sebagai tenaga pemasaran saja, namun
juga sebagai pihak yang memberikan pelayanan.
2. Dalam pekerjaan dilakukan dengan sikap yang santai tetapi serius, sehingga
pekerjaan tetap berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan rasa tegang.

34

3. Sikap kesediaan saling membantu dari para karyawan merupakan wujud


profesionalisme dalam menghadapi persaingan dalam kegiatan perusahaan.
4. Adanya sikap yang diberikan oleh para karyawan yang ada di BPJS Ketenagakerjaan
Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat terbuka dan mau membagi ilmu mereka
kepada pemagang. Jadi, pemagang mendapatkan banyak ilmu dan benar-benar
merasa terbantu dengan sikap mereka yang terbuka tersebut.
5. Situasi kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat
kondusif karena adanya sikap kekeluargaan dan keramahtamahan antar pegawai
yang berdampak pada maksimalnya kinerja para pegawai.

4.2 Saran Saran


Berdasarkan pembahasan yang telah di jabarkan oleh penulis, berikut adalah saran yang
dapat di berikan untuk BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY.
1. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia agar tidak ada posisi yang kosong
dalam struktur perusahaan dan berdampak pada menumpuknya pekerjaan,
penambahan sumber daya manusia ini akan berdampak pada kinerja yang lebih
efektif lagi.
2. Sistem komputerisasinya harus lebih ditingkatkan yaitu khususnya softwere EDMS
agar memudahkan dalam pencarian berkas yang akan digunakan.
3. Hendaknya pengetahuan terhadap suatu bidang pekerjaan tidak hanya diketahui oleh
penanggung jawab bidang tersebut saja tetapi keseluruhan karyawan agar bila salah
satu karyawan berhalangan hadir dapat ditangani oleh karyawan lain.

Anda mungkin juga menyukai