Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PEMAPARAN SEBAB DAN AKIBAT KETIDAKSIAPAN PEKERJA DALAM

MENGHADAPI PENSIUN DINI

Disusun Oleh : TITISARI JUWITANINGTYAS 12/ 340241/ PTP/ 01223

MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan yang sangat vital. Di dalam sumber daya manusia terdapat potensi yang tidak terlihat seperti kecerdasan, kecakapan, keahlian, motivasi, dan lain sebagainya. Dengan begitu, maju dan tidaknya sebuah perusahaan, bergantung pada seberapa cakap dan loyalnya pekerja dalam perusahaan tersebut. Setiap sumber daya pasti mempunyai keterbatasan masing-masing dimana ia sudah tidak lagi mampu memenuhi tanggung jawab pekerjaan. Termasuk pada sumber daya manusia. Berbagai faktor dapat menyebabkan seorang pekerja tidak lagi mampu melakukan pekerjaannya, seperti faktor usia, kecelakaan kerja, dan kesehatan. Kondisi seperti itu, menyebabkan perusahaan harus menjatuhkan pensiun pada pekerjanya. Siap atau tidak, kemungkinan berhenti bekerja pasti terjadi pada setiap pekerja, entah dikarenakan sebab apapun. Maka dari itu, seorang pekerja harus mampu mempersiapkan dirinya dalam menghadapi masa pensiun. Namun banyak kasus yang terjadi ketika seorang pekerja tidak siap dalam menghadapi kenyataan tersebut.

1.2. Tujuan Penulisan Memaparkan penyebab dan dampak ketidaksiapan seorang pekerja dalam menghadapi masa pensiun dini.

BAB II ISI

1.1. Pengertian A. Pensiun Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang sangat besar nilai kapitalnya. Salah satu faktor produksi ini menjadi sebuah modal yang sangat sentral mengingat terjadinya kemajuan dan inovasi perusahaan bermula dari faktor sumber daya manusianya. Semakin tinggi tingkat intelektualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, maka kemungkinan besar kemajuan perusahaan dapat dicapai, selain faktor lain seperti loyalitas. Menurut Nawawi (2001), terdapat 3 pengertian sumber daya manusia, yaitu : a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi(disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja, atau karyawan). b. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/ non-finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan nonfisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Namun, setiap sumber daya pasti mempunyai keterbatasan. Begitu pula dengan sumber daya manusia. Dikarenakan berbagai sebab seperti kesehatan ataupun usia, sumber daya ini pada suatu masa akan tidak dapat diberdayakan lagi. Pada masa itulah, seorang pekerja mengalami masa pensiun. Pensiun mempunyai pengertian antara lain : a. Tidak bekerja lagi karena masa tugasnya telah usai b. Uang tunjangan yang diterima (tiap bulan/ langsung sepenuhnya) oleh karyawan sesudah ia berhenti bekerja atau oleh istri (suami) dan anakanaknya yang belum dewasa jika ia meninggal dunia

c. Jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara. Pensiun sebenarnya merupakan salah satu upaya dari instansi yang mempekerjakan karyawan dalam menjamin kesejahteraan karyawannya. Adanya jaminan kesejahteraan tersebut memungkinkan karyawan untuk memperkecil masalah-masalah yang timbul dari risiko-risiko yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya, misalnya risiko kehilangan pekerjaan, lanjut usia, dan kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh atau bahkan mungkin kematian. Risiko-risiko tersebut memberikan dampak finansial, terutama bagi kehidupan karyawan dan keluarganya. Sehingga kesejahteraan yang bersangkutan secara otomatis akan terganggu dan menimbulkan guncangan-guncangan, yang pada gilirannya akan mengganggu kelangsungan hidupnya. Pengertian kesejahteraan karyawan ini meliputi unsur-unsur penting sebagai berikut: a. Senantiasa berkaitan dengan hubungan antara pemberi kerja dan karyawan sebagai peserta. b. Pemberi kerja adalah pihak yang aktif memberi manfaat. c. Manfaat yang diberikan dalam hal karyawan tidak mampu lagi bekerja, telah lanjut usia atau meninggal. B. Jenis Program Pensiun Secara umum ada dua macam program pensiun (pension plan) yang dikenal di dunia, yaitu program pensiun manfaat pasti (defined benefit) dan iuran pasti (defined contribution). a. Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit) Dalam program ini, pekerja dijanjikan uang pensiun yang pasti jumlahnya. Bagaimananapun kondisi perusahaan, pada saat pensiun ia akan menerima manfaat pensiun (manfaat pensiun dapat diartikan sebagai uang pensiun) yang sudah pasti, sesuai perjanjian antara pekerja dan pemberi kerja/ perusahaan. Misalnya pada saat pensiun, pekerja dijanjikan mendapat uang pensiun bulanan yang besarnya 75% dari gaji pokok, dengan kenaikan sebesar 5% setiap dua

tahun. Maka pada saat pekerja pensiun, pemberi kerja lewat dana pensiun wajib memberi manfaat pensiun sesuai perjanjian tersebut. Tidak peduli jumlah iuran pensiun pekerja jumlahnya kecil, tidak peduli pemberi kerja/perusahaan sedang rugi, tidak peduli keadaan pasar dunia sedang jatuh; jumlah manfaat pensiun yang diberikan oleh perusahaan melalui dana pensiun harus pasti. Untuk memberikan manfaat pasti ini, perusahaan mendirikan dana pensiun (dana pensiun adalah badan hukum tersendiri) untuk menampung iuran dari pekerja dan iuran dari pemberi kerja itu sendiri. Dana pensiun akan menginvestasikan uang tersebut agar jumlahnya berlipat. Bila investasi rugi atau dana pensiun tidak cukup untuk menanggung manfaat pensiun, maka perusahaan harus menyuntikkan iuran pensiun tambahan agar dana pensiun dapat membayarkan manfaat pensiun. Dikarenakan pemberi kerja harus mengeluarkan uang iuran pensiun yang besar untuk menanggung beban manfaat pensiun, maka tidak semua pemberi kerja/perusahaan yang mampu memberikan program pensiun seperti ini, biasanya perusahaan besar seperti beberapa BUMN besar dan perusahaan swasta besar yang mempunyai program seperti ini. Keuntungan:

iuran pensiun pekerja relatif kecil, kadang malah iuran pensiun ditanggung oleh pemberi kerja pensiunan tentu saja senang, tidak perlu pusing mengelola uang pensiun, tiap bulan uang pasti datang tinggal ongkang-ongkang kaki, tidak perlu tahu kondisi pasar keuangan naik turun, uang pensiunan pasti akan diterima

Kerugian:

bila iuran pensiun belum mencukupi untuk menanggung manfaat pensiun atau hasil investasi dana pensiun masih kurang, maka pemberi kerja wajib memberi iuran tambahan

pada saat kondisi perusahaan kurang sehat, maka beban perusahaan semakin bertambah karena pengeluaraan iuran pensiun

pada kondisi tertentu, pemberi kerja/perusahaan harus menanggung iuran pensiun untuk pekerjanya seumur hidup

b. Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution) Pada jaman dulu perusahaan hanya mengenal program pensiun manfaat pasti. Namun karena program tersebut dianggap membebani perusahaan, maka banyak perusahaan yang meninggalkan program pensiun manfaat pasti dan beralih ke iuran pasti. Program pensiun iuran pasti, yang sudah pasti adalah iuran pensiunnya, namun jumlah manfaat pensiun tergantung dari total iuran dan hasil pengembangannya. Pada saat pekerja pensiun, maka total uang iuran pensiun dan hasil investasi akan diberikan sekaligus. Uang iuran ini biasanya adalah gabungan dari iuran pekerja dan pemberi kerja, yang besarnya sesuai perjanjian. Misalnya iuran pensiun besarnya 5% dari gaji pokok, dibagi dua antara pekerja dan pemberi kerja. Pada program pensiun ini, perusahaan bisa mendirikan dana pensiun sendiri atau mengalihkannya ke dana pensiun lembaga keuangan lainnya. Iuran pensiun setiap bulannya akan dibayarkan ke dana pensiun tersebut, dan dana pensiun akan mengelola uang iuran tersebut. Hasil pengembangan uang iuran di dana pensiun bisa untung atau rugi. Kalau untung berarti manfaat pensiun bertambah banyak, kalau rugi manfaat pensiunnya berkurang. Keuntungan:

Jumlah iuran yang dibayar oleh perusahaan pasti, sehingga perusahaan dapat mengatur keuangannya lebih baik Perusahaan bisa bernapas lega karena tidak perlu lagi pusing masalah pembayaran pensiun karyawannya

Kerugian:

Manfaat pensiun tidak pasti, karena didasarkan jumlah total iuran dan hasil pengembangannya Bila dana pensiun invetasinya rugi, maka manfaat pensiun yang diterima semakin sedikit

Pengadaan program pensiun bagi sebuah perusahaan, baik swasta maupun negeri, terbukti memberi efek yang cukup signifikan khususnya dalam hal perekrutan karyawan baru. Bahkan terdapat banyak perusahaan yang sanggup memberikan uang jaminan pensiun ini dalam angka yang sangat besar (umumnya perusahaan swasta). Berikut adalah tujuan dari masing-masing pihak, perusahaan maupun karyawan, mengenai program pensiun tersebut : a. Tujuan Perusahaan 1. Kewajiban moral. Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun. 2. Loyalitas. Dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan akan mempunyai loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan. 3. Kompetisi pasar tenaga kerja. Dengan memasukkan program pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan, diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga kerja. b. Tujuan Karyawan a. Rasa aman terhadap masa yang akan datang, dalam arti tetap memiliki penghasilan pada saat mencapai usia pensiun. b. Kompensasi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan kompensasi, meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun/berhenti bekerja. Pensiun terdiri dari beberapa jenis. Jenis-jenis masa pensiun dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu yang secara sukarela (voluntary) dan yang berdasarkan pada peraturan (compulsory/mandatory retirement). Ketika Indonesia memasuki masa krisis moneter, banyak perusahaan goyah sehingga harus menciutkan sejumlah pegawai dengan diberikan sejumlah imbalan. Kepada karyawan diberikan kebebasan untuk memilih apakah ia akan tetap bekerja atau mengundurkan diri. Kondisi seperti ini termasuk pensiun yang dilakukan secara sukarela Kondisi lain yang termasuk dalam pensiun secara sukarela adalah kondisi

dimana seeseorang ingin melakukan sesuatu yang lebih berarti dalam kehidupannya dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya (Hurlock, 1983). Pensiun yang dijalani berdasarkan aturan dari perusahaan adalah pensiun yang kerap kali dilakukan oleh satu perusahaan berdasarkan aturan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Dalam hal ini kehendak individu diabaikan, apakah dia masih sanggup atau masih ingin bekerja kembali. Di dalam proses pelaksanaannya, para penerima pensiun dapat memilih salah satu dari beberapa jenis pensiun yang ditawarkan kepada para karyawan, dengan melihat situasi dan kondisi yang terjadi. Berikut adalah jenis-jenis pensiun yang ditawarkan oleh perusahaan : 1. Pensiun Normal, yaitu pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah mencapai masa pensiun yang telah ditetapkan perusahaan. Usia pensiun normal adalah usia paling rendah di mana karyawan berhak untuk pensiun tanpa perlu persetujuan dari pemberi kerja, dengan memperoleh manfaat pensiun penuh. Usia pensiun normal tersebut biasanya ditentukan dalam suatu peraturan dana pensiun, di mana karyawan berhak untuk pensiun penuh. Seringkali, karyawan memohon mengajukan pensiun bukan pada rata-rata usia pensiun karyawan yang sesungguhnya. Untuk wilayah Indonesia rata-rata seseorang memasuki masa pensiun pada usia 55 tahun dan 60 tahun pada profesi tertentu. 2. Pensiun Dipercepat, hal ini dilakukan bila perusahaan menginginkan pengurangan karyawan di dalam tubuh perusahaan. Program pensiun biasanya mengizinkan karyawan untuk pensiun lebih awal sebelum mencapai usia pensiun normal. Kadang-kadang, karena satu dan alasan lain, karyawan mengajukan permohonan kepada pemberi kerja agar masa pensiunnya dipercepat. Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam peraturan dana pensiun di mana karyawan dimungkinkan untuk pensiun lebih awal daripada usia pensiun normal dengan persyaratan khusus juga yaitu setelah mencapai usia tertentu misalnya 50 tahun, harus memenuhi masa kerja minimum misalnya 10,15 atau 20 tahun, dan memerlukan persetujuan dari pemberi kerja.

3. Pensiun Ditunda, seorang karyawan meminta pensiun sendiri, namun umurnya belum memenuhi untuk pensiun, sehingga karyawan tersebut keluar namun dana pensiun miliknya diperusahaan tempat dia bekerja baru akan keluar pada masa umur karyawan ini telah memasuki masa pensiun. Beberapa pendapat mengatakan bahwa pemaksaan pensiun bagi karyawan yang masih sehat mental dan fisik akan meningkatkan tingkat mortalitas. Sehubungan dengan ihi, banyak pemberi kerja, terutama di Amerika Serikat dan Kanada yang dahulunya menggunakan keharusan pensiun pada saat mencapai usia pensiun normal, memperkenankan karyawannya yang masih sehat mental dan fisik untuk tetap bekerja melampaui usia pensiun normal. Biasanya beberapa pemberi kerja yang memiliki program pensiun memperkenankan adanya pensiun ditunda, dengan ketentuan bahwa pembayaran pensiun dimulai pada saat tanggal pensiun normal meskipun yang bersangkutan tetap meneruskan bekerja dan memperoleh gaji dari perusahaan yang bersangkutan. Cara tersebut sebenarnya merupakan praktik yang kurang baik dan bertentangan dengan ide dasar dari suatu program pensiun, yang sebenarnya dimaksudkan untuk mengganti pendapatan mantan karyawan yang tidak lagi memperoleh penghasilan. Namun, beberapa peraturan program pensiun memperkenankan karyawannya untuk terus bekerja meskipun telah mencapai usia pensiun normal untuk memperoleh tambahan penghasilan, di samping untuk memperbesar penghasilan dasar pensiunnya, di mana nantinya formula manfaat pensiun dihitung. Karyawan yang melakukan pensiun ditunda tersebut harus pensiun apabila telah mencapai usia tertentu atau masa kerja tertentu atau disebut compulsory retirement. Berbeda dengan pembayaran pensiun ditunda seperti yang telah dijelaskan di atas, peraturan dana pensiun dapat pula menetapkan bahwa karyawan yang menunda pensiunnya melewati tanggal pensiun normal, secara otomatis, pensiunnya akan ditahan sampai karyawan tersebut benar-benar telah pensiun.

4. Pensiun Cacat, pensiun yang diberikan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu dipekerjakan seperti semula,sedangkan umurnya belum memenuhi masa pensiun. Manfaat pensiun cacat ini biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal, di mana masa kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal dan penghasilan dasar pensiun ditentukan pada saat peserta yang bersangkutan dinyatakan cacat. C. Dana Pensiun Berdasarkan referensi yang diperoleh, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang rnenjanjikan manfaat pensiun. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun, yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan program pensiun tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau diserahkan kepada lembaga lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun, misalnya bank-bank umum atau perusahaan asuransi jiwa. Berdasarkan UU No 11 tahun 1992, di Indonesia mengenal 3 jenis dana pensiun yaitu : 1. Dana pensiun pemberi kerja, adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. 2. Dana pensiun lembaga keuangan, adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti, bagi perorangan, baik karyawan maupun pkerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atai perusahaan asuransi jiwa.

3. Dana pensiun berdasarkan keuntungan, adalah dana pensiun pemberi kerja yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja. D. Peraturan Perundang-undangan Tentang Pensiun di Indonesia Berikut ini adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pensiun, dana pensiun, batas usia pensiun, dan lain sebagainya. Namun, peraturan perundang-undangan mengenai pensiun dini di Indonesia belum sepenuhnya selesai. 1. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3. Undang-undang No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai (Pegawai Negeri Sipil) dan Pensiun Janda/Duda Pegawai 4. PP no. 15 Tahun 2012 tentang Perubahan Keempat Belas atas PP no. 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS 5. PP no. 16 Tahun 2012 tentang Perubahan Keempat Belas atas PP no. 28 Tahun 2001 tentang Peraturan Gaji Anggota TNI 6. PP no. 17 Tahun 2012 tentang Perubahan Keempat Belas atas PP no. 29 Tahun 2001 tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian NRI 7. PP no. 18 Tahun 2012 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan PNS dan Janda/Dudanya 8. PP no. 19 Tahun 2012 tentang Penetapan Pensiun Pokok Purnawirawan, Warakawuri/Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu, dan Tunjangan Orang Tua Anggota TNI 9. PP no. 20 Tahun 2012 tentang Penetapan Pensiun Pokok Purnawirawan, Warakawuri/Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu, dan Tunjangan Orang Tua Anggota Kepolisian NRI

Sedangkan, produk hukum yang mengatur BUP (Batas Usia Pensiun) PNS yang masih berlaku saat ini: 1. 2. UU Nomor 12 Tahun 2012: Pendidikan Tinggi (pasal 72 butir 4 menetapkan BUP untuk GB 70 tahun) UU Nomor 14 Tahun 2005: Guru dan Dosen (pasal 30 butir 4 menetapkan BUP Guru 60 tahun, pasal 67 butir 4 menetapkan BUP dosen 65 tahun) 3. 4. 5. 6. PP Nomor 65 tahun 2008: Pemberhentian PNS Perubahan 2. PP Nomor 01 Tahun 1994: Pemberhentian PNS Perubahan 1. PP Nomor 32 Tahun 1979: Pemberhentian PNS (BUP PNS diatur di pasal 3-4) Permendiknas Nomor 9 Tahun 2008: Perpanjangan batas usia pensiun PNS yang sudah menduduki jabatan Guru Besar/Profesor dan pengangkatan Guru Besar/Profesor Emeritus 7. 8. 9. Perpres no.52 tahun 2012: Perpanjangan Batas Usia Pensiun bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional Pemeriksa Perpres no. 42 tahun 2012: Perpanjangan Batas Usia Pensiun bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional Arsiparis Perpres no. 41 tahun 2012: Perpangjangan Batas Usia Pensin bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional Auditor 10. Surat Edaran Ka BKN No. 02/SE/1987 Juknis tentang batas usia pensiun PNS

1.2. Sebab-sebab Pensiun Dini Dari banyaknya penyebab pensiunnya seorang pekerja dari pekerjaannya, pensiun dini dirasa menjadi keputusan yang amat memberatkan bagi seseorang. Di samping keputusan itu terkadang merupakan keputusan sepihak dari perusahaan, pensiun dini juga disebabkan oleh beberapa faktor yang lain, antara lain : a. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan yang tidak mendukung ini dikarenakan pekerja mengalami halangan kerja berupa penyakit sebagai penyebab, hal ini akan menimbulkan terhambatnya aktivitas kerja sehingga aktivitas menjadi berhenti maka timbulah permasalahan yang dihadapi pada instansi tersebut. Hal tersebut justru akan menjadi beban dan pertanggungjawaban yang tidak jelas, apalagi jika pekerjaan tersebut sangat diperlukan atau mendesak, dan lebih parah lagi jika pimpinan instansi tidak proaktif . Ini perlu adanya tindakan yang actif dan perlu penyelesaian yang selaras dari semua pihak serta komitmen yang baik. Gangguan penyakit bisa terjadi pada pekerja kapan saja, gangguan fisik dapat berupa daya kemampuan fisik pegawai tersebut sudah tidak memungkinkan lagi, usia juga berpengaruh karena kekuatan dan kemampuan terbatas. Datangnya penyakit yang tidak diduga oleh pekerja tersebut tidak mengenal usia. Penyakit lain karena gangguan mental yaitu pekerja mengalami gangguan psikologis karena beban mental yang berat. Beban mental ini disebabkan karena beban pekerjaan atau beban lainnya, sehingga menurut kemampuan mentalnya tidak memungkinkan untuk beraktivitas, sehingga pada diri pegawai tersebut timbul gangguan mental dapat berupa stress berat, psikopat, penyakit psikis, paranoid, gila, hypersex , dan sebagainya. Bagi yang mengalami stress berat juga menimbulkan penyakit lain seperti maag, liver, ginjal, jantung, hypertensi, anemia, gula, dan sebagainya. Ada beberapa kemungkinan yang dihadapi oleh pekerja mengapa mereka mengalami gangguan kesehatan, yaitu : 1. Pekerjaan yang ditangani oleh pegawai tsb terlalu berat. 2. Pegawai tsb tidak menguasai pekerjaannya karena tidak sesuai dengan bidangnya, baik dipandang secara pengetahuan ataupun secara pengalaman. 3. Pimpinan terlalu memberikan beban pekerjaan yang tidak sesuai dengan porsinya. 4. Pimpinan terlalu otoriter.

5. Pekerjaan dikerjakan tanpa ada bantuan pihak lain ( tidak adanya kerjasama antar pekerja ). 6. Pegawai tidak dapat mengatur waktunya dengan baik dalam melaksanakan perkerjaan. 7. Lingkungan kerja tidak mendukung. 8. Pekerjaan begitu berat tingkat kesejahteran pegawai kurang. 9. Beban keluarga dibarengi dengan beban pekerjaan. 10. Fasilitas kerja/sarana kerja tidak mendukung dan sering terjadi gangguan kerja. 11. Pekerjaan banyak, kemampuan kurang dan fasilitas tidak ada. 12. Pimpinan tidak menyenangkan karena selalu marah-marah tanpa sebab. 13. Ketidakadilan dalam lingkungan kerja. 14. Pegawai merasa tidak dipergunakan karena faktor psikologis dari pimpinan ketidak senangan terhadap pekerja tersebut, walaupun sebenarnya pegawai tersebut mempunyai kemampuan dan potensi, justru yang lain dipandang tidak mampu dan bermasalah dimanfaatkan dalam kegiatan tertentu. 15. Intelegensi suatu kepemimpinan terhadap bawahan kurang dalam penilaian, sehingga timbul kecemburuan social di kalangan pegawai. 16. Pimpinan selalu berkomentar dan menilai kekurangan/kejelekan bawahnya namun tidak memberikan arahan yang benar. 17. Pimpinan merasa kewalahan menghadapi bawahannya. b. Faktor alasan pegawai tidak sanggup bekerja lagi Pada dasarnya, pengajuan pensiun atas permintaan sendiri bukan suatu rekayasa atau alasan yang dibuat-buat. Sebagai contoh pada kasus PNS. Boleh saja PNS untuk memohon mengajukan pensiun pada saat belum mecapai usia batas usia pensiun. Sebab dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1969, disitu disebutkan tentang pensiun yaitu bilamana

PNS telah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai masa kerja sekurangkurangnya 20 tahun, maka hal ini dapat dijalankan. Banyak terjadi kasus pegawai dalam pengajuan pensiun dini dengan alasan-alasan tertentu, tetapi ada juga alasan pensiun dini tersebut hanya untuk menutupi segala kemungkinan yang dihadapi oleh pegawai, misalnya pegawai dibebani hutang dimana-mana, judi, selingkuh, tidak hadir dalam kerja dan perbuatan-perbuatan yang tak terpuji lainnya, hal ini akan mencemari dirinya selain itu juga instansi yang bersangkutan. Jangan sampai instansi salah dalam mengambil keputusan untuk menentukan arah dalam mengajukan pensiun dini kepada pegawai yang bermasalah. Sebab pensiun merupakan penghargaan dari Pemerintah terhadap PNS yang telah mengabdi sekian tahun dan berjasa terhadap bangsa dan negara. Kalau memang terbukti pegawai tersebut bertentangan dengan tujuan pemerintah dan peraturan yang berlaku maka perlu pertimbangan yang matang. Dalam pengajuan pensiun dini, harus ada permohonan dan pernyataan yang menunjukkan alasan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Maka sebagai pejabat yang berwenang disuatu instansi dalam menerima pengajuan dari pegawai perlu dikaji ulang dan kalau perlu diadakan tatap muka lebih dulu antara pegawai yang mengajukan pensiun dini dengan kepala kepegawaian (pimpinan personalia) untuk dimintai alasan-alasan yang sebenarnya sebagai pertanggungjawabannya.

1.3. Penyebab Ketidaksiapan Pekerja Menghadapi Masa Pensiun Dini Masa pensiun seringkali menjadi masa yang cukup mengerikan bagi sebagian orang. Penelitian yang dilakukan Sari dan Kuncoro (2006) pada PT. Semen Gresik menyatakan bahwa karyawan menyatakan cemas saat menghadapi masa pensiun karena ada kekhawatiran tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan-kebutuhan mendadak. Mereka

beranggapan bahwa ketika masih bekerja, mereka masih mendapat fasilitasfasilitas yang diberikan perusahaan. Selain itu juga mereka masih mendapat dukungan moril maupun materiil dari teman-teman sekantor. Walaupun mereka masih mendapatkan uang pensiun atau pesangon, mereka beranggapan bahwa pendapatan itu belum mampu mencukupi kebutuhankebutuhannya. Masa pensiun juga mengubah kondisi relasi sosial seseorang. Sehingga mereka harus dapat mengatasi dengan beradaptasi kembali terhadap lingkungan sosial barunya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumala Dewi (2011), terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Artinya, jika seseorang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi maka semakin rendah tingkat kecemasannya terhadap masa pensiun. Kecemasan juga terjadi pada kalangan PNS, TNI, maupun Polri yang menghadapi masa pensiun. Pada masa sebelum pensiun, mereka disibukkan dengan rutinitas keseharian, merasa dibutuhkan, memiliki bawahan, dan lain-lain. Namun setelah masa pensiun, mereka tidak mempunyai rutinitas yang tetap dan itu membuat tekanan tersendiri pada mereka. Namun, di samping hal itu pekerja terkadang dihadapkan pada suatu pilihan yang dimana ia tidak mempunyai pilihan lain selain berhentu bekerja atau mengajukan pensiun dini. Banyak dari pekerja yang melakukan pensiun dini tidak mempersiapkan kemungkinan tersebut, sehingga mereka bagaikan gamang dan tidak mempunyai tujuan hidup. Ketidaksiapan pekerja menghadapi masa pensiun tersebut disebabkan antara lain : 1. Faktor kesehatan yang berubah drastis secara mendadak. Seperti terjadinya sebagainya. 2. Adanya pengurangan tenaga kerja secara mendadak oleh instansi, baik negeri maupun swasta. kecelakaan kerja, stroke, kelumpuhan, dan lain

1.3. Komparasi dengan Negara Lain Dalam studi tentang membandingkan kondisi pensiun di Indonesia dan di luar negeri, saya mengambil contoh adalah negara Jerman. Jerman merupakan negara di Eropa yang sudah mempunyai teknologi yang maju dengan tingkat kesejahteraan penduduknya jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Dengan tercukupinya kebutuhan dan kesejahteraan rakyatnya, maka usia dan kualitas kesehatan masyarakat Jerman lebih baik daripada masyarakat di Indonesia. Semakin banyak warga lanjut usia di Jerman yang bekerja, walaupun usia mereka sebenarnya sudah memasuki usia pensiun. Sejak tahun 2000, jumlah pensiunan yang memiliki pekerjaan kecil meningkat sekitar 60 persen. Ini artinya, sekitar 761.000 orang yang seharusnya sudah pensiun masih terus bekerja. Tidak sedikit dari mereka berusia lebih dari 74 tahun. Di Jerman, saat ini terdapat sekitar 17 juta pensiunan. Menurut Herbert Buscher dari Lembaga Penelitian Ekonomi di Halle IWH, usia hidup semakin meningkat, kondisi tubuh tetap sehat dan bugar merupakan alasan utama meningkatnya jumlah pensiunan yang bekerja. Namun bagi serikat buruh dan organisasi sosial sudah jelas, tingginya jumlah pensiunan yang bekerja menunjukkan bahwa bagi banyak orang uang pensiun tidak cukup untuk hidup. Ini merupakan indikasi bahwa banyak dari mereka tidak dapat menikmati pensiun. Dan mereka harus bekerja serabutan dengan upah rendah untuk menutupi kebutuhan hidup mereka. Secara regional juga terdapat perbedaan. Terutama di timur Jerman terdapat masih banyak warga lanjut usia yang masih bekerja untuk keluar dari kemiskinan. Ada banyak pengangguran jangka panjang dan kebanyakan upah rendah, sehingga uang pensiun yang dibayarkan negara juaga rendah. Masalah ini diperparah karena, para pensiunan yang ada di timur Jerman saat ini tidak mengenal tunjangan hari tua, karena pemerintah mantan Jerman Timur yang komunislah yang mengatur semuanya. Masalah uang pensiun di Jerman lebih berdampak pada kaum perempuan. Mereka biasanya berpendapatan lebih rendah dibanding pria dan karir kerja mereka kadang terhenti, seperti misalnya untuk mengasuh anak-anak.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan : 1. Penyebab ketidaksiapan pekerja dalam menghadapi pensiun dini a. Pensiun dini dikarenakan faktor kesehatan yang mendadak b. Pengurangan tenaga kerja yang mendadak oleh instansi yang bersangkutan 2. Akibat ketidaksiapan pekerja dalam menghadapi pensiun dini a. Penurunan tingkat kesehatan b. Tekanan mental / stres c. Ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan baru d. Tidak dapat mempersiapkan alternatif penghasilan baru

REFERENSI

Dewi, Kumala Artika. 2011. Skripsi : Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. http://www.dw.de/semakin-banyak-pensiunan-yang-bekerja/ http://www.berita-ane.com/2012/10/daftar-peraturan-tentang-pensiun.html http://www.gajimu.com/main/tips-karir/kiat-pekerja/uu-tenaga-kerja-tidakmenentukan-batas-usia-pensiun http://ranjidsuranta.wordpress.com/pemberhentian-tenaga-kerja-pada-perusahaan/ http://suksesitubebas.wordpress.com/2012/08/21/batas-usia-pensiun/ http://www.djsn.go.id/sjsn/program-sjsn/jaminan-pensiun.pdf Muktiyo, Widodo. 2010. Pensiun Dini. Diakses pada www.manajemencitra.com Suranta, Ranjid. Peberhentian Tenaga Kerja. Diakses pada www.sylabus.web44.net/blk2file/kuliah10.htm www.rc-solo.depsos.go.id

Anda mungkin juga menyukai