Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

RANGKUMAN MATERI

Oleh :

Muhammad Fitoy Amuati (561419034)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK INDUSTRI
2023
A. Keselamatan Kerja Dan Perlindungan Tenaga Kerja:

Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam hukum ketenagakerjaan.


Beberapa pasal dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketengakerjaan di antaranya mengatur hal itu Salah satu tujuan pembangunan
ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada Ketentuan Pasal 5 secara
yuridis memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik sesuai dengan
minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang
sama terhadap para penyandang cacat.

1. Pengertian Perlindungan Tenaga Kerja

Sebelum mengetahui pengertian dari perlindungan tenaga kerja, perlu diketahui


terlebih dahulu pengertian tentang tenaga kerja. Imam Soepomo menuliskan dalam
bukunya bahwa dalam hukum perburuhan, banyak kata-kata yang menyangkut subjek
hukum perburuhan tentang tenaga kerja, tetapi tetap satu maksudnya di antara subjek
hukum itu antara lain, buruh, karyawan, pekerja, dan tenaga kerja itu sendiri.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuanketentuan pokok


mengenai tenaga kerja, Bab I pasal 1 disebutkan bahwa “Tenaga kerja adalah tiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja guna menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pengertian Keselamatan Kerja

Menurut Lalu husni, keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertahan dengan
mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan

Asas keselamatan kerja tercantum dalam KUHPerdata dengan ketentuan yang


mewajibkan majikan untuk mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas,
dimana ia menyuruh melakukan pekerjaan mengadakan aturan-aturan serta memberi
petunjuk sedemikian rupa hingga buruh terlindung dari bahaya yang mengancam
badan, kehormatan dan harta bendanya.

3. Pengertian Kesehatan Kerja

Perlindungan buruh, dewasa ini lazim disebut kesehatan kerja, peraturan kesehatan
kerja adalah aturan-aturan dan usahausaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau
keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesesuaian
seseorang untuk melakukan atau oleh karena itu melakukan pekerjaan dalam suatu
hubungan kerja.

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau
mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

4. Jenis-jenis Perlindungan Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja

Menurut Zaeni Asyhadie, Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja
yaitu sebagai berikut:

a. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha


kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh
mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada
umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja.
b. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan
yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan kerja.
c. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang
cukup guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya,
termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar
kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial.

5. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja Menurut Peraturan


Perundang-undangan

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur
tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam
Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-undang tersebut
kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

B. Hubungan K3 Dengan Produksi Dan Produktivitas

Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia industri
modern terutama bagi yang berstandar internasional. Kondisi kerja dapat dikontrol
untuk mengurangi bahkan menghilangkan peluang terjadinya kecelakaan di tempat
kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman berakibat pada luka-luka
pekerja, penyakit, cacat, bahkan kematian. Dan harus diperhatikan ialah hilangnya
efisiensi dan produktivitas pekerja dan perusahaan. Saat ini sekitar 7 orang dari 100
pekerja penuh (full time) yang bekerja di sektor swasta setiap tahunnya di Amerika
mengalami kecelakaan atau penyakit di tempat kerja. Di dunia sekitar 2,8 juta kasus
mengakibatkan hilangnya waktu berproduksi dan setiap tahunnya pula 6000 pekerja
meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang keselamatan kerja adalah UU


No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini mengatur tentang keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.

Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja


untuk:

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan


b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadiankejadianlain yang berbahaya
e. memberi pertolongan pada kecelakaan
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai


j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Prinsip Dan Metode Pencegahan Kecelakaan

Terdapat beberapa prinsip dalam pengaturan maupun pelaksanaan kesehatan dan


keselamatan kerja (K3). Secara garis besar prinsip K3 adalah perlindungan terhadap
pekerja hal ini sejalan dengan filosofi paling mendasar dari Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan melalui
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya. Imam Soepomo mengkategorikan perlindungan pekerja ke dalam tiga
kelompok, yaitu perlindungan ekonomis, sosial dan teknis. Dimana K3 termasuk ke
dalam kelompok perlindungan teknis.

Prinsip berikutnya adalah bahwa jaminan atas kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan hak pekerja, ditetapkan juga bahwa jaminan tersebut mencakup
perlindungan atas moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia maupun nilai-nilai agama sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 86 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Selanjutnya, hak tersebut dijamin kesamaan pelaksanaan dan kesempatan
perolehannya, tanpa diskriminasi atas dasar apapun baik kepada pekerja yang
memiliki status pekerja tetap, kontrak, harian, kasual, pekerja dari perusahaan labor
supply dan pekerja lainnya.

Prinsip ketiga adalah tanggung jawab pengusaha. Prinsip tersebut diatur dalam Pasal
1602w kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai berikut: “si majikan
diwajibkan untuk mengatur dan memelihara ruangan-ruangan, piranti-piranti atau
perkakas-perkakas dalam mana atau dengan mana ia menyuruh melakukan
pekerjaan”

Terdapat juga beberapa teori yang membahas mengenai prinsip tersebut, diantaranya
teori Risk Profesionelle, Employer`s Liability, Reasonable Care, maupun derivasi
analog doktrin Vicarious Liability. Pokok bahasan dalam teori-teori tersebut adalah
bahwa pengusaha selaku pemberi kerja, bertanggungjawab dalam konteks
profesionalismenya sebagai pengusaha, atas kesehatan dan keselamatan kerja pekerja
yang dipekerjakannya.

Pengusaha harus melakukan upaya-upaya preventif untuk melindungi pekerja dari


kecelakaan kerja yang diperkirakan akan berisiko mengalami cedera, penyakit,
kecacatan, sampai pada kematian. Apabila upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut
gagal, pengusaha tetap bertanggungjawab atas timbulnya risiko-risiko, dalam bentuk
kompensasi/ganti kerugian.

Adapun sub prinsipnya mencakup tanggung jawab pengusaha untuk memastikan


bahwa pekerja memahami adanya risiko, memastikan bahwa cara kerja yang akan
dilakukan aman bagi pekerja (alat kerja dan cara mengoperasionalkannya aman),
memastikan bahwa pekerja memahami langkah-langkah pencegahan timbulnya risiko
dan bahwa sarana dan prasarana pencegahannya tersedia dengan memadai dan dalam
kondisi baik. Sub prinsip berikutnya adalah bahwa tanggung jawab-tanggung jawab
tersebut di atas tidak terwakilkan/tidak dapat dialihkan.

Prinsip keempat adalah prinsip campur tangan negara atau intervensi pemerintah.
Perlindungan hukum dalam perburuhan, khususnya bidang kesehatan, merupakan
campur tangan negara atas kemungkinan perlakuan eksploitasi pengusaha sebagai
pihak ekonomi kuat terhadap pekerja sebagai pihak ekonomi lemah. Perlindungan
oleh negara umumnya termaktub dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat
publik, sebagai pembatasan yang bersifat memaksa terhadap asas kebebasan
berkontrak antara pengusaha dan buruh.

D. Teori Terjadinya Kecelakaan Dan Memberikan Contoh Penyebab


Terjadinya Kecelakaan Kerja Dan Klasifikasi Kecelakaan Kerja

1. Teori Kecelakaan Kerja

Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau kerugian waktu.
Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja
menurut H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori Domino Heinrich.

Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan, yaitu:

a. Kondisi kerja
b. Kelalaian manusia
c. Tindakan tidak aman
d. Kecelakaan
e. Cedera
Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu
jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara
bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian
ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.

2. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

a. Penyebab langsung

Adalah perbuatan atau kondisi yang secara langsung berpotensi menimbulkan


kecelakaan kerja. Penyebab langsung dalam kasus kecelakaan kerja adalah
kecelakaan kerja akibat perbuatan tidak aman dari pekerja (unsafe act) dan
kecelakaan kerja akibat kondisi lapangan kerja yang buruk (unsafe
conditions).Unsafe Act atau perbuatan yang tidak aman adalah segala kegiatan yang
dilakukan seseorang yang mana akan meningkatkan risiko atau kemungkinan orang
tersebut mendapatkan kecelakaan. Contoh dari unsafe act seperti : tidak memakai
perlengkapan pelindung yang tersedia, bahaya yang timbul akibat kesalahan
penggunaan material, kurang cakap dalam menggunakan peralatan, bahaya yang
timbul akibat suatu gerakan yang berbahaya seperti berlari, melompat, melempar, dan
bahaya yang timbul akibat senda gurau dengan pekerja lain.

b. Penyebab tidak langsung

Suatu kegiatan atau kondisi yang secara tidak langsung dalam pelaksanaannya dapat
berisiko menimbulkan kecelakaan. Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung
kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Yang termasuk dalam
faktor pekerjaan antara lain : pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan
tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan tidak sesuai dengan acuan kerja,
pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya, beban
kerja yang tidak sesuai. Faktor pekerja dapat ditinjau dari aspek :

1. Mental pekerja, yang disebabkan tidak ada pelatihan dan penghargaan


keselamatan kerja, kurangnya koordinasi, kurang cakap dalam berpikir,
lambat bereaksi terhadap suatu bahaya, kurang perhatian, emosi yang
tidak stabil, mudah gugup, dan sebagainya.
2. Fisik pekerja, yang disebabkan kelelahan karena harus bekerja lembur,
pendengaran yang kurang baik, pandangan mata yang buruk, kesehatan
jantung, mempunyai tekanan darah tinggi, tidak memenuhi klasifikasi
untuk melakukan pekerjaan konstruksi.

3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


1. Terbentur (struck by), kecelakaan ini terjadi pada saat sesorang yang tidak diduga
ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya :
Terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing material.

2. Membentur (struck againts), kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang
bergerak terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek atau bahan-bahan kimia.
Contohnya : terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa, dan
sebagainya.

3. Terperangkap (caught in, on, between), contoh dari caught in adalah kecelakaan
yang terjadi bila kaki pekerja tersangkut diantara papan-papan yang patah dilantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja
terkena pagar kawat. Contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi
bila lengan atau kaki dari pekerja tersangkut dalam bagian mesin yang bergerak.

4. Jatuh dari ketinggian (fall from above), kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh
dari ketinggian yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya jatuh
dari tangga atau atap.

5. Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level), beberapa kecelakaan yang
timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang
sama tingkatnya.

6. Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain), kecelakaan ini timbul akibat
pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti mengangkat,
menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan diluar batas kemampuan.

7. Terkena aliran listrik (electrical contact), luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini
terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang
mengandung listrik.

8. Terbakar (burn), kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami
kontak dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kimia yang panas.

E. Jelaskan Cara Mengenali Bahaya Dan Penyebabnya Serta Melakukan


Perhitungan Frekuensi Kecelakaan Serta Tingkat Keparahan

Bagaimana cara anda mengenali bahaya di tempat kerja? Pertanyaan yang sering
diungkapkan untuk para pekerja yang memiliki resiko tinggi saat bekerja di pabrik
atau area lapangan. Karena kesehatan dan nyawa adalah hasil penting yang lebih
penting dari sekedar gaji yang tinggi. Oleh karena itu kepastian untuk mendapatkan
keamanan kerja sangatlah penting sebelum kamu diterima bekerja pada suatu
perusahaan.
Banyak orang yang mengalami masalah di tempat kerja seperti konflik internal
keluarga, banyak yang mencari di google tentang ciri ciri istri selingkuh di tempat
kerja, sampai mimpi kembali bekerja di tempat kerja yang lama. Hal ini
membuktikan bahwa tempat kerja merupakan area yang sangat urgent untuk
diperhatikan.

Dalam istilah keselamatan kerja ada yang disebut sebagai prinsip 5S dan 5R
(penerapan 5S) Ini adalah suatu aturan baku yang harus ditetapkan oleh perusahaan
kepada karyawannya dalam melakukan suatu aktivitas yang berhubungan dengan
pekerjaan.

Adapun contoh 5S dan 5R di tempat kerja yaitu sebagai berikut :

 Seiri (Ringkas)
 Seiton (Rapi)
 Seiso (Resik)
 Seiketsu (Rawat)
 Shitsuke (Rajin)

1. Cara Mengenali Bahaya Adalah Dengan Cara Sebagai Berikut:

 Mengidentifikasi seluruh informasi bahaya yang ada di tempat kerja

Hal ini bertujuan untuk menentukan potensi atau resiko bahaya yang
mungkin dihadapi. Kamu juga bisa berdiskusi dengan ahli keselamatan kerja,
pakar atau pekerja yang sudah berpengalaman dalam menentukan hal hal
yang dinilai penting untuk dibuatkan solusi

 Melakukan pengecekan langsung untuk menemukan potensi bahaya

Resiko bahaya akan muncul seiring dengan adanya perubahan lokasi, proses,
alur, waktu atau mesin dan peralatan yang tidak memadai, mengabaikan
tindakan pemeliharaan atau perbaikan, dan perubahan SOP kerja yang tidak
terlaksana dengan baik

 Menginvestigasi setiap insiden yang sudah terjadi

Terjadinya insiden di tempat kerja, seperti kecelakaan, terpapar penyakit,


near-misses dan kejadian lainnya akan memberikan informasi yang jelas
mengenai dimana, bagaimana dan mengapa bahaya tersebut berada. Dengan
melakukan investigasi, maka setiap insiden bisa dikembangkan untuk
ditemukan solusinya

 Mengidentifikasi bahaya terkait situasi darurat


Kegiatan yang dilakukan tidak rutin seperti inspeksi mendadak, pemeliharaan
mesin, atau perbaikan bisa menghadirkan resiko bahaya. Oleh karena itu
diperlukan pengembangan prosedur keselamatan kerja untuk menanggapi
secara aman terhadap bahaya yang terkait dengan keadaan darurat

 Mengelompokkan sifat bahaya yang sudah teridentifikasi

Setelah mengumpulkan seluruh informasi bahaya yang sudah terindetifikasi,


kemudian sobat ukmsumut bisa melakukan cluster atau pengurutan bahaya
dari yang paling prioritas untuk diberikan solusi sesegera mungkin dan mana
bahaya yang tidak membutuhkan solusi penanganan segera

  Menentukan solusi pengendalian sementara dan secara permanen

Informasi yang sudah dihimpun dari hasil identifikasi sebelumnya, kemudian


dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan pengendalian sementara
dan menentukan prioritas bahaya mana saja yang membutuhkan tindakan
pengendalian secara permanen

  Membuat data visual terkait penanganan resiko bahaya kerja

Data visual seperti infografis, peta konsep atau tabel diperlukan dalam
mengumpulkan seluruh potensi bahaya yang sudah terkumpul, bersamaan
dengan solusi penanganannya. Sehingga para pekerja dan atasan perusahaan
juga bisa memahami dan menerapkan langkah langkah prioritas yang harus
diambil ketika proses kerja berlangsung

  Pemberlakukan aturan keselamatan kerja

Langkah terakhir adalah dengan menerapkan aturan ketat terhadap prosedur


keselamatan kerja dari hasil identifikasi pengenalan resiko bahaya kerja bagi
para karyawan di tempat kerja. Diberlakukannya aturan ini juga harus disertai
sanksi bagi yang melanggar atau tidak mematuhi, sehingga bisa menimbulkan
efek jera bagi pelanggar

2. Perhitungan Kecelakaan Kerja

a. Frequency Rate (Tingkat Keseringan)

 Menentukan tingkat keseringan kecelakaan kerja / insiden kerja per


1.000.000 (satu juta) jam kerja orang.
 FR = (Total Kasus Kecelakaan Kerja/Total Jam Kerja Orang) X
1.000.000

b. Severity Rate (Tingkat Keparahan)

 Menentukan tingkat hari kerja yang hilang karena kecelakaan kerja /


insiden kerja per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang.
 SR = (Total Hari Kerja Hilang karena Kecelakaan Kerja/Total Jam Kerja
Orang) X 1.000.000

Berikut merupakan contoh gambar perhitungan tingkat frekuensi dan


tingkat keparahan

Anda mungkin juga menyukai