Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu
maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam
aktivitas perekonomian nasional, yaitu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
masyarakat. Indonesia, tenaga kerja di indonesia sebagai salah satu penggerak tata
kehidupan ekonomi dan merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup melimpah. Indikasi
ini bisa dilihat pada masih tingginya jumlah pengangguran di Indonesia serta rendahnya atau
minimnya kesempatan kerja yang disediakan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup.
2. Memahami apa itu perlingdungan tenaga kerja
3. Mengetahui tentang keselamatan dan kesehatan kerja
4. Mengerti apa itu jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek)
5. Memahami perlindungan upah.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan tenaga kerja?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja?
3. Apa yang dimaksud dengan program jaminan sosial tenaga kerja?
4. Bagaimana yang dengan perlindungan upah?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perlindungan Tenaga Kerja

2.1.1 Pengertian

 Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 1 Ayat 2


Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
 Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994
Tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan yang belum
wajib mengikuti program jaminan social tenaga kerja karena adanya
pentahapan kepesertaan.
2.1.2 Jenis Perlindungan Kerja

Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut :
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
Kerja), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hal 78
1. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha
kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh
mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada
umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja.
2. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan
yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan kerja.
3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang
cukup guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya,
termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar
kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial.
2. 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan
suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat
mengakibatkan kecelakaan.

UU No. 23 Tahun 2003 tentang kesehatan menyatakan perusahaan berkewajiban


memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya
para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar
serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang ini mengatur


mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam
kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
2.3 Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

2.3.1 Pengertian

 Menurut UU RI No. 3 Tahun 1992 Pasal 1 (1)


Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

2.3.2 Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja


 Menurut UU RI No. 3 Tahun 1992 Pasal 3
Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan
program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan
dengan mekanisme asuransi.
- Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan asuransi dari perusahaan
tempat pekerja tersebut bekerja. Contoh : BPJS Ketenagakerjaan.
2.3.3 Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Adapun jenis Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan menurut UU RI No. 3
Tahun 1992 sebagai berikut :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
- Tenaga kerja yang termasuk dalam Jaminan Kecelakaan Kerja :
1. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang
menerima upah maupun tidak.
2. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong
adalah perusahaan.
3. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.
- Jaminan Kecelakaan Kerja menurut UU RI No. 3 Tahun 1992
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang yang meliputi :
1. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
2. Santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya.
3. Santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun
mental.
4. Santunan kematian.
b. Jaminan Kematian
- Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,
keluarganya berhak atas Jaminan Kematian.
- Jaminan Kecelakaan Kematian menurut UU RI No. 3 Tahun 1992
1. Biaya pemakaman.
2. Santunan berupa uang.
- Urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan
kematian dan Jaminan Kematian menurutt UU RI No. 3 Tahun 1992 :
1. Janda atau duda.
2. Anak.
3. Orang tua.
4. Cucu.
5. Kakek atau nenek.
6. Saudara kandung.
7. Mertua.
c. Jaminan Hari Tua
- Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau
sebagian dan berkala, kepada tenaga kerja karena :
1. Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun.
2. Cacad total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
- Tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan
- Jaminan Pemeliharaan meliputi :
1. Rawat jalan tingkat pertama
2. Rawat jalan tingkat lanjutan
3. Rawat inap
4. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan
5. Penunjang diagnostik.
6. Pelayanan khusus.
7. Pelayanan gawat darurat.
2.4 Perlindungan Upah
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”) pada Bab 10 mengatur tentang Pengupahan. Menurut Pasal 88 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan, setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan
yang melindungi pekerja/buruh meliputi:
a). upah minimum;
b). upah kerja lembur;
c). upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d). upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
e). upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f). bentuk dan cara pembayaran upah
g). denda dan potongan upah;
h). hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i). struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j). upah untuk pembayaran pesangon; dan
k). upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Pasal 89 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa upah minimum ditetapkan pemerintah
berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan
wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
provinsi atau kabupaten/kota.
2.4.1 Larangan
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 89 UU Ketenagakerjaan. Dalam hal
pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum yang telah ditentukan
tersebut, dapat dilakukan penangguhan yang tata cara penangguhannya diatur
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor: KEP.231/MEN/2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah
Minimum.
Kemudian, pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih
rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Jika kesepakatan tersebut lebih rendah atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, maka kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan
pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.4.2 Struktur Skala Upah

Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan


golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Peninjauan upah
secara berkala tersebut dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan
produktivitas. Ketentuan mengenai struktur dan skala upah diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor : KEP.49/MEN/2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah.

2.4.3 Kewajiban Pembayaran Upah

Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Namun,


pengusaha wajib membayar upah apabila:

a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa
haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

c. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,


menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan
atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau
orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal
dunia

d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang


menjalankan kewajiban terhadap negara;

e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan


ibadah yang diperintahkan agamanya;
f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi
pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri
maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha;

g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;

h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas


persetujuan pengusaha; dan

i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

2.4.4 Perhitungan Upah Pokok

Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka
besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari
jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

2.4.5 Sanksi

Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau


kelalaiannya dapat dikenakan denda. Kemudian, pengusaha yang karena
kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah,
dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
Pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam pembayaran
upah diatur oleh Pemerintah.

Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan


perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari
pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya.

2.4.5 Kadaluarsa

Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul


dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa, setelah melampaui jangka waktu 2 (dua)
tahun sejak timbulnya hak. Ketentuan mengenai penghasilan yang layak,
kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup yang layak, dan perlindungan
pengupahan, penetapan upah minimum, dan pengenaan denda diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja
juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal
dunia.
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”) pada Bab 10 mengatur tentang Pengupahan. Menurut Pasal 88 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan, setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
MAKALAH KESLH
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Disusun oleh:
Dzulfikri Muafa (3.31.16.2.07)
Eva Mustika Sari (3.31.16.2.08)
Fadlilla Noor Rahmawati (3.31.16.2.09)

JURUSAN TEKNIK ELEKRO


PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018

Anda mungkin juga menyukai