Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

Yuliati Amperaningsih,.SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

Dhea Amalia Utami (2014301052)

Nabilla Tasyania (2014301074)

Rizki Rafina DAW (2014301088)

Veranita Meilya Rosa (2014301099)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Jaminan Kesehatan Nasional” ini tanpa adanya halangan dan hambatan.Sholawat
serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca.Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak
menemui hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta
bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar
dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari
usaha penulis selama ini.

Bandar Lampung, 12 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di


Inggris pada tahun 1911 (yang didasarkan pada mekanisme jaminan kesehatan
sosial yang pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun 1883). Setelah itu
banyak negara lain menyelenggarakan JKN seperti Kanada (1961), Taiwan
(1995), Filipina (1997) , dan Korea Selatan (2000) (World Bank, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang kepesertaannya bersifat wajib (mandatory).

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah Sistem


Jaminan Sosial yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan Sosial ini merupakan
salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Negara
Republik Indonesia guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang
Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1948 dan konvensi ILO No. 102 tahun
1952 (Kemenkes RI, 2012).

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap


orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan
kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative (Kemenkes RI, 2012).

1
Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
(Kemenkes RI, 2012).

Peserta Jaminan Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing


yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta Jaminan Kesehatan
Non PBI merupakan peserta yang tidak masuk dalam golongan fakir miskin
dan orang tidak mampu, meliputi pekerja penerima upah dan anggota
keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, bukan
pekerja dan anggota keluarganya. Peserta Non PBI Mandiri meliputi pekerja
bukan penerima upah dan bukan pekerja. Yang dimaksud dengan pekerja
bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
risiko sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan bukan pekerja adalah setiap
orang yang tidak bekerja tetapimampu membayar iuran Jaminan Kesehatan
secara mandiri (Perpres RI, 2013).

B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sistem
Jaminan Kesehatan di Indonesia

C. Manfaat
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sistem Jaminan
Kesehatan di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL


Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah program Negara yang bertujuan untuk
memberi perlindungan dan kesejahteraan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan, Karena menderita
sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut,
atau pensiun. Pengertian sistem jaminan social nasional sebagaimana
ditentukan dalam undang undang sistem jaminan social nasional tersebut
bermakna bahwa jaminan social adalah instrument negara yang
dilaksanakan untuk mengalihkan risiko individu secara nasional dengan
dikelola sesuai asas dan prinsip-prinsip dalam undang undang sistem jaminan
social nasional.
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang
bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada
peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau
anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004).
• Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
• Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya

3
yang layak. Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak

B. ASAS, TUJUAN, DAN MANFAAT DARI JAMINAN SOSIAL


NASIONAL
A. Asas
Penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas
kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.
Menurut undang undang sebagai berikut. :
1. UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 2 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial
Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas
manfaat, asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
2. Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004 menjelaskan bahwa asas
kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia.
Adapun asas manfaat jaminan sosial biasanya berupa pemberian nilai tunai
dan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan dasar hidup yang layak seperti
pangan, sandang, papan dan kebutuhan medis dasar. Pemberian manfaat
jaminan sosial berasaskan keadilan dalam arti bahwa manfaat yang
diberikan berlaku bagi seluruh warga negara kaya, hampir miskin atau
miskin, karena jaminan sosial bersifat permanen seumur hidup. Ketiga asas
tersebut merupakan landasan dalam implementasi sistem jaminan sosial

4
berkelanjutan akan membantu peserta yang kurang mampu, peserta Program
Jamsosnas diselenggarakan menurut asas-asas berikut ini :
1. Asas saling menolong (gotong royong): peserta yang lebih kaya yang
mempunyai risiko kecil akan membantu peserta yang mempunyai
risiko lebih besar, dan mereka yang sehat akan membantu mereka
yang sakit
2. Asas kepesertaan wajib: seluruh penduduk Indonesia secara bertahap
akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam program Jamsosnas
3. Asas dana amanah (trust fund): dana yang dikumpulkan dari peserta
akan dikelola oleh beberapa Badan Pengelola Jamsosnas dalam
sebuah dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal mungkin
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh peserta.
4. Asas nirlaba: dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jaminan sosial seluruh
peserta
5. Keterbukaan, pengurangan risiko, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektifitas: dasar pengelolaan ini akan digunakan sebagai dasar
pengelolaan program Jamsosnas.
6. Portabilitas: peserta akan terus menjadi anggota program Jamsosnas
tanpa memedulikan besar pendapatan dan status kerja peserta, dan
akan terus menerima manfaat tanpa memedulikan besar pendapatan
dan status keluarga peserta sepanjang memenuhi kriteria tertulis untuk
menerima manfaat program tersebut.

B. Tujuan

Sistem jaminan sosial nasional bertujuan untuk terpenuhinya kebutuhan


dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
UU No. 40 Tahun 2004 menetapkan Jaminan Sosial Nasional
bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar

5
hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya”.
Penjelasan UU No 40 Tahun 2004 Pasal 3 menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan essensial
setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Manfaat
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi :
1. Jaminan Kesehatan
Jaminan keehatan adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin
agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan Kecelakaan Kerja adalah jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan
uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja.

3. Jaminan Hari Tua


Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin
agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa
pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
4. Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankanderaja
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta mengalami

6
kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total.
5. Jaminan Kematian
Jaminan kematian adalah jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan antunan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang
meninggal dunia. Program ini akan mencakup seluruh warga
negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka termasuk pekerja
sektor formal, atau wiraswastawan.

C. DASAR HUKUM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, antara lain.

A. Pasal 5
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-
Undang.
Sejak berlakunya Undang-Undang ini, badan penyelenggara jaminan
sosial yang ada dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
menurut UndangUndang ini.

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) adalah:
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)

7
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES);
2. Dalam hal diperlukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selain
dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk yang baru dengan Undang-
Undang.

B. Pasal 20
1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
2. Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan
kesehatan.
3. Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain
menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.

C. Pasal 28
1. Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang dan
ingin mengikutsertakan anggota keluarga yang wajib membayar
tambahan iuran.
2. Tambahan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Presiden.

D. Pasal 34
1. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase
tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh
pemberi kerja.
2. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk peserta yang tidak
menerima upah adalah jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala
oleh Pemerintah.
3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bervariasi untuk
setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.

8
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

E. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun


1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
F. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
G. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN
UU SJSN diundangkan pada tanggal 19 oktober 2004, sebagai
pelaksanaan amanat konstitusi tentang hak konstitusional setiap orang atas
jaminan sosial dan penyelenggaraan program-program jaminan sosial
yang menyeluruh bagi seluruh warga negara Indonesia.
UU SJSN adalah dasar hukum untuk menyinkronkan penyelenggaraan
berbagai bentuk jaminan sosial yang telah dilaksanakan oleh beberapa
badan penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas
serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.

D. PINSIP JAMINAN SOSIAL NASIONAL


Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) berikut :
1) Kegotong-royongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang
mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat
membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,

9
melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan peserta.

3) Keterbukaan
Adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan
jelas bagi setiap peserta.
4) Kehati-hatian
Adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib
5) Akuntabilitas,
Adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
6) Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

7) Kepesertaan Bersifat Wajib


Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,

10
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dapat mencakup seluruh rakyat.
8) Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9) Hasil Pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

E. PARADIGMA (TIGA PILAR) JAMINAN SOSIAL NASIONAL


SJSN dibuat sesuai dengan paradigma tiga pilar yang direkomendasikan oleh
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Pilar-pilar itu adalah:
1. Pilar Pertama menggunakan mekanisme bantuan sosial (social assistance)
kepada penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang
tunai maupun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang
layak. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari APBN dan/atau
masyarakat. Mekanisme empat bantuan sosial biasanya diberikan kepada
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu masyarakat
yang benar-benar membutuhkan, umpamanya penduduk miskin, sakit,
lanjut usia, atau ketika terpaksa menganggur.
Di Indonesia, bantuan sosial oleh Pemerintah kini lebih ditekankan
pada pemberdayaan dalam bentuk bimbingan, rehabilitasi dan
pemberdayaan yang bermuara pada kemandirian PMKS. Diharapkan
setelah mandiri mereka mampu membayar iuran untuk masuk mekanisme
asuransi. Kearifan lokal dalam masyarakat juga telah lama dikenal yaitu
upaya-upaya kelompok masyarakat, baik secara mandiri, swadaya,
maupun gotong royong, untuk memenuhi kesejahteraan anggotanya
melalui berbagai upaya bantuan sosial, usaha bersama, arisan, dan

11
sebagainya. Kearifan lokal akan tetap tumbuh sebagai upaya tambahan
sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak mampu menjadi sistem
yang kuat, mencakup rakyat banyak, dan tidak terjamin
kesinambungannya.
Pemerintah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat guna
memenuhi kesejahteraannya dengan menumbuhkan iklim yang baik dan
berkembang, antara lain dengan memberi insentif untuk dapat
diintegrasikan dalam SJSN
2. Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial
yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari
kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban
menjadi peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi seluruh
rakyat dan terjamin kesinambungannya dan profesionalisme
penyelenggaraannya.
Dalam hal peserta adalah tenaga kerja di sektor formal, iuran
dibayarkan oleh setiap tenaga kerja atau pemberi kerja atau secara
bersama-sama sebesar persentase tertentu dari upah. Mekanisme asuransi
sosial merupakan tulang punggung pendanaan jaminan sosial di hampir
semua negara. Mekanisme ini merupakan upaya negara untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimal penduduk dengan mengikutsertakan mereka
secara aktif melalui pembayaran iuran. Besar iuran dikaitkan dengan
tingkat pendapatan atau upah masyarakat (biasanya persentase tertentu
yang tidak memberatkan peserta) untuk menjamin bahwa semua peserta
mampu mengiur.
Kepesertaan wajib merupakan solusi dari ketidak-mampuan penduduk
melihat risiko masa depan dan ketidak-disiplinan penduduk menabung
untuk masa depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial juga mendidik
masyarakat untuk merencanakan masa depan. Karena sifat kepesertaan
yang wajib, pengelolaan dana jaminan sosial dilakukan sebesar-besarnya
untuk meningkatkan perlindungan sosial ekonomi bagi peserta. Karena

12
sifatnya yang wajib, maka jaminan sosial ini harus diatur oleh undang-
undang tersendiri.
Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial
dengan baik, perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah serta kesiapan
penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga kerja di sektor
formal (tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja),
selanjutnya diperluas kepada tenaga kerja di sektor informal, untuk
kemudian mencapai tahapan cakupan seluruh penduduk.
Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh
penduduk akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan pendanaan
dan manajemen memerlukan akumulasi kemampuan dan pengalaman.
Kelompok penduduk yang selama ini hanya menerima bantuan sosial,
umumnya penduduk miskin, dapat menjadi peserta program jaminan
sosial, di mana sebagian atau seluruh iuran bagi dirinya dibayarkan oleh
pemerintah.
Secara bertahap bantuan ini dikurangi untuk menurunkan
ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Untuk itu pemerintah perlu
memerhatikan perluasan kesempatan kerja dalam rangka mengurangi
bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang tidak mampu.
3. Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary
insurance) atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau
preminya dibayar oleh peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai dengan
tingkat risiko dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang
sifatnya komersial, dan sebagai tambahan setelah yang bersangkutan
menjadi peserta asuransi sosial. Penyelenggaraan asuransi sukarela
dikelola secara komersial dan diatur dengan UU Asuransi.
Dari ketiga pilar tersebut, terlihat bahwa program jaminan sosial di
Indonesia berupaya menggabungkan antara peran negara dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin (social assistance) namun

13
pada saat yang sama mengharapkan peran aktif dari warga negara yang
mampu untuk membayar premi melalui iuran wajib

F. HAL-HAL YANG DITANGGUNG JAMINAN SOSIAL NASIONAL


Adapun hal-hal yang ditanggung oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional
diantaranya :
1) Jaminan Kecelakaan Kerja
Program ini bertujuan untuk memberikan kepastian jaminan pelayanan
dan santunan jika tenaga kerja mengalami kecelakaan saat menuju,
menunaikan dan selesai menunaikan pekerjaan. Jaminan ini juga
memberikan pelayanan medis untuk mengatasi berbagai penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Program ini diberikan pada peserta yang
membayar iuran, yang besarnya ditetapkan secara proporsional terhadap
upah, dan seluruhnya ditanggung pemberi kerja. Bentuknya berupa
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis, dan uang tunai bagi pekerja
yang mengalami cacat tetap total atau meninggal.

2) Jaminan Hari Tua


Program ini merupakan program jangka panjang yang diberikan dalam
bentuk uang tunai secara sekaligus saat peserta memasuki masa pensiun.
Jika peserta meninggal, program ini bisa diterimakan kepada ahli waris
yang sah. Program Jaminan Hari Tua digelar berdasarkan prinsip asuransi
sosial (asuransi dengan pembayaran iuran antara pekerja dan pemberi
kerja) atau tabungan wajib. Besar manfaat dihitung berdasarkan akumulasi
iuran ditambah hasil pengembangannya. Program ini diberikan kepada
peserta yang membayar iuran, yang besarnya ditetapkan secara
proporsional terhadap upah, dan ditanggung bersama oleh pemberi kerja
dan pekerja. Bagi pekerja tidak menerima upah, besar iuran dalam jumlah
nominal, dan ditetapkan oleh Pemerintah.

14
3) Jaminan Pensiun
Program ini dibayarkan secara berkala dalam jangka panjang sebagai
substitusi dari penurunan atau hilangnya penghasilan karena peserta
mencapai usia tua (pensiun), mengalami cacat total permanen, atau
meninggal. Pada dasarnya mekanisme jaminan pensiun digelar
berdasarkan asuransi sosial. Namun bagi pekerja yang tidak memenuhi
batas minimal jangka waktu pembayaran iuran, diberi kesempatan melalui
mekanisme tabungan wajib. Pekerja ini mendapatkan uang tunai sebesar
akumulasi iuran dan hasil pengembangannya saat berhenti bekerja. Sama
seperti program Jaminan Hari Tua, peserta jaminan pensiun adalah pekerja
yang telah membayar iuran, yang dihitung secara proporsional terhadap
upah, dan ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja. Bagi
pekerja yang tak menerima upah, besar iuran dalam jumlah nominal dan
ditetapkan oleh Pemerintah.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu,
maka penulis menarik kesimpulan :
1. Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh badan penyelenggara jaminan sosial.
2. Penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas
kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia adalah berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 2. UU No. 40
Tahun 2004 menetapkan Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/atau anggota keluarganya”. Manfaat program Jamsosnas
yaitu meliputi : jaminan kesehatan kerja, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hati tua, jaminan pensiun, jaminan kematian.
3. Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan
perubahannya tahun 2002, antara lain tertera pada Pasal 5, pasal 20, pasal
28, pasal 14, Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human
Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952, TAP MPR RI
no X/MPR/2001 , UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN.
4. Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada : prinsip Kegotong-royongan,
nirlaba,keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, Kepesertaan
Bersifat Wajib, dana amanat, hasil pengelolaan
5. SJSN dibuat sesuai dengan “paradigma tiga pilar” yakni : Pilar Pertama
menggunakan meknisme bantuan sosial (social assistance) kepada
penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang tunai
maupun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak,
Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial
yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari

16
kontribusi atau iuran yang dibayarkan oleh peserta, Pilar Ketiga
menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary insurance) atau
mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya dibayar oleh
peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai dengan tingkat risiko dan
keinginannya.
6. Adapun hal-hal yang ditanggung oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional
diantaranya : Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua , Jaminan
Pensiun

B. SARAN
BPJS sebagai operator SJSN diharapkan meningkatkan perluasan kepesertaan
jaminan sosial secara menyeluruh guna memenuhi hak-hak dasar tenaga
kerja / masyarakat karena manfaat jaminan sosial yang diberikan sebenarnya
sebagai pengganti penghasilan yang hilang karema sakit, kecelakaan,
sementara tidak bekerja dan ataupun usia pensiun.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://idr.iain-antasari.ac.id/4152/6/BAB%20III

http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bpjs/BukuPeganganSosialisasiJKN-SJSN.pdf

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai