Anda di halaman 1dari 16

Penanganan Kasus Penyakit Tidak Menular Terkait Konsep BPJS Terhadap

Prinsip Tujuan dan Jaminan Sosial

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Ganjil
mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional

Disusun Oleh :

Mirza Fakhri Kusuma

P1337420621114

Alih Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan Semarang

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya, berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
penulisan makalah dengan judul “Penanganan Kasus Penyakit Tidak Menular
Terkait Konsep BPJS Terhadap Prinsip Tujuan dan Jaminan Sosial”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas UTS Kebijakan Kesehatan Nasional.

Terimakasih saya sampaikan kepada dosen Kebijakan Kesehatan


Nasional yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengerjakan
tugas ini, sehingga saya menjadi lebih mengerti mengenai materi tersebut.
Saya juga menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.

Semarang, 13 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian penyakit tidak menular..............................................................6

2.2 Data terkait kasus penyakit tidak menular di Provinsi Jawa Tengah..........6

2.3 Pengertian SDGs.........................................................................................7

2.4 Tujuan dari SDGs.......................................................................................7

2.5 Pengertian BPJS...........................................................................................8


2.6 Penanganan kasus penyakit tidak menular terkait konsep BPJS terhadap
prinsip tujuan dan jaminan sosial di Provinsi Jawa Tengah.........................9
2.7 Rencana pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah terkait
penyakit tidak menular..................................................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.......................................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang telah disepakati menjadi landasan ideologi bangsa memiliki cita-
cita luhur yaitu melindugi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Salah satu bentuk
konkret dari kesejahteraan umum yang tertuang dalam cita-cita bangsa
Indonesia adalah kesehatan yang harus diwujudkan dalam berbagai upaya agar
dapat dirasakan kemanfaatan dan keadilannya oleh seluruh rakyat Indonesia.
Selain dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945, kesehatan juga merupakan
salah satu hak asasi manusia yang diakui dan tertuang dalam Pasal 28 H ayat
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaannya Negara juga dituntut untuk dapat melaksanakan
kewajibannya sebagaimana tertuang dalam Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak. Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah memiliki 4 (empat) fungsi
utama yang harus dijalankan, yaitu: (1) fungsi pelayanan masyarakat (public
sevice function), (2) fungsi pembangunan (development function), (3) fungsi
pemberdayaan (protection function), dan (4) fungsi pengaturan (Putri &
Murdi, 2019). Dari keempat fungsi tersebut, memang tidak memiliki tingkatan
yang berarti harus dilaksanakan semuanya oleh pemerintah, namun fungsi
pelayanan masyarakat (public sercie function) dinilai sangat strategis karena
dapat menentukan peran pemerintah dalam memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya bagi masyarakat yang merupakan bentuk daripada pelayanan
publik. Masalah kesehatan di Indonesia yang tidak kunjung usai membuat
pemerintah harus mengambil tindakan supaya masyarakat tetap dapat
merasakan keadilan dan memperoleh haknya serta tidak menimbulkan
kerugian. Guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat pemerintah
4
mengadakan jaminan sosial. Jaminan sosial ini diselenggarakan oleh
pemerintah yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak,
dimulai dari Jamkesmas, Jamkesda, AKSES dan yang terbaru adalah Badan
Pelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan (M. Pertiwi & Nurcahyanto,
2017) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kemudian
berubah menjadi Badan Hukum Publik yang bertugas untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyakit tidak menular?


2. Bagaimana data terkait kasus penyakit tidak menular di Provinsi Jawa
Tengah?
3. Apa pengertian dari SDGs?
4. Apa tujuan dari SDGs?
5. Apa pengertian dari BPJS?
6. Bagaimana penanganan kasus penyakit tidak menular terkait konsep
BPJS terhadap prinsip tujuan dan jaminan sosial di Provinsi Jawa
Tengah?

5
7. Bagaimana rencana pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Jawa
Tengah terkait penyakit tidak menular?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit tidak menular
2. Untuk mengetahui data terkait kasus penyakit tidak menular di Provinsi
Jawa Tengah
3. Untuk mengetahui pengertian dari SDGs
4. Untuk mengetahui tujuan dari SDGs
5. Untuk mengetahui pengertian dari BPJS
6. Untuk mengetahui penanganan kasus penyakit tidak menular terkait
konsep BPJS terhadap prinsip tujuan dan jaminan sosial
7. Untuk mengetahui rencana pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Jawa
Tengah terkait penyakit tidak menular

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Tidak Menular


Non Communicable Disease atau Penyakit Tidak Menular (PTM)
merupakan penyakit yang tidak ditularkan dari orang keorang. Penyakit ini
dapat merupakan akibat dari terganggunya sistem metabolik maupun
kesehatan lingkungan disekitar pengidapnya. Penyakit tidak menular yaitu
penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, stroke, hipertensi, dan
diabetes Mellitus tipe 2 (DM 2) (Kementrian Kesehatan, 2013). Pada tahun
2008, secara umum PTM menyumbang 36 juta jiwa atau 63% dari total
kematian diseluruh dunia, sedangkan di asia tenggara, total kematian akibat
PTM mengalami peningkatan dari 6,7 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 8,5
juta pada tahun 2012 (Mendis, 2014; Kristina et al., 2017).

Berdasarkan data dari WHO, di seluruh dunia pada tahun 2016, terdapat
56,9 juta kematian dimana 71% diantaranya merupakan penyakit tidak
menular (PTM) (WHO, 2018). Angka tersebut hampir meningkat 2 kali lipat
dibandingkan dengan tahun 2008 sejumlah 27,36 juta jiwa (WHO, 2013).
Dari jumlah tersebut, kardiovaskular menyumbang 44% dari total PTM atau
sekitar 17,9 juta orang (WHO, 2018). Berdasarkan laporan yang dikeluarkan
oleh WHO, pada tahun 2012, insidensi penyakit kardiovaskular dan diabetes
masing-masing sebesar 744.500 dan 120.800 (Mendis, 2014).

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2013 angka insidensi PJK, gagal jantung,
dan stroke masing-masing sejumlah 883.447 orang (0,5%), 229.696 (0,13%),
dan 1.236.825 (7%). Sedangkan penderita hipertensi berdasarkan pengukuran
dan diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter masing-masing sejumlah
25% dan 1,5% (Kristina et al., 2017). Berdasarkan data tersebut, terjadi tren
kenaikan angka angka kesakitan pada penyakit kardiovaskular secara umum
baik di seluruh 6 dunia maupun di Indonesia. Angka tersebut diperkirakan
masih akan terus bertambah hingga tahun 2030, dimana kejadian penyakit
kardiovaskular akan meningkat hingga diangka 23,3 juta jiwa (Kristina et al.,
2017)

7
2.2 Pengertian SDGs
Suistainable Development Goals (SDG’S) adalah singkatan atau
kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang
akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan
negara-negara di dunia. Post-2015, juga dikenal sebagai Sustainabale
Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk 15
tahun ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang lebih
bersifat birokratis dan teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih inklusif
melibatkan banyak pihak termasuk organisasi masyarakat sipil atau Civil
Society Organization (CSO). Penyusunan SDGs sendiri memiliki beberapa
tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang
belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan,
target dan indikator dalam dokumen SDGs juga perlu mempertimbangkan
perubahan situasi global saat ini (Yohanna, 2015).

2.3 Tujuan SDGs

Tujuan SDGs antara lain :

1) Tanpa Kemiskinan, tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh


penjuru dunia.

2) Tanpa Kelaparan, tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan,


perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.

3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan Menjamin kehidupan yang sehat


serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala
umur.

4) Pendidikan Berkualitas, Menjamin pemerataan pendidikan yang


berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang.

5) Kesetaraan Gender, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan


kaum ibu dan perempuan.

6) Air Bersih dan Sanitasi, menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua orang.

7) Energi Bersih dan Terjangkau, menjamin akses terhadap sumber energi


yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak, mendukung
perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, lapangan kerja yang produktif
serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.

9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur, membangun infrastruktur yang


berkualitas, mendorong peningkatan industri yang berkelanjutan serta
mendorong inovasi.

10) Mengurangi Kesenjangan, mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam


sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia.

11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas, membangun kota-kota serta


pemukiman yang berkualitas, aman dan bekelanjutan.

9
2.3 Pengertian BPJS
S
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengeluarkan
biaya cukup besar terkait penyakit degeneratif terutama penyakit-penyakit
kronis seperti Jantung Koroner, Gagal Ginjal, Stroke, Diabetes Mellitus dan
penyakit degeneratif lainnya. Hal tersebut membuat BPJS Kesehatan
melakukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya
komplikasi penyakit dan peningkatan penyakit degeneratif, agar pembiayaan
kesehatan untuk penyakit degeneratif dapat diminimalisir serta dapat
memberi kesejahteraan terhadap kesehatan para peserta pengguna BPJS
Kesehatan. Salah satu upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh
BPJS Kesehatan adalah Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
(Ramsar, 2017).
Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan telah menerapkan Program Pengelolaan
Penyakit kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS kesehatan dalam rangka
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita
penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Penyakit kronis yang termasuk
kedalam program Prolanis yaitu Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2
(Rosdiana, 2017). Prolanis sudah diterapkan di puskesmas yang terdapat di
berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah
Ada beberapa aktivitas Prolanis yang harus dijalankan meliputi konsultasi
medis, edukasi peserta Prolanis, aktivitas klub, home visit, reminder sms
gateway, pemantauan kesehatan, pelayanan obat. Tujuan Prolanis yaitu, untuk
mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup
optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi sesuai panduan
klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

10
Kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir
kejadian penyakit tidak menular, dimana pembiayaan untuk pasien dengan
pe-nyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan
terkait penyakit kronis (Rosdiana, 2017).
Ada 6 Kegiatan Prolanis yang terdiri dari: (1) konsultasi medis; (2)
edukasi peserta prolanis; (3) Reminder SMS gateway; (4) home visit; (5)
aktivitas club (senam) dan; (6) pemantauan status kesehatan. Tujuan
prolanis yaitu, untuk Mendorong peserta penyandang penyakit kronis
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar
yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada
pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai
Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi
penyakit. Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan
para pengguna peserta BPJS. Selain itu kegiatan Prolanis dapat membantu
BPJS kesehatan dalam meminimalisir kejadian PTM, dimana pembiayaan
untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan
upaya pencegahan terkait penyakit kronis. Pada era JKN peran puskesmas
sebagai penyedia layanan primer semakin terus ditingkatkan. Hal ini
dikarenakan seluruh FKTP termasuk puskesmas merupakan fasilitas
pertama yang dimanfaatkan oleh pasien atau sebagai, dimana FKTP
diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan sesuai dengan
Gate Keeper kompetensi yang harus dimiliki FKTP. Gatekeeper Concept
adalah konsep sistem pelayanan kesehatan dimana fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar
berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya dan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Sejalan dengan penelitian Rahma
(2015) yang menyebutkan bahwa puskesmas menjadi salah satu Gate Keeper
pada era JKN ini tentunya perlu menigkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
disediakan serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Salah satu pelayanan kefarmasian yang didapatkan peserta BPJS
Kesehatan adalah pelayanan Program Rujuk Balik (PRB) yaitu pasien
penyakit kronis dengan kondisi stabil berhak memperoleh pengobatan

11
jangka panjang untuk

12
kebutuhan maksimal 30 hari setiap kali peresepan. Penyakit hipertensi dan
diabetes melitus merupakan 2 diantara penyakit dalam pelayanan PRB,
sehingga dalam pelaksanaan Prolanis, obat yang diperoleh merupakan obat
PRB. Berdasarkan peraturan BPJS Kesehatan, kebutuhan obat pada
pelayanan PRB merupakan tanggungjawab BPJS Kesehatan dan apotek yang
telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang mengacu pada Formularium
Nasional. Melalui penggunaan obat yang sesuai dengan Fornas diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang
rasional serta menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat
dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional.
Pada kenyataannya penyelenggaraan Prolanis di beberapa puskesmas di
Provinsi Jawa Tengah masih dijumpai berbagai kendala. Belum semua
Puskesmas melaksanakan kegiatan Prolanis sesuai pedoman. Keterbatasan
petugas kesehatan khususnya dalam teknik memberikan penyuluhan gizi yang
dianggap paling sulit yaitu pelayanan konseling.
2.4 Rencana Pembangunan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah
Terkait PTM
Program kesehatan diarahkan untuk meningkatkan Umur Harapan Hidup
(UHH). Yang menjadi permasalahan adalah angka UHH Indonesia masih
rendah dibanding negara lain. Untuk mencapai peningkatan UHH harus
didukung oleh Universal Health Coverage (UHC) bahwa semua orang
mendapat layanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, akses financial
dalam layanan kesehatan yang bermutu. Selain itu, tingginya angka PTM di
Indonesia khususnya di Jawa Tengah harus menjadi fokus utama agar Rumah
Sakit/ fasilitas kesehatan memiliki indikator PTM. Hal ini juga harus didukung
keterlibatan swasta dalam hal ini RS swasta dan klinik dalam upaya
mendukung program kesehatan.
Penetapan strategi penanggulangan penyakit tidak menular sebagaimana
meliputi: memperkuat aspek legal penanggulangan PTM, meningkatkan
surveilans epidemiologi PTM, meningkatkan deteksi dini faktor risiko PTM,
meningkatkan media komunikasi, informasi, dan edukasi penanggulangan

13
PTM, meningkatkan kualitas penanganan kasus PTM, meningkatkan
kemitraan dan peran serta aktif masyarakat dalam penanggulangan PTM, dan
meningkatkan replikasi program penanggulangan PTM.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak


ditularkan dan tidak ditransmisikan kepada orang lain dengan bentuk
kontak apapun. Proporsi PTM di Jawa Tengah yaitu hipertensi dan
diabetes mellitus. SDGs merupakan kelanjutan dan perluasan dari
Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan dari SDGs adalah
Agenda 2030 yang merupakan kesepakatan pembangunan
berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan.
Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur
dalam UU No. 24 Tahun 2011.
Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan telah menerapkan Program
Pengelolaan Penyakit kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan
secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan
BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta
BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien. Penyakit kronis yang termasuk kedalam program
Prolanis yaitu Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Pentingnya
peran aktif keterlibatan swasta dalam hal ini RS swasta dan klinik
dalam upaya mendukung program kesehatan dalam menanggulangi
PTM.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan
memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan untuk mengetahui
tentang penanganan kasus penyakit tidak menular terkait konsep BPJS
terhadap prinsip tujuan dan jaminan sosial.

15
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, Shella Mediciani, dkk. 2020. Pemanfaatan Program
Pengelolaan Penyakit Kronis di Puskesmas. Higeia Journal of
Public Health Research and Development. 4 (2) 256-266. (diakses
dihttps://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/3380
5 pada 30 Agustus 2021).

Rosdiana, Ayu Imade, dkk. 2017. Implementasi Program Pengelolaan


Penyakit Kronis (Prolaknis). Higeia Journal of Public Health
Research and Development. 1 (3) 140-150. (diakses di
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/14617
pada 30 Agustus 2021).

Solechan. 2019. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Kesehatan Sebagai Pelayanan Publik. Adminitrative Law &
Governance Journal. 2 (4) 686-696. (diakses di
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/view/6594 pada
30 Agustus 2021).

Utomo, Ria Nurrohmah. 2019. Input Program Pengelolaan Penyakit


Kronis di Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research
and Development. 3 (1) 65-73. (diakses di
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/24708
pada 30 Agustus 2021).

Wicaksono, Susaky. 2018. Hubungan Keaktifan dalam Klub Prolanis


Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Diabetisi Tipe 2. Jurnal
Ilmial Kesehatan (JKI). 10 (1) 273-286. (diakses di
https://jurnal.umpp.ac.id/index.php/jik/article/view/87 pada 30
Agustus 2021).

16

Anda mungkin juga menyukai