Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Kebijakan
Kesehatan Nasional yang berjudul Makalah Sistem Jaminan Sosial Nasional
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian makalah ini ada
beberapa kesulitan yang penulis temukan. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengalaman penulis, yang menyangkut masalah teori dalam ilmu
dokumentasi. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
seperti pangan, sandang, papan dan kebutuhan medis dasar. Pemberian
manfaat jaminan sosial berasaskan keadilan dalam arti bahwa manfaat
yang diberikan berlaku bagi seluruh warga negara kaya, hampir miskin
atau miskin, karena jaminan sosial bersifat permanen seumur hidup.
Ketiga asas tersebut merupakan landasan dalam implementasi sistem
jaminan sosial berkelanjutan akan membantu peserta yang kurang
mampu, peserta Program Jamsosnas diselenggarakan menurut asas-asas
berikut ini :
1. Asas saling menolong (gotong royong): peserta yang lebih kaya
yang mempunyai risiko kecil akan membantu peserta yang
mempunyai risiko lebih besar, dan mereka yang sehat akan
membantu mereka yang sakit
2. Asas kepesertaan wajib: seluruh penduduk Indonesia secara
bertahap akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam program
Jamsosnas
3. Asas dana amanah (trust fund): dana yang dikumpulkan dari
peserta akan dikelola oleh beberapa Badan Pengelola Jamsosnas
dalam sebuah dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh peserta.
4. Asas nirlaba: dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jaminan sosial seluruh
peserta
5. Keterbukaan, pengurangan risiko, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektifitas: dasar pengelolaan ini akan digunakan sebagai dasar
pengelolaan program Jamsosnas.
6. Portabilitas: peserta akan terus menjadi anggota program
Jamsosnas tanpa memedulikan besar pendapatan dan status kerja
peserta, dan akan terus menerima manfaat tanpa memedulikan
besar pendapatan dan status keluarga peserta sepanjang memenuhi
kriteria tertulis untuk menerima manfaat program tersebut.
B. Tujuan
6
UU No. 40 Tahun 2004 menetapkan Jaminan Sosial Nasional bertujuan
untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Penjelasan UU
No 40 Tahun 2004 Pasal 3 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan essensial setiap orang agar dapat
hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
C. Manfaat
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi :
1. Jaminan Kesehatan
Jaminan keehatan adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin
agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya.
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan Kecelakaan Kerja adalah jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan
uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja.
3. Jaminan Hari Tua
Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin
agar peserta menerima uang tunai apabila memasukimasa pensiun,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
4. Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuanuntuk mempertahankanderaja
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta mengalami
kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total.
5. Jaminan Kematian
Jaminan kematian adalah jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan antunan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang
7
meninggal dunia. Program ini akan mencakup seluruh warga
negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka termasuk pekerja
sektor formal, atau wiraswastawan.
Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, antara lain.
A. Pasal 5
1. Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus dibentuk dengan
Undang-Undang.
2. Sejak berlakunya Undang-Undang ini, badan penyelenggara jaminan
sosial yang ada dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menurut UndangUndang ini.
3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah:
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES);
4. Dalam hal diperlukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selain
dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk yang baru dengan Undang-
Undang.
B. Pasal 20
1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
2. Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan
kesehatan.
3. Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain
menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.
8
C. Pasal 28
1. Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang dan
ingin mengikutsertakan anggota keluarga yang wajib membayar
tambahan iuran.
2. Tambahan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Presiden.
D. Pasal 34
1. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase
tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh
pemberi kerja.
2. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk peserta yang tidak
menerima upah adalah jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala
oleh Pemerintah.
3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bervariasi untuk
setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
E. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights
tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
F. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
G. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN
UU SJSN diundangkan pada tanggal 19 oktober 2004, sebagai
pelaksanaan amanat konstitusi tentang hak konstitusional setiap orang
atas jaminan sosial dan penyelenggaraan program-program jaminan
sosial yang menyeluruh bagi seluruh warga negara Indonesia.
UU SJSN adalah dasar hukum untuk menyinkronkan
penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang telah
dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara agar dapat
menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat
yang lebih besar bagi setiap peserta.
9
1) Kegotong-royongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang
sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang
sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN
bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan
demikian, melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah
dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
3) Keterbukaan
Adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar,
dan jelas bagi setiap peserta.
4) Kehati-hatian
Adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib
5) Akuntabilitas,
Adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
6) Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7) Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
10
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
8) Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9) Hasil Pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
SUMBER : (http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-
pegangan-sosialisasi-jkn.pdf) buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf
11
dikenal yaitu upaya-upaya kelompok masyarakat, baik secara mandiri,
swadaya, maupun gotong royong, untuk memenuhi kesejahteraan
anggotanya melalui berbagai upaya bantuan sosial, usaha bersama,
arisan, dan sebagainya. Kearifan lokal akan tetap tumbuh sebagai
upaya tambahan sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak
mampu menjadi sistem yang kuat, mencakup rakyat banyak, dan tidak
terjamin kesinambungannya.
Pemerintah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat guna
memenuhi kesejahteraannya dengan menumbuhkan iklim yang baik
dan berkembang, antara lain dengan memberi insentif untuk dapat
diintegrasikan dalam SJSN
2. Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan
sosial yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai
dari kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan
kewajiban menjadi peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas
bagi seluruh rakyat dan terjamin kesinambungannya dan
profesionalisme penyelenggaraannya.
Dalam hal peserta adalah tenaga kerja di sektor formal, iuran
dibayarkan oleh setiap tenaga kerja atau pemberi kerja atau secara
bersama-sama sebesar persentase tertentu dari upah. Mekanisme
asuransi sosial merupakan tulang punggung pendanaan jaminan sosial
di hampir semua negara. Mekanisme ini merupakan upaya negara
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal penduduk dengan
mengikutsertakan mereka secara aktif melalui pembayaran iuran.
Besar iuran dikaitkan dengan tingkat pendapatan atau upah masyarakat
(biasanya persentase tertentu yang tidak memberatkan peserta) untuk
menjamin bahwa semua peserta mampu mengiur.
Kepesertaan wajib merupakan solusi dari ketidak-mampuan
penduduk melihat risiko masa depan dan ketidak-disiplinan penduduk
menabung untuk masa depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial
juga mendidik masyarakat untuk merencanakan masa depan. Karena
sifat kepesertaan yang wajib, pengelolaan dana jaminan sosial
dilakukan sebesar-besarnya untuk meningkatkan perlindungan sosial
12
ekonomi bagi peserta. Karena sifatnya yang wajib, maka jaminan
sosial ini harus diatur oleh undang-undang tersendiri.
Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial
dengan baik, perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah serta
kesiapan penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga
kerja di sektor formal (tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam
hubungan kerja), selanjutnya diperluas kepada tenaga kerja di sektor
informal, untuk kemudian mencapai tahapan cakupan seluruh
penduduk.
Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh
penduduk akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan
pendanaan dan manajemen memerlukan akumulasi kemampuan dan
pengalaman. Kelompok penduduk yang selama ini hanya menerima
bantuan sosial, umumnya penduduk miskin, dapat menjadi peserta
program jaminan sosial, di mana sebagian atau seluruh iuran bagi
dirinya dibayarkan oleh pemerintah.
Secara bertahap bantuan ini dikurangi untuk menurunkan
ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Untuk itu pemerintah
perlu memerhatikan perluasan kesempatan kerja dalam rangka
mengurangi bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang
tidak mampu.
3. Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary
insurance) atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau
preminya dibayar oleh peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai
dengan tingkat risiko dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis
asuransi yang sifatnya komersial, dan sebagai tambahan setelah yang
bersangkutan menjadi peserta asuransi sosial. Penyelenggaraan
asuransi sukarela dikelola secara komersial dan diatur dengan UU
Asuransi.
Dari ketiga pilar tersebut, terlihat bahwa program jaminan sosial di
Indonesia berupaya menggabungkan antara peran negara dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin (social assistance) namun
13
pada saat yang sama mengharapkan peran aktif dari warga negara yang
mampu untuk membayar premi melalui iuran wajib
SUMBER : http://idr.iain-antasari.ac.id/4152/6/BAB%20III.pdf
14
meninggal. Pada dasarnya mekanisme jaminan pensiun digelar
berdasarkan asuransi sosial. Namun bagi pekerja yang tidak memenuhi
batas minimal jangka waktu pembayaran iuran, diberi kesempatan
melalui mekanisme tabungan wajib. Pekerja ini mendapatkan uang
tunai sebesar akumulasi iuran dan hasil pengembangannya saat
berhenti bekerja. Sama seperti program Jaminan Hari Tua, peserta
jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran, yang
dihitung secara proporsional terhadap upah, dan ditanggung bersama
oleh pemberi kerja dan pekerja. Bagi pekerja yang tak menerima upah,
besar iuran dalam jumlah nominal dan ditetapkan oleh Pemerintah.
SUMBER : http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab
terdahulu, maka penulis menarik kesimpulan :
1. Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh badan penyelenggara jaminan sosial.
2. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas
kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia adalah berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 2. UU No.
40 Tahun 2004 menetapkan Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Manfaat program
Jamsosnas yaitu meliputi : jaminan kesehatan kerja, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hati tua, jaminan pensiun, jaminan
kematian.
3. Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, antara lain tertera pada Pasal 5, pasal 20,
pasal 28, pasal 14, Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of
Human Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952, TAP
MPR RI no X/MPR/2001 , UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN.
4. Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada : prinsip Kegotong-
royongan, nirlaba,keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,
portabilitas, Kepesertaan Bersifat Wajib, dana amanat, hasil
pengelolaan
5. SJSN dibuat sesuai dengan paradigma tiga pilar yakni : Pilar
Pertama menggunakan meknisme bantuan sosial (social assistance)
kepada penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan
uang tunai maupun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang layak, Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi
sosial atau tabungan sosial yang bersifat wajib atau compulsory
16
insurance, yang dibiayai dari kontribusi atau iuran yang dibayarkan
oleh peserta, Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela
(voluntary insurance) atau mekanisme tabungan sukarela yang
iurannya atau preminya dibayar oleh peserta (atau bersama pemberi
kerja) sesuai dengan tingkat risiko dan keinginannya.
6. Adapun hal-hal yang ditanggung oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional
diantaranya : Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua , Jaminan
Pensiun
B. SARAN
BPJS sebagai operator SJSN diharapkan meningkatkan perluasan
kepesertaan jaminan sosial secara menyeluruh guna memenuhi hak-hak
dasar tenaga kerja / masyarakat karena manfaat jaminan sosial yang
diberikan sebenarnya sebagai pengganti penghasilan yang hilang karema
sakit, kecelakaan, sementara tidak bekerja dan ataupun usia pensiun.
DAFTAR PUSTAKA
17
18