Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

MANAJEMEN RESIKO KLINIS

KLINIK 24 JAM DIANA PERMATA MEDIKA


JL.MH.THAMRIN NO. 888 SERPONG, TANGERANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua sehingga kami berhasil
menyusun buku Pedoman Manajemen Resiko Klinis Klinik Diana Permata Medika.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat
berharap atas saran dan masukannya untuk pembenahan kedepannya.Semoga buku
ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya PenilaianKinerjadi Klinik Diana Permata
Medika.

Tangerang,
Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
1. BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................
C. Sasaran..................................................................................................
D. Ruang lingkup........................................................................................
2. BAB II. DEFINISI ........................................................................................
3. BAB III. ELEMEN KUNCI DESAIGN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
A. Tujuan ....................................................................................................
B. Kewenangan...........................................................................................
C. Koordinasi...............................................................................................
D. Tanggungjawab.......................................................................................
4. BAB IV. TUJUAN MANAJEMEN RESIK.....................................................
5. BAB V. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO...................................
6. BAB VI. PROSES MANAJEMEN RISIKO..................................................
7. BAB VII. PROSES MANAJEMEN RISIKO..................................................
8. BAB VIII. PEMANTAUAN DAN TINJAUAN.................................................
Penutup ................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Klinik. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Klinik yaitu :
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan
3. Keselamatan bangunan dan peralatan Klinik yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas.
4. Keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan.
5. Keselamatan “bisnis” Klinik yang terkait dengan kelangsungan hidup klinik.

Kelima aspek keselamatan Klinik tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di


setiap Klinik yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Klinik terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Klinik Diana
Permata Medika perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko
yang profesional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi
dan dicegah sedini mungkin.

A. TUJUAN:
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Klinik Diana
Permata Medika

4
B. SASARAN :
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit
layanan fungsional dan manajerial serta pegawai Klinik Diana Permata Medika

C. RUANG LINGKUP :
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
2. Risiko terhadap staf medis
3. Risiko terhadap staf/ pegawai
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Klinik
5. Risiko terhadap keuangan.
6. Risiko-risiko lain

5
BAB II
PENGERTIAN

A. Definisi :
1. Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi,untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Klinik melalui identifikasi dan penilaian potensi
kehilangan asset Klinik dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai
dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi
(reaktif) danpotensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko
terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi
pengembangan proses, fungsi dan layanan

6
BAB III
ELEMEN KUNCI DESAIGN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. Tujuan
Tujuan disain program manajemen risiko adalah:
1. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien,melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risikoyang
dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
2. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil,
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Klinik akibat kehilangan
karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan
meningkatkanperbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien
melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. Kewenangan
Klinik Diana Permata Medika memiliki tanggung jawab utama menjamin
penyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan pelayanan
kesehatansehingga dibentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan
berperan secara luas.
Pimpinan Klinik Diana Permata Medika menugaskan kepada Tim Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko
masuk dalam struktur Tim PMKP.
Satuan tugas manajemen resiko bertanggung jawab mengkoordinasikan
kegiatan manajemen risiko dengan Pimpinan Klinik, semua anggota staf medis,
semua pegawai dan dengan pihak luar Klinik.

C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Klinik yang sangat
beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Klinik harus

7
menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara
manajemen risiko profesional dengan semua unit layanan struktural dan fungsional
Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Klinik. Manajemen risiko
profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang-orang kunci
dalam organisasi.
Kepala dan para pimpinan unit layanan di Klinik berfungsi sebagai pembuat
keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen
risiko.Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung
antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu manajemen risiko
dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikanbahwa organisasi
melakukan clinical appointment staf medis, kredensial, cilinical privilege dan
prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Klinik dan keselamatan pasien.

d. Tanggung jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen
puncak dibawah Pimpinan Klinik. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss
prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa
statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control),
dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur,
menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia,
sistem prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.

Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut :


1. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
a) Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden,
rujukan staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
b) Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan
terkaitseperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan kontrol infeksi.

8
c) Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen
risiko
d) Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko
seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
2. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam bagian :
a) Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b) Manajemen klaim
c) Pembiayaan risiko
d) Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e) Pelaksanaan manajemen risiko
f) Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan
manajemen risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara
spesifik. Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk
menentukan kegiatan selanjutnya,melaporkan kemajuan untuk menetapkan
tujuan Klinik

9
BAB IV
TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan


mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan risiko kerugian.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:


1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai,
pasien dan lain- lain.
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko
yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang
sesuai, dandilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana
agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.
5. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan
pasien dan layanan yang terkait

10
BAB V
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah danmengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan
kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan
program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas
dan karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan
pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan.
Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan.

Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:


A. Risiko terkait pelayanan pasien:
1. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
2. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
4. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
5. Pasien diberitahu tentang risiko
6. Pengobatan yang nondiskriminatif.
7. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan

B. Risiko terkait staf medis.


1. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis?
2. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku?
3. Apakah pasien dikelola dengan benar?

11
4. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
C. Risiko terkait pegawai.
1. Menjaga lingkungan yang aman.
2. Kebijakan kesehatan pegawai.

D. Risiko terkait properti.


1. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
2. Catatan rekam medik pasien non-elektronik, dan catatan keuangan, dilindungi
dari kerusakan atau perusakan.
3. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian

F. Risiko lain-lain:
1. Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis menular,
manajemenlimbah.
2. Risiko terkait hukum dan peraturan

12
BAB VI
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan


berkelanjutan. Risikomungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan
organisasi yang terus-menerus berubah danharus diidentifikasi.

Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:


A. Tahap I : Tetapkan Konteks.
Pada tahapan ini dilakukan Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di
lingkungan Puskesmas dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan
yang efektif. Setelah itu menetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana
proses manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan
konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian
dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan,
harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai
kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan
pula kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan
dipelihara.Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara
mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup
pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik,
unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.

B. Tahap 2 : Identifikasi Resiko.


Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman
sistem kesehatan, organisasi Klinik , unit pelayanan Klinik , atau pasien. Identifikasi
risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses
sistematis yang terstruktur dengan baik,

13
karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dik
ecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko harus
diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen
risiko.Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.

Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para petugas


layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
a. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian.
b. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal /
eksternal;
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden di Klinik atau
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan Klinik
d. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya dan insiden yang terjadi;
e. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.

Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen
resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
a. Daftar keluhan pasien
b. Hasilsurvei kepuasan,
c. Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
d. Laporan insiden.

14
C. Tahap III : Analisis Resiko
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan,
organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua iunit layanan, untuk memahami
risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan
tingkat risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untukmembantu evaluasi dan pelayanan.Pada umumnya risiko
yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas
intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakanharus
dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko untuk
menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan
terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.Analisis risiko
harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat ini, termasuk
kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden
(risiko yang potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya
insiden.Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori
kemungkinan dan konsekuensi.

15
BAB VII
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk


memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko klinik tetap relevan.
Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
“kemungkinan dan dampak risiko” setiapsaat, maka manajemen risiko harus
melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap langkahdalam
proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan
laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta
persyaratan dan panduan tingkat nasional.Pimpinan unit layanan secara sistematis
harus menyusun prioritas risiko menurut keparahan risiko (sesuai warna/bands
risiko), dan melakukan kontrol di tingkat unit layanan. Tindak lanjut dilakukan oleh
manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands
risiko).

Tujuan utama pemantauan adalah:


1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang
signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua
unit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin
timbul dari kegiatan klinik serta untuk menganalisis risiko yang berdampak
terhadap keuangan,kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden
dan kemungkinan untuk mengontrol

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/prosedur rutin yang berlangsung di klinik terutama untuk
pelayanan kepada pasien.

16
Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS dan klinik seperti
tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS -
KARS. Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim.
Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil klinik terhadap risiko
tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP klinik) adalah menurunnya Insiden
Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC) untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:


1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS – JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan
orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat
berpotensiuntuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

17
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi
5. Oxigen
6. ‘Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen

Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?


1. Staf yang pertama menemukan kejadian
2. Staf yang terlibat dengan kejadian
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden
denganmencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi
masalah pelayanan/Care Management Problem, mencatat staf yg terlibat dan
mewawancarai mereka.

Investigasi insiden terdiri dari :


1. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru
atau hijau.Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
a. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
1) Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
2) Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab
langsung (underlying cause).

18
3) Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4) Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan

2. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis


Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning atau
merah.RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah
dari kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian
yang sama berulang kembali.Metode proses analisis yang dapat digunakan
secara retrospektif untuk mengidentifikasi faktor2 yang menyebabkan kejadian
tidak diharapkan (KTD).Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem
manajemen mutu dan keselamatan karena
dapat menjawab pertanyaan2 untuk hal2 yg berisiko tinggi, seperti:
a. Apa yang terjadi (aktual)
b. Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
c. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi kembali (tindakan/outcome?)
d. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran)

19
PENUTUP

Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien merupakan tanggung


jawab seluruh tenaga klinis yang memberikan asuhan pasien dan diawasi oleh tim
Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) mulai dari identifikasi
permasalahan mutu layanan klinis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan
dan menindaklanjuti. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi
terjadinya resiko dilakukan dengan menggunakan indicator-indikator pelayanan
klinis yang ditetapkan Puskesmas dengan acuan yang jelas. Dengan tersusunnya
Pedoman Manajemen Resiko KlinisPuskesmas Kelurahan Karet.diharapkan dapat
membantu petugas untuk meningkatkan perbaikan resiko klinis di Klinik Diana
Permata Medika.

Ditetapkan Di Tangerang
Pada Tanggal: 2019
Pimpinan Klinik Diana Permata Medika

dr. Fachrudiana F.A

20

Anda mungkin juga menyukai