Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Man. Layanan RS
Dosen Penambung Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 6
Anisa Septi Alfina (20101440119014)
Deanisa Vira M (20101440119031)
Fiani Aliya Hartanti (20101440119046)
Ignatius Alvino Y (20101440119058)
Intan Sukma Sekar J (20101440119061)
Mursalim (20101440119075)
Novellin Egi R (20101440119080)
Rinengkuh Rismawati (20101440119090)
Voni Atika Uliawati (20101440119106)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas limpahan
rahmat aufik hidayat dan kurnia- Nya, sehingga penyusunan makalah yang
berjudul “Menijau Ulang Sistem JKN” dapat terselesaikan walaupun dalam
bentuk yang sedehana.

Dan tidak lupa kami ucapakan terimakasih kepada teman-teman yang


telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambahkan pengetahuna


para pembaca. Namun terlepas dari itu ,kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna sehingga kami sangatmengharapkan kritik
serta saran yang membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
baik lagi.

Semarang, 08 Mei 2020

Penyusun

i
Daftar isi
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian jaminan kesehatan nasional 4
B. Tujuan JKN 5
C. Manfaat JKN 5
D. Sistem pembiayaan JKN 6
E. Sistem Pelayanan JKN 8
F. Peserta JKN 9
G. Dasar Hukum JKN 11
BAB III
KASUS
A. Contoh kasus 13
B. Pembahasan 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program
pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi rakyat indonesia agar
penduduk indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Program jaminan sosial ini menjamin biaya pemeliharaan kesehatan
serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan
nasional secara bergotong royong wajib oleh seluruh penduduk
indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh
pemerintah.
Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali
dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (yang didasarkan pada
mekanisme jaminan kesehatan sosial yang pertama kali
diselenggarakan di Jerman tahun 1883). Setelah itu banyak negara
lain menyelenggarakan JKN seperti Kanada (1961), Taiwan (1995),
Filipina (1997) , dan Korea Selatan (2000) (World Bank, 2007).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
kepesertaannya bersifat wajib (mandatory).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah
Sistem Jaminan Sosial yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan
Sosial ini merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin

1
2

warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak,


sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
tahun 1948 dan konvensi ILO No. 102 tahun 1952 (Kemenkes RI,
2012).
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ditegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap
peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat
pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative (Kemenkes RI, 2012).
Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2012).
Peserta Jaminan Kesehatan adalah setiap orang, termasuk
orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta
Jaminan Kesehatan Non PBI merupakan peserta yang tidak masuk
dalam golongan fakir miskin dan orang tidak mampu, meliputi pekerja
penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima
upah dan anggota keluarganya, bukan pekerja dan anggota
keluarganya. Peserta Non PBI Mandiri meliputi pekerja bukan
penerima upah dan bukan pekerja. Yang dimaksud dengan pekerja
bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha
atas risiko sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan bukan pekerja
adalah setiap orang yang tidak bekerja tetapi mampu membayar iuran
Jaminan Kesehatan secara mandiri (Perpres RI, 2013).
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jaminan kesehatan Nasional ?
2. Apa tujuan jaminan kesehatan nasional ?
3. Apa manfaat jaminan kesehatan nasional ?
4. Bagaimana system pembiayaan yang dilakukan terhadap Jaminan
Kesehatan Nasional ?
5. Bagaimana system pelayanan yang dilakukan terhadap Jaminan
Kesehatan Nasional?
6. Siapa sajakah peserta Jaminan Kesehatan Nasional ?
7. Apa Dasar hukum jaminan kesehatan nasional ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Jaminan kesehatan nasional
2. Mengetahui tujuan jaminan kesehatan nasional
3. Mengetahui manfaat dari jaminan kesehatan nasional
4.  Untuk mengetahui system pembiayaan yang dilakukan
terhadap Jaminan Kesehatan Nasional
5. Untuk mengetahui system pelayanan yang dilakukan
terhadap Jaminan Kesehatan Nasional
6. Untuk mengetahui siapa saja peserta jaminan kesehatan nasional
7. Untuk mengetahui dasar hukum jaminan kesehatan nasional
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan referensi (kepustakaan), bacaan
serta memberikan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa/i
AKPER KESDAM IV/DIP
2. Manfaat bagiPenyusun
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi
penulis mengenai jaminan kesehatan nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian jaminan kesehatan nasional
Jaminan Kesehatan (JKN) adalah program jaminan
sosial yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dengan tujuan
menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan pola
pembiayaan pra-upaya, artinya pembiayaan kesehatan yang
dikeluarkan sebelum atau tidak dalam kondisi sakit. Pola
pembiayaan pra-upaya menganut hukum jumlah besar dan
perangkuman risiko. Supaya risiko dapat disebarkan secara
luas dan direduksi secara efektif, maka pola pembiayaan ini
membutuhkan jumlah besar peserta. Oleh karena itu, pada
pelaksanaannya, Jaminan Kesehatan Nasional mewajibkan
seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta agar hukum
jumlah besar tersebut dapat dipenuhi. Perangkuman risiko
terjadi ketika sejumlah individu yang berisiko sepakat untuk
menghimpun risiko kerugian dengan tujuan mengurangi beban

4
5

(termasuk biaya kerugiam/klaim) yang harus ditanggung


masing-masing individu.(Azwar, 1996; Murti, 2000).
B. Tujuan jaminan kesehatan nasional
Tujuan penyelenggaraan JKN adalah menjamin peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 Ayat 2) Tujuan Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan agar semua
penduduk terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak, dalam rangka:
1. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan
kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang
bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan kepada
peserta secara menyeluruh, terstandar, dengan sistem
pengelolaan yang terkendali mutu dan biaya.
3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan
dan akuntabel.
C. Manfaat Jaminan kesehatan Nasional
manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan
kesehatan dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan
ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan
oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak
dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif
6

dan preventif yang diberikan dalam konteks upaya kesehatan


perorangan (personal care).
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:
1. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling
sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),
Difteri Pertusis Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan
Campak.
3. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan
lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin
untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4.  Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah
dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.
D. Sistem pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja,
dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal
16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan
yang dibayar dimuka olehBPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkanjumlah peserta yang
terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan
kesehatan yang diberikan. Sedangkan Tarif Non Kapitasi
adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
7

Kesehatankepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


berdasarkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang
diberikan.
Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya
disebut Tarif INA-CBG’sadalah besaran pembayaran klaim oleh
BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
atas paket layanan yang didasarkan kepadapengelompokan
diagnosis penyakit.
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya
ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja
penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan
penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib
memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta
yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran
tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala
(paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10
(sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada
hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen)
perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh
Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta


bukan Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan
yang dibayarkan palinglambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran
JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi
8

kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS


Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi
Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran
bulan berikutnya.Iuran premi kepesertaan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
pekerjainformal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima
upah itu adalah Rp25.500 per bulan untuk layanan rawat inap
kelas III, Rp42.500 untuk kelas II dan Rp59.500 untuk kelas I.
E. Sistem pelayanan jaminan kesehatan nasional
1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh
Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat
medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non
medis).Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan
oleh BPJS Kesehatan.
2.  Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-
tama harus memperoleh pelayanan kesehatan
pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal
itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan
medis.
3.  Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan
yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis
9

sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan


kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai,
pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas
Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya
digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan
transportasi.
F. Peserta jaminan kesehatan nasional
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayar Iuran. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lain. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha,
badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan
pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lainnya. Peserta tersebut meliputi: Penerima
Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian
sebagai berikut:
1.  Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang
terdiri atas:
3. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya,
yaitu:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
d. Pegawai Swasta; dan
10

e. Pekerja yang tidak termasuk huruf a


sampai dengan huruf f yang menerima
Upah.
4. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya, yaitu:
a.  Pekerja di luar hubungan kerja atau
Pekerja mandiri dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang
bukan penerima Upah.
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a
dan huruf b, termasuk warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.
5. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a. Investor
b. Pemberi Kerja;
c.  Penerima Pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan; dan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a
sampai dengan huruf e yang mampu
membayar Iuran.
6.  Penerima pensiun terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan
hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang
berhenti dengan hak pensiun;
c.  Pejabat Negara yang berhenti dengan hak
pensiun;
11

d. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b,


dan huruf c; dan
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf d yang
mendapat hak pensiun.

G. Dasar hukum jaminan kesehatan nasional


Dasar hukum Jaminan Kesehatan, termaktub dalam
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 28 H yaitu :
1. Pertama, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan;
2. Kedua, setiap orang berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan; dan
3. Ketiga, setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermanfaat.

Atas dasar itu, maka diterbitkan Undang-Undang No. 40/2004


tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang salah
satu programnya adalah JKN, yang pelaksanaannya
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang


Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengamanatkan
12

bahwa setiap orang atau warga negara berhak atas jaminan


sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.
Program jaminan sosial menurut Undang-Undang tersebut
meliputi: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

Selanjutnya, dasar hukum adanya Jaminan Kesehatan juga


tertuang dalam Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 34 yaitu :

1. Pertama, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara


oleh negara;

2. Kedua, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi


seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan;
dan
3. Ketiga, negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
BAB III

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
Beberapa kebijakan yang diambil BPJS Kesehatan masih
menjadi polemik.Pertama, sistem rujukan online yang mensyaratkan
semua pasien harus dilakukan rujukan ke rumah sakit tipe D terlebih
dahulu dan tidak bisa dilakukan rujukan ke rumah sakit tipe C, B, dan
A secara langsung. Kebijakan ini juga mengharuskan pasien yang
sebelumnya dirujuk ke rumah sakit tipe A harus memeriksakan
kondisinya kembali di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Alur yang panjang dalam proses rujukan akan merugikan
pasien, baik kerugian materiil maupun dampak kesehatan yang akan
ditanggung. Perpindahan pasien dari satu fasilitas ke fasilitas
kesehatan lainya tentunya membutuhkan biaya transportasi dan
keperluan lainya yang lebih besar. Padahal kalau kita lihat bahwa
terdapat kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Non-PBI
dalam BPJS Kesehatan.
Panjangnya alur fasilitas kesehatan yang harus dilalui oleh
pasien juga akan meningkatkan risiko keterlambatan tindakan dan
memberikan dampak memburuknya kondisi kesehatan pasien. Kasus
kematian ibu dapat menjadi sebuah gambaran mengenai hal ini.
Kedua, kebijakan perawatan bayi baru lahir juga menjadi
polemik. Hanya bayi baru lahir yang butuh penanganan khusus yang
dijamin, sedangkan bayi baru lahir sehat jaminan perawatanya
disertakan dengan ibunya.
Kebijakan mengenai klaim bayi baru lahir menuai protes dari
Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia (IDAI). Semua bayi memiliki
risiko untuk mengalami komplikasi, baik selama persalinan maupun

13
14

pascapersalinan. Kebijakan ini justru akan menurunkan kualitas


pelayanan kesehatan kepada bayi baru lahir, mengingat Angka
Kematian Bayi (AKB) masih menjadi masalah di Indonesia.
B. Pembahasan
Pemerintah harus meninjau kembali beberapa sistem yang
dibuat selama JKN, mengingat urgensi dari tujuan JKN. Pertama,
sistem pendanaan. Pendanaan menjadi suatu hal yang penting dalam
pelaksanaan JKN. Perlu dilakukan sosialisasi kepada peserta BPJS
Kesehatan mengenai keteraturan pembayaran dan beberapa
kebijakan selama JKN. Terkadang masyarakat kurang mengetahui
mengenai manfaat dari JKN dan beberapa kebijakan yang harus
dilakukan. Hal ini yang dapat menjadi penyebab tunggakan
pembayaran oleh masyarakat.
Peninjauan kembali tarif riil yang ada di fasilitas kesehatan perlu
dilakukan. Tidak sepatutnya kualitas pelayanan menjadi taruhan
karena sistem pendanaan yang belum tuntas. Semua profesi dan
pihak fasilitas kesehatan perlu didudukkan dalam satu meja untuk
meninjau hal ini.
Kedua, peninjauan ulang kebijakan. JKN memang masih
memasuki gerbang awal dalam pelaksanaannya. Beberapa kebijakan
yang tidak sesuai harus ditinjau kembali. Perlu dilakukan kajian
terlebih dahulu sebelum membuat suatu kebijakan. Kebijakan yang
dibuat harus selaras dengan temuan ilmiah. Jangan sampai kebijakan
dalam JKN ini justru akan memberikan dampak negatif pada
kesehatan pasien.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah
Sistem Jaminan Sosial yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan
Sosial ini merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin
warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak,
sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
tahun 1948 dan konvensi ILO No. 102 tahun 1952 (Kemenkes RI,
2012).
B. Saran
Kebijakan yang dibuat harus selaras dengan temuan ilmiah.
Jangan sampai kebijakan dalam JKN ini justru akan memberikan
dampak negatif pada kesehatan pasien.

15
Daftar pustaka
http://eprints.ums.ac.id/31081/3/BAB_I.pdf
http://scholar.unand.ac.id/12809/2/PENDAHULUAN.pdf
https://djsn.go.id/sjsn/program-sjsn/jaminan-kesehatan
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1
http://jkn.jamsosindonesia.com/home/cetak/8/Tujuan%20JKN
https://news.detik.com/kolom/d-4262302/meninjau-ulang-
sistem-jaminan-kesehatan-nasional
 Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa
Aksara, Jakarta 1996.
Edberg M., Buku Ajar Kesehatan Masyarakat : Teori Sosial dan
Perilaku, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2007.
Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan,
Sekretariat Jenderal, Jakarta 2013.
Murti B., Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta 2000
 Muzaham F., Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta 2007.

Anda mungkin juga menyukai