Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RUMAH SAKIT

Analisa Pemantauan Terapi Obat pada pasien penyakit


Diabetes Mellitus Tipe II

di

RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELITUA

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Disusun Oleh:

Martina Mila Silfiani Waruwu, S. Farm.


21.24.177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
RUMAH SAKIT

di

RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELITUA

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Disusun Oleh:

Martina Mila Silfiani Waruwu, S. Farm .


21.24.177

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Fakultas
Pembimbing di RS Sembiring Delitua

apt.Drs.Palas Tarigan, MM., M.Kes


NPP. 19530515 201308 1 002 Apt.Widya Ade Syafitri S, S.Farm
Staf Pengajar Fakultas Farmasi Apoteker Penanggung jawab
Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua RS Sembiring Delitua

Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Deli Husada
Dekan,

apt. Linta Meliala, S.Si., M.Si.


NPP. 19750105 2020 03 1 001
19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Menkes, 2016).
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk Pelayanan Farmasi Klinis (Depkes, 2012).
Saat ini, selain bertanggung jawab pada pengadaan Perbekalan Farmasi,
farmasis yang berpraktik di rumah sakit dituntut untuk bergabung dalam tim
medis secara langsung terjun ke Ruang Perawatan Pasien (RPP). Farmasis
melakukan kunjungan ke RPP secara rutin untuk melakukan Pemantauan Terapi
Obat pasien, pemantauan ketepatan pemberian Obat kepada pasien, memberi
informasi kepada perawat tentang obat pasien, monitoring Efek Samping Obat,
dispensing sediaan steril, memberi konsultasi kepada dokter tentang pemilihan
terapi Obat dan regimennya untuk pasien tertentu, serta memberikan konseling
Obat pada pasien (Depkes RI, 2004).
Dalam melaksanakan proses asuhan kefarmasian kepada pasien, farmasis
harus membangun tim kerja yang baik dengan menghormati kode etik masing-
masing profesi. Farmasis dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan baik mandiri
maupun berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain. Selain itu, farmasis harus
mampu berkomunikasi dan berdiskusi dengan dokter, perawat, dan profesi
kesehatan lain, serta pada pasien dan keluarga untuk membahas tentang
pencapaian terapi obat pasien yang telah ditetapkan (Depkes, 2012).
Visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap baik
yang dilakukan secara mandiri maupun bersama tim dokter dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuannya adalah menilai rasionalitas penggunaan obat dengan evaluasi
20

penggunaan obat untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,


efektif, aman dan terjangkau oleh pasien (Menkes RI, 2016).
Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di rumah sakit, maka
mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk Praktik Kerja
Profesi (PKP) di rumah sakit. PKP di rumah sakit menerapkan salah satu praktik
pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan pasien. Studi kasus pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
keahlian diri dalam pembelajaran, berfikir kritis, mengidentifikasi permasalahan
dan mengambil keputusan (Schwinghammer, 2009). Adapun studi Pengkajian
Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR) dilaksanakan di RS Sembiring Deli
Tua. Studi kasus yang diambil adalah Diabetes Melitus Tipe II.
1.2. Tujuan Kegiatan
Ada pun tujuan dilakukannya studi kasus ini adalah:
- Mahasiswa profesi Apoteker diharapkan mampu melaksanakan peran dan
fungsi Apoteker di rumah sakit dalam mengelola sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit.
- Memantau penggunaan dan pemilihan obat pada pasien dengan tekanan
darah tinggi
- Mahasiswa profesi apoteker diharapkan mampu memberikan informasi
tentang obat dan aturan pakai obat untuk pasien agar mengerti tentang
aturan pakai obat.
1.3. Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat dilakukannya studi kasus ini adalah:
1. Mampu melaksanakan peran dan fungsi apoteker dirumah sakit dalam
mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dirumah sakit
2. Mampu memantau penggunaan dan pemilihan obat pada pasien dengan
tekanan darah tinggi.
3. Mampu memberikan informasi tentang obat dan aturan pakai obat untuk
pasien agar mengerti tentang aturan pakai obat.
21

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan kandungan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufiensi fungsi insulin. Insufiensi fungsi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar prankeas, atau kurangnya renposifnya sel-sel terhadap tubuh
insulin.

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau


sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Di samping
itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin
dalam memasukan glukosa ke dalam sel. Ganguan itu dapat terjadi karena
kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari
waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya
(time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut “juvenile
diabetes”, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di aats 45
tahun disebut sebagai “adult diabetes”. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak
dipertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada
usia 20-39 tahun yang menimbulkan kebingunan untuk mengklasifikasikannya.
Secar ringkas, perbedaan DM tipe 1 dan DM Tipe 2 disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1 Perbanngan Perbedaan DM tipe 1 dan 2

Perbandingan DM Tipe 1 DM Tipe 2


Umumnya masa kanak-
kanak dan remaja, Pada usia tua, umumnya
Mula muncul
walaupun ada juga pada >40 tahun
masa dewasa < 40 tahun
Keadaan klinis saat
Berat Ringan
diagnosis
22

Kadar insulin darah Rendah, tak ada Cukup tinggi, normal


Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal
Pengelolaan yang Terapi insulin, diet, Diet, olahraga,
disarankan olahraga hipoglikemia oral
23
24

BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM

3.1. Identitas Pasien


Nama : Ny.R
Tanggal lahir/Umur : 01 Juni 1972 / 50 tahun
Masuk RS : 13 Oktober 2022
Ruangan / Kelas : Edelweis 07/ Kelas 1
Diagnosa : Non-insulin-dependent diabetes melitus
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 148
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3.2. Profil Penyakit


Keluhan Utama : Nyeri seluruh perut, kembung, mual dan sesak nafas

Anamnesa : Pasien datang dengan keluhan nyeri seluruh tubuh,

kembung, mual dan sesak nafas.

Riwayat Penyakit : DM Tipe II

3.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin pasien pada tanggal 14
Oktober 2022
Tabel 3. 1 Hasil pemeriksaan laboratorium pasien
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
Kadar hemoglobin 12.5 g/dL P: 12-16 L: 13-18
Jumlah eritrosit 4.66 10^6/ µL P: 3.9-5.6 L: 4.5-6.5
Jumlah hematokrit 38.0 % P: 36-47 L: 40-45
Jumlah leukosit 15.3 10^3/ µL 4.0 – 11.0
Jumlah trombosit 373 10^3/ µL 150 – 450
Jumlah MCV 81.5 fL 80.0 – 100
Jumlah MCH 26.8 Pg 28.0 – 32.0
Jumlah MCHC 32.9 g/dL 31.0 – 35.0
25

Jumlah absolut netropil segmen 11.4 10^3/ µL 2.7 – 6.5


Jumlah absolut limfosit 1.7 10^3/ µL 1.5 – 3.7
Jumlah absolut Monosit 1.3 10^3/ µL 0.2 – 0.4
Jumlah absolut eosinofil 0.7 10^3/ µL 0 – 0.10
0.2
Jumlah absolut basofil 10^3/ µL 0 – 0.1
Persentase neotropil segmen 74.2 % 50.0 – 70.0
Persentase limfosit 11.3 % 25 – 40
Persentase monosit 8.7 % 2–8
Persentase eosinofil 4.7 % 2–4
Persentase basofil 1.1 % 0–1
W-CV 12.9 % 11.6 – 14.0
OW-SD 42.1 fL 39.0 – 46.0
Nilai PCT 0.23 % 0.16 – 0.33
MPV 6.2 fL 7.0 – 11.0
Nilai PDW 17.9 % 15.0 – 17.0

Tabel 3. 2 Hasil pemeriksaan laboratorium glukosa ad random pasien


Parameter Hasil Nilai Normal
Glukosa ad random 176.0 mg/dl < 200

Tabel 3. 3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ginjal pasien.


Parameter Hasil Nilai Normal
Ureum 21.3 mg/dl 10-50
Kreatinin 0.9 mg/dl L; 0.6-1.2 P; 0.5-0.8
26

3.4. Riwayat Pemakaian Obat Selama Perawatan

Tabel 3. 4 Riwayat Pemakaian Obat Pasien Selama Perawatan.


Aturan Tanggal Pengamatan
No Nama obat
Dosis Pakai 13/10 14/10 15/10 16/10 17/10 18/10

1 Ceftriaxone Inj 1 gr - √ - - - -

2 Ceftriaxone inj2gr drip 2 gr - - - √ √ √


100 cc NaCl 0,9 %
3 Amlodipine 5 mg/ml √ - √ √ √ √

4 Ranitidine Inj 25mg/ml √ √ √ - - -

5 Gliquidone 30 mg √ √ √ √ √ √

6 Curcuma 20 mg √ √ √ √ √ √

7 Syr Sucralfate 500 mg/5ml √ √ √ √ √ √


22

3.5. Pencatatan dan Pemantauan (SOAP)


Pencatatan dan Pemantauan SOAP pada tanggal 13 Oktober 2022 – 18
Oktober 2022
SOAP FARMASI
Hari Ke-1 (13 Oktober 2022)

Pasien cemas, pusing, nyesek, RW sinusitis, perdarahan


Subjek
dihidung
TD: 140/100 mmHg ; HR: 96x/menit ; RR: 21x/menit ;
Objek
T: 36,2oC ; SP02: 98
a. Terapi yang diberikan:
- Injeksi Ranitidin
- Amlodipine 5mg
Assesment - Curcuma tablet
- Syr Sucralfate
b. Tidak ada interaksi antara obat yang diberikan bersamaan
(medscape)
Planning - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

SOAP FARMASI
Hari ke-2 (14 Oktober 2022)

Subjek Pasien lemas, pusing, mual, nyeri pada seluruh tubuh.

TD: 110/100 mmHg ; HR: 85x/menit ; RR: 22x/menit ; T:


Objek
36.5oC

a. Terapi yang diberikan:


- Injeksi Ceftriaxone 1x24 jam
- Injeksi ranitidine 1x12 jam
- Gliquidone 1x24 jam/Pagi
Assesment
- Curcuma / 8 jam
- Syr Sucralfate/8 jam
b. Tidak ada interaksi antara obat yang diberikan bersamaan
(medscape)
- Pantau penggunaan adalat oros karena bekerja cepat (long-
action) yang dapat menyebabkan pelepasan simpatetik
Planning
refleks (takhikardia), pusing, sakit kepala, flushing dan
edema perifer

SOAP FARMASI
Hari ke-3 (15 Oktober 2022)
23

Subjek Pasien lemas, mual, tekanan darah tinggi


TD: 140/100 mmHg ; HR: 78x/menit ; RR: 20x/menit ; T:
Objek
36,3oC
a. Terapi yang diberikan:
- Amlodipine 1x24 jam
- Injeksi ranitidine 1x12 jam
- Gliquidone 1x24 jam
Assesment
- Curcuma/8 jam
- Syr Sucralfate/8 jam
a. Tidak ada interaksi antara obat yang diberikan bersamaan
(medscape)
Pantau penggunaan adalat oros karena bekerja cepat (long-
action) menurunkan tekanan darah yang menyebabkan
Planning
pelepasan simpatetik refleks (takhikardia), pusing, sakit
kepala, flushing dan edema perifer

SOAP FARMASI
Hari Ke-4 (16 Oktober 2022)

Subjek Pasien lemas, dan mual


TD: 110/70 mmHg ; HR: 85x/menit ; RR: 21x/menit ; T:
Objek
36,4oC
a. Terapi yang diberikan:
- Injeksi Cefriaxone
- Amlodipine 1x24 jam
- Gliquidone 1x24 jam
Assesment
- Curcuma/8 jam
- Syr Sucralfate/8 jam
a. Tidak ada interaksi antara obat yang diberikan bersamaan
(medscape).
Planning Dilanjutkan terapi sesuai anjuran dokter

SOAP FARMASI
24

Hari Ke-5 (17 oktober 2022)

Subjek Nyeri mulai berkurang, lemas.


TD: 140/70 mmHg ; HR: 77x/menit ; RR: 20x/menit ; T:
Objek
36,5oC
a. Terapi yang diberikan:
- Injeksi Ceftriaxone 1x12 jam
- Amlodipine 1x24 jam
- Gliquidone 1x24 jam
Assesment
- Curcuma/8 jam
- Syr Sucralfate/8 jam
b. Tidak ada interaksi antara obat yang diberikan bersamaan
(medscape)
Planning Dilanjutkan terapi sesuai anjuran dokter

SOAP FARMASI
Hari Ke-6 (18 oktober 2022)

Subjek Pasien lemas


TD: 140/100 mmHg ; HR: 83x/menit ; RR: 21x/menit ; T:
Objek
36,2oC
a. Terapi yang diberikan:
- Injeksi Ceftriaxone
- Amlodipine 1x24 jam
- Gliquidone 1x24 jam
Assesment
- Curcuma/8 jam
- Syr Sucralfate/8 jam
b. Tidak ada interaksi antara obat yang diberikan bersamaan
(medscape).
Planning Rencana PBJ (Pasien Berobat Jalan)
23

BAB IV
PEMBAHASAN

1.1. Pembahasan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi
drug related problems pada penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus tipe 2
di RSU SEMBIRING delitua pada bulan Oktober 2022. Pasien masuk Rumah
Sakit Umum Sembiring Deli Tua datang ke IGD tanpa penghantaran bidan pada
tanggal 13 oktober pukul 17:09 Wib. Kemudian di periksa oleh dokter, dengan
keluhan utama nyeri seluruh perut, gembung, mual dan sesak nafas. Diagnosa
awal pasien adalah DM tipe 2. Kemudian keluarga pasien mengisi biodata
dibagian informasi dan melengkapi berkas administrasi untuk mendapatkan
medical record (MR) dan untuk pemeriksaan selanjutnya pasien menjalani rawat
inap di kamar 07 Edelweis.

4.2 Pengkajian Tepat Pasien

Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien telah sesuai dengan


nama, tanggal lahir, serta nomor Rekam Medis (RM) pasien. Obat yang diberikan
kepada pasien juga sesuai dengan nama dan nomor rekam medik yang tertera pada
lembar pemberian obat/etiket, serta pasien telah diidentifikasi dengan cara
meminta menyebutkan nama dan tanggal lahirnya.

Tabel 4. 1 Pengkajian Tepat Indikasi dan Tepat Obat.

Pengkajian
Anamnesa Obat Yang Anjuran / Pengkajian Anjuran /
Pasien Tepat
/ Diagnosa Diberikan Intervensi Tepat Obat Intervensi
Indikasi

Nyonya -
Antibiotik Ceftriaxone Tepat - Tepat
R
(Wanita) Gastritis Injeksi Tepat - Tepat -
24

ranitidine

Amlodipine
01 Hipertensi Tepat - Tepat -
5mg
Juni
1972

1. Pengkajian Tepat Dosis

Edukasi kepada pasien oleh apoteker dimaksudkan agar pasien

menggunakan obat dengan tepat. Baik bentuk sediaan obat, aturan pakai obat,

waktu pemberian obat, menjaga pola makan serta gaya hidup untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien.

Adapun edukasi yang dilakukan meliputi:

- Menanyakan apakah pasien menerima terapi obat atau tidak.

- Memeriksa ketepatan penggunaan obat pada pasien.

- Menjelaskan indikasi dari pengobatan yang diterima pasien.

- Memantau apakah ada reaksi efek samping yang timbul dari obat yang

digunakan pasien.

Tabel 4. 2 Pengkajian Tepat Dosis


Bentu Dosis Dosis
Nama Obat Signa Keterangan Intervensi
Sediaan Lazim Pasien

Pro 500 500 Terapi


Ceftriaxonea Vial Dosis sesuai
inf mg/hari mg/hari dilanjutkan

50 50 Terapi
Ranitidine Ampul 2x1 Dosis sesuai
mg/hari mg/hari dilanjutkan

30 30 Terapi
Gliquidone Ampul 1x1 Dosis sesuai
mg/hari mg/hari dilanjutkan
25

Terapi
Amlodipine Tablet 1x1 5 mg/hari 5 mg/hari Dosis sesuai
dilanjutkan-

Curcuma 60 60 Terapi
Tablet 3x1 Dosis sesuai
mg/hari mg/hari dilanjutkan

2. Pengkajian Waspada Efek Samping Obat dan Interaksi Obat

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak

diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi

obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam proses terapi.

Pengkajian waspada efek samping obat dan interaksi obat dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini:

Tabel 4. 3 Pengkajian Efek Samping Obat dan Interaksi Obat pada tanggal 13
Oktober 2022 – 18 Oktober 2022
Efek
Interaksi Manifestasi Efek Samping Samping
Nama Obat Anjuran
Obat Klinik Umum Pada
pasien
Detak jantung tidak
Tidak ada teratur, demam, Tidak
Ceftriaxone - -
interaksi menggigil, terjadi
obat mengantuk
Sakit kepala,
hematologik, Tidak
Ranitidine - -
sembelit, diare, terjadi
mual, muntah
Hipoglikemia,
peningkatan berat Tidak
Gliquidone - -
badan, gangguan terjadi
fungsi hati
Amlodipine - Pusing, sakit kepala, Pusing dan Istirahat
kaki bengkak, sakit Sakit kepala yang cukup
perut dan mual
26

Pembengkakakn
Curcuma pada wajah, ruam Tidak
- -
kulit, kesulitan terjadi
bernafas

1.2. Edukasi pasien


Edukasi kepada pasien oleh Apoteker dimaksudkan agar pasien
menggunakan Obat dengan tepat baik jenis Obat maupun waktu pemberiannya
dan menjaga pola makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Adapun edukasi yang dilakukan meliputi:

- Menanyakan apakah pasien menerima terapi Obat atau tidak.

- Memeriksa ketepatan penggunaan Obat pada pasien.

- Menjelaskan indikasi dari pengobatan yang diterima pasien.

- Memantau apakah ada reaksi efek samping yang timbul dari Obat yang

digunakan pasien.
27

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
satu periode.
2. Penggunaan obat pada pasien Nyonya R dengan diagnosa Diabetes melitus
tipe II dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian meliputi tepat pasien,
tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat pada
pasien.

5.2. Saran
1. Diharapkan kepada pasien agar patuh dalam penggunaan obat baik dalam
bentuk injeksi maupun tablet agar tidak terjadi resistensi obat yang digunakan
lebih efektif
2. Kepada seluruh tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kerjasama dan
komunikasi antar teman sejawat. Apoteker untuk lebih meningkatkan kegiatan
pelayanan farmasi klinis secara berkesinambungan demi meningkatkan
rasionalitas penggunaan obat di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai