Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengiriman dan penempatanTenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri
merupakan hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.Hal tersebut seakan-
akan sudah membudaya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki permasalahan
dalam hal kesejahteraan, seperti kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan suatu Negara
yang cukup besar mendapatkan penghasilan dari penyediaan jasa tenaga kerja bagi
Negara lain. Kita sebagai bagian dari akademisi rasanya perlu memperhatikan nasib
para TKI yang bekerja di luar negeri tersebut, yang sering terabaikan.Bentuk perhatian
yang dimaksud bukan hanya sekedar rasa kasihan yang sebenarnya hanya membuat
para TKI di luar negeri menjadi dua kali meratapi sikap Negara yang mengabaikan
eksistensi mereka. Bentuk perhatian yang kami maksud ialah mencari pokok
permasalahan atas segala beban-beban moril yang membuat para TKI merasa
tertekan dan juga tentunya luka-luka fisik yang mereka terima dari kekerasan-
kekerasan yang dialami para TKI tersebut di luar negri. Persoalan lainnya adalah
banyaknya TKI illegal yang seringkali juga menimbulkan masalah lainnya.Dengan
mengidentifikasi pokok-pokok masalah tersebut, langkah selanjutnya adalah memberi
solusi untuk menyelesaikan persoalan yang dialami oleh para TKI di luar
negeri.Sehingga tujuan negara sebagai alat untuk mencapai keadilan dan
kesejahteraan dapat tercapai.
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yang menyebutkan tujuan Negara
Indonesia yang salah satunya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Dalam
kaitannya dengan keberadaan Tenaga Kerja Indonesia sebagai bagian dari warga
negara Indonesia, Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pemerintah sebagai penyelenggara kekuasaan negara, bertanggung jawab untuk
mewujudkan apa yang tercantum dalam konstitusi tersebut.
Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri memiliki kaitan erat dengan harga diri
suatu bangsa, dan politik luar negeri.Penulisan, konsekuensi yang bersifat makro ini
seringkali terabaikan manakala desakan-desakan ekonomi menjadi prioritas
utama.Keadaan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang yang rendah dan
banyaknya warga yang tidak memiliki pekerjaan membuat pengambil kebijakan di
bidang ketenagakerjaan untuk mencari solusi cepat mengatasi pengangguran.Salah
satu solusi yang dipertahankan adalah pengiriman tenaga kerja.
Sebagimana yang telah disebutkan bahwa TKI menyumbang devisa yang
besar bagi pembangunan ekonomi di Indonesia. Lalu bagaimana hubungan hukum
ekonomi dengan keberadaan TKI? Sesuai judul yang kami angkat dalam tulisan ini,
yaitu Penerapan Hukum terhadap Tenaga Kerja Indonesia serta Pengaruhnya bagi
Pembangunan Ekonomi Indonesia, solusi yang kami cari adalah bagaimana hukum
ekonomi bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Tenaga
Kerja Indonesia di luar negeri.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang menjadi dasar pembuatan tulisan
ini, maka dapat dibuat beberapa identifikasi masalah yang menjadi acuan untuk
pembahasan, yaitu :
1. Apa yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia ingin menjadi Tenaga
Kerja Indonesia di luar negeri ?
2. Mengapa banyak di antara para TKI tersebut yang berstatus sebagai TKI ilegal ?
3. Apakah keberadaan TKI di luar negeri menguntungkan bagi pembangunan
perekonomian Indonesia ?
4. Bagaimana peraturan perundang-undangan di Indonesia mengatur perlindungan
hukum terhadap Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri ?
5. Apakah pelaksanaan hukum terhadap para TKI di luar negeri sudah sejalan
dengan apa yang diamanatkan oleh Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1
A. Teori Perlindungan Hukum
Hukum merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur
kehidupan manusia dalam masyarakat, dan juga mencakupi lembaga-lembaga dan
proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan1.
Menurut Satjipto Rahardjo yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah
adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. 2
Muchsin menyebut Perlindungan hukum sebagai kegiatan untuk melindungi individu
dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam
sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup
antar sesama manusia.3
Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum.4Prinsip perlindungan hukum di Indonesia, berlandaskan pada Pancasila
sebagai ideologi dan falsafah negara. Prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah
prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang
bersumber pada Pancasila.5

B. Hubungan Hukum dengan Pembangunan Ekonomi


Ekonomi menurut Paul A. Samuelson adalah cara-cara yang dilakukan oleh
manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.
Hubungan antara hukum dan ekonomi adalah ekonomi merupakan tujuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan, sedangkan hukum
adalah aturan atau tata tertib sosial yang di dalamnya terdapat kegiatan ekonomi,
seperti para pembisnis yang membutuhkan hukum dalam masalah ekonomi, apabila

1
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung 2010, hlm. 5.
2
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003, hlm. 121.
3
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,Surakarta, 2003, hlm. 14
4
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm. 36.
5
Philipus M. Hadjon, Ibid. 38

2
hukum lemah maka mengakibatkan usaha bagi para pembisnis menjadi tidak
sehat.Pengaruh ini dalam bentuk pertimbangan-pertimbangan untung-rugi yang
berpengaruh pada kerja hukum.Karena tidak semua orang patuh terhadap hukum
atas dasar hukum memang harus di taati.Masyarakat pun bisa mentaati hukum karena
tujuan-tujuan lain untuk memperoleh keuntungan ekonomis. Sebaliknya, jika tidak
melihat keuntungan ekonomis, maka akan rugi dan tidak mentaati hukum yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa Hubungan antara hukum dan ekonomi sangatlah erat dan
bersifat timbal balik. Kedua-duanya saling mempengaruhi bekerjanya satu sama lain.
Hukum sebagai pengontrol perkembangan dan pembangunan ekonomi dengan
peraturannya, sedangkan ekonomi sebagai bekerjanya hukum itu sendiri.
Soedjito Sosrodihardjo berpendapat bahwa terdapat 3 macam cara dalam
mempalajari ilmu hukum dalam kaitannya dengan ekonomi. Pertama, dengan melihat
lebih dahulu apakah suatu kegiatan ekonomi sudah diatur dalam ketentuan
perundang-undangan.Kedua, bidang-bidang ekonomi yang belum diatur oleh
ketentuan perundang-undangan perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan jawaban
siapa yang megaturnya dalam kenyataan. Ketiga, jika ada bidang hukum dalam
lapangan ekonomi yang tidak diatur atau belum diatur secara tuntas, apa yang akan
dilakukan hakim?. Dengan melihat hal-hal ini akan dapat diketahui apakah hukum dan
ekonomi sudah berjalan secara sinkron dan tidak berat sebelah.6
Sejauh ini terdapat tiga pemikiran yang mempengaruhi upaya pemahaman
fungsi atau peran hukum dalam kegiatan ekonomi.Pertama, adalah aliran yang radikal
yang mempertentangkan tentang konsep rule of law dan mempersoalkan kembali
rasionalitas daripada hukum, terutama dikaitkan dengan paham liberal.Kedua, adalah
aliran yang lebih moderat yang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan aliran
radikal sebagaimana yang disebutkan diatas. Ketiga adalah aliran yang menekankan
hanya pada studi norma perspektif mengenai hubungan antara hukum dan ekonomi. 7
Sunaryati Haryono memberikan pengertian hukum ekonomi adalah penjabaran
hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi sosial, oleh sebab itu hukum
ekonomi tersebut mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi, dalam arti peningkatan
kehidupann ekonomi secara keseluruhan

6
Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1990, hlm. 11.
7
Jonker Sihombing, Peran dan Aspek Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Alumni, Bandung, 2010, hlm. 20.

3
2. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan ekonomi secara
merata diantara seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Aspek hukum dalam ekonomi di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yakni
hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi sosial.
1. Hukum ekonomi pembangunan ialah yang meliputi pengaturan hukum mengenai
cara-cara peningkatan dan pengembangan dalam kehidupan ekonomi indonesia
secara nasional.
2. Hukum ekonomi sosial yaitu yang menyangkut pengaturan pemikiran hukum
dimana mengenai cara-cara pembagian hasil dari pembangunan ekonomi
nasional yang secara adil dan merata dalam martabat kemanusiaan (hak asasi
manusia) manusia Indonesia.8

C. Tenaga Kerja Indonesia


Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia
yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah.stilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar.Definisi dari
Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan
kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.9
Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang
meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan
pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke
negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.10

Penempatan TKI pada pengguna perseorangan dilakukan melalui mitra usaha


di negara tujuan. Mitra Usaha berbentuk badan hukum yang didirikan sesuai dengan
ketentuan di negara tujuan. Untuk pengguna perseorangan, dapat mempekerjakan

8
Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta, Bandung 1982, hlm. 41
9
Pasal 1 Angka 1 UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri
10
Pasal 1 angka 3, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar
Negeri

4
TKI pada pekerjaan antara lain dalam sektor informal. Kegiatan Prapenempatan TKI
di Luar Negeri meliputi :11
1. pengurusan SIP;
2. perekrutan dan seleksi;
3. pendidikan dan pelatihan kerja;
4. pemeriksaan kesehatan dan psikologi;
5. pengurusan dokumen;
6. uji kompetensi;
7. pembekalan akhir pemberangkatan (PAP); dan
8. pemberangkatan.
Setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk:
1. bekerja di luar negeri;
2. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur
penempatan TKI di luar negeri;
3. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar
negeri;
4. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan
untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya.
5. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan.
6. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga
kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara
tujuan;
7. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta
pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan selama penampatan di luar negeri;
8. memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI
ke tempat asal;
9. memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.
Penempatan calon TKI/TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan yang tepat
sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan.Penempatan
calon TKI/TKI dilaksanakan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak azasi

11
Pasal 31 Undang-Undang Nomer 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri

5
manusia, perlindungan hukum, pemerataan kesempatan kerja, dan ketersediaan
tenaga kerja dengan mengutamakan kepentingan nasional.
Pelaksanaan penempatan TKI di luar negeri dapat dilakukan oleh:
1. Penempatan dilakukan Oleh Pemerintah
Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah, hanya dilakukan atas dasar
perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara pengguna
berbadan hukum di negara tujuan.
2. Penempatan oleh Perusahaan Pelaksana Penempatan TKI Swasta (P3TKIS).
Perusahaan yang akan menjadi P3TKIS mendapatkan izin tertulis berupa Surat
Izin Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (SIPPTKI), setelah
memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum perseorangan terbatas (PT),
b. memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan,
sekurang kurangnya sebesar tiga miliar rupiah,
c. meyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar
lima ratus juta rupiah pada bank pemerintah,
d. memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri
sekurang-kurangnya untuk tiga tahun berjalan,
e. memiliki unit pelatihan kerja, dan
f. memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Jadi, penempatan TKI merupakan kegiatan pelayanan untuk mempertemukan
TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri
yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan
pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke
negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
TKI yang bekerja di luar negeri dapat dikelompokan menjadi TKI legal dan TKI
ilegal, TKI legal adalah tenaga kerja Indonesia yang hendak mencari pekerjaan di luar
negeri dengan mengikuti prosedur dan aturan serta mekanisme secara hukum yang
harus ditempuh untuk mendapatkan izin bekerja di luar negeri, para pekerja juga
disertai dengan surat-surat resmi yang menyatakan izin bekerja di luar negeri.
D. Tenaga Kerja Indonesia Ilegal

TKI ilegal adalah tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri namun
tidak memiliki izin resmi untuk bekerja di tempat tersebut, para TKI ini tidak mengikuti
6
prosedur dan mekanisme hukum yang ada di indonesia dan negara penerima. Empat
kategori pekerja asing dianggap ilegal:
1. mereka yang bekerja di luar masa resmi mereka tinggal
2. mereka yang bekerja di luar ruang lingkup aktivitas diizinkan untuk status mereka
3. mereka yang bekerja tanpa status kependudukan yang izin kerja atau tanpa izin
4. orang-orang yang memasuki negara itu secara tidak sah untuk tujuan terlibat
dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau bisnis
Istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal umumnya dipakai untuk menyebut
orang Indonesia yang bekerja ke luar negeri tanpa menggunakan cara yang sesuai
dengan peraturan dan tidak memiliki dokumen sah. Hal yang bisa menyebabkan TKI
disebut sebagai TKI ilegal meliputi :
1. Sejak berangkat tidak melalui prosedur yang benar, hanya berbekal paspor atau
bahkan tanpa paspor sama sekali alias masuk ke negara lain secara gelap.
2. Berangkat ke luar negeri dengan tujuan bekerja namun tidak memiliki visa kerja,
melainkan menggunakan visa kunjungan sementara yang masa berlakunya
terbatas.
3. Sewaktu berangkat ke luar negeri memang melalui prosedur resmi dan tidak
memiliki dokumen sebagai TKI, namun dari tempat kerjanya semula kemudian
berpindah-pindah atau melarikan diri ke tempat kerja lain tanpa mengurus
dokumen kerja yang baru.
4. Dokumen kerja dan izin tinggal di negara itu telah habis masa berlakunya namun
yang bersangkutan terus bekerja atau tinggal di negara itu tanpa memperpanjang
dokumennya.

BAB III
PEMBAHASAN

7
A. Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Bukan tanpa resiko suatu negara mengirmkan tenaga kerjanya ke luar negeri
untuk melakukan hubungan kerja, karena selain atas kepentingan individu untuk
mencari penghasilan, para tenaga kerja yang berada di luar negeri juga membawa
citra negaranya ke dunia, begitu juga dengan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di
luar negeri, yang mayoritas berada di Malaysia dan Arab Saudi.
Tidak jarang Tenaga Kerja Indonesia yang berada di luar negeri mengalami
bpermasalahan hukum, dimulai dari pelanggaran hukum, intimidasi dari pihak yang
mempekerjakan dan sampai pada TKI ilegal. Ada beberapa contoh kasus yang dapat
menjadi gambaran bagaimana keadaan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di luar
negeri.
Contoh Kasus 1 :12
Tiga Tenaga Kerja Indonesia asal Lombok Nusa Tenggara Timur ditembak di
Malaysia atas tuduhan perampokan yang dilakukan ketiga TKI itu. Ketiga TKI itu
menyerang polisi dengan mengarahkan tembakan dengan pistol dan 2 lainnya
dengan parang ketika polisi sedang melakukan razia di Ulu Tikam, Johor Baru..Ketiga
korban penembakan itu adalah Wahab, Sudarsono dan Gusti Randa yang masing-
masing berasal dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Menurut Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, penembakan yang
kerap dilakukan polisi Malaysia salah prosedur.Ia mengatakan kasus ini tergolong
pelanggaran Hak Asasi Manusia karena prosedur melumpuhkan tidak dipakai, justru
menembak mati. Ia menyayangkan kasus penembakan tak pernah ada penanganan
serius.
Kasus serupa terjadi dalam sepekan, ada tujuh TKI yang ditembak mati karena
dituduh melakukan tindakan kriminal. Ada tiga orang dituduh melakukan perampokan
Bank tewas ditembak di kawasan Selangor Malaysia sementara 4 orang lainnya tewas
saat digerebek polisi karena dituduh merampok rumah.
Contoh Kasus 2 :13
Pemerintah Malaysia kembali mendeportasi 134 tenaga kerja Indonesia (TKI)
ilegal melalui Pelabuhan Tunontaka, Nunukan, Kalimantan Utara,

12
Diakses dari : http://www.tempo.co/read/news/2014/01/19/063546367/Lagi-Tiga-TKI-Tewas-Ditembak-di-
Malaysia

13
Diakses dari :http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/07/malaysia-deportasi-134-tki-ilegal

8
denganmenggunakan KM Purnama Express.Kepala Pos Tempat Pemeriksaan
Keimigrasian Pelabuhan Internasional Tunontaka Nasution mengatakan, TKI yang
dideportasi dipastikan terkena masalah izin tinggal yang telah kedaluwarsa.
Dari 134 TKI ilegal yang diusir itu, 13 di antaranya tersangkut kasus
narkoba.Salah satu TKI pengguna narkoba, Jamal (30), mengaku sudah beberapa
tahun menggunakan narkoba.Sementara itu, Roy (42), TKI asal Palopo mengaku,
sudah 20 tahun bekerja di perusahaan kelapa sawit di Kampung Paris Lahat Datu.Roy
yang dideportasi karena tersandung kasus narkoba mengaku sangat mudah
mendapatkan sabu.

B. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi TKI


Ada berbagai faktor penyebab yang mendorong seseorang untuk menjadi
orang yang bekerja di luar negeri meninggalkan tanah airnya. Menjadi Tenaga Kerja
Indonesia atau yang disingkat dengan sebutan TKI bukanlah hal yang
mudah. Dibutuhkan tahapan-tahapan untuk bisa berangkat dan bekerja di negara
asing dengan berbagai perbedaan budaya yang ada di dalamnya. Minimnya
permintaan tenaga kerja di Indonesia salah satu penyebab banyak orang yang
memutuskan untuk menjadi TKI baik secara legal maupun ilegal. Selain alasan
tersebut, ada juga alasan lain yang menyebabkan seseorang menjadi TKI, yaitu :
1. Mencari Penghasilan yang Besar
Pada umumnya penghasilan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) legal alias
resmi di luar negeri cukup besar jumlahnya. Apabila dibandingkan dengan
penghasilan UMP (Upah minimum Provinsi) atau UMR (Upah Minimum Regional)
di Indonesia, maka penghasilan seorang TKI mungkin bisa mencapai berkali-kali
lipatnya. Namun demikian apabila para TKI tidak dapat menyesuaikan gaya
hidupnya dengan biaya hidup di tempatnya bekerja yang pada umumnya lebih
besar dibandingkan dengan di kampung halamannya, maka penghasilan besar
pun akan habis juga tanpa tersisa.

2. Mencari Pengalaman Kerja


Adalah sesuatu hal yang biasa, suatu lowongan pekerjaan yang memberikan
penghasilan di atas UMP mensyaratkan pengalaman kerja satu tahun atau lebih
di bidang yang sama. Hal ini tentu akan sulit sekali dipenuhi oleh orang-orang
yang baru lulus sekolah atau kuliah dan juga orang-orang yang belum pernah
9
bekerja di perusahaan resmi. Biasanya untuk menjadi seorang TKI, tidak
dibutuhkan syarat pengalaman kerja karena sebelum diberangkatkan ke negara
tujuan kerja, para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) akan diberikan pelatihan yang
akan memberi bekal keterampilan untuk bekerja sesuai dengan bidang keahlian
profesi yang dipilihnya.
3. Menjadi Warga Negara Asing
Orang-orang yang benci dengan Indonesia bisa saja ingin menjadi warga negara
lain dengan cara menjadi TKI terlebih dahulu. Baru setelah dirasa mampu
memenuhi persyaratan pindah kewarganegaraan maka orang tersebut akan
berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara di tempatnya bekerja dan
melepaskan kewarganegaraan Indonesia yang dimilikinya.

C. Alasan Banyaknya TKI Ilegal


Alasan banyaknya TKI ilegal ini karena untuk membuat dokumen itu sangat
sulit dan prosesnya lama. Selain itu, banyak juga TKI yang tidak tahu cara memproses
dokumen sehingga menjadi kesulitan dalam membuat dokumen itu, hal tersebutlah
yang menyebabkan TKI mengambil jalan pintas. Mereka tak melengkapi dokumen
dan nekad bekerja di luar negeri.
Salah satu contoh di Malaysia banyak majikan yang menghendaki tenaga kerja
ilegal tak berdokumen. Tenaga kerja tidak berdokumen bisa membuat majikan
hemat 40 persen untuk biaya pembayaran karyawan, Artinya TKI ilegal bayarannya
lebih murah. Banyaknya TKI ilegal ini juga didorong banyaknya pemintaan majikan
atas TKI illegal, Selain Malaysia14, BNP2TKI juga memetakan masalah TKI ilegal di
negara-negara Timur Tengah. Menurut dia, pemicu banyaknya TKI ilegal di Timur
Tengah adalah penyalahgunaan visa dan mudahnya pengalihan visa kunjungan
menjadi visa lain.

D. Manfaat Tenaga Kerja Indonesia bagi Pembangunan Ekonomi Indonesia


Migrasi TKI ke luar negeri membawa dampak positif bagi perekonomian
Indonesia.Selain meningkatkan pendapatan negara, pengiriman TKI juga membantu
mengurangi masalah pengangguran akibat pertumbuhan penduduk yang tidak
berbanding lurus dengan ketersediaan lapangan kerja di dalam negeri. Selain itu,

14
Diakses dari :http://www.majalahkita.net/news/read_news.php?id=3036

10
keuntungan secara politik juga dimiliki Indonesia dengan mampu meningkatkan posisi
tawarnya dalam mendorong intensitas berbagai kerja sama.Kerja sama ini juga
nantinya akan berhubungan dengan peningkatan ekonomi di Indonesia jika kerja
sama tersebut berjalan dengan benar. Namun demikian, sekalipun menguntungkan,
pemerintah tetap perlu memperhatikan problem integrasi sosial imigran di luar negeri
dalam kaitannya dengan masalah-masalah sosial dan kriminal di Negara
berkembang.
Namun, berdasarkan pasal 27 ayat 2 UUD 1945, memang benar dikatakan
disana bahwa tiap-tiap Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan layak bagi
kemanusiaan, disini menurut kami pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan
kesejahteraan manusia atau warga Negara Indonesia harus sesuai dengan
martabat15, maka Indonesia juga harus tetap membuka banyak lapangan kerja sesuai
dengan perkembangan penduduk Indonesia yang semakin cepat, guna
menyeimbangi keadaan ekonomi di Indonesia.
Hal ini perlu dilihat bahwa, segala usaha pembangunan ekonomi Indonesia itu
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan tiap-tiap dan masing-masing warga
Negara Indonesia, sehingga pembangunan ekonomi Indonesia itu sesekali tidak akan
dan tidak boleh berlangsung dengan merendahkan derajat manusia Indonesia
menjadi alat produksi, atau alat dari pembangunan ekonomi itu dalam hal ini TKI, akan
tetapi harus berlangsung dengan menjunjung tinggi hak-hak hidup manusia yang
asasi16
Tak pelak lagi, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri
merupakan pahlawan devisa. Mereka mengorbankan nyawa sekalipun untuk
memperoleh nafkah yang halal dan menghidupi sanak keluarganya di tanah air.Pada
tahun 2012 TKI kita menyumbang 7 miliar dollar AS ke pundi-pundi devisa negara.
Selama semester I-2013 sumbangan mereka sudah mencapai 3,7 miliar dollar AS.
Sangat berarti untuk mengurangi tekanan pada neraca pembayaran dan defisit
akun semasa. Dalam jangka panjang kita bisa mengandalkan pada TKI untuk
menyumbang devisa. Kita harus mampu menyediakan lapangan kerja yang
berkualitas dan upah yang patut sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.

15
Sunaryati Hartono, Op.Cit, hlm. 49
16
Ibid hlm 51

11
Berikut ini kami tampilkan table pendapatan TKI untuk devisa dari tahun ke
tahun.17

Kita bisa lihat dalam tabel diatas dan kita simpulkan bahwa sumbangan rata-
rata seorang TKI meningkat setiap tahun. Pada tahun 2008 setiap TKI menyumbang
1.489 dollar AS dan mencapai puncaknya tahun 2013 sebesar 1.745 dollar AS.

E. Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri


Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon
TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan
peraturan perundangundangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja. 18
Perlindungan TKI di dasarkan kepada UU No No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Berdasarkan Pasal 2 UU
No No. 39 Tahun 2004, Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan
kepada keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan
keadilan gender, anti diskriminasi, serta anti perdagangan manusia.
Adapun tujuan dari perlindungan TKI sebagaimana disebutkan dalam pasal 3
UU No No. 39 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawai

17
Diakses dari : http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/08/26/TKI
18
Pasal 1 Angka 4 UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri

12
b. menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara tujuan,
sampai kembali ke tempat asal di Indonesia
c. meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya
Dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, pemerintah memilki
tugas untuk mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, dimana dalam melaksanakan tugas
tersebut Pemerintah dapat melimpahkan sebagi wewenangnya dan/atau tugas
perbantuan kepada pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Hal ini dimaksudkan sebagai tanggungjawab Pemerintah dalam
meningkatkan upaya perlindungan bagi TKI di luar negeri. Perlindungan TKI ini, selain
diatur oleh peraturan perundang-undangan dalam negeri juga diatur oleh hukum
internasional.
Perlindungan terhadap TKI dimulai dimulai sejak pra penempatan, masa
penempatan, sampai dengan purna penempatan. Di luar negeri perlindungan
terhadap TKI dilaksanakan oleh oleh Perwakilan Pemerintah Negara Republik
Indonesia yang mana perlindungan itu didasarkan kepada peraturan perundang-
undangan serta hukum dan kebiasaan intemasional.
Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar
negeri, Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta dan TKI yang ditempatkan di
luar negeri. Selama masa penempatan tersebut maka Pemerintah/perwakilan
pemerintah juga bertugas untuk:
a. pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional
b. pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/atau
peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan

Namun pada kenyataannya, implementasi dari UU No No. 39 Tahun 2004


tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri tidak
efektif. Hal ini ditandai dengan timbulnya berbagai permasalahan hukum yang dialami
oleh TKI di luar negeri, seperti melakukan pelanggaran hukum, tuduhan pelanggaran

13
hukum, sampai kepada yang hak-hak hukumnya dilanggar oleh majikannya di luar
negeri.
Ada beberapa penyebab dari munculnya berbagai permasalahan yang dialami
oleh TKI, secara umum ada dua latar belakang penyebab permasalahan tersebut,
yaitu faktor permasalahan yang dibawa dari dalam negeri dan faktor yang muncul
setelah bekerja di luar negeri. Faktor yang pertama bisa berupa dokumen
keimigrasian dan syarat-syarat jadi TKI yang tidak dilengkapi sewaktu mau berangkat
jadi TKI. Permasalahan TKI yang bersumber di dalam negeri terkait dengan
pelaksanaan regulasi, mulai soal rekrutmen TKI di bawah umur, dokumen diri palsu,
pendidikan yang rendah dan hal teknis lainnya.
Faktor yang kedua merupakan permasalahan hukum antara TKI dengan
majikannya atau antara TKI dengan penduduk di negara tempat ia bekerja, misalnya
penganiayaan oleh majikan, hak-hak TKI yang dilanggar, maupun perbuatan pidana
yang dilakukan oleh TKI itu sendiri di negera tempatnya bekerja.
Kekacauan pengiriman TKI merupakan kesalahan banyak pihak, sebagian
oknum aparat Pemerintah RI yang mempraktikkan KKN di bidang pengiriman TKI,
sebagian oknum PJTKI yang kurang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan
keselamatan TKI dan lebih mementingkan keuntungan.
Di lain pihak, oknum-oknum di Malaysia ada yang melindungi dalam perekrutan
TKI ilegal. Alasannya, gaji TKI ilegal lebih murah, mudah ditakut-takuti dan diperas.
Pemerintah Negara Indonesia sebagai penyelenggara pemerintahan sesungguhnya
memilki kewajiban untuk melindungi warga negaranya sebagaimana diamanhkan oleh
UUD 1945 dan Peraturan Perundang-Undangan dibawahnya. Berikut ini akan di
uraikan bagaimana ketentuan perlindungan hukum dari negara terhadap TKI yang
bekerja di luar negeri.

Menurut Poempida19, tidak efektifnya pemerintah menjalankan sistem


perlindungan disebabkan beberapa faktor, antara lain lemahnya koordinasi antarpihak
yang masih cenderung ego sektoral. Faktor lain, lanjutnya, perlindungan Pekerja
Indonesia di luar negeri belum sepenuhnya menjadi semangat yang mendasari
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Poempida juga

19
Andri Nurdiansyah, Sistem Perlindungan TKI Dinilai Tidak Efektif,
http://www.jurnalparlemen.com/view/1480/sistem-perlindungan-tki-dinilai-tidak-efektif.html (diakses pada
tanggal 4 September 2014)

14
menyoroti permasalahan mendasar dalam perlindungan Pekerja Indonesia di Luar
Negeri. Menurutnya, UU 39/2004 mengandung ketidakpastian hukum. Di antaranya,
adanya ketidakjelasan subjek hukum, inkonsistensi pengaturan, ketidaksinkronan isi
kaedah hukum dengan sanksinya, dan terjadi tumpang tindih pengaturan.
Walaupun pemerintah sudah membuat kebijakan untuk mewujudkan
kesejahteraan untuk TKI yang termasuk ke dalam warga negaranya, namun dengan
kondisi yang saat ini masih ada, dapat dikatakan bahwa negara telah gagal
melaksanakan amanah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) untuk
memajukan warga negaranya, mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
bagi para Tenaga Kerja Indonesia yang berada di luar negeri.
Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam hal pengawasan
serta implementasi dari UU No No. 39 Tahun 2004 terutama yang tercantum dalam
Pasal 5 dan 6, yaitu dengan cara Pemerintah berkewajiban untuk :
1. Menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat melalui
pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri.
2. Mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI.
3. Membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar
negeri.
4. Melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan
TKI secara optimal di negara tujuan.
5. Memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan,
masa penempatan, dan masa purna penempatan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa poin kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan
masalah pada bab III, yaitu :
1. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menjadi TKI adalah minimnya
lapangan kerja di Indonesia sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk di
15
Indonesia yang cepat namun tidak diikuti oleh perkembangan sektor ekonomi di
Indonesia. Selain itu, faktor lain yang mendorong seseorang untuk menjadi TKI
meliputi adalah penghasilan di negara asing yang lebih menjanjikan, mencari
pengalaman kerja dan menjadi warga Negara asing.
2. Alasan banyaknya TKI ilegal adalah karena kesulitan untuk membuat dokumen
dan prosesnya lama. Hal ini bisa jadi karena banyaknya TKI yang tidak tahu cara
memproses dokumen.
3. Migrasi TKI ke luar negeri membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Selain meningkatkan pendapatan negara, pengiriman TKI juga membantu
mengurangi masalah pengangguran akibat pertumbuhan penduduk yang tidak
berbanding lurus dengan ketersediaan lapangan kerja di dalam negeri.
4. Perlindungan hukum terhadap TKI yang berada di luar negeri diatur dalam UU No
No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri, walaupun pada kenyataannya masih banyak
permasalah-permasalahan hukum yang dialami oleh para TKI.
5. Walaupun dengan manfaat yang telah diberikan oleh TKI kepada negara, hal ini
belum dibarengi dengan peran pemerintah dalam menjamin perlindungan hukum
terhadap mereka. UU No No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dianggap belum dapat
diimplementasikan dengan maksimal. Maka kami menyimpulkan bahwa amanah
dari Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 untuk memberikan tiap-tiap warga negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak belum sepenuhnya tersampaikan pada
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.

B. Saran
Untuk memenuhi kesejahteraan hidup masyarakat di perlukan peran aktif
pemerintah dan masyarakat Indonesia secara terus menerus dan berkesinambungan.
Pemerintah Indonesia juga harus membuka banyak lapangan kerja sesuai dengan
perkembangan penduduk Indonesia yang semakin cepat, guna menyeimbangi
keadaan ekonomi di Indonesia. Terkait dengan penempatan TKI di luar negeri, agar
para TKI di luar negeri memperoleh penghidupan layak, negara memiliki
kewajiban menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi manusia. Agar apa yang diamanatkan oleh Pasal 27
ayat (2) UUD 1945 dapat dilaksanakan. Terkait dengan banyaknya permasalahan
16
yang dialami TKI di luar negeri, Negara juga memiliki kewajiban untuk memberikan
perlindungan hukum bagi para TKI yang bekerja di luar negeri. Selain itu, Pemerintah
juga perlu memperhatikan problem integrasi sosial imigran di luar negeri dalam
kaitannya dengan masalah-masalah sosial dan kriminal di Negara berkembang.

Daftar Pustaka

A. Buku
Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1990
Jonker Sihombing, Peran dan Aspek Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Alumni,
Bandung, 2010
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung 2010
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
2003

17
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, 1987
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003
Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta, Bandung
1982

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
UU No No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri

C. Rujukan Elektronik
Andri Nurdiansyah, Sistem Perlindungan TKI Dinilai Tidak Efektif,
http://www.jurnalparlemen.com/view/1480/sistem-perlindungan-tki-dinilai-
tidak-efektif.html
http://www.ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/08/26/TKI
http://www.majalahkita.net/news/read_news.php?id=3036
http://www.tempo.co/read/news/2014/01/19/063546367/Lagi-Tiga-TKI-Tewas-
Ditembak-di-Malaysia
http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/07/malaysia-deportasi-134-tki-ilegal

18

Anda mungkin juga menyukai