Anda di halaman 1dari 5

MUHAMMAD IQBAL GIANI

201610110311263
HUKUM KETENAGAKERJAAN
PERTEMUAN 5 dan 6

 Prinsip Perlindungan Tenaga Kerja


Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut : 

1. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha


kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam
dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan
khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial
disebut juga dengan kesehatan kerja.
2. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha
untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan
oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut
sebagai keselamatan kerja. 
3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna
memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal
pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan
jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial.

 Jenis dan Objek Perlindungan Tenaga Kerja


Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Perlindungan Sosial Tenaga Kerja.
Perlindungan sosial adalah suatu perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan. Tujuan perlindungan sosial adalah untuk memungkinkan
tenaga kerja mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia
pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja. Kesehatan kerja termasuk
jenis perlindungan sosial karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja
berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Kesehatan kerja memuat aturan-aturan yang
bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan pengusaha
untuk memperlakukan tenaga kerja semaunya. Ini juga berfungsi untuk membuat
pengusaha memandang tenaga kerja sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai hak
asasi. Jadi, jelasnya kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga tenaga kerja
dari kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya
dalam hal tenaga kerja melakukan pekerjaannya.
2. Jenis Perlindungan Teknis Tenaga Kerja.
Perlindungan teknis adalah jenis perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga agar tenaga kerja terhindar dari bahaya kecelakaan yang
ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih
sering disebut sebagai keselamatan kerja. Berbeda dengan perlindungan kerja lain,
keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada tenaga kerja.
Tetapi juga kepada pengusaha dan pemerintah. Bagi tenaga kerja, adanya jaminan
perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram.
Sehingga tenaga kerja dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya semaksimal
mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja. Bagi
pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam perusahaannya akan dapat
mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus
memberikan jaminan sosial. Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan
ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah
untuk mensejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi
perusahaan baik kualitas maupun kuantitas.
3. Jenis Perlindungan Ekonomis Tenaga Kerja.
Perlindungan ekonomis yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk memberikan kepada tenaga kerja suatu penghasilan yang cukup guna
memenuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal tenaga
kerja tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini
biasanya disebut dengan jaminan sosial tenaga kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal
dunia.
Dan objeknya adalah :
1. Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja
2. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja buruh untuk berunding dengan
pengusaha ataupun mogok kerja
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
4. Perlindungan khusus bagi pekerja buruh perempuan,anak dan penyandang
cacat
5. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja
6. Perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja

 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja
juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Pasal 86

(1)            Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a.              keselamatan dan kesehatan kerja;

b.              moral dan kesusilaan; dan 

c.              perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

(2)            Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas


kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

(3)            Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Jaminan Sosial Tenaga kerja


Program ini memberikan perlindungan yang bersifat mendasar bagi peserta jika
mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh
pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh Program Jamsostek terbatas yaitu
perlindungan pada:
o Peristiwa kecelakaan
o Sakit
o Hamil
o Bersalin
o Cacat
o Hari tua
o Meninggal dunia
Hal-hal ini mengakibatkan berkurangnya dan terputusnya penghasilan tenaga kerja
dan/atau membutuhkan perawatan medis.

Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti
(compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-undang No.3 tahun
1992 mengatur Jenis Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT),
Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK),sedangkan kewajiban
peserta adalah tertib administrasi dan membayar iuran.
Dalam meningkatkan pelayanan jamsostek tak hentinya melakukan terobosan melalui sistem
online guna menyederhanakan sistem layanan dan kecepatan pembayaran klaim hari tua
(JHT).
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan 4 Program yakni Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan
Kematian (JK). Sementara Program Jaminan Kesehatan diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan mulai 1 Januari 2014. Menurut Undang-Undang tersebut, Pemberi Kerja wajib
mendaftarkan seluruh pekerjanya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan secara bertahap menurut ketentuan perundang-undangan. Pemberi Kerja
(Perusahaan) dalam hal ini selain mendaftarkan juga menarik iuran dari Pekerja dan
membayarkan berdasarkan pembagian kewajiban antara Pemberi Kerja dan Pekerja.
Kewajiban masing-masing pihak adalah sebagai berikut:

1. Pemberi Kerja: a. JKK: 0.24% - 1.74 % (sesuai dengan rate kecelakaan kerja
berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian) b. JK:
0.3% c. JHT: 3.7% d. JP: 2%
2. Pekerja: a. JHT: 2% b. JP: 1%
Apabila terjadi risiko sosial terhadap pekerja baik itu kecelakaan kerja, kematian, hari tua,
maupun pensiun maka BPJS Ketenagakerjaan akan memberikan manfaat kepada peserta
dalam bentuk pelayanan maupun uang tunai. Manfaat pelayanan yang dimaksud adalah
apabila terjadi kecelakaan kerja, maka pekerja dapat langsung dibawa ke fasilitas kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan baik klinik maupun rumah sakit (trauma
center) tanpa mengeluarkan biaya dengan menunjukkan kartu BPJS Ketenagakerjaan apabila
pemberi kerja (perusahaan) tertib membayarkan iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Apabila tidak terdapat fasilitas kesehatan yang bekerja sama, maka pekerja tetap
mendapatkan manfaat JKK tersebut dengan sistem reimbursemen. Sedangkan manfaat uang
tunai akan didapatkan oleh pekerja maupun ahli warisnya apabila terjadi risiko meninggal
dan hari tua/pensiun. Perbedaan antara Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun terletak pada
manfaat yang akan diterima oleh pekerja dan /atau ahli warisnya. Manfaat Jaminan Hari Tua
diterima sekaligus ketika pekerja memenuhi ketentuan pengambilan yakni usia pensiun (56),
meninggal dunia, cacat total tetap, atau berhenti bekerja dan tidak bekerja lagi, sementara
untuk manfaat Jaminan Penisun akan diterima secara berkala setiap bulan kepada Pekerja
dan/atau ahli waarisnya apabila pekerja memasuki usia pensiun (56) dengan minimal iuran 15
Tahun, meninggal dunia (dengan iuran minimal dibayar 12 bulan), atau cacat total tetap
(iuran minimal 1 bulan). Apabila ketiga syarat tersebut belum terpenuhi, maka pekerja
dan/atau ahli warisnya akan mendapatkan manfaat berupa akumulasi iuran ditambah dengan
pengembangannya.

Anda mungkin juga menyukai