Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

MANAJEMEN RESIKO

KLINIK PRATAMA ABDI TAMA MEDIKA

Jl. Rusun Manis Kp. Cikoneng Girang, RT. 003 / 005 Kel. Manis Jaya

Kec. Jatiuwung Kota Tangerang Kode Pos 15136

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarana pelayanan kesehatan Klinik termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Klinik, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung Klinik. Sehingga sudah seharusnya Klinik
menerapkan Manajemen Resiko. Manajemen resiko adalah sebuah proses formal
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan merespon sebuah resiko secara
sistemik, sepanjang jalannya pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi
atau yang bisa diterima dalam hal mengeliminasi resiko dan control resiko.
Manajemen resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin
terjadi di sebuah instansi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai
manajemen resiko. Manajemen resiko merupakan metode penanganan
sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan
pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan
yang tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari
pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia. Resiko dapat
dikelompokan dalam beberapa karakteristik, yaitu :
1. Resiko berdasarkan sifat
a. Resiko spekulatif yaitu resiko yang memang sengaja diadakan agar di lain
pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh : penjualan
produk.
b. Resiko murni yaitu resiko yang tidak disengaja yang jika terjadi dapat
menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh resiko kebakaran.
2. Resiko berdasarkan asal timbulnya
a. Resiko internal yaitu resiko yang berasal dari dalam lingkungan sendiri.
Misalnya resiko kerusakan peralatan kerja karena kesalahan
pengoperasian.
b. Resiko eksternal yaitu resiko yang berasal dari luar lingkungan sendiri.
Misalnya resiko pencurian.
Klinik merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi suatu Klinik maka semakin kompleks peralatan dan
fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan Klinik
mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan
tenaga medis, resiko ini juga membahayakan pengunjung Klinik.

2
Di Klinik Pratama Abdi Tama Medika terdapat tiga kegiatan manajemen resiko
yang menjadi acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi,
yaitu ;
1. Manajemen resiko lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Klinik adalah penerapan manajemen risiko
untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Klinik pada kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.
2. Manajemen resiko klinis
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko
layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan
pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegahterjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Klinik dilaksanakan untuk meminimalkan
risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Klinik yang dapat
berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Klinik adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan manajemen risiko layanan
klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Klinik.
3. Manajemen resiko pelaksanaan program
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Klinik merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan program Klinik.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada dasarnya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat beberapa tahapan


dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :
1. Identifikasi resiko
2. Menafsirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Menangani resiko
4. Pengimplementasian
5. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya
Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi resiko. Identifikasi
resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan timbulnya resiko atau kerugian. Proses identifikasi resiko ini
mungkin adalah proses terpenting, karena dengan proses inilah semua resiko yang ada atau
yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan harus diidentifikasikan. Adapun proses
identifikasi harus dilakukan secara secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada
resiko yang terlewatkan atau tidak teidentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi resiko
dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain :
1. Incident investigation
2. Inspection
3. Checklist
4. Auditing
Klinik adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan.
Klinik merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya
di sarana pelayanan kesehatan, selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi tempat pelayanan tersebut seperti bahan kimia
berbahaya, gangguan psikososial.
Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan karyawan,
pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan Klinik. Sarana pelayanan kesehatan
mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang kecelakaan.
Misalnya jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan
resiko infeksi terhadap pathogen yang ditularkan lewat darah. Untuk itu perlu upaya
untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena
itu manajemen resiko di tempat pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik.

A. Manajemen Resiko Lingkungan


Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Klinik meliputi :
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan Klinik
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas dan
lingkungan sekitar Klinik
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
4
Penerapan manajemen risiko lingkungan di Klinik Pratama Abdi Tama Medika meliputi:
1. Sarana dan prasarana bangunan Klinik
2. Sarana prasarana fasilitas Klinik termasuk rasio jumlah karyawan dan toilet, dsb
3. Tata ruang dan penetapan zona risiko
4. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
5. Pemantauan fasilitas sanitasi Klinik
a. Toilet dan Kamar Mandi,
b. Pembuangan sampah,
c. Penyediaan air minum dan air bersih,
d. Hygiene dan sanitasi makanan
e. Pengolahan limbah,
f. Pengolahan limbah medis
g. Pengelolaan linen
h. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
i. Dekontaminasi dan sterilisasi
j. Promosi hygiene dan sanitasi

B. Manajemen Resiko Layanan Klinis


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan
risiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Klinik Pratama Abdi Tama
Medika meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Klinik
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Klinik lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Klinik lainnya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Klinik Pratama Abdi Tama Medika
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Pelayanan Umum
3. Ruang Pelayanan KIA & KB
4. Ruang Pelayanan Gigi
5. Ruang Tindakan
6. Ruang Farmasi
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan di
jaringan pelayanan Klinik Pratama Abdi Tama Medika yang melaksanakan layanan klinis
seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk KB.

5
C. Manajemen Resiko Pelaksanaan Program
Manajemen risiko pelaksanaan program Klinik meliputi risiko :
1. Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
2. Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
3. Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program

D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Merupakan kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak dan bukan karena underlying
disease atau kondisi pasien. Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan :
1. Masalah komunikasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical error. Kegagalan komunikasi :
verbal/ tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shift, informasi yang tidak di
dokumentasikan dengan baik/hilang, masalah-masalah komunikasi, antar tim layanan
dengan pekerja non klinis, dan antara staf dengan pasien.
2. Arus informasi yang tidak adekuat
Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting,
komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan
yang kritis, kondisi intruksi obat saat transfer antar unit, informasi penting tidak
disertakan saat pasien dirujuk ke Rumah Sakit.
3. Masalah SDM
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, labeling specimen yang
buruk, pegawai tidak mempunyai pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien
pada saat dibutuhkan.
4. Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap,
kegagalan memperoleh consent.
5. Kegagalan teknis
Kegagalan alat/perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan alat tidak
teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien.
6. Kebijakan dan prosedur yang tidak akurat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan factor penentu terjadinya banyak
medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan dapat ditelusuri sebabnya pada
buruknya dokumentasi, tidak adanya pencatatan atau SOP klinis yang tidak akurat.

E. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) Dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC)
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya inciden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien tapi tidak
timbul cedera.Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi
untuk merambulkan cedera tetapi tidak timbul cedera

6
BAB III
TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO

A. Tatalaksana Manajemen Resiko Lingkungan


Manajemen risiko lingkungan di Klinik Pratama Abdi Tama Medika diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di Klinik
2. Kegiatan pasien/pengujung Klinik
3. Kegiatan pegwai Klinik
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Klinik
a. Bangunan Klinik terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak bocor,
lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan bahan
bangunan yang tidak membahayakan
b. Lingkungan Klinik tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh
ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
c. Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu
darurat jika terjadi kecelakaan
d. Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah pegawai
dengan toilet yaitu 1:10 artinya setiap penambahan 10 karyawan harus ditambah
1 toilet dan 1 kamar mandi.
e. Tata ruang
1) Zona ruang dengan
a) Risiko rendah : meliputi ruang aula, ruang penyimpanan rekam medis
bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat, ruang
LAKTASI
b) Risiko sedang: meliputi ruang pelayanan umum, ruang pelayanan KIA KB,
ruang pelayanan gigi.
c) Risiko tinggi: meliputi ruang tindakan tempat penampungan
limbah/sampah medis
d) Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
a. Sarana
1) Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
2) Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak, dll
3) Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
4) Kebersihan ruangan dan fasilitas
5) Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah
pada lingkungan dll.
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Toilet dan Kamar Mandi,
7
1) Tersedia dalam keadaan bersih
2) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
3) Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
4) Tidak terdapat perindukan nyamuk
b. Pembuangan sampah,
1) Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap ruangan
2) Tempat sampah tertutup
3) Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.
Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
4) Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
c. Penyediaan air minum dan air bersih,
1) Tersedia air bersih
2) Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
d. Hygiene dan sanitasi makanan
Kebersihan peralatan makan di Klinik
e. Pengolahan limbah
1) Limbah cair ditampung dalam SPAL Klinik
2) Pengolahan limbah medis
a) Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
b) Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan
kantong warna kuning
c) Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
f. Pengelolaan linen
1) Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
2) Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
3) Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian
g. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
1) Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
2) Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
3) Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
h. Dekontaminasi dan sterilisasi
1) Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan
sterilisasi
2) Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,
sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi

i. Promosi hygiene dan sanitasi


1) Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.
2) Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

8
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi

B. Tatalaksana Manajemen Resiko Pelayanan Klinis


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Klinik menyusun daftar risiko yang
berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
a. Hasil temuan pada audit internal
b. Keluhan pasien/pelanggan Klinik
c. Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Klinik:
Unit Layanan Risiko
Loket Pendaftaran dan - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
Rekam Medis - Kesalahan pengambilan rekam medis

Ruang pelayanan umum - Kesalahan diagnosis


atau Tindakan - Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
- Kesalahan pemberian terapi
- Kesalahan pemberian resep
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
- Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang
baik
- Insiden tertusuk jarum bekas pakai
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Menggunakan peralatan tidak steril

Ruang Farmasi - Kesalahan membaca resep


- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis/formula obat
- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat
- Kesalahan identifikasi pasien
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Kesalahan penulisan label
- Pemberian obat rusak
- Kesalahan pengambilan obat

9
Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Klinik dan dilaporkan kepada Tim Mutu Klinik.

2. Analisis risiko (Risk Assessment)


Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).

3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.
Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar
Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan
tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Penanngungjawab Klinik dan
dikomunikasikan kepada petugas Klinik lainnya.

Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-


jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam table berikut :
ERROR KATEGOR HASIL
I
No Error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya
kesalahan (KPC)
Error, B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien
No Harm (KNC)
C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum atau
digunakan pasien tetapi tidak membahayakan pasien
(KTC)
D Terjadinya kesalahan sehingga monitoring ketat
harus dilakukan tetapi tidak membahayakan pasien
(KTC)
Error E Terjadi kesalahan sehingga terapi dan intervensi
Harm lanjut diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek
yang buruk yang sifatnya sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus
dirawat lebih lama di Klinik serta memberikan efek
buruk yang sifatnya sementara (KTD)
G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk
yang bersifat permanen (KTD)

10
H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa
pasien contoh shock anafilaktif (KTD)
Error I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia
Death (Sentinel)

Analisa dilakukan dengan menentukan skore resiko atau insiden tersebut untuk
snentukan prioritas penanganan
a. Peluang
TINGKAT RESIKO DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI
1 Sangat jarang/rare ( > 5 tahun / kali )
2 Jarang/unlikely ( > 2-5 tahun / kali )
3 Mungkin/Possible 1 - 2 tahun / kali )
4 Sering/likely ( beberapa kali / tahun )
5 Sangat sering / almost certain (tiap minggu /
bulan)

b. Dampak
TINGKAT DESKRIPSI PELUANG
DAMPAK
RESIKO / FREKUENSI
1 Tidak significant Tidak ada cedera
2 Minor  Cedera ringan, mis iuka
lecet
 Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat  Cedera sedang, mis Iuka
robek
 Berkurangnya fungsi
motoric/ sensorik/
psikologis /intelektual
(reversible), tidak
berhubungan dengan
penyakit)
 Setiap kasus yang
memperpanjang
perawatan
4 Mayor  Cedera luas/ berat, mis
cacat, lumpuh
 Kehilangan
fungsi motoric/ sensorik/
psikologis/ intelek tual
(ireversibel), tidak
berhubungan dengan
penyakit

11
5 Katatropik  Kematian yang tidak
berhubungan dengan
perjalanan penyakit

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya.

c. Evaluasi resiko
Resiko yang sudah dianalisa akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading
yang di dapat :

SKOR RESIKO = DAMPAK x PELUANG

LEVEL TOTAL SKOR


Rendah 1-3
Sedang 4-6
Tinggi 8 - 12
Extreme 15 - 25

d. Kelola resiko
LEVEL TINDAKAN
Ekstrem Memerlukan tindakan segera, paling lambat 2 x 24 jam
Tinggi Kaji dengan detail dan perlu tindakan segera, sampai 2 minggu
Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lama 2 minggu.
Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan kelola resiko.
Traget waktu pengendalian sampai 6 minggu

Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama 1 minggu,


diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktu pengendalian
sampai 12 minggu

e. Respon Manajemen
Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, tim manajerial
akan memulai memformulasikan strategi penanganan resiko yang tepat. Strategi ini
12
didasarkan kepada sifat dan dampak potensial dari resiko itu sendiri. Adapun tujuan
dan strategi ini adalah untuk memindahkan dampak potensial resiko sebanyak
mungkin untuk meningkatkan control terhadap resiko. Ada lima strategi alternative
untuk menangani resiko :
1. Menghindari resiko
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
3. Meretensi resiko
4. Mentransfer resiko
5. Asuran

BAB IV
PENUTUP

Klinik adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan


kesehatan. Klinik merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan.
Potensi bahaya di Klinik, selain penyakit infeksi, juga ada potensi bahaya lain yang
mempenagruhi situasi dan kondisi di Klinik. Semua potensi bahaya tersebut jelas
mengancam jiwa bagi kehidupan pegawai, pasien maupun pengunjung yang ada di
lingkungan Klinik. Mengelola resiko harus dilakukan secara komprehensif melalui
pendekatan manajemen resiko.

13

Anda mungkin juga menyukai