Anda di halaman 1dari 5

Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Perlindungan Sosial Tenaga Kerja.


Perlindungan sosial adalah suatu perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan usaha
kemasyarakatan. Tujuan perlindungan sosial adalah untuk memungkinkan tenaga kerja
mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya,
dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial
disebut juga dengan kesehatan kerja. Kesehatan kerja termasuk jenis perlindungan sosial
karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan. Kesehatan kerja memuat aturan-aturan yang bermaksud mengadakan
pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan tenaga
kerja semaunya. Ini juga berfungsi untuk membuat pengusaha memandang tenaga kerja
sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai hak asasi. Jadi, jelasnya kesehatan kerja
bermaksud melindungi atau menjaga tenaga kerja dari kejadian/keadaan hubungan kerja
yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal tenaga kerja melakukan
pekerjaannya.

2. Jenis Perlindungan Teknis Tenaga Kerja.


Perlindungan teknis adalah jenis perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk menjaga agar tenaga kerja terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan
oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai
keselamatan kerja. Berbeda dengan perlindungan kerja lain, keselamatan kerja ini tidak
hanya memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Tetapi juga kepada pengusaha dan
pemerintah. Bagi tenaga kerja, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan
menimbulkan suasana kerja yang tentram. Sehingga tenaga kerja dapat memusatkan
perhatian pada pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan
tertimpa kecelakaan kerja. Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam
perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan
pengusaha harus memberikan jaminan sosial. Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan
adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya
produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitas.

3. Jenis Perlindungan Ekonomis Tenaga Kerja.


Perlindungan ekonomis yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha
untuk memberikan kepada tenaga kerja suatu penghasilan yang cukup guna memenuhi
keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal tenaga kerja tidak
mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut
dengan jaminan sosial tenaga kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang (jaminan kecelakaan
kerja, kematian, dan tabungan hari tua), dan pelayanan kesehatan yakni jaminan
pemeliharaan kesehatan. Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai
beberapa aspek antara lain:

Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga
kerja beserta keluarganya.
Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja, mendidik kemandirian pekerja sehingga
pekerja tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi
resikoresiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.

Jaminan Sosial

Jaminan sosial di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dapat diartikan sebagai suatu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sedangkan secara luas, jaminan sosial merupakan berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh
masyarakat dan/atau pemerintah. Menurut Sentanoe Kertonegoro, usaha-usaha yang
dimaksudkan ialah usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan, berupa
pemulihan dan penyembuhan, berupa pembinaan, dan di bidang perlindungan
ketenagakerjaan yang khusus ditujukan untuk masyarakat tenaga kerja yang merupakan inti
tenaga pembangunan dan selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis, yang
digolongkan dalam Asuransi Sosial (Sosial Insurance). Sedangkan menurut International
Labour Organization (ILO), jaminan sosial adalah jaminan yang diberikan kepada masyarakat
melalui suatu lembaga tertentu yang dapat membantu anggota masyarakat dalam
menghadapi resiko yang mungkin dialaminya. Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai program jaminan sosial meliputi:
(a) tujuan berupa perawatan medis,
(b) terdapat UU yang mengatur tentang hak dan kewajiban lembaga,
(c) kegiatan diselenggarakan oleh suatu lembaga tertentu.

Pada hakikatnya, jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruh penghasilan yang hilang karena suatu peristiwa yang menimpa tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan. Terdapat dua aspek penting yang tercakup dalam program jaminan
sosial, yaitu:
(1) memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
tenaga kerja beserta keluarganya,
(2) merupakan penghargaan kepada pekerja yang telah menyumbangkan tenaga dan
pikirannya kepada perusahaan atau semacamnya.

Menurut Mondy dan Noe, jaminan sosial merupakan bentuk kompensasi atau imbalan
dalam bentuk uang yang tidak diterima oleh pekerja. Yang kemudian Redja menambahkan
bahwa terdapat beberapa teori tentang kompensasi, meliputi teori resiko kerja, teori biaya
sosial rendah, dan teori kompromi sosial.
Selain itu, jaminan sosial juga memiliki ruang lingkup yang meliputi jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua.
A. Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi pada hubungan pekerjaan,
termasuk sakit akibat hubungan kerja atau kecelakaan yang terjadi ketika dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui jalan yang biasa dilalui. Pekerja yang
tertimpa kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja berupa penggantian biaya
berupa
(a) biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan ke rumah sakit dan/atau
ke rumahnya, termasuk biaya P3K,
(b) biaya pemeriksaan dan/atau perawatan selama dirumah sakit, termasuk rawat jalan,
(c) biaya rehabilitasi berupa alat bantu dan/atau alat ganti bagi tenaga kerja yang anggota
badannya hilang atau tidak berfungsi karena kecelakaan kerja. Selain itu, tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja juga diberikan santunan berupa uang, meliputi:
ü Santunan sementara tidak mampu bekerja, dengan besar santunan 4 bulan pertama 100%
x upah sebulan, 4 bulan kedua 75% x upah sebulan, dan bulan seterusnya 500% x upah
sebulan.
ü Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya, dibayarkan sekaligus dengan besaran
santunan % sesuai tabel x 70 bulan upah.
ü Santunan cacat total untuk selama-lamanya, dibayarkan secara sekaligus dan secara
berkala dengan besarnya santunan: (1) sekaligus sebesar 70% x 70 bulan upah, (2) berkala
sebesar Rp 50.000,- selama 24 bulan.
ü Santunan cacat kekurangan fungsi, dibayarkan sekaligus dengan besaran santunan %
berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 70 bulan upah.
ü Santunan kematian, dibayarkan sekaligus dengan besaran 60% x 70 bulan upah, sekurang-
kurangnya sebesar jaminan kematian dan secara berkala dengan besaran Rp 50.000,-
selama 24 bulan, serta biaya pemakaman sebesar Rp 600.000,-.
Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja, terdapat suatu jenis kecelakaan yang tidak
dikategorikan sebagai kecelakaan kerja, meliputi:
a) Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti.
b) Kecelakaan yang terjadi di mes/perkemahan yang tidak berada di lokasi tempat kerja.
c) Kecelakaan yang terjadi dalam rangka melakukan kegiatan yang bukan merupakan tugas
dari atasan, untuk kepentingan perusahaan.
d) Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat kerja
untuk kepentingan pribadi.

B. Jaminan Kematian
Kematian pada umumnya menimbulkan kerugian finansial bagi mereka yang
ditinggalkannya, baik berupa kehilangan mata pencaharian maupun biaya perawatan
selama di rumah sakit hingga pemakaman. Sehingga dengan adanya hal tersebut, program
jaminan sosial tenaga kerja, pemerintah mengadakan program jaminan kematian.
Kematian yang di maksudkan disini ialah meninggal pada waktu pekerja menjadi peserta
jaminan sosial atau sebelum melewati enam bulan sejak pekerja berhenti bekerja, yang
santunan tersebut diberikan kepada ahli waris pekerja yang di prioritaskan mulai dari
istri/suami yang sah, anak dibawah 21 tahun yang belum menikah dan belum bekerja, orang
tua, cucu, kakek/nenek, saudara kandung, dan mertua. Apabila pekerja yang meninggal
tidak memiliki ahli waris, maka yang diberikan hanya biaya pemakaman saja, yang diberikan
kepada para pengurus pemakaman tenaga kerja tersebut. Jaminan kematian ini diberikan
kepada ahli waris tenaga kerja yang meninggal sebelum mencapai usia 55 tahun. Karena
setelah mencapai usia tersebut, tenaga kerja yang bersangkutan akan mendapat jaminan
hari tua.
Besarnya jaminan kematian sebesar 0,30% dari upah pekerja selama sebulan yang
ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha yang secara rutin harus dibayar langsung oleh
pengusaha kepada Badan Penyelenggara. Jaminan yang diterima berdasarkan program ini
ialah:
a) Biaya pemakaman sebesar Rp 1.000.000,- apabila pekerja meninggal karena
kecelakaan/penyakit dalam hubungan kerja/hubungan industrial.
b) Santunan berupa uang sebesar Rp 5.000.000,- yang diberikan kepada ahli waris pekerja
tersebut.
Para ahli waris atau pihak yang berhak menerima santunan, bail berupa santunan dan biaya
pemakaman mengajukan permohonan kepada Badan Penyelenggara dengan melampirkan
bukti-bukti berupa kartu peserta dan surat keterangan kematian. Dalam hal magang atau
murid, dan mereka yang memborong pekerjaan, serta narapidana meninggal dunia bukan
karena kecelakaan kerja yang berhubungan dengan hubungan kerja, maka keluarga yang
ditinggalkan tidak berhak atas jaminan kematian.

C. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Pemeliharaan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
pekerja memperoleh kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, sehingga
memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Program pemeliharaan kesehatan merupakan
upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan, termasuk kehamilan dan persalinan.
Pemeliharaan kesehatan tersebut meliputi pelayanan medis dan pemberian obat-obatan
bagi pekerja dan bagi anggota keluarganya yang menderita sakit, misal dalam bentuk rawat
jalan, rawat inap, obat-obatan, dan penunjang diagnostik termasuk pemeliharaan kehamilan
dan persalinan. Selain pelayanan tersebut, juga terdapat pelayanan secara khusus yang
hanya diberikan kepada anggota keluarganya, antara lain pelayanan kacamata, gigi palsu,
alat bantu dengar, kaki atau tangan palsu, dan mata palsu.[36]
Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha yang
besarnya 6% dari upah tenaga kerja sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga dan
upah tenaga kerja sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga. Jaminan tersebut
diberikan kepada tenaga kerja atau suami/istri yang sah dan anak maksimal 3 orang. Dalam
penyelenggaraan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar, Badan Penyelenggara wajib
memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta, serta memberikan
keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket pemeliharaan kesehatan yang
diselenggarakan. Untuk memahami program jaminan sosial tenaga kerja, perlu diketahui
pula fungsi program tersebut, yaitu:
a) Perlindungan, bersifat sukarela seperti melalui asuransi komersial tidak mampu
menjamin setiap orang bersedia dan mampu menyisihkan dana untuuk ikut dalam program
asuransi. Sehingga pekerja memiliki kepastian memperoleh resiko sosial dan ekonomi.
b) Produksi, tenaga kerja akan lebih produktif dalam bekerja dan hasil produksi pada
perusahaan juga akan baik karena adanya jaminan kesehatan.
c) Redistribusi pendapatan, tenaga kerja memberikan kontribusi sesuai dengan
penghasilannya dan memperoleh jaminan sosial sesuai dengan kebutuhannya.
d) Kemasyarakatan, bisa mengurangi perselisihan antara tenaga kerja dengan pemberi
kerja yang pada akhirnya dapat mencegah timbulnya keresahan sosial.
Program jaminan sosial, wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan
pekerja dalam suatu hubungan kerja dengan ketentuan yang bersifat alternatif sebagai
berikut:
a) Minimal 10 orang dan/atau membayar upah minimal Rp 1.000.000,- sebulan atau bisa
juga pekerja dalam perusahaan kurang dari 10 orang dan/atau upah leih dari Rp 1.000.000.-
sebulan, maka perusahaan tersebut wajib menjadi peserta jamsostek.
b) Lebih dari 10 pekerja dengan upah kurang dari Rp 1.000.000,- perusahaan tersebut juga
wajib menjadi peserta jamsostek.
c) Jika terdapat pelanggaran dalam hal diatas, dikenakan kurungan maksimal 6 bulan
dan/atau denda maksimal Rp 50.000.000,-.

D. Jaminan Hari Tua


Hari tua dapat diartikan sebagai umur pada saat produktivitas tenaga kerja menurun,
sehingga perlu di ganti dengan tenaga kerja yang lebih muda, termasuk apabila tenaga kerja
mengalami cacat tetap dan total. Jaminan hari tua merupakan program tabungan wajib
yang berjangka panjang, dimana iurannya ditanggung bersama antara pengusaha (3,70%)
dan pekerja (2%). Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib nasional bagi semua pekerja
yang memenuhi persyaratan: pekerja harian lepas, borongan dan pekerja dengan perjanjian
kerja waktu tertentu yang harus bekerja diperusahaannya selama lebih dari tiga bulan.
Apabila kurang dari tiga bulan, maka pengusaha tidak wajib mengikutsertakan dalam
program tersebut, tetapi hanya wajib mengikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan
kerja dan jaminan kematian.
Umumnya, jaminan haari tua diberikan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun ,
tetapi apabila tenaga kerja mengalami cacat sehingga tidak bisa bekerja lagi maka jaminan
tersebut dapat diberikan. Tetapi, apabila tenaga kerja meninggal dunia jaminan tersebut
akan diberikan kepada ahli waris. Selain itu, jika tenaga kerja di PHK sebelum usia 55 tahun,
jaminan tersebut dapat diberikan setelah yang bersangkutan memiliki masa kepesertaan
minimal lima tahun dengan masa tunggu enam bulan.[37] Jaminan hari tua dibayarkan pada
saat pekerja mengalami cacat total untuk selama-lamanya dapat dilakukan dengan:
a) Secara sekaligus apabila jumlah seluruh jaminan hari tua yang harus dibayarkan kurang
dari Rp 3.000.000,-.
b) Secara berkala apabila seluruh jaminan hari tua yang harus dibayar mencapai lebih dari
Rp 3.000.000,- atau dilakukan paling lama 5 tahun.

Sumber:
Zaeni asyhadie, hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja, Jakarta, raja Grafindo
persada, 2007.
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)

Anda mungkin juga menyukai