Anda di halaman 1dari 16

1

Penerapan Edukasi Keluarga Untuk


Meningkatkan Kepatuhan Minum
Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di Wilayah Puskesmas Srondol

Diajukan Oleh :
Arifah Nurhayati
NIM 20101440120010
PENDAHULUAN 2

Keluarga Diabetes Prevalensi Edukasi Kepatuhan Minum


Keluarga Obat
TINJAUAN PUSTAKA 3

A. KELUARGA

• Keluarga merupakan dua orang tau lebih yang hidup bersama dengan ikatan dan
kedekatan emosional baik yang tidak memiliki hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi dan tidak memiliki batas keanggotaan dalam keluarga
• Keluarga berfungsi dengan baik jika keluarga mampu mendorong individu
dalam meraih potensi dirinya
• Peran Pendidik, pendidikan kesehatan perlu diberikan kepada keluarga agar
keluarga secara mandiri mampu dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi.
B. DIABETES MELITUS TIPE 2
4

PENGERTIAN JENIS-JENIS OBAT ORAL


PENYEBAB DIABETES
Diabetes Melitus Tipe 2
Penyebab diabetes melitus tipe a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin
adalah penyakit gangguan
2 adalah sel-sel dalam tubuh Secretagogue)
metabolik yang ditandai
yang cenderung tidak sensitif b. Peningkat Sensitivitas Terhadap
oleh kenaikan gula darah
lagi terhadap hormon insulin. Insulin
akibat penurunan sekresi
TANDA DAN GEJALA c. Penghambat Absorpsi Glukosa di
insulin beta pankreas dan
gangguan fungsi insulin saluran pencernaan

(resistensi insulin) d. Penghambat DPP-IV (Dipeptyl


Peptidase-IV)
e. Penghambat SGLT-2 (Soidum
Glucose Cotreansporter 2)
C. PENDIDIKAN KESEHATAN 5

PENGERTIAN EDUKASI KELUARGA


Pendidikan kesehatan adalah upaya dan Pemberian edukasi pasien dan keluarga adalah usaha
kegiatan salah satu bentuk implementasi atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka
keperawatan untuk meningkatkan kemampuan memberikan informasi terhadap masalah kesehatan
klien mencapai kesehatan yang optimal. pasien yang belum diketahui pasien dan keluarganya
SASARAN
TINGKAT PENGETAHUAN
a. Sasaran primer (utama) Tingkat pengetahuan adalah segala sesuatu yang
b. Sasaran sekunder
c. Sasaran tersier diketahui pasien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, serta jenis obat oral diabetes. kuesioner tingkat
pengetahuan diberikan kepada keluarga pasien saat pre
dan post intervensi.
D. KEPATUHAN MINUM OBAT 6

FAKTOR YANG
KEPATUHAN MINUM MEMPENGARUHI
DEFINISI OBAT Faktor yang berpengaruh
Kepatuhan adalah sejauh Kepatuhan minum obat pada terhadap tingkat
mana perilaku klien sesuai pasien diabetes melitus kepatuhan pengobatan
dengan ketentuan yang penting untuk mencapai
adalah sikap, motivasi,,
diberikan oleh profesional tujuan pengobatan dan
efektif untuk mencegah dan dukungan keluarga
kesehatan. Perilaku tersebut
meliputi berobat, mengikuti komplikasi pada penyakit
diet yang dianjurkan dan diabetes melitus terutama
merubah gaya hidup. bagi pasien yang harus
mengkonsumsi obat dalam
jangka waktu yang lama,
bahkan seumur hidupnya.
Lanjutan 7

PENGUKURAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2


Untuk mengetahui kepatuhan minum obat pasien diperlukan alat untuk mengukur yaitu dengan kuesioner
Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) merupakan skala kuesioner dengan butir pertanyaan
sebanyak 8 butir yang berisi pernyataan-pernyataan yang menunjukkan frekuensi kelupaan dalam minum
obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, kemampuan untuk mengendalikan
dirinya untuk tetap minum obat.

KATEGORI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2


Setiap pertanyaan akan diberikan skoring masing-masing yaitu delapan pertanyaan skala dikotomi.
Perhitungan skor akan didapat tiga kategori kepatuhan yaitu untuk skor perhitungan sama dengan 8 termasuk
kategori kepatuhan tinggi, skor perhitungan 6 - 7 termasuk kepatuhan sedang, dan untuk skor perhitungan 0-5
termasuk kepatuhan rendah
METODE STUDI KASUS 8

A. RANCANGAN STUDI KASUS


Rancangan penelitian ini dengan menggunakan studi kasus dengan
pendekatan deskriptif. Pada studi kasus ini menggunakan rancangan
deskriptif dengan metode pendekatan studi kasus yang akan
menggambarkan penerapan edukasi kepada keluarga untuk meningkatkan
kepatuhan minum obat pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2.
METODE STUDI KASUS
9
B. SUBJEK STUDI KASUS
KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSLUSI

1. Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang sedang menjalankan 1. Pasien tidak menjawab
pengobatan rawat jalan di puskesmas Srondol Kota keseluruhan
Semarang pertanyaan/pernyataan
2. Pasien telah menerima terapi atau pengobatan ≥ 1 tahun kuesioner
3. Pasien berusia ≥ 18 – 75 tahun 2. Pasien yang tinggal sendiri
4. Bersedia menjadi responden penelitian atau tidak tinggal Bersama
5. Pasien tinggal Bersama keluarga keluarga
6. Dapat berkomunikasi dengan baik 3. Pasien dengan gangguan
7. Kepatuhan minum obat pasien rendah (skor 0-5) pendengaran
8. Tingkat pengetahuan keluarga rendah 4. Pasien tidak kooperatif
METODE STUDI KASUS 10

C. FOKUS STUDI
Fokus studi kasus ini yaitu penerapan Edukasi Keluarga Untuk Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat
Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.

D. DEFINISI OPERASIONAL STUDI KASUS


1. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi
insulin).
2. Pemberian edukasi pasien dan keluarga adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka
memberikan informasi terhadap masalah kesehatan pasien yang belum diketahui pasien dan
keluarganya. Hal tersebut perlu diketahui untuk membantu dan mendukung penatalaksanaan medis
atau tenaga kesehatan lainya
3. Kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus penting untuk mencapai tujuan pengobatan dan
efektif untuk mencegah komplikasi pada penyakit diabetes melitus terutama bagi pasien yang harus
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya
METODE STUDI KASUS 11

E. INSTRUMEN STUDI KASUS


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner. Untuk mengukur kepatuhan minum obat pada
pasien menggunakan quesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) dan kuesioner pra dan
post edukasi keluarga.

F. METODE PENGUMPULAN DATA


Proses pengumpulan data peneliti menggunakan tahap yaitu :
1. Mengurus perijinan dengan institusi terkait puskesmas untuk melakukan studi kasus.
2. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu studi kasus kepada klien dan saksi yang bertanggung jawab
ditempat pengambilan studi kasus.
3. Melakukan seleksi calon subyek studi sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan.
4. Mempersiapkan kuisoner yang dibutuhkan saat melakukan intervensi untuk masing-masing
responden penelitian.
5. Menghubungi masing-masing responden untuk mengajukan ijin melakukan penelitian dan menemui
keluarga pasien.
6. Menjelaskan kepada keluarga dan responden mengenai tujuan penelitian, lama studi kasus,
dan manfaat penelitian yang akan di terima bagi pasien dan penelitian pada responden
dilakukan dengan cara mengobservasi tingkat kepatuhan minum obat pasien Diabetes 12
Mellitus sebelum dan setelah di berikan edukasi kepada keluarga.
7. Setelah responden jelas mengenai informasi penelitian dan bersedia untuk menjadi subjek
penelitian, responden diminta menandatangani lembar persetujuan informed consent.
8. Peneliti kemudian melakukan penilaian Sesi 1 pertemuan dengan melakukan pre test
untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pasien Diabetes Mellitus yang diisi
oleh pasien sebelum dilakukan intervensi.
9. Setelah itu, peneliti melakukan Sesi 2 pertemuan yaitu dengan melakukan edukasi kepada
keluarga pasien menggunakan media flipchart, leaflet, booklet, dan poster.
10. Peneliti melakukan edukasi yang setiap pertemuan dilakukan selama 60 menit. Adapun
pembagian waktu dimana 5 menit di awal digunakan sebagai fase pembukaan, 45 menit
kemudian merupakan fase interaksi atau fase inti yaitu penyampaian materi dan 10
menit terakhir digunakan untuk fase terminasi dengan mengevaluasi materi yang telah
diberikan pada hari itu.
11. Selanjutnya, peneliti melakukan penilaian pada Sesi 3 yaitu dengan melakukan post test
setelah dilakukan intervensi
12. Peneliti melakukan dokumentasi dan mengucapakan terima kasih kepada responden dan
keluarga.
13. Data yang telah didapatkan selanjutnya dilakukan analisis data.
MMAS-8 interpertasi skor :
G. LOKASI STUDI KASUS
Lokasi yang digunakan yaitu dirumah masing Pertanyaan no 1-7 13
– masing responden yang berada di wilayah
1 = Apabila jawaban “Ya”
kerja Puskesmas Srondol selama 1 minggu.
0 = Apabila jawaban “Tidak”
H. ANALISA DATA DAN Pertanyaan no 5

PENYAJIAN DATA 0 = Apabila jawaban “Ya”


1. Analisa Data 1 = Apabila jawaban “Tidak”
Pengumpulan data dilakukan dengan Pertanyaan no 8
mengukur tingkat kepatuhan minum obat
kemudian dilakukan edukasi kepada 0 = Apabila jawaban “a”
keluarga selama ± 60 menit sebanyak 3 1 = Apabila jawaban “b-e”
sesi dalam waktu 1 minggu. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini berupa Interpretasi skor questioner MMAS-8 =
form kuesioner MMAS-8 dan kuesioner 8 = kepatuhan tinggi
pra dan post edukasi.
6-7 = kepatuhan sedang
0-5 = kepatuhan rendah
14

2. Penyajian Data
Interpretasi skor kuesioner pra dan post edukasi :
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengelolaan data
Apabila jawaban “Sudah” bernilai 1
Apabila jawaban “Belum” bernilai 0 surat hasil dari studi kasus, data disajikan dalam bentuk

Skor 1-2 = tingkat pengetahuan keluarga rendah tabel maupun dalam bentuk narasi. Tabel yang disajikan

Skor 3-4 = tingkat pengetahuan keluarga sedang meliputi :


Skor 5-6 = tingkat pengetahuan keluarga tinggi
a. Tabel tingkat pengetahuan keluarga sebelum dan

setelah dilakukan intervensi pada kedua responden

b. Tabel kepatuhan minum obat penderita DM sebelum

dan setelah dilakukan intervensi pada kedua

responden
METODE STUDI KASUS 15

I. ETIKA STUDI KASUS


1. Otonomi (Autonomy).
2. Berbuat baik (Beneficial).
3. Keadilan (Justice).
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience).
5. Kejujuran (Veracity).
6. Menepati janji (Fidelity).
7. Kerahasiaan (Confidentiality).
8. Akuntabilitas (Accountability).
16

THANK YOU
ARIFAH NURHAYATI
20101440120010
KELAS 3A

Anda mungkin juga menyukai