Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FARMASI KLINIS

PHARMACEUTICAL CARE DIABETES MELITUS TIPE II

Dosen Pengampu : apt.Ovi Kariani M.Farm dan apt.Gilang Rizki M.Farm

Semarang, 15 April 2021

Disusun :

Icha Wahyuni Oktavia

,418053

PRODI S-1 FARMASI

STIKES TELOGOREJO SEMARANG


2021/2022

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu Mengidentifikasi promlem medik sesuai prioritas, data objektif, dan data
klinik
2. Mahasiswa mampu melakukan pharmaceutical care dengan analisis SOAP dan
menyusun Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK)
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian profil terapi pasien secara benar
4. Mahasiswa mampu mengintepretasikan data laboratorium dan data klinik sesuai kasus

B. LANDASAN TEORI
Diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor. Pada
diabetes mellitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin. Diabetes melitus diklasifikasikan atas DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan
DM pada kehamilan. Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Decroli, 2019).
Diabetes Melitus adalahpenyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang
dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan (Buraerah, 2010)
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel
terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang
normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes
mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus (Slamet, 2008)
Penderita DM tipe 2 masih dapat menghasilkan insulin akan tetapi, insulin yang
dihasilkan tidak cukup atau tidak bekerja sebagaimana mestinya di dalam tubuh
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh. DM tipe 2 umumnya
diderita pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas (Smeltzer & Bare,
2002). Diabetes mellitus tipe 2 dikarakteristikkan oleh adanya hiperglikemia, resistensi
insulin, dan adanya pelepasan glukosa ke hati yang berlebihan (Ilyas, 2009).
ETIOLOGI
Penyebab DM tipe 2 diantaranya oleh faktor genetik, resistensi insulin, dan
faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor pencetus diabetes diantaranya
obesitas, kurang gerak/olahraga, makanan berlebihan dan penyakit hormonal yang
kerjanya berlawanan dengan insulin (Suyono & Subekti, 2009).

EPIDEMOLOGI
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422 juta
penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari tahun
1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang tinggi terdapat di
wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang jumlahnya mencapai setengah
dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh dunia. Satu dari sebelas penduduk
adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian disebabkan oleh DM maupun
komplikasi dari DM (WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014
berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya untuk
penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM yang belum
terdiagnosis. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita
DM terbanyak pada tahun 2014. Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke7
penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 7,6 juta (Perkeni,
2015).

PATOFISIOLOGI
Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak dibelakang lambung.
Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam peta,
sehingga disebut pulau Langerhans pankreas. Pulau-pulau ini berisi sel alpa yang
menghasilkan hormon glucagon sel β yang menghasilkan insulin. Kedua hormon
ini bekerja berlawanan, glucagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin
bekerja menurunkan kadar glukosa darah ( Price& Wilson, 2006)
Insulin yang dihasilkan oleh sel β pankreas dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam
sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Jika insulin tidak ada atau
jumlahnya sedikit, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga
kadarnya di dalam darah tinggi atau meningkat (hiperglikemia). Pada DM tipe 2
jumlah insulin kurang atau dalam keadaan normal, tetapi jumlah reseptor insulin
dipermukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang
kunci pintu masuk ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak,
namun karena jumlah lubang kuncinya (reseptor) berkurang, maka jumlah glukosa
yang masuk ke dalam sel berkurang (resistensi insulin). Sementara produksi
glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah
meningkat (Subekti & Suryono, 2009).
Resistensi insulin pada awalnya belum menyebabkan DM secara klinis, sel β
pancreas masih bisa melakukan kompensasi. Insulin disekresikan secara
berlebihan sehingga terjadi hiperinsulenemia dengan tujuan normalisasi kadar
glukosa darah. Mekanisme kompenasi yang terus-menerus menyebabkan kelelahan
sel β pancreas, kondisi ini disebut dekompensasi dimana produk insulin menurun
secara absolute. Resistensi dan penurunan produksi insulin menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah.

GEJALA
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala akut
diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum),
Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4kg (Restiana, 2015)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Profil terapi pasien (resep obat)
2. Buku referensi rujukan dan jurnal pendukung lainnya
3. Etiket dan lembar kerja mahasiswa

D. CARA KERJA

1. Memasuki room zoom yang berdasarkan link yang sudah dibagikan oleh
dosen di google class

2. Melakukan Assesment profil terapi yang diberikan berdasarkan Analisa

DRP’s menggunakan metode SOAP dengan mengintegrasikan data objektif


dan data subjektif pasien dalam lembar kerja

3. Konfirmasikan ke penulis resep dan berdiskusilah dengan apoteker terkait DRP’s


yang terjadi

4. Membuat RPK meliputi rekomendasi dan monitoringnya

5. Membuat RPK meliputi rekomendasi dan monitoringnya

E. EVALUASI
Meliputi 3 aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif

Anda mungkin juga menyukai