Anda di halaman 1dari 2

Hardian Ekaputra 1206334070 Resume Kasus Howard Schultz and Starbucks Coffe Co.

dan artikel Vision of Company Howard Schultz lahir dan dibesarkan di Brooklyn, memiliki pandangan bahwa dia hidup untuk menang. Ambisinya membawanya melalui bermacam karir dari paperboy, sales di Xerox, sampai pada posisi executive di Hammerplast. Di usianya yang ke 28 tahun 1981, Schultz seperti menemukan dunia yang baru ketika ia mengunjungi klien Hammerplast di Seattle, di situ ia mencoba kopi spesialisasi dari Starbucks yang berhasil memikatnya dan ia juga kagum akan operasi, manajemen, dan produk perusahaan. Dia pun mulai bekerja di Starbucks pada tahun 1982 walaupun gajinya sebagai direktur operasi dan marketing tidak sebesar di Hammerplast. Penemuan barunya akan culture di Milan dimana espresso bar menjadi tempat memulai hari dan sebagai tempat pertemuan dengan teman, menginspirasinya untuk membawa hal tersebut ke US. Dia melihat adanya hubungan antara minum kopi dan obrolan serta ritual komunal. Karena bosnya di Starbucks tidak tertarik untuk menjadikan Starbucks sebuah bisnis restoran, maka Schultz meninggalkan Starbuck dan membuka bisnis coffe bar sendiri dengan konsep seperti espresso bar Italia dengan nama Il Giornale. Dia berkeinginan mengubah pandangan masyarakat terhadap bisnis kopi ini dan ingin membawa bisnis Il Giornale ini keluar Seattle. Buah usaha dan keyakinan Schultz membawa hasil manis, masyarakat menyukai konsep tersebut dan penjualan cukup meyakinkan. Ekspansinya juga cukup gencar sampai membuka beberapa retail coofe bar dan ketika dia mengetahui Starbucks dijual, Schultz pun mengambil kesempatan untuk mengakuisisi Starbucks. Di bawah kepemimpinan Schultz Starbucks dibawa berlari, dengan mengedepankan fine coffe dan sociability, Starbucks berusaha mendapatkan consumer awareness. Starbucks ingin coffe barnya dikenal dari mulut ke mulut dan hal tersebut memang berhasil. Kesuksesan Starbucks tersebut tidak lain bergantung kepada motivasi dan sustaining employees interest pada penawaran Starbucks termasuk produk, lingkungan bekerja dan culture yang diciptakan. Schultz menyatakan bahwa asset terpenting yang mendeliver mereka pada kesuksesan tidak lain adalah hubungan Starbucks dengan para karyawannya. Dia menganggap karyawannya adalah komponen strategik yang sangat penting. Dia berjanji untuk Do something that would guarantee that people would not be left behind. I always wanted to build the kind of company that my father never got a chance to work for. (Howard Schultz, 1990)

Hardian Ekaputra 1206334070 Jika dikaitkan dengan artikel Vision of the Company di sini kita melihat adanya peran besar Howard Schultz sebagai driver Starbucks Coffe Co. sehingga Starbucks dapat memuaskan pelanggannya yang tersebar di seluruh dunia. Sejak masih muda dia sudah menancapkan live to win di benaknya. Hingga sampai pada saat dia menemukan Starbucks, dia berkeinginan untuk membawa hal yang baru, mengasosiasikan kopi dengan aktivitas sosial kepada masyarakat Amerika. Dia juga ingin memberikan coffe experience dengan fine coffenya yang telah melalui prosedur quality control yang ketat sehingga ia tidak akan mengecewakan konsumennya. Sekarang budaya Starbucks tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Amerika saja. Tetapi Schultz berhasil membawa impiannya tersebut ke hampir seluruh pejuru dunia termasuk Indonesia. Visinya untuk membangun perusahaan yang diinginkan ayahnya serta untuk membawa sociality ke sebuah ritual minum kopi dengan kopi kualitas terbaik telah menuntunnya dalam setiap keputusan bisnis yang dia ambil sehingga Starbucks bisa menjadi seperti sekarang. Karena Schultz tidak pernah menyiakan karyawannya bahkan dia menganggap karyawan adalah bagian penting maka pengkomunikasian visi tersebut dapat diserap dengan baik oleh karyawannya sehingga Starbucks sebagai satu kesatuan perusahaan paham tentang arah tujuan mereka, tidak hanya Schultz seorang. Core ideology dari sebuah perusahan terdiri atas dua bagian yaitu Core values yang merupakan prinsip-prinsip dasar yang dijadikan petunjuk arah kemana perusahaan akan berjalan dan Core purpose sebagai tujuan utama adanya perusahaan tersebut. Contoh saja Disney diciptakan untuk menghibur bukan untuk membangun theme park ataupun kartun. Core ideology seharusnya berarti bagi orang dalam perusahaan, juga sebagai inspirasi mereka. Sebagai acuan komitmen hal ini juga dapat memilah mana yang inside dan yang bukan dengan sendirinya. Envisioned Future sebagai gambaran mau jadi apa perusahaan kita dalam jangka panjang ke depan. Visi ini terdiri dari dua bagian yaitu goal-goal perusahaan dalam 10-30 tahun beserta deskripsi yang jelas berisi langkah dan cara untuk mencapai goal tersebut. Dari sebuah visi yang berupa kata membentuk kalimat harus dapat diterjemahkan menjadi gambaran-gambaran bagaimana seharusnya perusahaan jika ingin mencapai goal yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai