Anda di halaman 1dari 11

Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Gabriella Selara Pangarepo


102014085
FF26
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta
gabriellaselara@gmail.com

Pendahuluan

Kamis, 20 Juli 2017, saya berserta kelompok Family Folder 26 diberi tugas melakukan kunjungan
rumah salah satu pasien di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan dan juga membuat family
folder dari keluarga pasien tersebut. Family Folder merupakan dokumen lengkap suatu keluarga
terutama dalam hubungannya dengan derajat kesehatan. Sistem family folder adalah pencatatan
rekam medis dengan cara satu file untuk satu keluarga. Makalah ini sendiri dibuat dengan tujuan
mengkaji dan membahas penyakit diabetes mellitus dan scabies pada masyarakat dan kaedah
tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga.
Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien
menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam
profile the five stars doctor. Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga meliputi: komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi
usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu
(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan
untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara mengikuti
seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah pribadi/perorangan
seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang
sebagai satu kesatuan dengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideology, politik,
ekonomi, social, budaya, agama, keamanan dan lingkungannya).

Isi

Dokter Keluarga

Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran
menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya
kunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara
lain:

1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien

2. Meningkatkan hubungan dokter pasien

3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien

Manfaat kunjungan ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswa dapat
menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama menurut Blum, keempat faktor tersebut
adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia, dan lingkungan. a) Factor genetik: Paling
kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibanding ketiga faktor yang
lainnya. b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan
masyarakat. c) faktor perilaku: di negara berkembang faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat. Perilaku individu / kelompok masyarakat
yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya
suatu penyakit. d) faktor lingkungan: lingkungan yang terkendali akibat sikap hidup dan perilaku
masyarakat yang baik akan menekan berkembangnya masalah kesehatan.
Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan sindrom homeostasis gangguan energi yang disebabkan oleh
defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan mengakibatkan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak tidak normal. Individu yang menderita diabetes tergantung insulin menghadapi
beban serius yang meliputi kebutuhan mutlat insulin eksogen setiap harinya, kebutuhan untuk
memonitor pengendalian metabolik dirinya dan kebutuhan untuk memperhatikan terus-menerus
pada masukan diet. Morbiditas dan mortalitas yang berasal dari kekacauan metabolik dan dari
komplikasi jangka panjang yang memepengaruhi pembuluh kecil dan besar serta menyebabkan
retinopati, nefropati, penyakit jantung iskemik, dan obstruksi arteri dengan gangren tungkai.1

Manifestasi klinis akut dapat sepenuhnya dimengerti dalam lingkungan pengetahuan sekarang
tentang sekresi dan kerja insulin; pertimbangan genetik dan etiologi lain yang mengarah pada
mekanisme autoimun sebagai faktor pada kejadian diabetes tipe I, dan ada konsensus yang muncul
bahwa komplikasi jangka panjang terkait dengan gangguan metabolik. Pertimbangan-
pertimbangan ini membentuk dasar pendekatan terapeutis terhadap penyakit ini.

Tabel 1. Kriteria diabetes mellitus menurut WHO.2

Glukosa Plasma Vena (mg/dL)

Puasa 2jam PP

Normal <100 <140

Diabetes mellitus ≥140 ≥200

TGT 100-139 140-199

Diabetes mellitus, (bahasa Yunani : diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus,
rasa manis) adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari :

• defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.

• defisiensi transporter glukosa.

• atau keduanya.

Gangguan metabolisme ini menyebabkan tubuh kekurangan energi, itu sebabnya penderita
diabetes melitus umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar. Gejala umum yang dirasakan
bagi penderita diabetes yaitu :

• Banyak kencing (polyuria) terutama pada malam hari

• Gampang Haus dan banyak minum (polydipsia)

• Mudah lapar dan banyak makan (polyphagia)

• Mudah lelah dan sering mengantuk

• Penglihatan kabur

• Sering pusing dan mual

• Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu

• Berat badan menurun meskipun makannya diperbanyak

• Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki

Semua Gejala itu merupakan efek dari kadar gula darah yang tinggi yang akan mempengaruhi
ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk mengencerkan glukosa
sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak (poliuri) dan Akibat poliuri
ini maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah
besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan (polifagi).1,3
Faktor Resiko Diabetes Melitus
Berbagai bentuk faktor resiko DM, seperti modified dan unmodified risk factors, risiko sosial,
ekonomi, lingkungan, genetic dan gizi.

Resiko lingkungan DM berkaitan dengan faktor-faktor:


 Geographic variation (ditemukan variasi geografis di berbagai bagaian negeri di Cina).
 Temporal variation
 Migrant risk in new environment (ditemukan pada kelompok migrant Cina dan jewis).
DM tipe 2 adalah hasil interaksi faktor genetic dan keterpaparan lingkungan. Faktor genetik akan
menentukan individu yang suseptibel atau rentan kena DM. faktor lingkungan disini berkaitan
dengan 2 faktor utama kegemukan (obesitas) dan kurang aktivitas fisik. Karena itu, kelak kedua
faktor ini ternyata kalau dikendalikan akan memberikan hasil yang efektif dalam pengendalian
diabetes.
Bukti peran faktor genetik diperoleh dari penelitian pada anak kembar yang keduanya beresiko
terhadap DM. Pengaruh lingkungan dapat dibuktikan dengan migrant study. Misalnya, orang
Jepang yang pindah ke Hawai lebih tinggi DM-nya dibandingkan mereka yang tetap di Jepang.
DM tipe 2 ditandai dengan 4 gangguan metabolik utama, yaitu: (1) hiperglikemia kronik, (2)
resistensi insulin, (3) reduksi respons insulin, dan (4) peningkatan pengeluaran glukosa hepar.
Tidak jelas yang mana dari keempatnya yang dulu terjadi. Namun diperkirakan perkembangan
DM 2 melalui tahapan tertentu.
Faktor resiko utama DM tipe 2,yaitu:
1. Genetic: mempunyaib orang tua/keluarga dengan DM tipe 2
2. Obesitas (terutama central obesity)
3. Physical inactivity
4. Pengalaman dengan diabetic intrauterine
5. Riwayat minum Susu formula (cow milk) pada waktu bayi
6. Low birth weight (LBW)
Pengalaman dengan diabetic intrauterine ditandai dengan riwayat kehamilan abnormal, berupa
abortus berulang-ulang, lahir mati, malformasi, toxwmia gravidarum, berat badan bayi lebih 4 kg;,
glusuria renal waktu hamil dan diabetics gestational.
Kalau susu sapi di curigai sebagai resiko DM, sebaliknya dengan ASI. ASI eksklusif, minimal 2
bulan, ternyata berhubungan dengan reduksi 50% DM di kalangan dewasa.
DM tipe 2 memang mempunyai berbagai faktor resiko baik genetic maupun lingkungan. Berbagai
faktor resiko ini sangat penting diperhatikan dalam mencari upaya efektif untuk menahan laju
perkembangan ataupun untuk menghentikan peningkatan DM.
Dalam masyarakat, mereka yang kelompok resiko (high risk group) DM;
1. Usia >45 tahun.
2. Berat badan lebih (BBR>110% atau IMT >25kg/m).
3. Hipertensi (>140/90 mmHg).
4. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi >4000 gram
5. Pernah diabetes sewaktu hamil
6. Riwayat keturunan DM
7. Kolesterol HDL <35mg/dl atau trigliserida >250 mg/dl.
8. Kurang aktivitas fisik.
Faktor resiko ini bervariasi menurut jenis kemungkinan resiko yang diperkirakan akan terjadi.
Resiko bisa dibedakan atas jenis resiko menderita DM dan resiko meninggal akibat DM. resiko-
resiko ini berbeda antarregion, etik dan sosial ekonomi masyarakat.1-3

Kunjungan ke rumah pasien

Kamis, 20 July 2017, saya berserta kelompok Family Folder 26 diberi tugas melakukan kunjungan
rumah salah satu pasien di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan. Waktu di Puskesmas saya
dibantu oleh dokter muda yang ada disana untuk mencari pasien yang bersedia untuk dikunjungin
rumah nya sama saya. Akhirnya saya menemukan seorang pasien ibu-ibu yang menderita diabetes
mellitus disini ibu tersebut sedang memeriksakan kesehatannya bersama dengan suaminya juga.
Setelah dari puskesmas saya dan satu orang teman saya, mengikuti ibu dan suaminya ini pulang
kerumah. Sepanjang perjalan kerumah ibu ini saya melihat lingkungan tempat tinggal sekitarnya
dimana kata ibu tersebut bilang kalau daerah ini sering kebanjiran. Selain itu juga saya melihat ada
sungai kecil dimana sungai ini sangat kotor, banyak sampah, juga sisa-sisa dari limbah cucian dari
masyarakat sekitar. Sesampainya dirumah pasien, saya mulai memperkenalkan diri kembali juga
melakukan info consent terkait dengan apa yang akan saya lakukan di rumah pasien ini.
Saya melakukan anamnesis , pasien ini bernama ibu Parijah usia 62 tahun, pekerjaan sehari-
harinya ibu rumah tangga sambil bantu-bantu di warteg dekat rumah karena ibu ini sudah pensiun,
sebelumnya ibu parijah bekerja di rumah sakit yaitu bantu-bantu bungkus obat. Ibu Parijah
beragama muslim, suku jawa. Sudah menikah dan punya 2 orang anak dan 5 cucu. Keluhan utama
pada ibu ini adalah ia merasa badannya lemas, selain itu suka kencing pada malam hari. Dengan
keluhan tambahan gatal-gatal. Diketahui ibu ini sudah menderita diabetes mellitus sebelumnya.
Ibu ini juga rutin meminum obat. Sedangkan untuk pola makan, ibu parijah suka mengkonsumsi
yang manis-manis, biasa minum teh manis 3-4x sehari, ditambah suka jajan gorengan. Di keluarga
tidak ada yang menderita DM sebelumnya. Dulunya ibu parijah pernah sakit kanker rahim stadium
2A waktu usia 46 tahun dan sudah pernah disinar 30x serta operasi. Ibu parijah rajin berolahraga
dengan jalan santai tiap pagi. Hubungan dengan suami dan anak-anaknya juga baik. Ibu parijah
juga masih aktif ikut kegiatan di sekitar rumah seperti pengajian. Ibu parijah anak pertama dari 2
orang bersaudara dimana adiknya meninggal karna sakit tua. Dikeluarga ibu parijah untuk
kesehatannya sedang. Untuk kebersihan perorangan juga kurang terlihat dari rambut, kuku dan
pakaian. Untuk penyakit yang sedang diderita oleh suaminya adalah vertigo dan scabies, anak dan
cucunya juga sedang mengalami sakit scabies. Untuk penyakit keturunan tidak ada, sedangkan
penyakit menular ada yang sedang menderita scabies. Pola makan dan istirahat baik, dan teratur,
rajin mengkonsumsi sayur dan buah. Disini ibu parijah tinggal berdua dengan suaminya dan
bersebelahan rumah dengan anak nya yang nomor 2. Untuk kebiasaan buruknya adalah dalam hal
mencuci tangan serta kebersihan perorangan. Dalam hal mengambil keputusan adalah kedua
anaknya. Sedangkan untuk tempat mencari pelayanan kesehatan pertama adalah puskesmas.
Dikeluarga ibu parijah juga tidak ada yang ketergantungan obat. Dan untuk pola rekreasi kurang.
Untuk keadaan rumah dan lingkungan cukup berisiko untuk terkena penyakit scabies. Diliat dari
tempat tidurnya, lantai yang jarang dibersihkan. Untuk jenis bangunan permanen, lantai keramik,
luas rumah sekitar 20 m2, penerangan rumah sedang. Kebersihan kurang terlihat dari keadaan
rumahnya yang jarang di rapikan. Ventilasi kurang cuma ada satu diruang tamu. Dapur ada,
jamban keluarga ada, jarak ke sumber air minum jauh. Untuk sumber air minum berasal dari air
galon isi ulang. Sumber pencemaran air tidak ada. Pemanfaatan pekarangan rumah tidak ada, dan
sistem pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah ada. Untuk sanitasi lingkungan
kurang. Dari segi spiritual keluarga seperti ketaatan beribadah baik, dan untuk kenyakinan tentang
kesehatan juga baik. Dari segi sosial keluarga seperti tingkat pendidikan kurang, ibu parijah dan
suami hanya tamat sekolah dasar, sedangkan ke dua anaknya tamat SMA. Hubungan dengan
anggota kelurga dan orang lain juga baik. Dikeluarga ibu parijah juga rutin ikut kegiatan di mesjid
dekat rumah. Sedangkan untuk keadaan ekonomi kurang hanya cukup untuk kebutuhan makan
sehari-hari. Untuk adat yang berpengaruh tidak ada.

Setelah anamnesis saya melakukan pemeriksaan fisik seperti melihat keadaan fisik pasien secara
umur, untuk tekanan darah 120/70 mmHg, gula darah 230. Status gizi baik. Tetapi disini terlihat
badan ibu parijah tampak merah-merah disekitar tangan disertai rasa gatal terutama disela-sela jari,
dimana rasa gatalnya sering terjadi dimalam hari.

Kalau dari anamnesis pemeriksaan fisik dan gejala klinis yang ada secara biopsikososial ibu
parijah menderita scabies, karena dalam satu rumah nya juga ada yang sedang menderita scabies.
Ditambah dengan penyakit diabetes mellitus yang sedang dideritanya saat ini. Untuk psikologi nya
gangguan cemas karena udah rutin minum obat tapi gula darahnya masih tinggi. Untuk sosial nya
tidak ada.

Penatalaksanaan penyakit dan edukasi

a. Health Promotion
Health promotion adalah upaya perubahan/ perbaikan di bidang kesehatan disertai dengan
upaya pengaruh lingkungan dan lain-lain, yang sangat berpengaruh dalam bidang
kesehatan. Promosi kesehatan meliputi penyuluhan atau pendidikan di bidang kesehatan,
ini merupakan bagian penting dari promkes. Promosi kesehatan juga berarti upaya yang
bersifat Promotif (peningkatan), Kuratif (pengobatan), Rehabilitatif (pemulihan).dalam
rankaian upaya kesehatan yang komperhensif.
Untuk diabetes nya sendiri
a. Promotif : Penyuluhan tentang definisi penyakit DM, gejala DM serta faktor resiko dan
memberikan informasi tentang makanan untuk mencegah kekambuhan penyakit.
Menjelaskan tentang pentingnya kepatuhan obat.
b. Preventif : Pencegahan penyakit DM adalah menjaga pola makan dan olahraga secara
teratur.
c. Kuratif : Pengobatan dengan cara teratur minum obat dan control ke puskesmas tepat
waktu agar kadar gula darah puasa < 100 mg/dl, 2 jam PP < 140.
d. Rehabilitatif : Menjaga pasien agar tidak terjadi kecacatan atau sequlae akibat dari
penyakit DM yaitu diabetic foot. Diabetic foot adalah luka yang sering menyebabkan
pasien DM harus diamputasi. Keadaan ini disebabkan oleh terjadinya kematian jaringan.
Serta menjaga perluasan komplikasi akibat DM.

Untuk scabiesnya
a. Promotif : Penyuluhan tentang definisi penyakit scabies, gejalanya serta faktor resiko
dan memberikan informasi tentang menjaga kebersihan rumah untuk mencegah
kekambuhan penyakit. Menjelaskan tentang pentingnya kepatuhan pemakaian obat.
b. Preventif : Pencegahan penyakit scabies adalah dengan menjaga pola kebersihan rumah
terutama tempat tidur, handuk, seprei yang rajin dicuci.
c. Kuratif : Pengobatan dengan cara teratur menggunakan cream obat dan mengobati satu
rumah yang terkena juga.
d. Rehabilitatif : Menjaga pasien agar tidak terjadi kekambuhan atau keparahan.

Prognosis

1. Penyakit : Bila pasien teratur meminum obat yang diberikan


dan selalu memeriksa gula darah ke Puskesmas secara teratur, dan
didukung dengan pola hidup sehat yang baik serta menjaga
kebersihan maka prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et
bonam).
2. Keluarga : Adanya hubungan yang baik antar anggota
keluarga pasien serta keluarga yang sangat mendukung kesehatan
pasien.
3. Masyarakat : Prognosis masyarakat baik jika masyarakat tahu
faktor resiko dan gejala diabetes mellitus untuk diagnosis dini
penyakit tersebut sehingga mencegah kematian dan kecatatan serta
komplikasi akibat penyakit tersebut.
Resume

Ny. Parijah mempunyai keluhan utama yaitu Diabetes Mellitus yang disertai gatal-gatal yang
disebabkan oleh scabies. Pasien rutin kontrol ke puskesmas dan sudah mengkonsumsi obat
penurun gula darah secara rutin. Namun diliat dari pola makan pasien sering mengkonsumsi
yang manis-manis. Selain itu di keluarga pasien ada yang menderita penyakit scabies yaitu cucu
dari pasien. Diliat dari keadaan rumah dan lingkungan ,rumah pasien tergolong kurang sehat
dilihat dari adanya ventilasi, sirkulasi udara dalam ruangan yang kurang baik dan penerangan
yang sedang. Jamban di rumah pasien juga kurang bersih, lingkungan sekitar rumah dan
pekarangan kurang bersih dan sedikit berantakan. Pasien dianjurkan untuk melakukan
pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara
teratur, kontrol tekanan darah dan gula darah secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga
secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku
hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien yang juga dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat
sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah dan gula darah secara teratur dan hidup dengan
pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula
oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk menjaga kebersihan di
lingkungan sekitar rumah yang harus didukung oleh pihak keluarganya juga seperti rajin
menjemur kasur membersihkan kamar.

Saran

a) Puskesmas

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui


penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.

b) Pasien

• Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,


sehingga mengurangi beban pikirannya.
• Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga
kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.
• Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat.
Kesimpulan

Penyakit Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan kegagalan relatif sel β dan
resistensi insulin yang dapat sembuh jika didiagnosis cepat dengan menjaga pola makan dan
pengobatan yang adekuat dan didukung dengan program dari suami dan anak-anak pasien yang
mengingatkan untuk minum obat dan sewaktu kunjungan pasien sudah merasa tidak terganggu
aktivitas sehari – harinya .

Pemberian pemahaman yang benar tentang perawatan mandiri pasien DM kepada pasien dan
keluarga, penderita DM dapat hidup layaknya seperti orang lain yang sehat, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produktifitas dan tingkat kesejahteraan keluarga dimana pasien tersebut
tinggal.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga Medical


Series; 2007. h.138-9.
2. Suyono Slamet. Diabetes di Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid III, 2009; Ed.
V. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : h. 1855-1856.
3. Hendra U. Penatalaksanan diabetes melitus terpadu. Jakarta: EGC;2005.h.15-6.

Anda mungkin juga menyukai