BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aspek
kemajuan ekonomi. Para tenaga kerja inilah yang merupakan para pelaksana
lapangan dari kegiatan ekonomi perusahaan dan industri. Maka perlu dilakukan
sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka
spiritual.
Akan tetapi sebagai tenaga kerja lapangan, para tenaga ini memiliki
melaksanakan fungsinya ini bisa disebabkan beberapa faktor seperti usia sebagai
batasan kemampuan untuk produktif atau juga adanya kecelakan kerja yang
waktu atau bahkan untuk selamanya jika kecelakan yang dialaminya bersifat
permanen.
2
dihadapinya. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan,
mungkin terjadi saat pekerja berada dalam kondisi yang tidak sempurna untuk
melindungi hak-hak mereka. Jaminan sosial bagi tenaga kerja diatur secara
khusus dalam Undang-Undang, terpisah dari aturan tentang jaminan sosial pada
umumnya.
kecelakaan dalam melaksanakan fungsi kerja mereka dan juga sebagai jaminan
kelangsungan hidup saat mereka mantinya tidak berada dalam usia produktif
lagi.
Sosial, dalam kertas kerjanya yang berjudul ’’Program Jaminan Sosial Sebagai
dalam hal peserta mengalami kecelakaan atau sakit akibat kerja. Kecelakaan
kerja meliputi kecelakaan ditempat kerja dan kecelakaan dijalan pada waktu
tenaga kerja berangkat ketempat kerja dan pulang dari tempat kerja.
Undang Undang NO.2 Tahun 1951 mewajibkan majikan yaitu setiap orang atau
badan hukum yang mempekerjakan seorang tenaga kerja atau lebih untuk
memberi ganti rugi kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan atau
yayasan Dana Jaminan Sosial (DJS) yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja
berdasarkan Akte Notaris Raden Mas Soerojo tanggal 23 januari 1964 Nomor
195 atas kekuatan Keputusan Menteri Perburuhan No.5 tahun 1964. DJS
1
Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, ctk
Kedua, Mutiara Sumber Widya, 1987, hal 8.
4
Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang berorientasi pada asuransi sosial dan
pendirian Perum ASTEK berdasar PP No.34 tahun 1977. Program ASTEK terdiri
atas asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua yang dikaitkan dengan asuransi
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri, atau yang secara berdiri sendiri
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
perjanjian.
Badan Usaha Milik Negara (Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang no.2 tahun
1992).
4. Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat tenaga kerja tetapi belum
tetapi juga berlaku bagi tenaga kerja borongan dan harian lepas, dengan aturan
yang berbeda. Tenaga kerja borongan dan harian lepas tidak mungkin diikut
sertakan dalam program tabungan hari tua karena sifat pekerjaannya yang tidak
tetap dan berjangka pendek sehingga menimbulkan mutasi yang tinggi. Program
yang dapat diikuti hanyalah asuransi kecelakaan kerja selama tenaga kerja
bekerja pada pengusaha tertentu. Pada umumnya tenaga kerja lepas bekerja pada
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Dalam Negeri yang
mengatur kepesertaan tenaga kerja lepas pada program asuransi kecelakaan kerja,
ini disebabkan pelaksanaan program yang bersifat wajib dan dasar karena
terdapat suatu tingkat jaminan minimum. Jaminan adalah hak yang berdasar
dalam hal ini BUMN yang dibentuk khusus untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial dan tidak diserahkan pada perusahaan swasta karena keselarasan
jaminan sosial tenaga kerja pasal 25 ayat (2) yang memberikan pengelolaan
kesejahtraan merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk
funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih
diperuntukkan bagi para tenaga kerja diatur kembali secara khusus dan berbeda
jaminan sosial ini bertujuan agar para pekerja memiliki jaminan hidup pada saat
seperti mendapatkan biaya rumah sakit dan biaya hidup sampai mereka pulih
dan dapat bekerja kembali. Juga sebagai jaminan hidup saat para pekerja ini
PT.Jamsostek.
2
Kompas, 20 september 2007, Thoga M.Sitorus, Jaminan Sosial dan Perkembanganya,
at www.kompas.com last visited maret. 15, 2011.
8
Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
ini menyebabkan ada perusahaan atau bahkan serikat pekerja yang menolak
jamsostek seperti tabungan yang tidak bisa diambil. Saat menjadi peserta
karyawannya tetapi hasil ataupun jumlah yang kembali kepada mereka saat
mereka bayarkan.
Serikat pekerja menolak karena bagi mereka jamsostek tidak lebih dari
perusahaan telah punya peraturan dan jaminan kecelakaan kerja sendiri yang
lebih jelas bagi mereka. Pada intinya banyak perusahaan dan pekerja yang lebih
hanya dikenai hukuman denda dalam jumlah yang relatif kecil. Sedangkan untuk
BUMN sendiri menganggap mereka tidak perlu ikut jamsostek karena mereka
telah memiliki aturan asuransi dan dana pensiun sendiri yang manfaatnya
dianggap lebih baik dari pada jamsostek3. Seperti dalam pelaksanaan pemberian
dana pensiun sebesar 20% dari gaji pokok, jauh lebih besar dari jamsostek yang
hanya memberi sebesar 12% dari gaji pokok. Bahkan apabila dicermati Undang-
3
Detik Finance, 26 agustus 2009, Karyawan BUMN Tidak Perlu Ikut Jamsostek at
http://www.google.com last visited maret. 15, 2011.
10
undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja pasal 33 ayat
tenaga kerja yang lebih baik atau lebih tinggi, maka tenaga kerjanya
peserta jamsostek5. Hal ini dikarenakan mereka menganggap jika mereka masih
maka itu hanya akan menjadi beban terhadap biaya pekerja dan bukan upaya
dalam bekerja6.
dalam melaporkan jumlah pegawai dan nilai gajinya7. Hal ini dibuktikan dengan
4
Mata News, 12 maret 2010, BUMN Tidak Wajib Ikut Jamsostek at
http://www.google.com last visited july. 30, 2011.
5
Bisnis Indonesi, 24 agustus 2009, BUMN Belum Ikut Jamsostek, PLN Mengganggap
Sebagai Beban at http://www.google.com last visited july. 30, 2011.
6
Ibid.
7
Kuningan News, 25 april 2011, PT Jamsostek Tuding Banyak BUMN Yang ’Nakal’ at
http://www.google.com last visited july. 30, 2011.
11
BUMN satu dengan yang lainnya meskipun jumlah pegawai sangat jauh
berbeda.
54 (lima puluh empat) ribu pekerja PLN yang belum terdaftar sebagai peserta
meskipun pendaftaran pegawai masuk dalam syarat kerja sama dan pembelian
triliun11.
B. Rumusan masalah
sebagai berikut :
kerja bagi para pegawai BUMN, terutama pegawai lapangan PLN diluar
8
Suara Karya, 6 oktober 2008, Serikat Pekerja PLN Tolak Jamsostek at
http://www.google.com last visited maret. 15, 2011.
9
Antara News, 14 agustus 2008, direksi PT Jamsostek Kembali Bertemu Pekerja PLN at
http://www.google.com last visited july. 30, 2011.
10
Media Online Bhirawa, 11 january 2010, PLN Dinilai Telah Mengecoh Jamsostek at
http://www.google.com last visited july. 30, 2011.
11
Republika, 19 january 2010, Jamsostek Serap Rp 1 T Obligasi PLN at
http://www.google.com last visited july. 30, 2011.
12
tanggungan jamsostek?
kerja bagi para pegawai BUMN, terutama pegawai lapangan PLN yang
C. Tujuan penelitian
tenaga kerja BUMN dalam menghadapi situasi dan kecelakaan kerja yang
D. Tinjauan pustaka
resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu
untuk:
Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai
berikut:12
12
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja),
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 78.
14
”dalam suatu hubungan kerja” menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang
2003.
13
Ibid, hal 80.
14
Ibid, hal 84.
16
undang ini belum ada hingga saat ini.sehingga beberapa peraturan warisan
sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh
kerja dalam bentuk santunan berupa uang (jaminan kecelakaan kerja, kematian,
dan tabungan hari tua), dan pelayanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan
kesehatan. Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang – Undang
Nomor. 3 Tahun 1992 adalah:16 Merupakan hak setiap tenaga kerja yang
15
Ibid, hal 84.
16
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PR Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hal 122.
17
E. METODE PENELITIAN
1. Bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang merupakan bahan hukum
yang utama dan belum diolah oleh orang lain (seperti UU Nomor 13 Tahun
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang sudah dikelola oleh orang lain atau
oleh peneliti yang pakar dibidangnya (seperti buku-buku, artikel koran dan
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang diteliti itu ada di dalam kamus-kamus
17
Indonesia, Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, 3 Tahun 1992.
18
masyarakat dalam hal ini adalah PT PLN dan kantor PT JAMSOSTEK. Metode
penelitian ini dilakukan untuk mendapat data dengan cara wawancara yang