Anda di halaman 1dari 8

Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS)

Disusun oleh : Kelompok 10


Ori Onica Putri 202060185
Nilma Shafa Aulia 202060186
Elza Ivana 202060189

Trisakti School of Management Jakarta


Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang ditujukan kepada
tenaga kerja, terutama yang berada dilingkungan perusahaan dalam hal penyelenggaraan,
perlindungan dengan interaksi kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Tenaga
kerja dan pengusaha).
Jaminan Sosial adalah suatu program perlindungan yang diberikan oleh negara,
masyarakat dan organisasi sosial kepada seseorang/individu yang menghadapi kesukaran-
kesukaran dalam kehidupan dan penghidupannya, seperti penderita penyakit kronis, kecelakaan
kerja dan sebagainya.
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja dinyatakan dalam Undang-undang No. 3 Tahun
1992, yaitu : Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin,
hari tua dan meninggal dunia.
Keberadaan jaminan sosial tenaga kerja sebagai upaya perlindungan hidup tenaga kerja
disuatu perusahaan besar manfaatnya, oleh karena itu sebagai langkah untuk menjamin hidup
tenaga kerja, perusahaan sangat perlu memasukkan tenaga kerjanya dalam program jaminan
sosial tenaga kerja yang dikelolah oleh PT. JAMSOSTEK.
Karena perusahaan yang memasukkan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek adalah
perusahaan yang terletak bijaksana pemikiranya dan telah bertindak : [4]
1. Melindungi para buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi kecelakaan kerja
yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya mutakhir, maupun karena penempatan tenaga
kerja pada proyek-proyek diluar daerah dalam rangka menunjang pembangunan.
2. Mendidik para buruhnya supaya berhemat/menabung yang dapat dinikmatinya
apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian yang harus dihadapi buruh beserta keluarganya.
3. Melindungi perusahaan dari kerusakan kemungkinan berjumlah sangat besar,
karena terjadinya musibah yang menimpa beberapa karyawan, dimana setiap kecelakaan atau
musibah sama sekali tidak diharapkan.
Jaminan sosial tenaga kerja (workers’ social security) adalah suatu bentuk perlindungan
yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya terhadap berbagai resiko pasar tenaga kerja
(labor market risks), misalnya: resiko kehilangan pekerjaan, penurunan upah, kecelakaan kerja,
sakit, cacat, lanjut usia, meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)
merupakan bagian dari system perlindungan sosial (social protection) yang memberikan
perlindungan tidak hanya kepada mereka yang bekerja saja, tetapi juga kepada seluruh
masyarakat. Di negara negara maju jaminan sosial tenaga kerja merupakan bagian terpenting dari
system perlindungan sosial karena hampir seluruh keluarga dalam masyarakat akan tercakup
oleh program jaminan sosial tenaga kerja.
Akan tetapi, di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, jaminan sosial
tenaga kerja formal hanya mencakup sebagian kecil keluarga dalam masyarakat karena sebagian
besar penduduk bergerak di sektor informal. Dalam masyarakat tradisional, perlindungan sosial
terhadap warganya lebih banyak dilakukan secara informal dengan mengandalkan bantuan
keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Misalnya setiap generasi mempunyai tanggung jawab untuk memelihara orang tua di hari
tua mereka, dan masyarakat diharapkan akan membantu tetangga mereka yang lemah. Tetapi
meningkatnya urbanisasi dan formalisasi perekonomian, menurunnya tingkat kelahiran, dan
meningkatnya umur harapan hidup, semuanya telah menimbulkan tekanan-tekanan yang
mengakibatkan melemahnya system perlindungan sosial informal.
Industrialisasi, yang diikuti dengan urbanisasi, telah menyebabkan kota-kota besar
dipadati dengan sejumlah besar tenaga kerja yang hidupnya tergantung dari penerimaan upah.
Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup, tetapi ini juga
berarti bertambah banyaknya golongan penduduk lanjut usia dan tidak produktif lagi yang
hidupnya tergantung dari orang lain dan semakin banyaknya jumlah pensiunan lanjut usia
(manula) yg memerlukan biaya tinggi untuk perawatan kesehatannya.
Pembangunan jalan raya dan banyaknya kendaraan yang memadati lalu lintas telah
mengakibatkan meningkatnya jumlah kecelakaan dan memburuknya kualitas udara. Tekanan
untuk menyediakan kebutuhan ruang bagi perusahaan, perkantoran, pabrik, dan tempat tinggal
telah mempersempit lingkungan hidup yang bersih dan segar. Semuanya berdampak negatif bagi
kesehatan masyarakat. Hal-hal tersebut mendorong timbulnya kebutuhan untuk menciptakan
sistem perlindungan sosial yang bersifat formal, dan dikelola secara modern dengan aturan-
aturan yang jelas dan mengikat.
Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan berlandasarkan dasar-dasar
hukum.
a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945.
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya undang-
undang pengawasan perburuhan tahun 1948 nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh
Indonesia (Lembaran Negara tahun 1951 Nomor 41).
c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
Mengenai tenaga kerja (lembaran Negara Tahun 1969 nomor 55 : Tambahan lembaran negara
nomor 2912).
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja (lembaran negara
tahun 1970 nomor 1, tambahan lembaran negara nomor 2918).
e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di
perusahaan (Lembaran Negara tahun 1981 nomor 39, tambahan lembaran negara nomor 3201).
Perlindungan Sosial di Indonesia
Di negara-negara maju, sebagian besar sistem perlindungan sosial formal dilaksanakan melalui
berbagai mekanisme jaminan sosial tenaga kerja. Hal ini dapat berjalan secara efektif karena
hampir seluruh keluarga tercakup oleh jaminan social tenaga kerja. Oleh karena itu, sistem
perlindungan sosial formal di luar jaminan sosial tenaga kerja hanya merupakan pelengkap, dan
sasarannya biasanya didefinisikan secara sempit, misalnya “ibu dengan anak tanpa suami”
(single mother) atau “penganggur muda usia” (unemployed youth).
Secara obyektif dapat dikatakan bahwa Indonesia belum memiliki system perlindungan
sosial formal yang memadai untuk membantu individu, rumahtangga, dan masyarakat dalam
menghadapi berbagai risiko yang mungkin timbul, termasuk resiko pasar tenaga kerja seperti
kehilangan pekerjaan, sakit, kecelakaan kerja, dan usia tua. Seperti kebanyakan penduduk di
negara-negara sedang berkembang lainnya, sebagian besar penduduk Indonesia harus
mengandalkan system perlindungan informal dari keluarga, tetangga, dan masyarakat. Ketika
terjadi krisis ekonomi, pada tahun 1998 pemerintah membuat program jaring pengaman sosial
(JPS).
Salah satu dasar pemikiran dari dibentuknya program JPS adalah bahwa pada saat krisis
yang luas sistem perlindungan sosial juga terpukul dan melemah. Walaupun belum memadai,
telah ada berbagai upaya untuk membuat system perlindungan sosial formal di Indonesia.
Kerangka hukum sistem perlindungan social formal ini telah dirumuskan dalam Undang-Undang
No. 6 Tahun 1974 mengenai “Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial”.
Menurut undang-undang ini, program bantuan dan rehabilitasi sosial meliputi segala
bentuk bantuan dan pembinaan baik bagi mereka yang menjadi korban bencana alam dan sosial,
maupun yang terganggu kemampuannya untuk mempertahankan hidup, seperti mereka yang
cacat, jompo, yatim piatu, fakir miskin, dan korban narkotika. Usaha-usaha ini menjadi bagian
pokok dari kegiatan Departemen Sosial.
Disamping itu, berbagai program jaminan sosial tenaga kerja yang dikelola oleh negara
telah pula dibentuk. Hingga saat ini terdapat tiga kategori jaminan sosial bagi tenaga kerja di
Indonesia, yaitu: (1) untuk karyawan sektor swasta dikelola oleh PT Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (PT Jamsostek); (2) untuk pegawai negeri sipil dikelola oleh PT Tabungan Asuransi
Pegawai Negeri (PT Taspen) dan PT Asuransi Kesehatan (PT Askes); dan (3) untuk anggota TNI
dan Polri dikelola oleh PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PT Asabri).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Dasar hukum yang mengatur BPJS adalah UU no 24 Tahun 2011. Pada tanggal 1 Januari 2014 PT
Jamsostek berubah atau bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan dengan program jaminan social
sebagai berikut JKK, JKM, JHT, dan Jaminan Pensiun (1 Juli 2015).
Program BPJS Ketenagakerjaan
dasar hukum yang berlaku adalah PP Nomor 46 Tahun 2015

1. Program Jaminan Hari Tua (JHT)


Kepesertaan: 1. Penerima upah selain penyelenggara Negara :
a) Semua pekerja baik yang bekerja pada perusahaan dan perseorangan 68
b) Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan

2. Bukan penerima upah :

a) Pemberi kerja
b) Pekerja diluar hubungan kerja/mandiri
c) Pekerja bukan penerima upah selain poin

Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah


Besar Iuran 5,7% dari upah:  Didasarkan pada nominal
 2% pekerja tertentu yang ditetapkan
 3,7% pemberi kerja dalam daftar
 Daftar iuran dipilih oleh
peserta sesuai penghasilan
peserta masing masing
Upah yang Upah sebulan, yaitu terdiri atas upah
dijadikan dasar pokok & tunjangan tetap

Manfat JHT

Yang berupa uang tunai yang besarnya nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.
Usia pension termasuk karyawan yang berhenti bekerja karena mengundurkan diri, PHK dan
sedang tidak aktif bekerja dimanapun atu yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk
selamanya. Pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata rata bunga depostio counter rate
bank pemerintah. Jika berusia 56 tahun dapat diambil max 10% dari total saldo sebagai
persiapan usia pensiun, pengambilan JHT max 30% untuk membantu biaya perumahan, dan
apabila peserta meninggal dunia, ahli waris (janda/duda, anak, orang tua/cucu, saudara
kandung, mertua, pihak yang ditunjuk dalam wasiat) yang berhak atas menfaat JHT.

Program Jaminan Kecelakaan Kerja


Hukum dasarnya PP Nomor 44 Tahun 2015. Program ini memberikan perlindungan atas risiko
kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja seoerti kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Iuran
yang dibayarkan oelh Tenanga Kerja Penerima Upah sebesar 0,24%-1,74% dari upah sebulan yang sesuai
dengan tingkat risiko lingkungan kerja sedangkan Tenaga Kerja Bukan Penerima Upah sebesar 1% dari
upah yang dilaporkan. Masa kadaluarsan klaim selambat lambatnya adalah 2 tahun terhitung dari
tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan sendiri wajib melaporkan kecelakaan kepada BPJS
Ketenagakerjaan selambat lambatnya 2x24 jam setelah kejadian kecelakaan.
Manfaat JKK

1. Pelayanan Kesehatan
Termasuk dalam perawatan dan pengobatan, misalnya pemeriksaan dasar, perawatan tingkat
pertama dan lanjutan, rawat inap dengan kelas ruangan perawatan klas I di rumah sakit
pemerintah, operasi, dan lain lain
2. Santunan berbentuk uang
A. Peserta BPJS yang mengalami kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja, ke rumah sakit
dan/atau kerumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan
 Angkutan darat/sungai/danau diganti maksimal Rp1.000.000,-
 Angkutan laut diganti maksimal Rp1.500.000
 Angkutan udara diganti maksimal Rp2.500.000 (dua setengah juta rupiah)

B. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), dengan perincian penggantian:


 6 bulan pertama diberikan sebesar 100% dari upah.
 6 bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah.
 6 bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% dari upah

C. Santunan Kecacatan (tabel berdasarkan PP Nomor 44 Th 2015)


 Cacat Sebagian Anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah sebulan.
 Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x upah sebulan.
 Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan, santunan sekaligus/secara berkala sebesar
Rp4.800.000, beasiswa Pendidikan anak sebesar Rp12.000.000

D. Santunan kematian dan biaya pemakaman


 Santunan Kematian sebesar = 60 % x 80 x upah sebulan, sekurang kurangnya sebesar
Jaminan Kematian.
 Biaya Pemakaman Rp3.000.000, - .
 Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat dibayar sekaligus= 24 x Rp200.000, - =
Rp4.800.000, - .

E. Return to Work
Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan
rekomendasi dari dokter yang memeriksa dan atau dokter yang merawat dan atau dokter
penasehat dapat memperoleh program return to work
F. Promosi dan prevensi
Pemberi kerja dapat melakukan kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung
keselamatan dan kesehatan kerja, menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja (PAK)
G. Rehabilitasi
berupa alat bantu (orthese) /alat ganti (prothese) bagi peserta yang anggota badannya
hilang atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan Kerja.

Program Jaminan Kematian (JKM)


Memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris. Iuran bagi peserta penerima gaji
sebesar 0,30% dari gaji sebulan dan untuk peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800 setiap bulan.

Manfaat

1. Santunan sekaligus Rp16.200.000

2. Santunan berkala 24 x Rp200.000,00 = Rp4.800.000yang dibayar sekaligus

3. Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000

4. Beasiswa pendidikan anak sebesar Rp12.000.000 untuk setiap peserta.

Program Jaminan Pensiun


Untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan ahli waris dengan memberikan
pengahasilan jika peserta memasuki usia pension, mengalami cacat total tetap, dan meninggal dunia.
Iuran program jaminan pensiun sebesar 3% (terdiri atas 2% iuran pemberi kerja dan 1% iuran pekerja).
Formula Manfaat Pensiun adalah 1% (satu persen) dikali Masa iur dibagi 12 bulan dikali rata-rata upah
tahunan.

Manfaat

nilai manfaat berkala minimum Rp 310.050 dan maksimum Rp 3.720.600. dengan perhitungan 1% x
masa iur (dibagi 12 bulan) x rata-rata upah tertimbang

manfaat sekaligus (masa iur program jaminan pension kurang dari 15 tahun) dengan perhitungan
akumulasi iuran+ hasil pengembangan

manfaat berkala

a. Manfaat pensiun hari tua (MPTH)


Berupa uang tunai bulanan yang peserta telah memenuhi masa iuran minimum 15 tahun
b. Manfaat pensiun cacat (MPC)
kejadian yang menyebabkan cacat total tetap terjadi (paling sedikit 1 bulan menjadi peserta dan
density rate minimal 80%) yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat
bekerja kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia
c. Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD)
Membayar iuran dengan minimal 1 tahun kepesertaan dan density rate 80% dan hak pensiun
berakhir bila janda/duda meninggal atau menikah Kembali
d. Manfaat Pensiun Anak (MPA)
Hak pensiun berakhir saat usia anak mencapai usia 23 tahun, atau bekerja, atau menikah
dengan kondisi peserta meninggal dunia sebelum masa usia pensiun, meninggal dunia pada saat
memperoleh manfaat pensiun MPHT, Janda/duda yang memperoleh manfaat pensiun MPHT
meninggal dunia.
e. Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT )
Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak / ibu) yang menjadi ahli waris peserta lajang
f. Manfaat Lumpsum
Peserta tidak berhak atas manfaat pensiun bulanan, akan tetapi berhak mendapatkan manfaat
berupa akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya

BPU (Bukan Penerima Upah)

pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara secara mandiri untuk memperoleh
penghasilan dari kegiatan atau usahanya. Contohnya, tukang ojek konvensional/online, supir angkot,
pedagang keliling, dokter, pengacara/advokat, artis dan lain lain.

- Jenis program:

Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua.

- Iuran

Jaminan Kecelakaan Kerja 1% (berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan), Jaminan
Kematian Rp 6.800 , Jaminan Hari Tua 2% (berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan
penghasilan)

Jasa Konstruksi

Program yang didapatkan adalah Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

Iuran yang harus dibayarkan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai