Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang (jaminan kecelakaan
kerja, kematian, dan tabungan hari tua), dan pelayanan kesehatan yakni jaminan
pemeliharaan kesehatan. Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai
beberapa aspek antara lain:
Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga
kerja beserta keluarganya.
Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja, mendidik kemandirian pekerja sehingga
pekerja tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi
resikoresiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.
Jaminan Sosial
Jaminan sosial di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dapat diartikan sebagai suatu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sedangkan secara luas, jaminan sosial merupakan berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh
masyarakat dan/atau pemerintah. Menurut Sentanoe Kertonegoro, usaha-usaha yang
dimaksudkan ialah usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, berupa
pemulihan dan penyembuhan, berupa pembinaan, dan di bidang perlindungan
ketenagakerjaan yang khusus ditujukan untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti
tenaga pembangunan dan selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis, yang
digolongkan dalam Asuransi Sosial (Sosial Insurance). Sedangkan menurut International
Labour Organization (ILO), jaminan sosial adalah jaminan yang diberikan kepada masyarakat
melalui suatu lembaga tertentu yang dapat membantu anggota masyarakat dalam
menghadapi resiko yang mungkin dialaminya. Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai program jaminan sosial meliputi:
(a) tujuan berupa perawatan medis,
(b) terdapat UU yang mengatur tentang hak dan kewajiban lembaga,
(c) kegiatan diselenggarakan oleh suatu lembaga tertentu.
Pada hakikatnya, jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruh penghasilan yang hilang karena suatu peristiwa yang menimpa tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan. Terdapat dua aspek penting yang tercakup dalam program jaminan
sosial, yaitu:
(1) memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
tenaga kerja beserta keluarganya,
(2) merupakan penghargaan kepada pekerja yang telah menyumbangkan tenaga dan
pikirannya kepada perusahaan atau semacamnya.
Menurut Mondy dan Noe, jaminan sosial merupakan bentuk kompensasi atau imbalan
dalam bentuk uang yang tidak diterima oleh pekerja. Yang kemudian Redja menambahkan
bahwa terdapat beberapa teori tentang kompensasi, meliputi teori resiko kerja, teori biaya
sosial rendah, dan teori kompromi sosial.
Selain itu, jaminan sosial juga memiliki ruang lingkup yang meliputi jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua.
A. Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi pada hubungan pekerjaan,
termasuk sakit akibat hubungan kerja atau kecelakaan yang terjadi ketika dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui jalan yang biasa dilalui. Pekerja yang
tertimpa kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja berupa penggantian biaya
berupa
(a) biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan ke rumah sakit dan/atau
ke rumahnya, termasuk biaya P3K,
(b) biaya pemeriksaan dan/atau perawatan selama dirumah sakit, termasuk rawat jalan,
(c) biaya rehabilitasi berupa alat bantu dan/atau alat ganti bagi tenaga kerja yang anggota
badannya hilang atau tidak berfungsi karena kecelakaan kerja. Selain itu, tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja juga diberikan santunan berupa uang, meliputi:
ü Santunan sementara tidak mampu bekerja, dengan besar santunan 4 bulan pertama 100%
x upah sebulan, 4 bulan kedua 75% x upah sebulan, dan bulan seterusnya 500% x upah
sebulan.
ü Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya, dibayarkan sekaligus dengan besaran
santunan % sesuai tabel x 70 bulan upah.
ü Santunan cacat total untuk selama-lamanya, dibayarkan secara sekaligus dan secara
berkala dengan besarnya santunan: (1) sekaligus sebesar 70% x 70 bulan upah, (2) berkala
sebesar Rp 50.000,- selama 24 bulan.
ü Santunan cacat kekurangan fungsi, dibayarkan sekaligus dengan besaran santunan %
berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 70 bulan upah.
ü Santunan kematian, dibayarkan sekaligus dengan besaran 60% x 70 bulan upah, sekurang-
kurangnya sebesar jaminan kematian dan secara berkala dengan besaran Rp 50.000,-
selama 24 bulan, serta biaya pemakaman sebesar Rp 600.000,-.
Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja, terdapat suatu jenis kecelakaan yang tidak
dikategorikan sebagai kecelakaan kerja, meliputi:
a) Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti.
b) Kecelakaan yang terjadi di mes/perkemahan yang tidak berada di lokasi tempat kerja.
c) Kecelakaan yang terjadi dalam rangka melakukan kegiatan yang bukan merupakan tugas
dari atasan, untuk kepentingan perusahaan.
d) Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat kerja
untuk kepentingan pribadi.
B. Jaminan Kematian
Kematian pada umumnya menimbulkan kerugian finansial bagi mereka yang
ditinggalkannya, baik berupa kehilangan mata pencaharian maupun biaya perawatan
selama di rumah sakit hingga pemakaman. Sehingga dengan adanya hal tersebut, program
jaminan sosial tenaga kerja, pemerintah mengadakan program jaminan kematian.
Kematian yang di maksudkan disini ialah meninggal pada waktu pekerja menjadi peserta
jaminan sosial atau sebelum melewati enam bulan sejak pekerja berhenti bekerja, yang
santunan tersebut diberikan kepada ahli waris pekerja yang di prioritaskan mulai dari
istri/suami yang sah, anak dibawah 21 tahun yang belum menikah dan belum bekerja, orang
tua, cucu, kakek/nenek, saudara kandung, dan mertua. Apabila pekerja yang meninggal
tidak memiliki ahli waris, maka yang diberikan hanya biaya pemakaman saja, yang diberikan
kepada para pengurus pemakaman tenaga kerja tersebut. Jaminan kematian ini diberikan
kepada ahli waris tenaga kerja yang meninggal sebelum mencapai usia 55 tahun. Karena
setelah mencapai usia tersebut, tenaga kerja yang bersangkutan akan mendapat jaminan
hari tua.
Besarnya jaminan kematian sebesar 0,30% dari upah pekerja selama sebulan yang
ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha yang secara rutin harus dibayar langsung oleh
pengusaha kepada Badan Penyelenggara. Jaminan yang diterima berdasarkan program ini
ialah:
a) Biaya pemakaman sebesar Rp 1.000.000,- apabila pekerja meninggal karena
kecelakaan/penyakit dalam hubungan kerja/hubungan industrial.
b) Santunan berupa uang sebesar Rp 5.000.000,- yang diberikan kepada ahli waris pekerja
tersebut.
Para ahli waris atau pihak yang berhak menerima santunan, bail berupa santunan dan biaya
pemakaman mengajukan permohonan kepada Badan Penyelenggara dengan melampirkan
bukti-bukti berupa kartu peserta dan surat keterangan kematian. Dalam hal magang atau
murid, dan mereka yang memborong pekerjaan, serta narapidana meninggal dunia bukan
karena kecelakaan kerja yang berhubungan dengan hubungan kerja, maka keluarga yang
ditinggalkan tidak berhak atas jaminan kematian.
Sumber:
Zaeni asyhadie, hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja, Jakarta, raja Grafindo
persada, 2007.
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)