BAB I
PENDAHULUAN
Yuliati Amperaningsih,.SKM.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Jaminan Kesehatan Nasional” ini tanpa adanya halangan dan hambatan.Sholawat
serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca.Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak
menemui hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta
bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar
dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari
usaha penulis selama ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
(Kemenkes RI, 2012).
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sistem
Jaminan Kesehatan di Indonesia
C. Manfaat
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sistem Jaminan
Kesehatan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang layak. Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak
4
berkelanjutan akan membantu peserta yang kurang mampu, peserta Program
Jamsosnas diselenggarakan menurut asas-asas berikut ini :
1. Asas saling menolong (gotong royong): peserta yang lebih kaya yang
mempunyai risiko kecil akan membantu peserta yang mempunyai
risiko lebih besar, dan mereka yang sehat akan membantu mereka
yang sakit
2. Asas kepesertaan wajib: seluruh penduduk Indonesia secara bertahap
akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam program Jamsosnas
3. Asas dana amanah (trust fund): dana yang dikumpulkan dari peserta
akan dikelola oleh beberapa Badan Pengelola Jamsosnas dalam
sebuah dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal mungkin
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh peserta.
4. Asas nirlaba: dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jaminan sosial seluruh
peserta
5. Keterbukaan, pengurangan risiko, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektifitas: dasar pengelolaan ini akan digunakan sebagai dasar
pengelolaan program Jamsosnas.
6. Portabilitas: peserta akan terus menjadi anggota program Jamsosnas
tanpa memedulikan besar pendapatan dan status kerja peserta, dan
akan terus menerima manfaat tanpa memedulikan besar pendapatan
dan status keluarga peserta sepanjang memenuhi kriteria tertulis untuk
menerima manfaat program tersebut.
B. Tujuan
5
hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Penjelasan UU No 40 Tahun 2004 Pasal 3 menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan essensial
setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. Manfaat
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi :
1. Jaminan Kesehatan
Jaminan keehatan adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin
agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya.
6
kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total.
5. Jaminan Kematian
Jaminan kematian adalah jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan antunan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang
meninggal dunia. Program ini akan mencakup seluruh warga
negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka termasuk pekerja
sektor formal, atau wiraswastawan.
Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, antara lain.
A. Pasal 5
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-
Undang.
Sejak berlakunya Undang-Undang ini, badan penyelenggara jaminan
sosial yang ada dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
menurut UndangUndang ini.
7
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES);
2. Dalam hal diperlukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selain
dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk yang baru dengan Undang-
Undang.
B. Pasal 20
1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
2. Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan
kesehatan.
3. Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain
menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.
C. Pasal 28
1. Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang dan
ingin mengikutsertakan anggota keluarga yang wajib membayar
tambahan iuran.
2. Tambahan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Presiden.
D. Pasal 34
1. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase
tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh
pemberi kerja.
2. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk peserta yang tidak
menerima upah adalah jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala
oleh Pemerintah.
3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bervariasi untuk
setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.
8
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
9
melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan peserta.
3) Keterbukaan
Adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan
jelas bagi setiap peserta.
4) Kehati-hatian
Adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib
5) Akuntabilitas,
Adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
6) Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
10
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dapat mencakup seluruh rakyat.
8) Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9) Hasil Pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
11
sebagainya. Kearifan lokal akan tetap tumbuh sebagai upaya tambahan
sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak mampu menjadi sistem
yang kuat, mencakup rakyat banyak, dan tidak terjamin
kesinambungannya.
Pemerintah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat guna
memenuhi kesejahteraannya dengan menumbuhkan iklim yang baik dan
berkembang, antara lain dengan memberi insentif untuk dapat
diintegrasikan dalam SJSN
2. Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial
yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari
kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban
menjadi peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi seluruh
rakyat dan terjamin kesinambungannya dan profesionalisme
penyelenggaraannya.
Dalam hal peserta adalah tenaga kerja di sektor formal, iuran
dibayarkan oleh setiap tenaga kerja atau pemberi kerja atau secara
bersama-sama sebesar persentase tertentu dari upah. Mekanisme asuransi
sosial merupakan tulang punggung pendanaan jaminan sosial di hampir
semua negara. Mekanisme ini merupakan upaya negara untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimal penduduk dengan mengikutsertakan mereka
secara aktif melalui pembayaran iuran. Besar iuran dikaitkan dengan
tingkat pendapatan atau upah masyarakat (biasanya persentase tertentu
yang tidak memberatkan peserta) untuk menjamin bahwa semua peserta
mampu mengiur.
Kepesertaan wajib merupakan solusi dari ketidak-mampuan penduduk
melihat risiko masa depan dan ketidak-disiplinan penduduk menabung
untuk masa depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial juga mendidik
masyarakat untuk merencanakan masa depan. Karena sifat kepesertaan
yang wajib, pengelolaan dana jaminan sosial dilakukan sebesar-besarnya
untuk meningkatkan perlindungan sosial ekonomi bagi peserta. Karena
12
sifatnya yang wajib, maka jaminan sosial ini harus diatur oleh undang-
undang tersendiri.
Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial
dengan baik, perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah serta kesiapan
penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga kerja di sektor
formal (tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja),
selanjutnya diperluas kepada tenaga kerja di sektor informal, untuk
kemudian mencapai tahapan cakupan seluruh penduduk.
Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh
penduduk akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan pendanaan
dan manajemen memerlukan akumulasi kemampuan dan pengalaman.
Kelompok penduduk yang selama ini hanya menerima bantuan sosial,
umumnya penduduk miskin, dapat menjadi peserta program jaminan
sosial, di mana sebagian atau seluruh iuran bagi dirinya dibayarkan oleh
pemerintah.
Secara bertahap bantuan ini dikurangi untuk menurunkan
ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Untuk itu pemerintah perlu
memerhatikan perluasan kesempatan kerja dalam rangka mengurangi
bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang tidak mampu.
3. Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary
insurance) atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau
preminya dibayar oleh peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai dengan
tingkat risiko dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang
sifatnya komersial, dan sebagai tambahan setelah yang bersangkutan
menjadi peserta asuransi sosial. Penyelenggaraan asuransi sukarela
dikelola secara komersial dan diatur dengan UU Asuransi.
Dari ketiga pilar tersebut, terlihat bahwa program jaminan sosial di
Indonesia berupaya menggabungkan antara peran negara dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin (social assistance) namun
13
pada saat yang sama mengharapkan peran aktif dari warga negara yang
mampu untuk membayar premi melalui iuran wajib
14
3) Jaminan Pensiun
Program ini dibayarkan secara berkala dalam jangka panjang sebagai
substitusi dari penurunan atau hilangnya penghasilan karena peserta
mencapai usia tua (pensiun), mengalami cacat total permanen, atau
meninggal. Pada dasarnya mekanisme jaminan pensiun digelar
berdasarkan asuransi sosial. Namun bagi pekerja yang tidak memenuhi
batas minimal jangka waktu pembayaran iuran, diberi kesempatan melalui
mekanisme tabungan wajib. Pekerja ini mendapatkan uang tunai sebesar
akumulasi iuran dan hasil pengembangannya saat berhenti bekerja. Sama
seperti program Jaminan Hari Tua, peserta jaminan pensiun adalah pekerja
yang telah membayar iuran, yang dihitung secara proporsional terhadap
upah, dan ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja. Bagi
pekerja yang tak menerima upah, besar iuran dalam jumlah nominal dan
ditetapkan oleh Pemerintah.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu,
maka penulis menarik kesimpulan :
1. Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh badan penyelenggara jaminan sosial.
2. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas
kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia adalah berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 2. UU No. 40
Tahun 2004 menetapkan Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Manfaat program Jamsosnas
yaitu meliputi : jaminan kesehatan kerja, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hati tua, jaminan pensiun, jaminan kematian.
3. Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, antara lain tertera pada Pasal 5, pasal 20, pasal
28, pasal 14, Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human
Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952, TAP MPR RI
no X/MPR/2001 , UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN.
4. Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada : prinsip Kegotong-royongan,
nirlaba,keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, Kepesertaan
Bersifat Wajib, dana amanat, hasil pengelolaan
5. SJSN dibuat sesuai dengan paradigma tiga pilar yakni : Pilar Pertama
menggunakan meknisme bantuan sosial (social assistance) kepada
penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang tunai
maupun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak,
Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial
yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari
16
kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta, Pilar Ketiga
menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary insurance) atau
mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya dibayar oleh
peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai dengan tingkat risiko dan
keinginannya.
6. Adapun hal-hal yang ditanggung oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional
diantaranya : Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua , Jaminan
Pensiun
B. SARAN
BPJS sebagai operator SJSN diharapkan meningkatkan perluasan kepesertaan
jaminan sosial secara menyeluruh guna memenuhi hak-hak dasar tenaga
kerja / masyarakat karena manfaat jaminan sosial yang diberikan sebenarnya
sebagai pengganti penghasilan yang hilang karema sakit, kecelakaan,
sementara tidak bekerja dan ataupun usia pensiun.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://idr.iain-antasari.ac.id/4152/6/BAB%20III
http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bpjs/BukuPeganganSosialisasiJKN-SJSN.pdf
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf
18