Anda di halaman 1dari 3

SUMBER RISIKO SOSIAL

(Pertemuan ke 10) Tanggal 7 Mei 220

Ada tiga kategori penting yang difokuskan dalam klasifikasi sumber risiko:

1. Guncangan Bencana vs non-bencana: Beberapa peristiwa terjadi dengan frekuensi


rendah, namun memiliki efek pendapatan yang parah seperti hari tua, kematian dalam keluarga,
dan melumpuhkan kecelakaan atau penyakit, dan pengangguran permanen. Ini peristiwa bencana
dapat menekan rumah tangga keras dan mungkin memerlukan aliran terus transfer ke rumah
tangga yang terkena dampak jika tidak dapat memperoleh aset yang cukup. Di sisi, peristiwa
frekuensi tinggi dengan efek pendapatan non-berat seperti penyakit sementara, kerugian
tanaman, dan pengangguran sementara. Perlindungan terhadap peristiwa non-bencana tidak perlu
memerlukan transfer bersih jangka panjang untuk rumah tangga menderita. Jika mekanisme yang
tepat tersedia, rumah tangga dapat menggunakan tabungan atau pinjaman tanpa transfer bersih
dari orang lain dari waktu ke waktu.

2. Guncangan Idiosyncratic (mikro) vs guncangan kovarian (makro): Beberapa sumber


menyebabkan kerugian hanya beberapa rumah tangga di masyarakat seperti penyakit atau
pengangguran friksional sedangkan yang lain mengenai semua kalangan pada waktu yang sama
seperti kekeringan, inflasi atau krisis keuangan

3. Guncangan Tunggal vs berulang.

STARTEGI

Strategi manajemen risiko jatuh tiga kategori besar :

1. strategi pencegahan

Strategi-strategi ini diperkenalkan sebelum resiko terjadi untuk mengurangi kemungkinan risiko
sisi bawah. Mengurangi kemungkinan risiko yang merugikan meningkat diharapkan pendapatan
masyarakat dan mengurangi varians pendapatan. Kedua efek meningkatkan kesejahteraan.
Strategi untuk mencegah atau mengurangi terjadinya risiko pendapatan memiliki jangkauan yang
sangat luas bervariasi dari pengaturan informal yang berskala kecil untuk kebijakan ekonomi
nasional.

2. strategi mitigasi

Strategi mitigasi juga digunakan sebelum risiko terjadi untuk mengurangi dampak potensial dari
risiko masa depan. Sedangkan strategi pencegahan mengurangi kemungkinan risiko yang terjadi,
strategi mitigasi mengurangi dampak potensial jika resiko itu terjadi.
3. strategi coping

Strategi Mengatasi dirancang untuk meringankan dampak dari risiko setelah terjadi. Pemerintah
memiliki peran penting dalam membantu orang dalam mengatasi, misalnya, dalam kasus di mana
rumah tangga tidak disimpan cukup untuk menangani risiko berulang atau bencana. Individu
mungkin telah miskin untuk seumur hidup mereka dengan tidak ada kemungkinan untuk
mengakumulasi aset sama sekali, yang diberikan miskin oleh hilangnya pendapatan terkecil dan
menjalankan risiko berhadapan dengan kerusakan ireversibel.

Social Protection

Asian Development Bank (ADB) menjelaskan bahwa perlindungan sosial pada dasarnya
merupakan sekumpulan kebijakan dan program yang dirancang untuk menurunkan kemiskinan
dan kerentanan melalui upaya peningkatan dan perbaikan kapasitas penduduk dalam melindungi
diri mereka dari bencana dan kehilangan pendapatan; tidak berarti ahwa perlindungan sosial
merupakan keseluruhan dari kegiatan pembangunan di bidang sosial, bahkan perlindungan sosial
tidak termasuk upaya penurunan risiko (risk reduction).

ADB membagi perlindungan sosial kedalam 5 elemen, yaitu:

1. Pasar tenaga kerja (Labour Markets);

2. Asuransi sosial (Social Insurance);

3. Bantuan sosial (Social Assistance);

4. Skema mikro dan area-based untuk perlindungan bagi komunitas setempat, dan;

5. Perlindungan anak (Child Protection).

menurut bank dunia dalam “World Bank Social Protection Strategy”, perlindungan sosial (Social
Protection) adalah:

1. Jejaring pengaman dan ‘spring board’;

2. Investasi pada sumberdaya manusia;

3. Upaya menanggulangi pemisahan sosial;

4. Berfokus pada penyebab, bukan pada gejala, dan;

5. Mempertimbangkan keadaan yang sebenarnya.

Menurut ILO (2002) dalam “Social security and Coverage for All”, perlindungian sosial
merupakan konsep yang luas yang juga mencerminkan perubahan-perubahan ekonomi dan sosial
pada tingkat internasional. Konsep ini termasuk jaminan sosial dan skema-skema swasta. Lebih
jauh lagi, dijelaskan bahwa sistem perlindungan sosial bisa dibedakan dalam 3 lapisan (tier):
Lapisan pertama merupakan jejaring pengaman sosial yand didanai penuh oleh pemerintah;
Lapisan kedua merupakan skema asuransi sosial yang didanai dari kontribusi pemberi kerja dan
pekerja; dan Lapisan ketiga merupakan provisi suplementari yang dikelola penuh oleh swasta.

Bagaimana peranan pemerintah Indonesia dan pelaku bisnis dalam mengelola risiko
sosial? 
Dari sudut pandang pelaku bisnis, konsep CSR merupakan opsi pengelolaan risiko sosial sebagai
bagian integral dari upaya pelaksanaan triple bottom line, yakni bahwa bisnis harus memiliki
dampak positif yang seimbang bagi kesejahteraan ekonomi (profit), pelestarian lingkungan
(planet) dan keadilan sosial (people). Sedangkan dari pemerintah, pemastian ketersediaan
infrastruktur yang memadai yang mengacu pada buku biru Bappenas menjadi salah satu opsi
pengelolaan risiko sosial.
Pertanyaan yang masih harus dikaji lebih lanjut adalah mengenai efektivitas pengelolaan risiko
sosial dari semua pihak yang berkepentingan: pemerintah Indonesia, pelaku bisnis, dan
masyarakat.

 Apakah pemerintah telah berperan efektif dalam menyediakan infrastruktur pendukung


kepada pelaku bisnis yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian Indonesia?
 Apakah pelaku bisnis telah berperan efektif dalam mendukung terciptanya keseimbangan
antara kesejahteraan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan keadilan sosial?
 Apakah masyarakat telah berperan efektif dalam memberikan kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai