Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMBANGANAN KESEHATAN


SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
Dosen Pengampu: Suharto, SPd., MN

Disusun oleh:
Kelompok 2
Aisya Diva Nurmalia (P1337420120346)
Amanullah Aufa Hakim (P1337420120323)
Arih Hanan Az Zahra (P1337420120336)
Dian Cahya Pratiwi (P1337420120341)
Gita Putri Fatimah (P1337420120358

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG KELAS


KENDAL
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul “Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)” ini dengan sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
pada Mata Kuliah Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suharto, SPd., MN
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Kebijakan Pembangunan Kesehatan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis
dapat menyelesaian makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan informasi mengenai “Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)”
bagi penulis dan pembaca. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Semarang, 29 Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 4

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

1.3. Tujuan ............................................................................................................... 5

1.4. Manfaat ............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional ............................................................... 6

2.2. Dasar Hukum JKN ............................................................................................ 7

2.3. Tujuan JKN ..................................................................................................... 10

2.4. Strategi Optimalisasi JKN ............................................................................... 11

2.5. Prinsip JKN ..................................................................................................... 12

2.6. Mekanisme Penyelenggaraan JKN ................................................................. 13

2.7. Manfaat dan Keuntungan JKN ........................................................................ 16

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan ......................................................................................................... 10

3.2. Saran................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program Jaminan Kesehatan Nasional
yang ditujukan untuk pemenuhan cakupan kesehatan semesta pada 1 Januari 2014.
Cakupan kesehatan semesta berarti bahwa semua orang dan masyarakat dapat
menggunakan layanan kesehatan yang dibutuhkan (layanan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif) dengan kualitas yang cukup dan efektif
serta tidak menyulitkan pengguna secara finansial.Upaya tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang
komprehensif, bermutu, dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui
peningkatan cakupan JKN diharapkan seluruh masyarakat Indonesia mencapai
derajat kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI,
2012). Peserta Jaminan Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta Jaminan Kesehatan
Non PBI merupakan peserta yang tidak masuk dalam golongan fakir miskin
dan orang tidak mampu, meliputi pekerja penerima upah dan anggota
keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, bukan
pekerja dan anggota keluarganya. Peserta Non PBI Mandiri meliputi pekerja
bukan penerima upah dan bukan pekerja. Yang dimaksud dengan pekerja

4
bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
risiko sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan bukan pekerja adalah setiap
orang yang tidak bekerja tetapi mampu membayar iuran jaminan kesehatan
secara mandiri (Perpres RI, 2013).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi JKN?
1.2.2. Bagaimana dasar hukum penyelenggaraan JKN?
1.2.3. Apa tujuan dari penyelenggaraan JKN?
1.2.4. Apa saja strategi optimalisasi JKN JKN?
1.2.5. Apa saja prinsip penyelenggaraan JKN?
1.2.6. Bagaimana mekanisme penyelenggaraan JKN?
1.2.7. Apa manfaat dan keuntungan JKN?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui definisi dari JKN
1.3.2. Mengetahui dasar hukum JKN
1.3.3. Mengetahui tujuan dari penyelenggaraan JKN
1.3.4. Mengetahui strategi penyelenggaraan JKN
1.3.5. Mengetahui prinsip-prinsip JKN
1.3.6. Mengatahui mekanisme penyelenggaraan JKN
1.3.7. Mengetahui manfaat dan keuntungan JKN
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis mengenai JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dan memberi
referensi untuk pembuatan makalah atau penelitian selanjutnya.
1.4.2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
definisi, dasar hukum, tujuan, prinsip, mekanisme penyelanggaraan,
manfaat dan keuntungan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional


Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan & perlindungan dlm
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yg diberikan kepada setiap orang yg telah
membayar iuran/ iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib
dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40
tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara
penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan demikian, Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia
terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak.
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan & perlindungan dlm
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yg diberikan kepada setiap orang yg telah
membayar iuran/ iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN bertujuan
memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat
Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

6
Penyelenggaran jaminan kesehatan nasional di Indonesia dimulai tepat pada
tanggal 1 Januari 2014. Jaminan kesehatan nasional di selenggarakan oleh badan
khusus yaitu Badan Penyenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Jaminan
kesehatan ini bertujuan untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat dan kemudahan akses tersebut ditunjang pula dengan mutu
dan kualitas pelayanan yang baik. Secara bertahap hingga 2019 seluruh masyarakat
akan ter-cover oleh pelayanan asuransi kesehatan secara menyeluruh (Universal
Health Coverage) (Kemenkes, 2013).
Seluruh masyarakat yang sudah terdaftar menjadi peserta jaminan kesehatan
dapat menggunakan haknya disemua fasilitas kesehatan yang sudah bekerja sama
dengan BPJS kesehatan sesuai dengan domisili tempat tinggal dan sistem rujukan
yang telah ditetapkan. Masayarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan tingkat
pertama yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik yang dilakukan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau yang setara, praktik dokter dan
dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit tipe D pratama atau
yang setara. Selain itu masyarakat dapat menikmati pelayanan tingkat lanjutan
bersifat spesialistik atau subspesialistik dan pelayanan kesehatan darurat medis
yang tindakan harus secepatnya dilakukan untuk mencegah kematian, keparahan
serta kecacatan. (Kemenkes, 2013).
2.2. Dasar Hukum JKN
Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan dan memberi
kewenangan penyelenggaraan JKN terbentang luas, mulai dari UUD NRI 1945
hingga Peraturan Menteri dan Lembaga. Pemerintah telah mengundangkan 22 (dua
puluh dua) Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
penyelenggaraan program JKN dan tata kelola BPJS Kesehatan. Hingga akhir
Februari 2014, dasar hukum penyelenggaraan program JKN dan tata kelola BPJS
Kesehatan diatur dalam 2 (dua) Pasal UUD NRI 1945, 2 (dua) buah UU, 6 (enam)
Peraturan Pemerintah, 5 (lima) Peraturan Presiden, 4 (empat) Peraturan Menteri,
dan 1 (satu) Peraturan BPJS Kesehatan.

7
2.2.1. UUD RI 1945
Pasal 28H dan Pasal 34 UUD NRI 1945 adalah dasar hukum tertinggi yang
menjamin hak konstitusional warga negara atas pelayanan kesehatan dan
mewajibkan Pemerintah untuk membangun sistem dan tata kelola
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan
penyelenggaraan program jaminan sosial.
1. Pasal 28H
a) Ayat 1 : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
b) Ayat 2 : Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
c) Ayat 3 : Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat.
2. Pasal 34
a) Ayat 1 : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara.
b) Ayat 2 : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
c) Ayat 3 : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
2.2.2. UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program
jaminan sosial dalam sistem jaminan sosial nasional. Di dalam UU ini
diatur asas, tujuan, prinsip, organisasi, dan tata cara penyelenggaraan
program jaminan kesehatan nasional. UU SJSN menetapkan asuransi
sosial dan ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip

8
dilaksanakan dengan menetapkan kepesertaan wajib dan penahapan
implementasinya, iuran sesuai dengan besaran pendapatan, manfaat JKN
sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata kelola dana amanah Peserta oleh
badan penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan kehati-hatian,
akuntabilitas efisiensi dan efektifitas. UU SJSN membentuk dua organ
yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan program jaminan sosial
nasional, yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU ini mengatur secara umum
fungsi, tugas, dan kewenangan kedua organ tersebut.
UU SJSN mengintegrasikan program bantuan sosial dengan program
jaminan sosial. Integrasi kedua program perlindungan sosial tersebut
diwujudkan dengan mewajibkan Pemerintah untuk menyubsidi iuran JKN
dan keempat program jaminan sosial lainnya bagi orang miskin dan orang
tidak mampu. Kewajiban ini dilaksanakan secara bertahap dan dimulai dari
program JKN. UU SJSN menetapkan dasar hukum bagi transformasi PT
Askes (Persero) dan ketiga Persero lainnya menjadi BPJS.
2.2.3. UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
UU BPJS adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN. UU BPJS
melaksanakan Pasal 5 UU SJSN pasca putusan Mahkamah Konstitusi
dalam perkara No. 007/PUU-III/2005. UUBPJS menetapkan pembentukan
BPJS Kesehatan untuk penyelenggaraan program JKN dan BPJS
Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. UU BPJS
mengatur proses transformasi badan penyelenggara jaminan sosial dari
badan usaha milik negara (BUMN) ke badan hukum publik otonom nirlaba
(BPJS). Perubahan-perubahan kelembagaan tersebut mencakup perubahan
dasar hukum, bentuk badan hukum, organ, tata kerja, lingkungan,
tanggung jawab, hubungan kelembagaan, serta mekanisme pengawasan
dan pertanggungjawaban. UU BPJS menetapkan bahwa BPJS
berhubungan langsung dan bertanggung jawab kepada Presiden

9
2.2.4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014
Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan (Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan)
adalah peraturan pelaksanaan PerPres No. 12 Tahun 2013. Permenkes
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat
(1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013. Standar tarif yang diatur
dalam peraturan ini mencakup tarif bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama
dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Standar tarif memuat tarif INA-
CBGs, tarif kapitasi, dan tarif non-kapitasi.
2.2.5. Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013
PP No. 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran
Dalam Paham JKN 16 Penyelenggaraan Jaminan Sosial adalah peraturan
pelaksanaan UU No. 24 Tahun 2011 (UU BPJS). PP 86/2013
melaksanakan ketentuan UU BPJS Pasal 17 ayat (5). Peraturan ini
mengatur ruang lingkup sanksi administratif, tata cara pengenaannya
kepada pemberi kerja dan perorangan, serta tata cara pengawasan dan
pemeriksaan kepatuhan peserta dalam penyelenggaraan program jaminan
sosial.
2.3. Tujuan JKN
Tujuan utama program JKN adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan serta agar masyarakat
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Salah satu manfaat yang dijamin JKN
adalah pelayanan rawat jalan. Jika pemanfaatan tersebut semakin baik dirasakan
oleh semua lapisan adalah harapan atau gambaran ideal dan merupakan indicator
tercapainya program JKN.

10
2.4. Strategi Optimalisasi JKN
1. Sosialisasi dan Penyuluhan Program
Sosialisasi bertujuan memberikan pemahaman pada masyarakat
Sulawesi Tenggara tentang Program Pembebasan Biaya Pengobatan yang
dilakukan oleh Dinkes meliputi:
a. Prinsip penyelenggaraan program yang dikembangkan
b. Proses penjaringan dan keanggotaan
c. Prosedur pelayanan
d. Jenis dan tindakan medis yang menjadi pertanggungan program
e. Mekanisme pengaduan masyarakat
f. Mekanisme evaluasi serta pertanggungjawaban program
2. Pengawasan JKS
Mekanisme Pengawasan:
a. Pengawasan langsung
Pengawasan langsung keuangan dilakukan dalam bentuk
pemeriksaan buku kas umum (BKU) dan Buku Kas Pembantu (BKP)
serta catatan lain yang berkaitan dengan proses pelaksanaan program
pembebasan biaya pengobatan yang ada di Tim pengelola program
baik di tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsu.
Pengawasan langsung dilakukan oleh Dinkes, inspektorat daeran,
Badan Pemeriksa Keuangan serta DPRD Provinsi
b. Pengawasan Tidak Langsung
Pengawasan tidak langsung dapat dilakukan melalui pelaporan
pelaksanaan kegiatan, monitoring, dan evaluasi sertapenanganan
keluhan pasien oleh Kadinker Kabupaten/Kota dan Provinsi, direktur
rumah sakit atau pejabat yang diberi wewenang
c. Pengawasan Fungsuinal
Pengawasan Fungsional dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional, dan dalam hal ini Dinkes Kabupaten/Kota dan provinsi

11
d. Pengawasan Masyarakat
Pengawasan masyarakat dilaksanakan sesuai mekanisme kerja unit
pengaduan masyarakat yang ditetapkan
3. Pengaduan Masyarakat
Merespon cepat tentang penangananan keluhan masyarakat dengan cara:
a. Semua pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian
secara baik dan singkat dan segara ditindaklanjuti
b. Penanganan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
2.5. Prinsip JKN
JKN adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut
diantaranya adalah :
1. Kegotong-royongan
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong- royong dari peserta yang
mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib
bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi;
dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan
ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi keseluruhan
rakyat Indonesia.
2. Nirlaba
Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba) bagi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi kepentingan
sebesar-besarnya peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan
surplus anggaran akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, Kehati-hatian, dan Akuntabilitas
Prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil

12
pengembangannya. Keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses
informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap pesera. Kehati-hatian
adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib,
akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Portabilitas
Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat.
6. Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7. Hasil Pengelolaan
Dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Prinsip ini adalah
hasil berupa deviden dari pemegang saham yang dikembalikan untuk
kepentingan peserta jaminan social.
2.6. Mekanisme Penyelenggaraan JKN
Penyelenggaraan Program JKN mengintegrasikan fungsi pembiayaan
pelayanan kesehatan dan fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi

13
pelayanan kesehatan perorangan. Ilustrasi mekanisme penyelenggaraan JKN
diuraikan di bawah ini:
1) Fungsi Pembiayaan
Fungsi pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan dalam Program JKN
dilaksanakan oleh Peserta, BPJS Kesehatan, dan Pemerintah. Fungsi
pembiayaan mencakup pendaftaran dan pembayaran iuran, pengumpulan
iuran, penggabungan seluruh iuran di BPJS Kesehatan, dan pengelolaan dana
yang terkumpul untuk pembelian dan pembayaran Fasilitas Kesehatan,
pencadangan dana, serta pengembangan aset dan investasi. BPJS Kesehatan
secara aktif mengumpulkan iuran dari Peserta (collecting) kemudian
menggabungkan seluruh iuran Peserta (pooling) dan mengelolanya
(purchasing and investing) dengan cermat, hati-hati, transparan, efisien dan
efektif untuk sebesar-besarnya kepentingan perlindungan kesehatan Peserta.
a. Pengumpulan Iuran dan Pemusatan Dana
Program JKN mewajibkan seluruh penduduk untuk mendaftar
menjadi Peserta JKN dan membayar iuran berkala sepanjang tahun
kepada badan penyelenggara yang bernama BPJS Kesehatan.
Kepesertaan wajib dan besaran iuran diatur dalam peraturan
perundangan jaminan sosial, yaitu UU SJSN dan peraturan
pelaksanaannya, antara lain PerPres JK. BPJS Kesehatan wajib
menerima pendaftaran penduduk tanpa kecuali, dan ia tidak
diperbolehkan bersikap diskriminatif. BPJS Kesehatan wajib pula
menerima pendaftaran orang miskin dan tidak mampu. BPJS
Kesehatan menerbitkan identitas tunggal untuk setiap penduduk dan
mengelola data kepesertaan peserta sepanjang usia Peserta.
Besaran iuran wajib yang sesuai dengan besaran pendapatan dan tidak
dipengaruhi oleh risiko sakit, menciptakan redistribusi pendapatan
dari mereka yang berpendapatan tinggi kepada mereka yang
berpendapatan rendah, serta dari mereka yang sehat kepada mereka
yang sakit. BPJS Kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan

14
dana JKN, sehingga UU SJSN memberi kewenangan kepada BPJS
Kesehatan untuk menegakkan kepatuhan Peserta supaya mereka
membayar iuran dengan tepat jumlah dan tepat waktu.
Selanjutnya, BPJS Kesehatan mengelola seluruh pendapatan iuran
yang terkumpul dari Peserta dan Pemerintah serta sumber lainnya
untuk membeli dan membayar pelayanan kesehatan bagi Peserta JKN.
BPJS Kesehatan berhak mendapatkan dana operasional dari iuran
yang dikumpulkan untuk pengelolaan dana JKN. Untuk
keberlangsungan program JKN dalam jangka panjang, BPJS
Kesehatan mencadangkan, menginvestasikan, dan mengembangkan
sebagian dana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan SJSN.
Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan penyehatan keuangan
BPJS Kesehatan bila terjadi ancaman terhadap kesinambungan
penyelenggaraan Program JKN.
b. Pembelian Pelayanan Kesehatan Dan Pengelolaan Aset
BPJS Kesehatan membeli pelayanan kesehatan secara aktif, tidak
sekedar mengganti kwitansi belanja pengobatan Peserta. Artinya,
BPJS Kesehatan merencanakan kebutuhan belanja kesehatan seluruh
Peserta per tahun sesuai dengan asumsi risiko, menegosiasikan tarif
pelayanan di suatu wilayah dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan,
membayar fasilitas kesehatan sesuai kinerja, dan menyelenggarakan
kendali mutu dan kendali biaya.
2) Fungsi Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi Peserta JKN dilaksanakan
oleh Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan, serta Pemerintah. Fungsi ini
mencakup seleksi fasilitas kesehatan, penyediaan jaringan fasilitas kesehatan,
pemberian pelayanan kesehatan secara terstandarisasi, terstruktur, berjenjang,
dan terintegrasi.

15
a. Penyediaan Fasilitas Kesehatan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan membuka peluang
kepada pihak swasta untuk membangun fasilitas kesehatan swasta.
Pemerintah menetapkan regulasi yang mengatur standar infrastruktur
pelayanan kesehatan, standar pelayanan kesehatan, standar tenaga
kesehatan, tarif pelayanan, daftar sediaan obat dan tarif obat, serta
standar dan tarif alat medis. Selanjutnya, regulasi tersebut menjadi
dasar hukum bagi kontrak kerjasama antara BPJS Kesehatan dan
Fasilitas Kesehatan.
b. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan diselenggarakan secara terstruktur, berjenjang,
dan terintegrasi. Setiap Peserta JKN terdaftar di satu Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama, yaitu di Klinik atau Puskesmas. Peserta
mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif yang mencakup
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pelayanan pencegahan
sakit (preventif), serta pelayanan penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) oleh dokter keluarga dan dokter gigi untuk
kasus-kasus non spesialistik.
2.7. Manfaat dan Keuntungan JKN
2.7.1. Manfaat JKN
Manfaat JKN adalah pelayanan kesehatan perorangan menyeluruh yang
mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pelayanan
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan dan perawatan (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan. Pelayanan
kesehatan perorangan tersebut terdiri atas manfaat medis dan manfaat non
medis. Klasifikasi pelayanan didasari atas perbedaan hak peserta karena
adanya perbedaan besaran iuran yang dibayarkan.

16
1. Manfaat Medis
Manfaat medis tidak terikat besaran iuran. Seluruh Peserta JKN
berhak atas manfaat medis yang sama sesuai dengan kebutuhan
medisnya. Manfaat medis mencakup penyuluhan kesehatan,
konsultasi, pemeriksaan penunjang, diagnostik, tindakan medis dan
perawatan, transfusi, obat-obatan, bahan medis habis pakai,
rehabilitasi medis, pelayanan kedokteran forensik serta pelayanan
jenasah.
Manfaat medis diberikan secara berjenjang, yaitu pelayanan
kesehatan non spesialistik diberikan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub-spesialistik
diberikan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
JKN membagi dua tingkatan fasilitas kesehatan sebagai berikut:
1) Fasilitas kesehatan tingkat pertama, terdiri dari :
a. Puskesmas atau yang setara
b. Praktik dokter
c. Praktik dokter gigi
d. Klinik Pratama atau yang setara
e. Rumah Sakit Kelas D atau yang setara
2) Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan spesialistik dan sub spesialistik, terdiri dari :
a. Klinik Utama atau yang setara
b. Rumah Sakit Umum
c. Rumah Sakit Khusus
3) Fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan
didukung oleh fasilitas kesehatan penunjang, yaitu :
a. Laboratorium
b. Instalasi farmasi rumah sakit
c. Apotek
d. Optik

17
e. Unit transfusi darah/Palang Merah Indonesia
f. Pemberi pelayanan Consumable Ambulatory
Peritonial Dialisis (CAPD)
g. Praktek bidan/perawat yang setara
Di luar kedua kelompok pelayanan kesehatan tersebut di atas, Menteri
Kesehatan dapat menetapkan pelayanan kesehatan lainnya untuk
dijamin oleh JKN.
2. Manfaat Non Medis
Sebaliknya, manfaat non medis terikat besaran iuran. Manfaat non
medis meliputi akomodasi layanan rawat inap dan ambulans.
Akomodasi layanan rawat inap terbagi atas tiga kelas ruang
perawatan, dari kelas tertinggi ke kelas terendah, yaitu kelas 1, kelas
2, dan kelas 3.
Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari
pada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan kelas perawatan.
Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan tidak
diperkenankan memilih kelas yang lebih tinggi dari haknya.
Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak Peserta penuh, Peserta
dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi paling lama
tiga hari perawatan. BPJS Kesehatan membayar kelas perawatan
Peserta sesuai hak Peserta. Bila ruang rawat inap yang menjadi
haknya telah tersedia, Peserta wajib menempati ruang rawat inap yang
menjadi haknya.
Bila setelah tiga hari ruang rawat inap yang menjadi hak Peserta tidak
tersedia, maka selisih biaya menjadi tanggung jawab Fasilitas
Kesehatan. Fasilitas kesehatan dapat merujuk Peserta tersebut ke
fasilitas kesehatan yang setara atas persetujuan Peserta.

18
3. Manfaat Non Medis-Ambulans
Manfaat Non Medis-Ambulans diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditentukan oleh BPJS
Kesehatan.
2.7.2. Keuntungan JKN
1. Kenaikan Biaya kesehatan dapat ditekan
2. Biaya dan Mutu Yankes dapat dikendalikan
3. Kepesertaannya bersifat wajib bagi seluruh penduduk
4. Pembayaran dengan sistem prospektif
5. Adanya kepastian pembiayaan yankes berkelanjutan
6. Manfaat Yankes komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif)
7. Portabilitas nasional: peserta tetap mendapatkan jaminan kesehatan
yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah tempat tinggal atau
tempat bekerja dalam wilayah NKRI.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan & perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yg diberikan kepada setiap orang yg telah
membayar iuran/ iurannya dibayar oleh pemerintah. Tujuan utama program JKN
adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan serta agar masyarakat memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Prinsip JKN yaitu kegotong royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-
hatian, dan akuntabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil
pengelolaan.
3.2. Saran
Diharapkan untuk mahasiswa agar dapat memahami penjelasan mengenai
Jaminan Kesehatan Nasional mulai dari pengertian, dasar hukum, tujuan, prinsip,
manfaat dan mekanisme penyelanggarannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan dapat dijadikan referensi
dalam membuat Makalah dengan tema atau judul yang sama dengan lebih baik
lagi. Karena atas keterbatasan pengalaman, penulis berharap agar pembaca dapat
memberi masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun tentang
makalah “Sistem Jaminan Kesehatan Nasional”.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amraeni, Yunita. (2021). Issu Kesehatan Masyarakat dalam SDF"s. Pekalongan:


Nasya Expanding Management.

DJSN RI. (n.d.). Jaminan Kesehatan. Retrieved Januari 26, 2022, from
https://www.djsn.go.id/sjsn/program-sjsn/jaminan-kesehatan

F, Ferdian, dan Oldesta Vianny. (2019). Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) Tahun 2018 di Provinsi Riau. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia,
8(4).

Putri, A. (2014). Paham JKN Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Friedrich-Ebert-


Stiftung.

Suprianto, Arip, dan Dyah Mutiarin. (2017). 2017. Journal Of Governance and Public
Policy, 4(1).

Thabrany, H. (2014). Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Rajawali Press.

21

Anda mungkin juga menyukai