Oleh :
1
DAFTAR ISI
Halaman
1. Sejarah Perusahaan
Formula rahasia mengenai Coca Cola ditemukan pertama kali pada tanggal 8 Mei
1886 di Georgia di Amerika Serikat oleh Dr. John Styth Pemberton. Pada awalnya, Coca Cola
adalah suatu obat sakit kepala. Coca Cola pertama kali dipasarkan di toko obat Jacob’s
Pharmacy yang sebagian dimiliki oleh Dr. Pemberton. Lalu akuntan dari Jacob’s Pharmacy
memberikan usul nama Coca Cola. Coca Cola pada saat itu hanya salah satu dari ribuan paten
yang ada pada tahun
1800‐an. Awal mulanya, Coca Cola ditulis dengan menggunakan huruf ‘kola’ tetapi
akhirnya
oleh Frank M Robinson kata tersebut diubah menjadi ‘cola’. Hal itu dilakukan dengan
adanya
pertimbangan bahwa dengan adanya dua huruf ‘c’ akan terlihat lebih bagus dan lebih mudah
diingat. Kemudian pada suatu waktu ada seorang pelanggan yang mengeluh pusing dan agar
lebih cepat sembuh ia mencampur ‘Coca Cola’ dengan air biasa. Lalu penjaga toko
lebih menganjurkan untuk menambah campurannya dengan soda. Sejak saat itu, dilahirkan
suatu versi
‘Coca Cola’ dengan
berkarbonasi.
Asa Griggs Chandler adalah seorang yang membeli hak merek ‘Coca Cola’ sebelum
wafatnya Dr. John pada tahun 1888 dan akhirnya Chandler mulai menjual ke toko obat yang
lainnya. Kemudian, dia mulai menjual ke toko obat lainnya. Bisnis minuman ini semakin
meluas dan diwarnai dengan pemasangan iklan di stasiun dan pusat kota. Iklan yang dilakukan
mencapai budget $100,000 pada tahun 1901. Selain itu, dia juga memperkenalkan sistem
promosi dengan
memberikan cindera mata berupa kalender, poster, jam dinding, gelas dan lain ‐ lain
yang
bertuliskan Coca Cola yang khas kepada konsumen dan penggemar Coca
Cola.
Ide untuk menyediakan Coca Cola dalam botol datang dari Joseph Biedeharn, seorang
pemilik toko dari Missisipi. Setelah ide ini diberikan, lalu seorang pengusaha Tenesse
memberikan suatu tanggapan yang positif dan akhirnya mendirikan pabrik Coca Cola yang
pertama pada tahun 1899. Pengusaha ini juga mengenal cara pemasaran langsung pada
konsumen. Melalui cara ini, Chandler juga mulai menggunakan franchise untuk memperluas
bisnisnya pada tahun 1899.
Dalam hal ini, The Coca Cola Company menyediakan bahan baku berupa Concentrate
bagi pabrik minuman, sedangkan pabrik mengolahnya menjadi minuman Coca Cola. Sistem
ini diberlakukan bagi seluruh pabrik Coca Cola yang ada di dunia.
Ernest Woodruff adalah seorang membeli perusahaan Coca Cola yang dimiliki oleh
Asa Candler dengan harga $25 juta pada tahun 1919. Kemudian putranya yang bernama
Robert W. Woodruff melakukan suatu langkah penting untuk perkembangan Coca Cola. Pada
tahun 1923, ia memperkenalkan Coca Cola kepada pasar international dengan mendirikan
perusahaan The Coca Cola Company Export Corporation, sebuah perusahaan yang memiliki
tugas untuk menangani Coca Cola yang ada diluar Amerika Serikat. Ia menjadi CEO pertama
untuk perusahaan Coca Cola dan mengembangkan bisnisnya dengan tujuan agar Coca Cola
mudah didapat oleh konsumen.
“Kemudian pada tahun 1929, Woodruff mengembangkan suatu periklanan dengan
ditekankan pada gaya hidup.” (Harvard Business School, 9‐391‐179, “Coca Cola versus
Pepsi
Cola
E. and The Soft Drink Industry”. Rebecca Wayland under the supervisor Professor Michael
Porter). Selain itu, dia juga mengeluarkan suatu standar mutu yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas minuman Coca Cola yang ada di dunia.
Coca Cola Di Indonesia
Coca Cola mulai diperkenalkan pada rakyat Indonesia pada tahun 1927. Pada waktu
itu, Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Coca Cola berada di bawah De Nederlands
Insische Mineral Water Fabriek di Jakarta. Proses produksi untuk pertama kalinya dibuat pada
tahun 1932. Proses pertama kali tersebut adalah sebesar 10.000 krat dengan dibantu oleh
3 buah truk pengangkut dengan jumlah karyawan sebanyak 25 orang. Sedangkan pada masa
penjajahan Jepang (1942 – 1945), produksi Coca Cola dihentikan. Setelah kemerdekaan
Indonesia, perusahaan ini diambil alih oleh The Indonesia Bottlers Ltd.NV (IBL) dengan status
perusahaan nasional.
Setelah sekian lama di Indonesia, permintaan pasar mulai naik dan diperlukan adanya
suatu pengembangan pabrik. Oleh karena itu, pada tahun 1970, pabrik tersebut berkembang
dan bergabung dengan perusahaan Jepang dengan nama PT Djaya Beverages Bottling
Company sebagai pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dan pada saat tersebut pula
jenis produknya bertambah dengan datangnya Fanta dan Sprite.
Pertumbuhan Coca Cola di Indonesia sampai saat ini didukung oleh 11 pabrik
pembotolan dan sekitar 9000 karyawan melayani lebih dari 400.000 outlet di seluruh
Nusantara. Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah:
1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.
2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia,
Medan.
3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bottling Company,
Surabaya.
4. Tahun 1978 : PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company,
Semarang.
5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung
Pandang.
6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung
.
7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company,
Padang.
8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company,
Denpasar.
9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung
Karang.
10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company,
Menado.
11. Tahun 1991 : PT. Eka Tiema Manunggal Bottling Company,
Banjarmasin.
PT Tirtalina Bottling Company merupakan pabrik Coca Cola ketiga di Indonesia. Pada
awalnya perusahaan ini dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia, tetapi pada tahun 1991
dengan diberlakukannya penanaman modal asing oleh pemerintah, lama kelamaan perusahaan
Tirta dan perusahaan Pan Java dibeli oleh Coca Cola Amatil (CCA) dan menyusul pada
tahun
1992 perusahaan Djaya Beverage Bottling dibeli juga oleh CCA. Pada tahun 1994 PT.Coca
Cola Pan Java Bottling Indonesia telah mengambil alih tempat pembotolan lainnya yakni
pabrik pembotolan di Medan, Ujung Pandang, Padang dan Tanjung karang. Ini berarti dari
sebelas pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia merupakan milik PT. Coca Cola Pan
Java. Tahun
1995 Coca Cola Amatil milik Australia mengambil alih semua pabrik pembotolan Coca Cola
di Indonesia kecuali Manado. Pada tahun 1997, didirikan pabrik pembotolan Coca Cola yang
terbesar di Indonesia dan berlokasi di jalan Teuku Umar km 46, Cibitung dengan nama
Cibitung National Plant.
Pada tanggal 1 Januari 2000, nama Coca Cola Bottling Indonesia mulai resmi
digunakan dan nama tersebut menjadi suatu nama dagang pada sejumlah perusahaan patungan
antara perusahaan lokal dengan Coca Cola Amatil Limited, yang merupakan produsen dan
distributor
terbesar produk‐produk Coca Cola yang berpusat di Sydney, Australia. Pada tahun
2002
perusahaan mengganti namanya menjadi PT Coca Cola Bottling Indonesia (PT
CCBI).
Di tahun 2014, The Coca-Cola System di Indonesia mempekerjakan lebih dari 12.000
karyawan orang di 10 pabrik pembotolan dan di lebih dari 85 pusat distribusi di seluruh
negeri. The Coca-Cola Company memproduksi, menjual dan mendistribusikan lebih dari 10
merek di Indonesia termasuk minuman ringan berkarbonasi, jus, teh, minuman isotonik, air
minum dalam kemasan, minuman berenergi, dan masih banyak lagi—dengan lebih dari 100
format kemasan dan ukuran, serta telah melayani lebih dari 600.000 outlet ritel besar dan kecil
secara langsung.
Selama 2 tahun terakhir, The Coca-Cola System telah menginvestasikan lebih dari USD
300 juta di ibukota. Managing Director CCAI, Alison Watkins menyatakan bahwa "tanda
kepercayaan kami terhadap Indonesia adalah minat kami untuk meningkatkan investasi di
sana sebanyak hampir setengah miliar dolar selama 3-4 tahun berikutnya". Muhtar Kent, CEO
The Coca-Cola Company pun menyatakan bahwa "Indonesia merupakan pasar penting bagi
perusahaan kami dalam perjalanan menuju tahun 2020."
TIMELINE
1927: Coca-Cola dijual pertama kali di Indonesia. Botol pertama diimpor oleh seorang
insinyur
Belanda bernama de Koenig
1932: Diproduksi secara lokal oleh pembotolan De Water Nederlands Indische Mineral
Fabriek, di Batavia, Indonesia
1945: Hari Kemerdekaan Indonesia
1956: Setelah Perang Dunia ke-II, dioperasikan kembali oleh The Indonesia Bottler
Limited
(IBL)
1971: Djaja Beverage Bottling memulai produksi kembali setelah era revolusioner di tahun
1960- an dan memperkenalkan Sprite
1973: Fanta diperkenalkan di
Indonesia
1977: Pabrik Commercial Product Supply (CPS) didirikan untuk memenuhi pasokan bahan
dasar minuman
1985: Bangun Wenang di Manado memulai produksiCoca-Cola
pertamanya
1986: Diet Coke diperkenalkan, menandakan kehadiran produk kaleng untuk pertama kalinya
di
Indonesia
1992: Coca-Cola Amatil Indonesia mulai beroperasi di
Indonesia
1996: Coca-Cola Amatil memulai produksi dalam botol plastik (PET) untuk pertama
kalinya
2002: Frestea diperkenalkan di Indonesia. Merk lokal air minum dalam kemasan, Ades,
diakuisisi
2008: Minute Maid dan Coke Zero diperkenalkan di
Indonesia
2011: Ades dalam kemasan botol plastik ramah lingkungan
diperkenalkan
2012: CCAI mengakuisisi pabrik baru di Cikedokan,
Bekasi
2013: Aquarius diperkenalkan di
Indonesia
2014: Nutriboost diperkenalkan di
Indonesia
2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Our Vision Our vision serves as the framework for our Roadmap and guides every aspect of our
business by describing what we need to accomplish in order to continue achieving sustainable, quality
growth.
People: Be a great place to work where people are inspired to be the best they can be.
Portfolio: Bring to the world a portfolio of quality beverage brands that anticipate and
satisfy people's desires and needs.
Partners: Nurture a winning network of customers and suppliers, together we create mutual,
enduring value.
Planet: Be a responsible citizen that makes a difference by helping build and support
sustainable communities.
Profit: Maximize long‐term return to shareowners while being mindful of our overall
responsibilities.
Live Our Values Our values serve as a compass for our actions and describe how we behave in the world.
Leadership: The courage to shape a better
future Collaboration: Leverage collective
genius Integrity: Be real
Accountability: If it is to be, it's up to me
Passion: Committed in heart and mind
Diversity: As inclusive as our brands
Quality: What we do, we do well
Tekhnologi
Manajemen Air Limbah&Pengurangan Jejak Karbon (+)
Tujuan kami secara global adalah mengembalikan kembali kepada masyarakat dan alam,
jumlah air, setara dengan apa yang kami gunakan di semua produk minuman kami. Di
semua pabrik milik kami, kami memastikan bahwa 100% air limbah hasil operasi
manufaktur kami diolah kembali secara ketat sehingga dapat dikembalikan lagi ke alam
secara aman—hingga pada tingkat yang dapat mendukung kehidupan akuatik. Kami
juga berinvestasi dengan teknologi yang disebut "blow-fill” yang memungkinkan kami
untuk mendesain ulang dan mengurangi berat kemasan botol plastik (PET) untuk minuman
bersoda dan air minum dalam kemasan. Blow-fill juga memungkinkan botol-botol untuk
diproduksi dengan PET resin yang lebih sedikit atau dengan resin daur ulang.
kaleng.
A&W rasa Sarsaparilla dengan kemasan kaleng.
Powerade: dengan banyak rasa yaitu Lemon, Orange, Red Rush dengan kemasan PET dan
kaleng.
Nestea: Nestea Lemon Tea.
Selain itu, terdapat produk–produk lain dari Coca Cola di Indonesia saja
yaitu:
Frestea: Frestea, Frestea green, Frestea Jasmine dalam kemasan botol gelas dan tetra‐pack
(kotak).
Frestea Frutcy: dengan banyak rasa yaitu lemon, apple dan markisa dengan kemasan
tetra pack dan PET.
Ades Royal dengan kemasan PET berbagai
ukuran.
Extra Joss: kemasan kaleng. Seluruh produk yang diproduksi ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar yaitu RGB (Returnable Glass Bottle) dan OWP (One Way
Package) dan TWA (Tetra Wedge Aseptic) / TBA (Tetra Brik Aseptic).
21
21
Distribusi (+)
Mayoritas dari produk kami didistribusikan melalui lebih dari 120 pusat penjualan
yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk-produk tersebut diangkut oleh truk berukuran
besar, kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang eceran dengan kendaraan yang lebih
kecil. Apabila diparkir berderetan, truk-truk penjualan kami akan membentuk garis sepanjang
kurang lebih 17 km, membuat kami resmi menjadi salah satu perusahaan distribusi terbesar di
Indonesia. Diperkirakan lebih dari 80% produk-produk kami dijual melalui para pengecer dan
grosir, di mana 90% diantaranya berasal dari kategori pengusaha usaha kecil, dan mereka
mempekerjakan kurang dari lima karyawan dengan omset penjualan per tahun kurang dari Rp.
1 milyar. Satu hal yang perlu dicatat, tim sales kami yang sangat besar tak hanya menjual
produk-produk kepada para pelanggan tetapi juga memberikan tips dalam menempatkan
produk Coca-Cola. Sales supervisor kami juga teratur mengunjungi para pelanggan,
memberikan bimbingan, serta menampung masukan yang disampaikan para pelanggan.
Produk kami dijual di sekitar 1,5 juta gerai minuman di seluruh Indonesia.
Kami mendukung perekonomian melalui 600.000 pelanggan dan 2.800 pemasok
Lebih dari 285.000 kulkas pendingin milik kami ditempatkan di pasar. Semua
pendingin dilengkapi dengan EMS, yaitu perangkat untuk mengurangi konsumsi listrik
hingga 35%.
Kami mengoperasikan lebih dari 1.300 truk pengiriman dari 85 pusat distribusi—
menjadikan sistem distribusi kami salah satu yang terbesar di Indonesia.
CCAI juga membantu menciptakan sekitar600,000‘Managed Third Party' untuk
pengusaha kecil yang ingin menjual produk kami.
Current Ratio
Quick Ratio
Cash Ratio
Period Ending:
Gross Margin
Operating Margin
Pre-Tax Margin
Profit Margin
Pre-Tax ROE
The Coca-Cola System di Indonesia telah melakukan investasi yang signifikan untuk
membangun dan terus meningkatkan usahanya, termasuk fasilitas produksi baru, pabrik
pengolahan air limbah, sistem distribusi dan peralatan pemasaran.
Bisnis kami di Indonesia mempekerjakan lebih dari 8,000 pekerja lokal secara
langsung dan antara 2.000 hingga 4.000 pekerja sementara sesuai kebutuhan. Beberapa studi
independen menyatakan bahwa dengan memberikan kesempatan bagi usaha lokal, Coca Cola
juga menghasilkan pekerjaan dengan "multiplier effect”—di mana The Coca-Cola System
bertindak sebagai katalis; menghasilkan pendapatan, pekerjaan dan know-how untuk beragam
bisnis lokal baik yang menjual barang dan jasa kepada The Coca Cola System (pemasok),
atau menjual produk perusahaan (pengecer).
Di Indonesia, kami melayani lebih dari 500.000 pelanggan ritel di daerah perkotaan
dan pedesaan di seluruh negeri secara langsung—menyediakan sarana penting pendapatan
dan dukungan untuk sejumlah usaha kecil dan keluarga.
CCAI telah menginvestasikan lebih dari US $ 155 juta di Indonesia pada tahun 2012,
dan berharap untuk meningkatkan investasi di Indonesia sebesar hampir setengah miliar dolar
selama
3-4 tahun ke depan. Sebagian besar investasi telah diarahkan untuk pembangunan
infrastruktur dan kapasitas bangunan, serta peningkatan dukungan untuk pengecer kami
melalui penyediaan alat pendingin.
Beberapa contoh investasi tahun 2012
meliputi:
Akuisisi fasilitas manufaktur di
Cikedokan
Pembangunan 2 gudang skala besar di Bekasi dan
Medan
Instalasi dari 3 lini produksi baru,1 di Medan dan 2 di
Cibitung
Lebih dari US $ 20 juta yang diinvestasikan dalam kulkas pendingin dengan konsumsi
energi rendah,sepanjang tahun 2012
Beberapa contoh dari investasi 2013 meliputi investasi
sebesar:
US $ 40 juta untuk lini produksi dan gudang baru di Semarang yang dijadwalkan akan
selesai
Oktober 2013
US $ 20 juta untuk lini produksi baru untuk minuman berkarbonasi di Surabaya pada
bulan
April
US $ 30 juta investasi dalam untuk lini air baru di Cibitung pada bulan
April
CCAI juga berencana untuk menempatkan sejumlah besar kulkas pendingin di
pasar sepanjang tahun 2013
BWBC juga ikut meningkatkan investasinya, dengan menggandakan kapasitas produksi
yang ada agar dapat memenuhi permintaan pasar yang berkembang pesat di Sulawesi
Utara. Sebagai sebuah sistem, kami akan berinvestasi lebih dari US $ 200 juta dari
pengeluaran untuk pemasaran (marketing) selama 3-4 tahun berikutnya. Seiring dengan
tumbuhnya pasar, kami akan memfokuskan strategi pada penciptaan peluang ekonomi dan
lapangan kerja di seluruh rantai pasokan kami, investasi di bidang infrastruktur, inovasi,
dan juga mempromosikan komunitas berkelanjutan di mana kami beroperasi.
ANALISIS SWOT
Kekuatan (strength) menjadi $24.1 billion, dan
Faktor internal 1. Menjadi pemimpin di pasar atau operating income tumbuh
market leader. 4% menjadi $6.3 billion
2. Formula rahasia produknya tidak
mudah ditiru oleh para pesaing
3. Sistem distribusinya yang telah
merambah hampir keseluruh dunia
yaitu telah beroperasi hingga lebih
dari 200 negara
4. Produk-produk baru yang terus
menerus diluncurkan serta promosi
yang gencar yaitu telah
memproduksi 400 merk yang
terdiri lebih dari 2600 produk
minuman
5. Sebagai inovator dalam industri
soft drink
6. Desain yang ramah lingkungan dan
diterapkannya TQM (faktor R&D)
7. Ratio-ratio keuangan (Rentabilitas,
likuiditas,Solvabilitas,profitabilitas)
sehat
8. Melakukan bottling investment
dengan beberapa investasi
9. Mempunyai struktur organisasi
yang sangat baik
10. Coca Cola memenangkan
penghargaan untuk kategori
kemasan kaleng dari jenis produk
yang paling inovatif dan atraktif.
11. Net operating revenue tumbuh 4%
Kelemahan dikonsumsi secara terus menerus, 2. Coca Cola hanya
(Weakness) mengandung HFCS yang berbasis pada kategori
1. Isu kesehatan dapat minuman dan belum
(tidak baik memperburuk obesitas dan merambah ke sektor lain.
untuk diabetes, adanya pestisida dan 3. Biaya produksi
kesehatan bahan kimia berbahaya pd tinggi akibat keterbatasan
apabila kemasan coca-cola, air soda bahan mentah
mengandung racun)
Faktor eksternal
Peluang Strategi SO Strategi WO :
(Opportunities) :
1. Pertumbuhan sebesar Menganalisis pasar pada tahap Mengandalkan para
7,5% grosir
yang terjadi pada perencanaan produk maupun pengecernya
pasar minuman ringan yang menyediakan informasi untuk mendorong
non soda agar ide konsumen.
dan 8,5% pada air sesuai dengan kebutuhan dan Membuat
mineral keputusan
kemasan merupakan keinginan tentang bahan-bahan yang
peluang yang tidak bisa konsumen. digunakan dengan
dipandang sebelah mata Mengevaluasi produk mempertimbangkan
oleh Coca-Cola. Selain itu saat faktor- faktor : kebutuhan
menurut data masih pengembangan, perkenalan, dan spesifikasi produk atau
banyak pasar di wilayah pemantauan kinerja produk yang komponen, biaya-biaya
Asia Tengah dan Afrika sudah ada. bahan relatif, dan biaya-
yang tingkat konsumsi Memutuskan target pasar dan biaya pemrosesan relatif.
minuman strategi penentuan posisi dalam
memasarkan produk.
ringan bersodanya Memproses permintaan dan Mencari gagasan-
masih gagasan
rendah. Ini merupakan keluhan dan keluhan produk baru dari pasar
Blue konsumen. atau teknologi yang telah
Ocean bagi pemasaran Memanfaatkan teknologi ada.
Coca dan
Cola dimasa informasi untuk memperbarui Menciptakan produk
depan. baru
2. Meningkatnya gaya hidup penggunaan internet telah system dan pengembangan
beberapa konsumen akan meningkat produk.
softdrink 8. Bahan pendukung utama dapat Meningkatkan jumlah
3. Pendistribusian produk digantikan oleh produk lain produk dan didistribusikan
yang mudah ke berbagai Ancaman (threat) ke banyak daerah
daerah karena luasnya 1. Kondisi ekonomi yg tdk Memperbanyak iklan dari
jaringan stabil (Depresiasi Rupiah situs web
4. Memiliki terhadap US Dolar) Memberikan pelayanan
social 2. Invasi AS ke Irak yang yang baik supaya para
responsibilities yang mempengaruhi penjualan coca- Pembeli tidak berpaling
sangat baik cola (fktor sosial dan politik) pada produk yang lain
5. Kerjasama dengan 3. Di beberapa negara seperti Menjalin hubungan yang
berbagai India melarang penjualan coca- baik pada para relasi
pihak contoh: cola (fktor hukum)
Mc.Donal, bintang tujuh, 4. Perubahan paradigma
Telkom dll konsumen yang lebih health
6. Pengembangan produk conscious sehingga banyak
baru jenis makanan konsumen yang mulai
7. Pertumbuhan iklan di meninggalkan minuman
internet karena berkarbonasi
yang tidak membahayakan
kesehatan.
Strategi ST : Mulai melayani daerah-
Merancang harga secara daerah yang kiranya kurang
fleksibel untuk mengatasi mendapat pendistribusian dari
perubahan dan produk
ketidakpastian. Memproduksi jenis produk
Memperhatikan produk makanan
tertentu yang diproduksi
dan atau produk yang
sering dibeli konsumen.
Mengadakan
perjanjian penempatan
merek pada produk- produk
yang dibuat.
Melayani aktivitas-
aktivitas
permohonan spesifikasi
produk, permohonan
rincian, pemrosesan Strategi WT :
pembelian. Mengadakan perluasan produk
Melakukan Deferensiasi dengan diversifikasi dan
dan inovasi produk melakukan inovasi.
Meningkatkan distribusi Melakukan Riset and
produk ke banyak daerah Development yang intensif
atas produknya.
Memantau perkembangan
pesaing yang kompetitif.
Menekan biaya produksi
dengan efektif dan efisien.
meluncurkan produk sugar
free
Tidak menjual pada negara
yang memberlakukan
peraturan
5. Kompetitor baik tingkat Meningkatkan jumlah penjualan melarang penjualan
domestic maupun level di daerah yang tidak ditentang coca- cola
International seperti Pepsi Meningkatkan loyalitas Memperbanyak
dan Cadbury merupakan Perusahaan kepada para minuman yang tidak
ancaman yang patut konsumen berkabonasi
diwaspadai. Mencari pemasok yang
6. Adanya barang menawarkan harga terendah
pengganti untuk bahan mentah
(substitusi) Memperluas segmen pasar
pada
konsumen yang tidak anti-
Amerika