Anda di halaman 1dari 16

JENIS PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja


dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila
tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja
dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan
berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja
dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.

Soepomo dalam Asikin (1993: 76)


PERLINDUNGAN EKONOMIS ATAU
JAMINAN SOSIAL
Jaminan Sosial Tenaga Kerja menurut (Pasal 1 ayat (1))
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992) adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan
meninggal dunia.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan perlindungan bagi


tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang ( jaminan
kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari tua ), dan
pelayanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.
Perlindungan Sosial
Perlindungan Sosial yang dimaksudkan adalah
melindungi atau menjaga pekerja/buruh dari
kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan
kesehatan dan kesusilaannya dalam hal
pekerja/buruh melakukan pekerjaannya, yang
antara lain diatur adalah :
1. Perlindungan Terhadap Penyandang Cacat
2. Dilarang mempekerjakan Pekerja Anak
3. Perlindungan fungsi reproduksi bagi pekerja
perempuan
4. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat
dengan membentuk serikat pekerja
UPAH

hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan


dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan atau perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
PERAN PEMERINTAH DI BIDANG
PENGUPAHAN

Pemerintah melakukan intervensi karena sangat


berkepentingan untuk menyelaraskan antara upah
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan pencapaian produktivitas kerja,
yaitu dengan memperhatikan :
 Kebutuhan hidup pekerja
 Kesenjangan sosial
 Prestasi kerja
 Nilai kemanusiaan dan harga diri.
Kewajiban Pengusaha
Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pasal 92 menjadi kewajiban
pengusaha untuk memberikan kepastian pendapat
dan penyesuaian dengan perkembangan tingkat
kehidupan di masyarakat.Oleh karena itu
pengusaha wajib :
 Menyusun struktur dan skala upah berdasarkan
golongan, jabatan,masa kerja, pendidikan dan
kompetensi.
 Melakukan peninjaun upah secara berkala
dengan memperhatikan kemampuan
perusahaan dan produktivitas.
Asas “No Work, No Pay”
Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pasal 93 ayat (1) Upah tidak
dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan
pekerjaan.

Komponen Upah
Menurut UU No.13 Tahun 2003 pasal 94 Dalam hal
komponen upah terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap maka besarnya upah pokok
sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus)
dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
JAMINAN SOSIAL

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk


perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh
negara guna menjamin warganegaranya untuk
memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak,
sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM
tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
Utamanya adalah sebuah bidang
dari kesejahteraan sosial yang memperhatikan
perlindungan sosial, atau perlindungan terhadap
kondisi yang diketahui sosial,
termasuk kemiskinan, usia lanjut,
kecacatan, pengangguran, keluarga dan anak-
anak, dan lain-lain.
Perlindungan K3
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan
untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktifitas kerja yang optimal, dengan
cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitas. Dengan
demikian, tujuan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah:
1. Melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja.
2. Meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh.
3. Agar pekerja/buruh dan orang-orang di sekitarnya
terjamin keselamatannya.
4. Menjaga agar sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan berdaya guna.
Perlindungan K3
Penanggung jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di tempat kerja adalah pengusaha atau pimpinan
atau pengurus tempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja dilakukan
secara bersama oleh pimpinan atau pengurus
perusahaan dan seluruh pekerja/buruh.

Pengawasan dan pelaksanaan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) dilakukan oleh pejabat/petugas
yang ditunjuk oleh Menteri Ketenagakerjaan, yaitu:
1. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis (K3),
sebagai pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Kemnaker.
2. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sebagai
ahli teknis berkeahlian khusus dari luar Kemnaker.

Anda mungkin juga menyukai