Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Ganjil
mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional
Disusun Oleh :
P1337420621114
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya, berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
penulisan makalah dengan judul “Penanganan Kasus Penyakit Tidak Menular
Terkait Konsep BPJS Terhadap Prinsip Tujuan dan Jaminan Sosial”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas UTS Kebijakan Kesehatan Nasional.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAAN
2.2 Data terkait kasus penyakit tidak menular di Provinsi Jawa Tengah..........6
3.1 Simpulan.......................................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
7. Bagaimana rencana pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Jawa
Tengah terkait penyakit tidak menular?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit tidak menular
2. Untuk mengetahui data terkait kasus penyakit tidak menular di Provinsi
Jawa Tengah
3. Untuk mengetahui pengertian dari SDGs
4. Untuk mengetahui tujuan dari SDGs
5. Untuk mengetahui pengertian dari BPJS
6. Untuk mengetahui penanganan kasus penyakit tidak menular terkait
konsep BPJS terhadap prinsip tujuan dan jaminan sosial
7. Untuk mengetahui rencana pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Jawa
Tengah terkait penyakit tidak menular
6
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari WHO, di seluruh dunia pada tahun 2016, terdapat
56,9 juta kematian dimana 71% diantaranya merupakan penyakit tidak
menular (PTM) (WHO, 2018). Angka tersebut hampir meningkat 2 kali lipat
dibandingkan dengan tahun 2008 sejumlah 27,36 juta jiwa (WHO, 2013).
Dari jumlah tersebut, kardiovaskular menyumbang 44% dari total PTM atau
sekitar 17,9 juta orang (WHO, 2018). Berdasarkan laporan yang dikeluarkan
oleh WHO, pada tahun 2012, insidensi penyakit kardiovaskular dan diabetes
masing-masing sebesar 744.500 dan 120.800 (Mendis, 2014).
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2013 angka insidensi PJK, gagal jantung,
dan stroke masing-masing sejumlah 883.447 orang (0,5%), 229.696 (0,13%),
dan 1.236.825 (7%). Sedangkan penderita hipertensi berdasarkan pengukuran
dan diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter masing-masing sejumlah
25% dan 1,5% (Kristina et al., 2017). Berdasarkan data tersebut, terjadi tren
kenaikan angka angka kesakitan pada penyakit kardiovaskular secara umum
baik di seluruh 6 dunia maupun di Indonesia. Angka tersebut diperkirakan
masih akan terus bertambah hingga tahun 2030, dimana kejadian penyakit
kardiovaskular akan meningkat hingga diangka 23,3 juta jiwa (Kristina et al.,
2017)
7
2.2 Pengertian SDGs
Suistainable Development Goals (SDG’S) adalah singkatan atau
kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang
akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan
negara-negara di dunia. Post-2015, juga dikenal sebagai Sustainabale
Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk 15
tahun ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang lebih
bersifat birokratis dan teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih inklusif
melibatkan banyak pihak termasuk organisasi masyarakat sipil atau Civil
Society Organization (CSO). Penyusunan SDGs sendiri memiliki beberapa
tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang
belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan,
target dan indikator dalam dokumen SDGs juga perlu mempertimbangkan
perubahan situasi global saat ini (Yohanna, 2015).
6) Air Bersih dan Sanitasi, menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua orang.
9
2.3 Pengertian BPJS
S
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengeluarkan
biaya cukup besar terkait penyakit degeneratif terutama penyakit-penyakit
kronis seperti Jantung Koroner, Gagal Ginjal, Stroke, Diabetes Mellitus dan
penyakit degeneratif lainnya. Hal tersebut membuat BPJS Kesehatan
melakukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya
komplikasi penyakit dan peningkatan penyakit degeneratif, agar pembiayaan
kesehatan untuk penyakit degeneratif dapat diminimalisir serta dapat
memberi kesejahteraan terhadap kesehatan para peserta pengguna BPJS
Kesehatan. Salah satu upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh
BPJS Kesehatan adalah Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
(Ramsar, 2017).
Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan telah menerapkan Program Pengelolaan
Penyakit kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS kesehatan dalam rangka
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita
penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Penyakit kronis yang termasuk
kedalam program Prolanis yaitu Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2
(Rosdiana, 2017). Prolanis sudah diterapkan di puskesmas yang terdapat di
berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah
Ada beberapa aktivitas Prolanis yang harus dijalankan meliputi konsultasi
medis, edukasi peserta Prolanis, aktivitas klub, home visit, reminder sms
gateway, pemantauan kesehatan, pelayanan obat. Tujuan Prolanis yaitu, untuk
mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup
optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi sesuai panduan
klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
10
Kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir
kejadian penyakit tidak menular, dimana pembiayaan untuk pasien dengan
pe-nyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan
terkait penyakit kronis (Rosdiana, 2017).
Ada 6 Kegiatan Prolanis yang terdiri dari: (1) konsultasi medis; (2)
edukasi peserta prolanis; (3) Reminder SMS gateway; (4) home visit; (5)
aktivitas club (senam) dan; (6) pemantauan status kesehatan. Tujuan
prolanis yaitu, untuk Mendorong peserta penyandang penyakit kronis
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar
yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada
pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai
Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi
penyakit. Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan
para pengguna peserta BPJS. Selain itu kegiatan Prolanis dapat membantu
BPJS kesehatan dalam meminimalisir kejadian PTM, dimana pembiayaan
untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan
upaya pencegahan terkait penyakit kronis. Pada era JKN peran puskesmas
sebagai penyedia layanan primer semakin terus ditingkatkan. Hal ini
dikarenakan seluruh FKTP termasuk puskesmas merupakan fasilitas
pertama yang dimanfaatkan oleh pasien atau sebagai, dimana FKTP
diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan sesuai dengan
Gate Keeper kompetensi yang harus dimiliki FKTP. Gatekeeper Concept
adalah konsep sistem pelayanan kesehatan dimana fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar
berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Sejalan dengan penelitian Rahma
(2015) yang menyebutkan bahwa puskesmas menjadi salah satu Gate Keeper
pada era JKN ini tentunya perlu menigkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
disediakan serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Salah satu pelayanan kefarmasian yang didapatkan peserta BPJS
Kesehatan adalah pelayanan Program Rujuk Balik (PRB) yaitu pasien
penyakit kronis dengan kondisi stabil berhak memperoleh pengobatan
11
jangka panjang untuk
12
kebutuhan maksimal 30 hari setiap kali peresepan. Penyakit hipertensi dan
diabetes melitus merupakan 2 diantara penyakit dalam pelayanan PRB,
sehingga dalam pelaksanaan Prolanis, obat yang diperoleh merupakan obat
PRB. Berdasarkan peraturan BPJS Kesehatan, kebutuhan obat pada
pelayanan PRB merupakan tanggungjawab BPJS Kesehatan dan apotek yang
telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang mengacu pada Formularium
Nasional. Melalui penggunaan obat yang sesuai dengan Fornas diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang
rasional serta menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat
dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional.
Pada kenyataannya penyelenggaraan Prolanis di beberapa puskesmas di
Provinsi Jawa Tengah masih dijumpai berbagai kendala. Belum semua
Puskesmas melaksanakan kegiatan Prolanis sesuai pedoman. Keterbatasan
petugas kesehatan khususnya dalam teknik memberikan penyuluhan gizi yang
dianggap paling sulit yaitu pelayanan konseling.
2.4 Rencana Pembangunan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah
Terkait PTM
Program kesehatan diarahkan untuk meningkatkan Umur Harapan Hidup
(UHH). Yang menjadi permasalahan adalah angka UHH Indonesia masih
rendah dibanding negara lain. Untuk mencapai peningkatan UHH harus
didukung oleh Universal Health Coverage (UHC) bahwa semua orang
mendapat layanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, akses financial
dalam layanan kesehatan yang bermutu. Selain itu, tingginya angka PTM di
Indonesia khususnya di Jawa Tengah harus menjadi fokus utama agar Rumah
Sakit/ fasilitas kesehatan memiliki indikator PTM. Hal ini juga harus didukung
keterlibatan swasta dalam hal ini RS swasta dan klinik dalam upaya
mendukung program kesehatan.
Penetapan strategi penanggulangan penyakit tidak menular sebagaimana
meliputi: memperkuat aspek legal penanggulangan PTM, meningkatkan
surveilans epidemiologi PTM, meningkatkan deteksi dini faktor risiko PTM,
meningkatkan media komunikasi, informasi, dan edukasi penanggulangan
13
PTM, meningkatkan kualitas penanganan kasus PTM, meningkatkan
kemitraan dan peran serta aktif masyarakat dalam penanggulangan PTM, dan
meningkatkan replikasi program penanggulangan PTM.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, Shella Mediciani, dkk. 2020. Pemanfaatan Program
Pengelolaan Penyakit Kronis di Puskesmas. Higeia Journal of
Public Health Research and Development. 4 (2) 256-266. (diakses
dihttps://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/3380
5 pada 30 Agustus 2021).
16