Anda di halaman 1dari 30

K3 dan hukum ketenagakerjaan

(Hukum Perburuhan)
K3 =Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Segi Keilmuan K3 = adalah Ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan.
Secara filosofi K3 adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya,hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur
Kecelakaan
Adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang
telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau
harta benda.
Jika kita analisis lebih lanjut tentang pengertian
kecelakaan, maka unsur-unsurnya adalah :
Tidak diduga semula dan tidak diinginkan .
Mengganggu proses.
Mengakibatkan kerugian phisik dan material.
Hukum Perburuhan
Menurut Molenaar, Hukum Perburuhan adalah suatu bagian
dari hukum yang berlaku, yang pada pokoknya mengatur
hubungan antara buruh dengan buruh, buruh dengan majikan,
dan buruh dengan penguasa.

Menurut MG. Levencach, Hukum Perburuhan adalah hukum


hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, yaitu
pekerjaan dilakukan dibawah suatu pimpinan dan dengan
keadaan kehidupan yang langsung bersangkut paut dengan
hubungan kerja itu.

Menurut S. Mook, Hukum Perburuhan adalah hukum yang


berkenaan dengan dengan pekerjaan yang dilakukan, dibawah
pimpinan orang lain dengan segala keadaan penghidupan yang
langsung berhubungan dengan pekerjaan.
Hukum Perburuhan
Menurut Neh Van Esveld, Hukum perburuhan adalah hukum
yang mengatur, baik di dalam hubungan kerja yaitu hubungan
kerja itu dilakukan di bawah pimpinan orang lain, maupun di luar
hubungan kerja yang pekerjaannya dilakukan atas tanggung
jawab sendiri.

Menurut Imam Soepomo, Hukum Perburuhan adalah himpunan


peraturan baik tertulis maupun yang tidak tertulis yang
berkenaan dengan sudut kejadian yaitu seseorang bekerja
dengan orang lain dengan menerima upah.

Menurut Mr. Soetiksno, Hukum Perburuhan adalah keseluruhan


peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang
mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan dibawah
perintah/pimpinan orang lain dan mengenai keadaan kehidupan
yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja
tersebut.
DASAR-DASAR HUKUM PERBURUHAN

Pokok Bahasan
Sejarah hukum perburuhan di Indonesia
Pengertian hukum perburuhan
Ruang lingkup perburuhan
Paradigma hukum perburuhan
Sumber-sumber hukum berkenaan dengan perburuhan
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
Menceritakan sejarah hukum perburuhan di Indonesia secara
ringkas.
Menjelaskan pengertian hukum perburuhan, ruang lingkup
hukum perburuhan, dan masalah hukum perburuhan.
Menjelaskan pengertian hukum perburuhan serta
menjelaskan sumber-sumber hukumnya.
Menjelaskan prosedur lembaga pengadilan di Indonesia serta
fungsinya
Sejarah Hukum Perburuhan di Indonesia

Sejarah hukum perburuhan di Indonesia dapat dikatakan dimulai


ketika pemerintah Hindia Belanda mulai ikut campur mengatur
soal perbudakan pada tahun1817 yaitu larangan memasukkan
budak ke Pulau Jawa. Sebelum tahun 1817 tersebut telah ada
perburuhan di Indonesia, yang lebih banyak perbudakan karena
pada zaman tersebut orang memiliki pekerja yang dapat
disuruh melakukan pekerjaan untuk kepentingan serta dibawah
pimpinan atau pengawasan pemilik tersebut. Aturan-aturan yang
ditetapkan lebih banyak tidak tertulis. Setelah tahun 1817,
beberapa aturan lainnya yang berkenaan dengan perburuhan
ditetapkan, misalnya:
Peraturan tentang pendaftaran budak dari tahun 1819
Peraturan tentang pajak atas kepemilikan budak yang masih
anak-anak dari tahun 1829
Peraturan tentang pendaftaran anak budak tahun 1833
Peraturan tentang pergantian nama budak dari tahun 1834
Peraturan tentang pembebasan bagi pelaut yang dijadikan
budak dari tahun 1848
RUANG LINGKUP HUKUM PERBURUHAN
Batasan pengertian hukum perburuhan yang telah dikemukakan oleh
beberapa sarjana sebelumnya masih belum dapat menggambarkan hukum
perburuhan secara komprehensif. Untuk itu teori gebiesdsleerlah yang
dikemukan oleh JHA.Logemann dapat dijadikan dasar untuk mamberikan
batas ruangan lingkup berlakunya hukum perburuhan . Menurut JHA.
Logemann, Lingkup laku berlakunya suatu hukum adalah suatu keadaan
bidang dimana bidang itu berlaku.
Menurut teori ini 4 lingkup laku hukum yaitu:
Lingkup Laku Pribadi (Personengebeid)
Lingkup ini mempunyai kaitan erat dengan pribadi kodrati atau peran pribadi
hukum yang oleh keadaan hukum dibatasi. Siapa siapa atau apa yang
dibatasi oleh keadaan hukum perburuan adalah
a.buruh
b.pengusaha
c.pemerintah

Buruh tampil sebagai subjek hukum dalam kedudukan sebagai pribadi


kodrati
Pengusaha tampil sebagai subjek hukum perburuhan dalam kedudukan
sebagai pribadi hukum
Pemerintah tampil sebagai subjek hukum perburuhan karena atau dalam
arti jabatan
Lingkup Laku Menurut Waktu (Tijdsgebeid)

Menunjukan waktu kapan suatu peristiwa tertentu


diatur oleh keadah hukum. Dalam hukum
perburuhan,ada peristiwa tertentu yang timbul pada
waktu yang berbeda, yaitu:
Sebelum hubungan kerja terjadi.disini mencakup peristiwa-
peristiwa tertentu, misalnya ; kegiatan pengarahan tenaga
kerja dalam rangka AKAN, AKAD dan AKAL.
Pada saat hubungan kerja terjadi.seperti peristiwa :
pembayaran upah,pemutusan hubungan
kerja,pembayaran ganti rugi kecelakaan kerja dan lain
sebagainya.
- Setelah hubungan kerja terjadi.disini mencakup peristiwa
seperti: pembayaran pensiun,pembayaran uang
pesangon, santunan kematian dan lain-lain.
Lingkup Waktu Menurut Wilayah (Ruimtegebeid)
Lingkup waktu menurut wilayah berkaitan dengan
terjadinya suatu peristiwa hukum yang diberi batas-
batas /dibatasi oleh keadan hukum.Pembatas wilayah
berlakunya kaedah hukum perburuhan mencakup hal-
hal sebagai berikut:
Regional
Non sektoral regional,kaedah hukum perburuhan
dibatasi berlaku pada suatu daerah tertentu.
Sektor regional,berlakunya berlaku keadaan hukum
perburuhan dibatasi oleh wilayah dan sektornya.
Nosional
Non sektor nasional.berlaku keadaan hukum dibatasi
wilayah negara
Sektor nasional . berlaku keadaan hukum dibatasi
wilayah negara dan sektor tertentu
Lingkup Laku Menurut Hal Ikwal

Lingkup laku menurut hal ikwal berkaitan dengan hal-


hal apa saja menjadi objek pengaturan dari suatu
kaedah hukum perburuhan seperti berikut ini:
Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kerja/
hubungan perburuhan
Halhal yang berkaitan dengan perlindungan jaminan
sosial dan asuransi tenaga kerja.
Hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan
kesehatan kerja.
Hal-hal yang berkaitan masalah penyelesaian
perselisihan perburuhan dan pemutusan hubungan
kerja.
Hal-hal yang berkaitan dengan masalah pengerahan
tenaga kerja dan rekrutmen
Paradigma Hukum Perburuhan

Paradigma hukum perburuhan,terdapat tiga


topik permasalahan :
Permasalahan hukum perburuhan dilihat dari
kaedah hukum ilmu perburuhan.
Permasalahan hukum perburuhan dilihat
dari ilmu pengertian hukum perburuhan.
Permasalahan hukum perburuhan dilihat dari
filsafat hukum perburuhan.
Ditinjau dari ilmu kaedah hukum perburuhan,
permasalahan hukum perburuhan mencakup :
Jenis kaedah hukum perburuhan
Dalam hal ini mencakup :
Kaedah otonom
Kaedah heteronom
Kaedah otonom adalah ketentuan-ketentuan dibidang perburuhan yang
dibuat oleh para pihak yang terlibat dalam suatu hubungan kerja. Bentuk
kaedah otonom disini meliputi :
Perjanjian kerja
Peraturan perusahaan
Perjanjian perburuhan
Kaedah heteronom adalah ketentuan-ketentuan dibidang perburuhan
yang dibuat diluar para pihak yang terikat dalam suatu hubungan kerja.
Pihak ketiga yang paling dominan disini adalah pemerintah. Oleh karena
itu bentuk kaedah heteronom adalah sebuah peraturan perundang-
undangan dibidang perburuhan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Penyimpangan dimungkinkan dengan syarat bahwa penyimpangan
tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai ketentuan
dalam kaedah heteronom itu sendiri. Nilai lebih tinggi atau tidak
tergantung pada apakah ketentuan tersebut lebih menguntungkan kepada
buruh atau tidak.
Permasalahan hukum perburuhan dapat dilihat dari ilmu pengetahuan
hukum perburuhan yang hakikatnya mencakup hal-hal tersebut dibawah ini :

Masyarakat hukum
Hak dan kewajiban hukum
Hubungan hukum
Peristiwa hukum
Obyek hukum
Masyarakat hukum yang diatur oleh hukum
perburuhan merupakan masyarakat yang
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
Buruh
Organisasi perburuhan
Pengusaha
Pemerintah
Hak dan kewajiban hukum yang diatur oleh hukum
perburuhan meliputi :
Hak dan kewajiban hukum, misalnya; menerima ganti
rugi kecelakaan kerja dan wajib mengenakan alat-alat
keselamatam kerja.
Hak dan kewajiban organisasi prburuhan, misalnya ; hak
berunding (negosasi) dan memelihara perdamaian.
Hak dan kewajiban pengusaha, misalnya ; menperoleh
hasil pekerjaan buruh dan wajib membayar upah.
Hak dan kewajiban pemerintah, misalnya ; memaksakan
kepada pengusaha untuk memintakan izin pemutusan
hubungan kerja terhadap buruhnya, dan wajib
mengawasi pelaksanaan perundang-undangan yang
berlaku.
hubungan hukum yang timbul antar buruh dan
pengusaha pada hakikatnya bersifat timpang. Hal ini
disebabkan karena hak buruh jika dengan hak
pengusaha, maka hak pengusaha lebih besar. Sebaiknya
kewajiban buruh lebih besar jika dibandingkan kewajiban
pengusaha.
Dilihat dari peristiwa hukum yang terjadi dalam hubungan
kerja, maka dapat dibedakan :

Peristiwa hukum dalam arti perilaku hukum,


misalnya : membayar uang pesangon ,
memutuskan hubungan kerja, dan sebagainya.
Peristiwa hukum dalam arti kejadian hukum,
misalnya : kecelakaan kerja, pensiun,
kematian buruh dan sebagainya.
Peristiwa hukum dalam arti keadaan hukum,
misal ; bekerja pada malam hari, bekerja
setelah jam kerja, dan sebagainya.
Objek hukum perburuhan pada hakikatnya
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :

Terpenuhi pelaksanaan sanksi hukum, baik


yang bersifat administratif maupun bersifat
pidana sebagai akibat dilanggarnya suatu
ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
Terpenuhinya ganti rugi bagi pihak yang
dirugikan sebagai akibat wanprestasi yang
dilakukan oleh pihak lainnya terhadap
perjanjian yang telah mereka sepakati.
permasalahan hukum perburuhan berkaitan dengan
dasar-dasar filsafat pembentukan suatu kaedah hukum
perburuhan. Pada hakikatnya dasar-darar filsafah
pembentuka suatu kaedah hukum tidak terlepas dari
masalah masalah keserasian antonomi / nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat.
Pasangan antinomi/ nilai yang menjadi dasar
pembentukan suatu kaedah pada hakekatnya
bertumpu pada sutu tujuan untuk menciptakan
keadilan. Pasangan-pasangan antinomi yang
juga digunakan untuk memberikan dasar
pembentukan hukum perburuhan adalah :
1.Kebendaan.dan.keahlakan
Dalam dunia usaha, kemajuan yang dicapai perusahaan , sedapat mungkin
dinikati baik oleh buruh maupun pengusaha secara proporsinal. Melalui
keserasian antara nilai kebendaan dan keakhlakan diharapkan kemajuan yang
dicapai pengusaha dapat dinikmati bersama antara buruh dan pengusaha.
Penekanan pada nilai kebendaan melupakan orang lain yang ikut berpatisipasi
dalam meperoleh benda sekalipun (materialis)
2.Kebebasan dan ketertiban
Dalam pelaksanaan hukum perburuhan, baik pengusaha
buruh maupun masig- masing memilki nulai kebebasan
dalam menggunakan hak maupun dalam melaksanakan
kewajiban. Penekanan pada nilai kebebasan akan
menimbulkan anarki dan melanggar hak pihak lainnya.
Sebaliknya penekanan pada nilketertiban akan menimbulkan
sikap otoriter dan dapat menghambat terciptanya keadilan.
Oleh karena itu, kesersian antara nilai kebebasan dan
ketertiban mutlak harus diciptakan keadilan. Dalam hukum
perburuhan tercermin dari peraturan mogok sebagaimana
diatur dalam UU No. 22 tahun 1957
3.Kemampuan.dan.kesempatan
Dalam hubungan perburuhan, antara nilaikemampuan dan
kesempatan harus mencapai titik keserasian. Hal ini
dimaksudkan untuk mencapai titik suatu keadaan dimana
tidak ada kemampuan buruh yang tidak terpakai. Demikian
pula tidak kesempatan yang berisi oleh orang yang
sebenarnya tidak mampu.
4.Kelestarian dan kebaruan
Pelaksanaan hukum perburuhan akan selalu
terpengaruh oleh situasi dan kondisi kehidupan
masyarakat. Dalam keadaan demikian, diharapakan
hubungan industrial dapat diperthankan selenggeng
mungkin dan bahkan secara luwes dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat..
5.Kekinian dan kemasadepanan
Untuk menjamin kesejahteraan buruh, masa unsur
kekinian dan kemasadepanan harus selalu
diperhatikan agar tetap dalam tingkat keserasian.
Sumber- sumber Hukum Perburuhan

Peraturan perundang- undangan


Adat / kebiasaan
Keputusan- keputusan pejabat- pejabat dan
badan- badan pemerintah
Perjanjian- perjanjian internasional )konvensi-
konvensi, trakat- trakat dan lain- lain)
Peraturan- peraturan kerja, tata tertib kerja dan
lain yang sejenis
Perjanjian- perjanjian kerja
Perjanjian perburuhan
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-
undangan, ialah segala perturan perundang-
undangan yang diterbitkan / dikeluarkan
pemerintah yang berlaku bagi setiap warga
negara atau setiap penduduk yang harus tunduk
terhadap peraturan dan perundang- undangan
tersebut (hukum obyektif). Jadi orang asing yang
membuka usaha di negar harus tunduk kepada
peraturan dan perundang- undangan yang
berlaku di negara kita
Kita mengenal dalam tata kehidupan adanya peraturan-
peraturan adat kebiasaan. Peraturan adat merupakan warisan
nenek moyang kita dan secara turun temurun ditaati oleh
masyarakat dalam lingkungannya, sedangkan kebiasaan
merupakan perbuatan yang telah berulang- ulang dilakukan
oleh para anggota masyarakat, jadi belum atau bukan menjadi
tradisi.
Hukum adat dan kebiasaan, norma- normanya akan
ditaati sekalipun norma- norma tersebut tidak ditentukan oleh
Badan Pembuat Undang- undang, disebabkan karena anggota
masyarakat yakin bahwa Undang- undang, disebabkan karena
anggoata masyarakat yakin bahwa norma- norma tersebur
merupakan hukum
Terbentuknya hukum adat / kebiasaan memerlukan dua
persyaratan, yaitu :
Syarat yang bersifat materi, pemakaian yang tetap
Syarat yang bersifat psikologis bagi golongan dan bukan
psikologis individu, serta keyakinan hal tersebut merupakan
hukum
Instansi- instansi administratif dapat mengeluarkan
keputusan- keputusan, yang mana keputusan-
keputusan itu sama sekali tidak boleh bertentangan
dengan undang- undang yang sedang berlaku,
Menteri Tenaga Kerja berwenang untuk mengadakan
dan keberhasilan tempat kerja, dan lain- lain yang
berhubungan dengan tempat kerja.
P4P (Panitia Penyelesaian Perburuhan Pusat) dan
P4D (Panitia Pentelesaian Perburuhan Daerah) yang
merupakan Badan- badan Pemerintah berhak
memberikan keputusan- keputusan yang merupakan
juga sumber Hukum Perburuhan.
Konvensi adalah ketentuan Internasional dibidang Hukum
dalam hal ini perburuhan yang ditetapkan dalam
Konvensi ILO (Internasional Labour Organization).
Ketentuan- ketentuan dalam konvensi ini harus
diratifikasi terlebih dahulu oleh negara-negara peserta
supaya dapat mengikat
e) Peraturan kerja oleh majikan yang lazimnya memuat
tentang syarat- syarat kerja atau ketentuan ketentuan
kerja yang harus disepakati oleh setiap buruh yang
beerja pada perusahaannya.
f) Mengenai perjanjian perburuahan, perjanjian ini
disepakati oleh pihak buruh dengan pihak majikan, jadi
untuk kepentingan buruh pada umumnya dan
kepentingan perusahaan pada khususnya,
dimaksudkan agar kedua beleh p-ihak tidak merasa
diragukan.
Tentang perjanjian kerja pada umumnya merupakan suatu
kesepakatan antara pihak buruh yang akan bekerja atau
mengerjakan pekerjaan dengan pihak perusahaan / majikan.
Pekerja kerja memuat ; hak-hak dan kewajiban buruh dan
hak-hak dan kewajiban majian, yang masing-masing harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, bila salah satu pihak
ingkar janji, dapat :
Menggunakan perjanjian tersebut
Salah satu pihak yang merasa dirugikan, dapat mengajukan
tuntutan ganti rugi, sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
Pihak buruh harus melaksanakan tugas-tugas kerjanya sebaik
dan setertib mungkin hingga dapat menunjang kemajuan dan
perkembangan perusahaan.
Pihak majikan harus memenuhi segala pembayaran upah dan
tunjangan-tunjangan sosial lainnya yang berlaku dalam
perusahaan dan telah disepakatinya.
Kesimpulan dan evaluasi
Hukum perburuhan telah mulai ada pada jaman Hindia Belanda
Hukum perburuhan adalah semua himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak
yang berkenaan dengan suatu kejadian yaitu seorang bekerja pada orang lain
dengan menerima upah.
Ruang lingkup dari hukum perburuhan dapat meliputi :
Lingkup laku pribadi
Lingkup laku menurut waktu
Lingkup laku menurut wilayah
Lingkup laku menurut hal ikhwal.

Permasalahan hukum dalam perburuhan dapat didekati dari :


Ilmu kaedah hukum
Ilmu pengertian hukum
Ilmu filsafat hukum

Hukum perburuhan bersumber pada :


Peraturan perundang-undangan
Adat istiadat
Keputusan pejabat dan badan pemerintah.
Perjanjian Internasional.
Peraturan kerja
Perjanjian kerja.
Perjanjian perburuhan.
Soal-soal Latihan
Jelaskan sejarah hukum perburuhan
Jabarkan pengertian hukum perburuhan
Jelaskan yang menjadi ruang lingkup hukum
perburuhan
Bagaimanakah permasalahan hukum perburuhan
Sebutkan yang menjadi sumber hukum
perburuhan
DUNIA INI PERMAINAN
MAKA BERMAINLAH DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH
(GUNAKAN SEGALA CARA / TAKTIK ,STRATEGI UNTUK
MENCAPAI KEMENANGAN)
TETAPI JANGAN DIPERSUNGGUH (KELEWAT SUNGGUH
SUNGGUH) KARENA PERMAINAN YANG DIPERSUNGGUH ITU
BUKAN PERMAINAN LAGI TAPI JANGAN MAIN - MAIN KALAU
MAIN - MAIN AKAN DIPERMAINKAN OLEH MAINAN (KALAH)

JANGAN TERLALU PERCAYA KEPADA ULAMA KARENA KALAU


TERLALU PERCAYA MAKA TIDAK ADA PERBUATAN YANG
TIDAK BERDOSA.
JANGAN TERLALU PERCAYA PADA PENJAGA KEAMANAN
KARENA KALAU TERLALU PERCAYA MAKA KITA MENJADI
TIDAK AMAN
JANGAN TERLALU PERCAYA PADA DOSEN (SAYA) KALAU
TERLALU PERCAYA MAKA ANDA AKAN SAYA BOHONGI (TIPU)
ORANG BARAT BILANG CIRI ORANG DEWASA ITU
PENIPU. ORANG JUJUR ITU ADALAH ANAK-ANAK DAN
PELAWAK.
ORANG MINANG BILANG CIRI ORANG DEWASA ITU
ADALAH PANDAI BERBASA - BASI (PANDAI
MENGGUNAKAN KATA BASI / TIDAK JUJUR SEDIKIT )

INTI MANAJEMEN SUKSES MELALUI


ORANG LAIN.(MENGERJAI ORANG LAIN)
SUATU INFORMASI ITU BERMUTU BILA
SESUAI DENGAN PERMINTAAN
PELANGGAN (PERHATIKAN SIAPA ITU
PELANGGAN)
PERHATIAN
BILA ANDA BELAJAR FILSAFAT MENJADI
BINGUNG ITU ADALAH TANDA ANDA MULAI
MENGERTI
FILSAFAT TIDAK BISA DIMENGERTI
BELAJAR FILSAFAT PERLU SEORANG
GURU KALAU TIDAK ANDA MENJADI ANEH.
90 % ORANG MEMPUNYAI KEGILAAN
HASIL PENELITIAN DI JERMAN HANYA 10 %
YANG NORMAL.

Anda mungkin juga menyukai