Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu.

2.1.1 Penelitian ini pernah dilakukan oleh Rudi (2010) dengan judul

hubungan terapi diet Diabetes Mellitus terhadap kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus rawat inap di RSUD Waluyo Jati Kraksaan

probolinggo. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa rata-rata pasien

mengalami penurunan kadar gula darah. Penurunan kadar gula darah

pasien saling dipengaruhi oleh terapi diet yang sesuai bagi pasien yang

diberikan oleh rumah sakit juga dipengaruhi oleh terapi obat yang

diberikan. Yang membedakan penelitian kali ini adalah jika penelitian

terdahulu menekankan terhadap tingkat konsumsi pasien diabetes

mellitus dan asupan energy dan zat gizi pasien diabetes mellitus

terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Penelitian kali ini

menekankan kepada terapi diet penderita diabetes mellitus terhadap

kadar gula darah dan lama rawat inap.

2.1.2 Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rani (2010) yang berjudul

tingkat kepatuhan Diet DM berdasarkan prinsip 3j (tepat jadwal, tepat

jenis, dan tepat jumlah ) terhadap jumlah hari rawat inap di RSUD

Waluyo Jati Kraksaan probolinggo. Hasil penelitian ini menyebutkan

bahwa pada pemeriksaan laboratorium kadar gula darah dari awal

pemeriksaan dan akhir pengamatan rata-rata ada yang menurun dan

meningkat. Hal ini disebabkan Karen ada pengaruh penerapan 3J. dan

ada hubungan antara kepatuhan diet DM berdasarkan prinsip 3J

6
7

terhadap jumlah hari rawat inap pasien diabetes mellitus. Yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah penelitian terdahulu menekankan kepada tingkat kepatuhan Diet

pasien terhadap jumlah hari rawat inap. Dan penelitian kali ini

menekankan kepada kadar gula darah dan jumlah hari rawat inap.

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas. Selain itu, diabetes juga mempunyai pengaruh yang sangat

besar dalam alokasi biaya untuk pelayanan kesehatan (Hogan dkk.,

2003).

Diabetes melitus adalah sebuah sindroma yang disebabkan oleh

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Secara klinis

dikarakterisasi oleh gejala intoleransi glukosa dan perubahan dalam

metabolisme lipid dan protein. Abnormalitas metabolisme, terutama

hiperglikemia, dapat menyebabkan komplikasi lain seperti neuropati,

retinopati, dan nefropati (Carlisle, 2005).

Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit kronis

yang berpengaruh pada kondisi kesehatan pasien (Redekop dkk., 2002).

DM tipe 2 mempunyai angka kejadian yang mencapai 85-95% kasus

dari keseluruhan kasus diabetes yang ada di negara maju dan persentase

tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi di negara yang sedang

berkembang (Akca dan Cinar, 2008).


8

Diabetes mellitus adalah abnormalitas hormone insulin yang

ditandai dengan tingginya nilai kadar gula (glukosa) darah. (Garnadi,

2012 )

2.2.2 Etiologi

Secara awamnya diabetes melitus disebabkan oleh

ketidakmampuan insulin dalam membantu penyerapan glukosa di

dalam darah untuk masuk ke dalam sel dan kelebihannya akan disimpan

dalam bentuk lemak didalam tubuh kita. Akibatnya makanan yang tadi

mengandung karbohidrat, di dalam tubuh kita akan dirobah menjadi

glukosa yang merupakan sumber tenaga kita dalam beraktifitas.

Kelebihan glukosa dalam darah ini akan disimpan dalam bentuk

tumpukan lemak ditubuh kita.

Karena begitu pentingnya peranan insulin maka kita dapat

membagi Diabetes Melitus menjadi DMTI (Diabetes Melitus

Tergantung Insulin) dan DMTTI (Diabetes Melitus Tidak Tergantung

Insulin). DMTI disebabkan oleh destroktif sel pulau langer hans akibat

proses autoimun. Sedangkan DMTTI disebabkan oleh oleh kegagalan

relatif sel pada resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya

kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh

jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa untuk sel hati.

Sel ini tidak bisa mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya yang

berarti terjadi defisiensi insulin relatif. Ketidak mampuan ini terlihat

dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukos naupun pada


9

rangsangan glukosa bersama bahan sekresi insulin lain. Berarti sel

pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.

2.2.3 patofisiologi

Untuk mempelajari patofisiologi ini kita akan membagi penyakit

Diabetes Melitus ini menjadi 3 bagian :

2.2.3.1 Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 muncul akibat pangkreas yang memproduksi

sel beta mengalami kerusakan total. Ia sama sekali tidak mampu

menghasilkan insulin. Kerusakan ini terjadi saat system imun

mendeteksi sel beta sebagai sebuah sel yang asing bagi tubuh.

Umumnya diabetes tipe 1 ini di derita oleh mereka yang berusia

dibawah 40 tahun. Atau paling sering terjadi pada anak-anak usia

10-15 tahun. Factor utama diabetes tipe 1 disebabkan oleh factor

turunan alias gen yang diturunkan dari garis ibu atau ayah.

Diabetes tipe 1 memiliki gejala yang sama dengan gejala

klasik. Produksi urin berlebihan, rasa haus yang tak kunjung

hilang, nafsu makan yang terus meningkat, berat badan menurun

drastis, dan rasa lelah yang tak kunjung hilang. Juka tidak segera

diatasi penderita diabetes tipe 1 akan cepat tidak sadarkan diri.

Kondisi ini disebut dengan nama koma ketoasidosis atau koma

diabetic. Hingga saat ini diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan

suntikan insulin. (Phaidon. Dr, 2012)


10

2.2.3.2 Diabetes Tipe 2

Pada diabeates tipe 2 pangkreas bekerja dengan baik, kondisi

insulin cukup, tapi justru reseptor insulin yang jelek. Diabetes tipe

2 justru di sebabkan dan dipercepat oleh gaya hidup. Konsumsi

lemak dan gula berlebihan dan proses penuaan yang menyebabkan

turunnya massa otot yang merupakan konsumsi gula terbesar dalam

tubuh kita serta tidak melakukan olahraga dengan sadar karena

kedua kejadian tersebut. Diabetes tipe 2 umumnya menyerang

mereka yang berusia diatas 40 tahun.

Factor utama diabetes tipe 2 tidak lain adalah kegemukan.

Meski tidak menutup kemungkinan factor gen juga berperan

penting. Gejala klasik pada diabetes mellitus tipe2 berjalan lambat.

Atau bahkan ada pula penderita yang tidak mengalami gejala-gejala

klasik tapi tiba-tiba mengidap diabetes tipe 2. Jika tidak segera

diatasi diabetes tipe 2 berpotensi mengalami komplikasi pada organ

tubuh lain. Komplikasi bisa menyerang jantung, syaraf, ginjal atau

mata. Penderita diabetes tipe 2 yang sudah akut pun dapat

mengalami koma hipoglikemik. Mengingat factor utamanya

kegemukan maka cara yang paling efektif adalah mengubah pola

hidup. (Phaidon. Dr, 2012)

2.2.3.3 Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional adalah diabetes yang terjadi saat hamil

saja. Biasanya terjadi pada perempuan yang hamil di minggu ke-24

atau bulan ke enam. Saat si ibu sudah melahirkan, dengan

sendirinya diabetes gestasional inipun akan hilang. Beberapa

penelitian menyebutkan kalau proses pengiriman makanan ke janin


11

melalui plasenta bisa menjadi penyebabnya. Hormone yang dikirim

dapat membuat janin tumbuh besar, tetapi hormone tersebut juga

bisa menghambat kerja insulin dalam tubuh ibu, alias terjadi

resistensi insulin. Penelitian lain yang mengatakan penggunaan

kontrasepsi hormone tipe tertentu juga bisa menjadi penyebabnya.

Apalagi selama lima tahun sebelum ibu hamil mengonsumsi obat

kontrasepsi hormonal dengan kadar progestin androgenic yang

cukup tinggi.

Pada diabetes gestasional gejala yang timbul hampir sama,

yakni terus menerus buang air kecil, merasa haus, dan nafsu

makanyang meningkat. Jika tidak dikendalikan dengan baik efek

diabetes gestasional dapat berdampak buruk terhadap ibu dan bayi.

Bayi bisa lahir dengan berat diatas 4 Kg dan menderita

hipoglekemi, sukar bernafas atau bahkan berpotensi mengalami

kematian. Diabetes gestasional dapat diobati dengan pemberian

insulin. (Phaidon. Dr, 2012)

2.2.4 Factor Pencetus

Banyak fakta yang menyebabkan timbulnya diabetes melitus, seperti :

1. Keturunan

Sekitar 15 % – 20 % penderita NIDDM mempunyai riwayat

diabetes melitus, sedangkan pada IDDM sebanyak 60 % berasal

dari keluarga Diabetes Melitus.

2. Virus

Studi epiodemiologi di Inggris dan Swedia menunjukan akibat

penyakit parotitis (infeksi virus yang menyerang sel B pankreas)


12

3. Obesitas (kegemukan)

Pada orang gemuk aktivitas insulin di jaringan lemak dan otot

menurun. Penurunan insulin itulah yang dapat memicu terjadinya

diabetes melitus.

4. Usia

Pada orang-orang yang telah berumur, fungsi organ tubuh telah

menurun. Hal ini tersebut mengakibatkan antara lain aktifitas sel β

pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi menurun. Selain itu

juga sensitivitas sel-sel jaringan berkurang sehingga tidak

menerima insulin.

5. Diet

Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh juga dapat

menyebabkan terjadinya diabetes. Kasus diabetes pada orang

Yahudi Yemenit rendah karena makanan yang mereka konsumsi

sehari-hari rendah karbohidrat dan tinggi protein. Demikian pula

dengan orang-orang Afrika yang makanannya banyak mengandung

serat pangan, sehingga kasus diabetes relatif kecil.

6. Hormon

Ada beberapa hormon seperti glukagon, hormon pertumbuhan dan

hormon tiroksin, epinefrin serta kortisol yang mepunyai aktivitas

antagonistik terhadap insulin. Sehingga apabila produksi dari

hormon-hormon tersebut meningkat maka manifestasi

hiperglikemia akan muncul.


13

7. Obat

Jenis obat-obatan seperti diuertika, adrenalin, kortikosteroid, oral

kontrasepsi, butasolidin dan obat-obat yang mengandung ekstra

tiroid dapat meningkatkan kadar gula darah. Namun peningkatan

kadar gula darah akibat penggunaan obat-obat tersebut masih

belum dapat diketahui dengan pasti.

2.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus

1. Hipoglikemi

Hipoglekemia adalah suatu keadaan seseorang dengan kadar gula

darah dibawah normal. Ada 4 macam hipoglekemia.

a) Hipoglekima murni jika kadar gula darah mkurang dari 50

mg/dl.

b) Reaksi hipoglikemia akibat penurunan kadar gula darah secara

mendadak.

c) Koma hipoglekemia akibat kadar gula darah yang sangat rendah

d) Hipoglekemia relative jika hipoglikemia terjadi 3-5 jam setelah

makan. (Retno, 2012)

Ini merupakan kondisi ketika kadar gula darah tubuh berada dalam

tingkat yang sangat rendah. Kadar gula rendah membuat tubuh

kekurangan eneri dan otak kekurangan suplai makanan. Gejala

awal akan terlihat pucat, detak jantung meningkat, tubuh

berkeringat, kelelahan, dan rasa lapar berlebihan. Ketika

hipoglekimi menyerang yang perlu dilakukan adalah


14

mengkonsumsi glokosa dengan jumlah yang sangat sedikit.

(Phaidon. Dr, 2012)

2. Koma diabetic

Dikenal juga dengan nama ketoasidosis, yaitu kondisi ketika gula

darah berada di atas normal tapi tidak terlalu tinggi. Gejala yang

terjadi antara lain perasaan pening dan rasa ingin muntah, detak

jantung meningkat, rasa lelah dan lemas yang amat sangat, dan

nafas berbau aseton. (Phaidon. Dr, 2012)

3. Sindrom hiperosmolar

Pada kondisi ini gula darah sudah berada diatas normal. Gejala

yang timbul adalah rasa haus yang amat sangat, terus menerus

buang air kecil, kelelahan, keram kaki, dehidrasi, dan mulai

kehilangan darah. (Phaidon. Dr, 2012)

4. Koma lakto asidosis

Komplikasi ini diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan asam

laknat tidak bisa diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya kadar asam

laknat dalam darah meningkat (hiperlaktatemia) dan akhirnya

menimbulkan koma. Keadaan ini bisa terjadi akibat infeksi,

gangguan faal hepar, ginjal, diabetes mellitus yang mendapat

pengobatan dengan phenformen. Gejala yang timbul biasanya

berupa stopor hingga koma. Pemeriksaan gula darah biasanya

hanya menunjukkan hiperglekemia ringan. (Retno, 2012)


15

5. Jantung

Kondisi kadar gula darah yang sudah berada diatas normal dapat

menyerang dinding pembuluh darah. Kondisi ini biasa terjadi

seiring dengan tekanan darah tinggi yang menyebabkan

meningkatnya kadar lemak jahat dan kolestrol. Dengan begitu, kita

bisa terkena serangan jantung koroner. Biasanya pengobatan dalam

kndisi ini hanya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan

secara intensif atau operasi. Hal terparah dari komplikasi diabetes

mellitus yang menyerang jantung adalah gagal jantung. (Phaidon.

Dr, 2012)

6. Makroangiopati

Makroangipati disebut juga dengan arterioselerosis diabetik yaitu

penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri yang melibatkan

pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah

tepi, serta pembuluh darah otak. Pasien diabetes melitus dengan

kelainan makrovaskuler dapat memberikan gambaran kelainan

pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun gangren diabetik.

Pasien dengan gangguan serebrovaskuler dapat memberikan

gambaran sisa berupa kelumpuhan. Infark jantung juga dapat

terjadi akibat kelainan makrovaskuler. Berbeda dengan biasanya,

pasien pada diabetes melitus rasa nyeri dada sering tidak dijumpai

(silent infarction) akibat adanya neuropati.


16

7. Mikroangiopati

Makroangiopati terjadi pada kapiler dan arteriol biasanya mengenai

pembuluh darah kecil. Proses adhesi dan egregasi trombosit yang

kemudian terbentuk mikrotrombus merupakan basis biokimiawi utama.

Disfungsi endotel dan trombosis merupakan biang keladinya.

8. Ginjal

Kerusakan parah membuat ginjal terinflamasi dan mulai kekurangan

protein saat harus mengeluarkan urin akan menarik kadar air untuk

membantunya keluar. . otomatis anda akan menjadi cepat haus.

Kekurangan protein dalam urine membuat anda juga menjdai cepat

lelah, pusing, lemas, nafas yang tersenggal-senggal, dajn adanya

pembengkakan dimata kaki. Kondisi ginjal yang mulai rusak ini

biasanya disebut diabetic nephropaty. (Phaidon. Dr, 2012)

9. Saraf

Peningkatan kadar gula darah menyebabkan system saraf mengalami

keruskan. Gejalanya merasakan sensasi seperti terbakar, sakit yang

tidak kunjung hilang, dan kurangnya sensitifitas terhadap system saraf.

Ini bisa terjadi pada saraf dikaki akibatnya akan mengalami kesulitan

berjalan, keram kaki yang tak kunjung hilang dan rasa sakit yang

berlebihan. Kondisi ini dinamakan diabetic neuropathy. (Phaidon. Dr,

2012)

10. Mata

Kadar gula yang tidak normal juga menyebabkan retina mata menjadi

rusak, efek dari kondisi ini bisa mengalami katarak, glukoma, atau
17

berujung kepada kebutaan. Kondisi ini bisa disebut diabetic

retinopathy. (Phaidon. Dr, 2012)

11. Kaki

Bukan hal yang mustahil kaki harus diamputasi akibat diabetes yang

sudah meruska kaki. (Phaidon. Dr, 2012)

12. Kulit (diabetic foot)

Dan kelainan kulit, seperti tidak berfungsinya kulit (dermatopati

diabetic), adanya gelembung berisi cairan di bagian kulit, dan kulit

mudah terinfeksi. (Retno, 2012)

13. Komplikasi sampingan juga bisa terjadi seperti disfungsi kemampuan

seks yang menjadi berkurang. Pada pria ditandai dengan ketidak

mampuan ereksi, sedangkan pada perempuan ditandai dengan

keringnya vagina, ketidak teraturan masa minstruasi, atau bahkan

menopause yang terlalu dini. (Phaidon. Dr, 2012)

2.2.6 Diagnosis

Kriteria diagnosis diabetes melitus dan gangguan toleransi Glukosa

pada penderita diabetes melitus adalah :

a) Diagnosis diabetes melitus apabila :

1) Terdapat gejala khas diabetes melitus ditambah.

2) Salah satu dari : GDP > 126 mg/dl, 2 jam PP > 200 mg/dl atau

glukosa darah random > 200 mg/dl.


18

b) Diagnosis Diabetes melitus apabila :

1) Tidak terdapat gejala diabetes mellitus. Terdapat dua hasil :

GDP > 126 mg/dl, 2 jam PP > 200 mg/dl atau glukosa darah

random 200 mg/dl.

2) Gangguan toleransi glukosa (GTG) apabila : GDP < 126 mg/dl

dan 2 jam PP antara 140 – 200 mg/dl

c) Untuk kasus meragukan dengan hasil

GDP < 126 mg/dl dan 2 jam PP > 126 mg/dl maka diulangi

pemeriksaan laboratorium sekali lagi dengan persiapan minimal 3

hari dengan diet karbohidrat lebih dari 150 gr per hari dengan

kegiatan fisik seperti biasa kemungkinan hasil adalah :

1) Diabetes militus, apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP

< 126 mg/dl dan 2 jam PP > 200 mg/dl atai apabila hasilnya

memenuhi kriteria A atau B

2) GTG, apabila hasilnya cocok dengan kriteria C.

2.2.7 Terapi Diet Diabetes Mellitus

Diet adalah pelaksanaan yang penting dari tipe DM. makanan

yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari ke hari. Maka

pengelolahan perlu dilaksanakan secara bolistik (pandangan yang

menganggap manusia sebagai kesatuan fungsional yang utuh) dan

pemeliharaan mandiri seumur hidup. Salah satu pilar utama pengolahan

diabetes mellitus adalah perencanaan makan. (Sarwono, 2007).

Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari penyakit DM,

makanany yang masuk harus dibagi rata sepanjang hari, ini harus
19

konsisten dari hari kehari. Diet Dm adalah tata laksana diet yang

diberikan kepada diabetes oleh dokter yang merawatnya dan harus

mengikuti 3J, yaitu tepat jadwal, tepat jenis, dan tepat jumlah.

(Tjokroprawiro, 2007)

Tujuan diet penyakit diabetes mellitus seperti pada penuntun diet

Almatsier 2004 adalah membantu penderita memperbaiki kebiasaan

makan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih

baik dengan cara:

a) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal

dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin

(endogenus atau exogeneus), dengan obat penurun glukosa oral dan

aktifitas fisik.

b) Mencapai dan mempertahankan lipida mendekati normal.

c) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal.

d) Mencegah komplikasi akut penderita yang menggunakan insulin

sepeti hipoglikimia, komplikasi jangka pendek dan jangka panjang

serta malsalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

e) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi

yang optimal.

Terapi gizi medis (TGM) merupakan bagian dari piñata laksanaan

Diabetes Millitus secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah

keterlibatan secara menyeluruh dari anggota team (dokter, ahli gizi,

petugas kesehatan lain dan pasien itu sendiri). Setiap diabetes sebaiknya
20

mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai target

terapi. Prinsip pengaturan makan pada diabetes hampir sama dengan

anjuran makan pada masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

individu. Pada diabetes perlu ditakankan pentingnya keteraturan makan

dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah makanan terutama pada

mereka yang menggunakan obat penurunan glukosa darah atau insulin.

(Perkeni, 2006)

2.2.8 Penentuan Jumalah Kalori Diet Diabetes Millitus

Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada

tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat

dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Brocca. Penentuan status

gizi berdasarkan IMT:

IMT dihitung berdasarkan pembagian BB (kg) dibagi dengan TB

(m) kuadrat. Kalasifikasi status gizi berdasarkan IMT:

 BB kurang : <18,5

 BB normal :18,5-22,9

 BB lebih : >23

 At Risk : 23-24,9

 Obese I : 25-29,9

 Obesi II : >30 (Yudi. dr, 2012)


21

Faktor –faktor yang menentukan kebutuhan energi aalah sebagai

berikut:

1. Jenis kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil di bandingkan dengan

kebutuhan kalori pada laki-laki, yaitu:

Wanita :25 kal/kg BB

Laki-laki :30 kal/kg BB

2. Usia

Pada bayi dan anak-anak, kebutuhan energi jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan orang dewasa:

a. Usia 1 tahun membutuhkan ±100 kalori

b. Usia >1 tahun membutuhkan tambahan 100 kalori/tahun

c. Usia 40-59 tahun kebutuhan kalori dikurangi 5%

d. Usia 60-69 tahun kebutuhan kalori dikurangi 10%

e. Usia > 70 tahun kebutuhan kalori dikurangi 20%

3. Jenis aktifitas

a. Keadaan istirahat :kebutuhan kalori basal ditambah 10%

b. Ringan :kebutuhan kalori basal ditambah 20%

c. Sedang :kebutuhan kalori basal ditambah 30%

d. Berat :kebutuhan kalori basal ditambah 40%

e. Sangat berat :kebutuhan kalori basal ditambah 50%

4. Adanya komplikasi seperti infeksi, teruma, atau oprasi yang

menyebabkan kenaikan suhu memerlukan kalori sebesar 13% untuk

tiap kenaikan 1° C
22

5. Berat Badan

kurus :BB x 40-60 kal/hari

Normal :BB x 30 kal/hari

Gemuk :BB x 20kal/hari

Obesitas :BB x 10 kal/hari

Contoh perhitungan kebutuhan zat gizi (Kh, protein, Lemak ) untuk

pasien kurus, gemuk, dan obesitas:

1) Pasien kurus (Underweight)

BB = 53 kg, TB = 160 cm, Umur = 52 tahun

 Menentukan BBR

BBR =BB/ (TB-100) x 100%

=53/ (160-100) x100%

=88% (kurus)

 Menentukan kebutuhan Energi dan zat gizi pasien

BB x 50 kal = 53 x 50 kal = 2650 kalori

Mendapat Diet B = 1500 kalori

Komposisi Diet B: Kh: 68%, protein:12%, Lemak:20%

68 % x 2650 1802
KH : = =450,5 g
4 4

12% x 2650 318


Protein : = =79 ,5 gr
4 4

20 % x 2650 530
Lemak : = =58,9 gr
9 9
23

2) Pasien Gemuk

BB= 58 kg, TB =152 cm ,umur=55 tahun

 Menentukan BBR

BBR = BB/ (TB – 100) x 100%

=58/ (9152 -100)x 100%

=115% (gemouk)

 Menentukan kebutuhan energi dan zat gizi pasein

BB x 20 kal = 58 x20 kal – 1160 kalori

Mendapat Diet B dengan komposisi : Kh:68%,

protein :12%Lemak:20%

68 % x 1160
KH : =197 , 2 gr
4

12% x 1160
Protein : = 34,8 gr
4

20 % x 1160
Lemak : = 25,8 gr
9

3) Pasen Obesitas

BB = 75 kg, TB = 153 cm, Umur = 54 tahun

 Menentukan BBR

BBR =BB/ (TB – 100) x 100%

=75/ (153- 100) x 100%

=141% (Obesitas)

 Menentukan kebutuhan Energi dan Zat Gizi pasien

BB x 10 kal = 750 kalori

Mendapat Diet B dengan komposisi Kh:68%, protein:12%,

Lemak:20%
24

68 % x 750
KH : = 127,5 gr
4

12% x 750
Protein : = 22,5 gr
4

20 % x 750
Lemak : = 16,7 gr
9

6. Wnita DM dalam keadaan hamil atau menyusui perhitungan

Energinya menggunakan rumus:

(TB-100) x 30 kalori + ekstra kalori/hari

TB = Tinggi Badan

Ekstra Kalori/hari sebagai berikut:

Untuk T1 (trimester I) :100 kalori

Untuk T2 (trimester II) :200 kalori

Untuk T3 (trimester III) :300 klori

Untuk Laktasi :400 kalori

2.2.9 Prinsip Diet

Perinsip pemberian makan pada penderita Diabetes Mellitus

adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak

menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah (pranadji,

2002),prinsip pengaturan makan bagi diabetes adalah prinsip 3J yaitu

mengatur jumlah, jenis dan jadwal. Artinya diabetes harus mengatur

jumlah kebutuhan energy (karbohidrat, protein dan lemak) dalam menu

makanan dan mengatur jadwal makan. (Yudi. Dr, 2012)

Beberapa hal yang perlu diluruskan tntang pengaturan makan

diabetes antara lain sebagai berikut:


25

 Diabetes harus mengkonsumsi makanan yang bervariasi, bukan

pantang makan

 Makanan diabetes tidak perlu dibedakan dengan makanan anggota

keluargaa yang lain. Diabetes harus bisa mengatur jumlah, jadwal

dan jenis meski penyajian jenis makanan seluruh keluarga sama.

 Diabetes tidak perlu hawatir untuk makan dan memilih jenis

makanan. (Yudi. Dr, 2012)

2.2.10 Syarat Diet

Menurut Sunita Almatsier (2005) syarat-syarat diet penyakit diabetes

mellitus adalah:

1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan

normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan

kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 K kal/kilu BB

Normal, ditambah kebutuhan untuk aktfitas fisik dan keadaan

khusus, misalnya kehamilan atau laktasi seta ada tidaknya

komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi

(20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk

makanan selingan (masing-masing 10-15%)

2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10/15% dari kebutuhan energi total

3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi

total,dalam bentuk < 10% darikebuthan energi total berasal dari

lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya

dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan koresterol makanan di

batasi, yaitu ≤ 300 mg/hari


26

4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu

60-70%

5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tdak di

perbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar

glukosa darah sudah terkendali, di perbolehkan mengkomsi gula

murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

6) Penggunaan gula anternatif dalam jumlah tebatas. Gula anternatif

adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif

yaitu yang bergizi dan yang tidak bergizi. Gula anternatif bergizi

adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, dan silitol, sedangkan

gula anternatif tak bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan

gula anternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. froktosa dalam

jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan

koresterol dan LDL, sedangkan gola alkohol dalam jumlah berlbihan

mempunyai pengaruh laksatif.

7) Asupan serat di anjurkan 25 g/hari dengan mengotamakan serat larut

air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata

memenuhi kebutuhan serat sehari.

8) Paien DM dengan tekanan darah normal di perbolehkan

mengkonsomsinatrium dalam bentuk garam dapur seperti orang

sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan

garam harus dikurangi.


27

9) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak di

perlukan. (perkeni, 2006)

Adapun macam-macam diet menurut Askandar yaitu:

1) Diet B (1100 kkal-2900 kal)

Diet B selain mengandung karbohidrat agak tinggi (68%). Juga

kaya serat dan rendah kolestrol. Diet B ini terdiri dari:

 60% Kh

 12% protein

 20% lemak

2) Diet B1 (1100 kkal-2900 kal)

Diet B1 diberikan kepada Paien DM yang memerlukan Diet

protein tinggi. Diet ini terdiri dari:

 60% Kh

 12% protein

 20% lemak

3) Diet B puasa dan diet B1 puasa

Penderita Dm yang boleh berpuasa dibulan Ramadhan adalah:

 Terapi Dm tanpa suntik insulin (dengan tablet OAD atau

diet saja)

 Kadar glukosa darah 2 jam PP<200mg/dl

Tergantung dari pada macamnya diet (diet B/ diat B1) maka

jadwal makan pasien Dm dalam bulan Rahadhon sebagai berikut:

 Jam 18.00 WIB (30% kal)


28

 Jam 21.00 WIB (25% kal)

 Sebelum tidur malam (10% kal)

 Jam 03.00 WIB (25% kal)

 Jam 03.30 WIB (10% kal)

4) Diet B2, diet B3, dan Diet bebas

Diet B2 dan B3 (2100 kkal-2300 kal) serta diet bebas diberikan

kepada pasien/penderita DM yang disertai dengan Nefropati

Diabetic stadium II, III daan IV.

 Sifat-sifat diet B2

 Tinggi kalori (>2000 kal/hari), tetapi mengandung

protein ± 1gr/kg BB/hari.

 Komposisi sama dengan diet B (60% Kh, 12%

protein, 20% lemak) bedanya diet B2 mengandung

tinggi asam amino esensial.

 Dalam praktek hanya terdapat B2 dengan 2100-2300

kal/hari karena bila tidak, maka jumlah protein/hari

akan berubah.

 Sifat-sifat diet B3

 Tinggi kalori (>2000 kal/hari).

 Rendah protein tetapi tinggi asam amino esensial,

jumlah protein ± 40 gr/hr (belum dapat disusun diet

tinggi kalori dengan protein 30 gr atau kurang)

 Karena alasan poin 2 diatas, maka hanya dapat

disusun diet B3 dari 2100 kal dan 2300 kal/hari.


29

 Tinggi karbohidrat dan rendah lemak dengan

perbandingan kh: lemak = 4:1.

 Dipilih lemak yang tidak jenuh (polyunsaturated fat)

(tjokroprawiro, 2007)

2.2.11 Latiha Fisik

Penderita Diabetes Mellitus akan terawat dengan baik apabila

terdapat keseimbangan yang baik antara diet, latihan fisik teratur setiap

hari dan kerja insulin. Latihan yang teratur merupakan komponin yang

penting dalam pengobatan.

a. Latihan Fisik Primir

Penderta Diabetes Mellitus yang dianjurkan adalah latihan

ringan setiap hari pada saat 1,5 jam sesudah makan, termasuk

pederita yang dirawat di rumah sakit. Latihan fisik primer sesudah

makan dapat dilakukan ditempat tidur untuk penderita yang dirawat

di rumah sakit. Latihan ini tidak memerlukan pakaian khusus, cukup

grak di tempat tdur ± 5-10 menit. Latihan 60 menit meningkatkan 35

menit.

b. Latihan Fisik Sekunder

Penderita Diabetes Mellitus dengan obesitas, selain latihan

ringan sesudah makan, juga dianjurkan latihan agak berat setiap

hari,pagi dan sore (dengan tujuan menurunkan berat badan). Latihan

yang agak berat pagi dan sore (sekunder) untuk penderita Diabetes

Mellitus yang gemuk di tambah Diet B dengan kalori sehari hanya ±


30

20 kali berat badan sewaktu ditimbang, akan menurunkan berat

badan 2 sampai 4 kg setiap bulan.

Aktivitas fisik dan olahraga merupakan bagian ari

pengendalian DM. keuntungan olahraga bagi diabetes adalah sebagai

berikut:

 Meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga

meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel.

 Meningkatkan penggunaan energy sehingga dapat menurunkan

kadar gula darah.

 Menurunkan bobot badan jika gemuk.

 Memperbaiki profil lemak.

 Menurunkan tekanan darah.

 Mencegah hiperkoagulasi darah.

 Mencegah timbulnya komplikasi penyakit jantung, stroke, dan

penyakit lainnya.

Sebaliknya perlu diketahui dan diwaspadai bahaya latihan jasmani

berat seperti:

1. Hipoglikimia.

2. Serangan jantung /payah jantung

3. Pendarahan retina

4. Cedera lutut dan trauma kaki

5. Memperberat keadaan Diabetes berat (Yudi. Dr, 2012)


31
32

Table 2.1 Olahraga Yang Bisa Dilakukan Selain Senam Adalah:

Jenis Olah Raga Lama Latihan Intensitas Jumlah Kalori


yang
Dikeluarkan

Jalan kaki 30 menit 53 m/menit 56


santai

Berenang 30 menit 15 m/menit 181

Bersepeda 30 menit 266 m/menit 113

Jogging 30 menit 114m/menit 136

Sumber : (Yudi. Dr, 2012)

2.2.12 Obat Hipoglikemik

Konsumsi obat diabetes tidak bisa menggantikan upaya makan

dan olahraga. Meskipus sudah minum obat, tetapi diabetes harus

melakukan upaya pengaturan makan dan olahraga. Obat-obat yang

berguna untuk mengendalikan diabetes disebut obat hipoglekemik oral

(OHO) karena mempunyai efek hipoglekemik dan cara

mengkonsumsimelalui oral. (Yudi. Dr, 2012)

Obat-obat hipoglekemik oral bermacam-macam jenisnya. Ada

yang berdasarkan cara kerja, lamanya reaksi obat, dan komposisinya.

Obat yang biasa dikonsumsi penderita diabetes dinamakan sebagai oran

anti-diabetes (OAD) atau oral hypoglycemic agents (OHA). Obat yang

dikenal dipasaran adal 5 kelompok, yaitu : sulfonylurea, buguanide

atau metmormin, acarbose, glitazone atau thazolidinedione (TZD), dan

miglitinede. (Phaidon. Dr, 2012)


33

Tabel 2.2 :Mekanisme Kerja, Efek Samping Dan Afektivitas Berbagai


Obat Hipoglikemik

Cara Kerja Golongan Nama Jenerik Cara Pakai Efek Samping


Dan Namamerek
Obat

Merangsa sulfonilurea Generasi pertama Diminum sebelim Hipoglekemi


ng adalah makan. Penambahan bobot
produksi klorpropamid Sulfonylurea badan
hormone (diabenese). generasi 1,2 dan 3
insulin Generasi kedua: diminum 15-30
glibenklamid menit sebelum
(daonil, eoglukon), makan
glipizid (minidiab,
glukotrol-XL),
gliklazid
(diamecron,
diamekron MR),
glikoidon
(glurenorm)
Genersi ketiga:
glimiperid (amaril,
gluvas, amadiab,
metrix, aktaril)

glinid Nama jenerik Sesaat atau sebelum Resiko mengalami


adalah repaglinid makan (setelah hipoglekemia lebih
(novonorrm) dan makan obat harus kecil daripada
nateglinid diminum) golongan sulfonylurea
(starlix) Obet ini mempunyai Durasi waktu reaksi
reaksi yng cepat lebih pendek dari pada
dalam mencegah golongan sulfunilurea
timbulnya
hiperglekemia
setelah makan

Meningkatka tiazolidind Pioglitazon Tidak bergantung Penimbunan cairan


n sensitivitas ion (actos, deculin, pada jadwal pada kaki, sehingga
terhadap pionex) makan, tetapi tidak disarankan pada
hormone dianjurkan penderita diabetic
insuln dikonsumsi dengan kelainan
setelah makan jantung
Apabila diabetes
mendapatkan resep
tiazolidindion dari
dokter, maka perlu
34

melakukan
pemantauan faal hati
secara berkala pada
dokter.

Biguanide Mitformin Diminum saat Kelihan diare dan rasa


(glukophag, makan atau sesudah tidak nyaman di ulu
glumin, makan. hati (dispepsia)
bernofomin, Diminum sebelim
gludepatik). atau sesudah atau
Metformin XR saat makan
(glucophag-XR. karbohidrat karena
Nevox-XR, obat ini dapat
glumin-XR) menimbulkan
efeksamping mual

Menghambat Penghambat Acarboze Karena obat ini Karena penyerapan


penyerapan glukosidase (glukobay, eclid, bekerja glukosa dihambat
gula diusus alfa atau glucosafe) menghambat pencernaan, maka obat
halus askorbose penyerapan ini menimbulkan
sehingga makanan, maka efeksamping tinja
puncak acarbose diminum lembek, perut
kadar gula bersama saat makan kembung dan sering
darah setelah buang angin.
makan akan
menurun
Sumber : (Yudi. Dr, 2012)

2.2.13 Injeksi Hormone Insulin

Terapi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi obat

hipoglikemek oral dan insulin basal yang diberikan pada malam hari

menjelang tidur. Pemberian dimulai pada dosis terendah. Apabila terapi

tersebut tidak berhasil, maka diberikan injeksi insulin saja, yaitu

kombinasi insulin jangka panjang dengan insulin jangka pendek atau

insulin kerja cepat. (Yudi. Dr, 2012)

Berdasarkan lama kerjanya menurut Dokter Yudi 2012, hormone

insulin dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut:

a. Insulin kerja cepat (Rapid Acting Insulin)


35

b. Insulin kerja pendek (Short Acting Insulin)

c. Insulin kerja menengah (Intermediate Acting Insulin)

d. Insulin kerja panjang (Long Acting Insulin)

e. Insulin campuran (Premixed Insulin)

Cara menggunakan insulin hanya melalui suntikan sehingga

diabetes perlu menanyakan kepada dokter mengenai jenis insulin, dosis

insulin, cara menuntik, areal suntikan, dan waktu penyuntikan. Para

diabetes perlu mengatahhui bahwa setelah penyuntikan insulin bisa juga

timbul efek samping berapa gejala hipoglikemia, reaksi alergi, dan

risestensi insulin. (Yudi. Dr, 2012)

2.2.14 Cangkok Pankreas

Cangkok Pankreas (CP) sudah mulai diritis pertama kali oleh

Wiliam pada tahun 1883 sebelum di temukan insulin dengan

mencangkokkan fragmen pankreas dari domba ke jaringan sub kutan

pada penderita koma diabetik, namun tidak membawa hasil. Seiring

dengan suksesnya transplantasi ginjal. Lillehei pada tahun 1966 adalah

orang yang pertama yang mengerjakan cangkok pankreas. Pada akhir

tahun tujuh puluhan makin banyak usaha lain yng mengikuti jejak

Lillehei ini dengan cara yang lebih aman, misalnya pembuatan duktus

yang melaksanakan sekresi insulin dengan bahan-bahan polimer.

Beberapa tahun terakhir ini dengan adanya metode cangkok secara

segmintal atau total menunjukkan hasil yang baik untuk mengatasi

gangguan metabolisme pada DM. (Askandar, 2003)

2.2.15 Penerapan Diet Diabites Melitus Dengan Prinsip 3J


36

Prinsip mengatur makanan bagi diabetes adalahprinsip 3J, yaitu

mengatur jumlah, jenis, dan jadwal. Artinya diabetes harus mengatur

jumlah kebutuhan energy, mengatur jenis sumber energy (karbohidrat,

protein, dan lemak) dalam menu makanan dan jadwal makan. (Yudi. Dr,

2012)

a. Mengatur jumlah makanan.

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh diabetes harus diatur

sesuai dengan kebutuhab energy hariannya. Akumulasi kelebihan

asupan energy dari maknan secara berangsur-angsur dapat

menimbulkan kegemukan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan

bagi diabetes. Begitu juga sebaliknya, akumulasi kekurangan asupan

energy dari makanan dapat menimbulkan penurunan berat badan

pada diabetes. (Yudi. Dr, 2012)

Besarnya kebutuhan asupan energy diabetes dapat dihitung

setelah diketahui bobot badan ideal dan indeks massa tubuhnya.

Pengukuran bobot badan ideal dapat menggunakan rumus bobot

badan ideal menurut broca. Bobot badan dan besarnya aktifitas dapat

mempengaruhi besarnya kebutuhan energy.

Rumus bobot ideal bagi pria dengan tinggi badan lebih dari

160 cm atau wanita dengan tinggi badan lebih dari 150 cm.

bobot badanideal=( TB−100 ) × 90 % × 1 kg

Rumus bobot ideal bagi pria dengan tinggi badan kurang dari

160 cm dan wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm.

Bobot badan ideal=TB−100 ×1 kg
37

Setelah diketahui bobot badan ideal, maka kalikan dengan

kebutuhan kalori perkilogram bobot badan pada table dibawah ini.

Table 2.3 Kebutuhan Kalori Per Kilogram Berat Badan Ideal


(Kcal/Kg)
Kebutuhan Kalori Per Kilogram Berat Badan Ideal (Kcal/Kg)
Kerja Santai Kerja Sedang Kerja Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Sumber: (Yudi. Dr, 2012)

b. Mengatur jadwal makan

Jadwal makan bagi diabetes harus diatur agar kadar gula darah

terkendali tidak tinggi dan tidak rendah. Pengaturan jadwal

makannya adalah makan besar sebanyak 3x dan disiplin dengan

makanan selingan atau camilan sebanyak tiga kali. Makanan slingan

sebaiknya berupa buha-buahan bukan snack yang kaya akan kalori.

(Yudi. Dr, 2012)

Misalnya : Jam 06.30 makan pagi

: Jam 09.30 selingan buah

: Jam 12.30 makan siang

: Jam 15.30 selingan buah

:Jam 18.30 makan malam

:Jam 21. 30 selingan (Yudi. Dr, 2012)

Ketepatan jadwal makan sesuai dengan interval waktu 3 jam

sekali bagi penderita Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghindari

hipoglikimia dan mencegah terjadinya kegemukan akibat polifagi.


38

Penerapan makan tepat watu juga membantu tubuh mendapatkan

kontrol metabolisme glukosa yang lebih baik

c. Ketepatan dalam pemilihan jenis bahan makanan didasarkan pada

pembatasan konsumsi glukosa dalam darah, sehingga penderita

Diabetes Mellitus harus mengetahui jenis makanan yang boleh, harus

dihindari dan yang dibatasi dalam penatalaksanaan diet Diabetes

Mellitus sebagai berikut:

Bahan makanan yang diperbolehkan

Bahan makanan yang di perbolehkan untuk penderita Diabetes

mellitus adalah sebagai berikut:

1. Sumber karbohidrat komleks seperti: nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi dan sagu.

2. Suber protein rendah lemak seperti: ikan, ayam tampa kulit, susu

skim, tempe, tahu, dan kacang-kacang.

3. Suber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna.

4. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikusus,

disetup, direbus, dan dibakar.

5. Sumber vitamin dan mineral seperti sayur dan buah-buahan:

sayuran kelompok A hanya boleh di makan menurut jumlah

yang di tentukan, sedangkan sayuran kelompok B dapat di

makan sekehendak hati karena mengandung sedikit kalori

protein dan hidrat arang.


39
40

Tabel 2.4. Daftar Sayuran Golongan A dan B

Sayuran Golongan A Sayuran Golongan B


Bayam Bligo
Buncis Daun kacang panjang
Daun melinjo Gambas
Daun pepaya Kangkung
Labu siam Ketimun
Daun luntas Tomat
Daun ketela rambat Kecipir muda
Daun lompong Kool
Daun singkong Kembang kool
Jagung muda Labu air
Wortel Jamursegar
Kacang kapri Lobak
Kacang panjang Pepaya muda
Nangka muda Rebung
Pare Sawi
Selada
Seledri
Taoge
Terong
Cabai hijau besar
Daun labu siam
Daun koro

Tabel 2.5. Daftar Buah Golongan A dan B

Golongon A Golongan B
Mangga Semangka
Nangka masak Pisang ambon
Rambutan Jambu air
Sawo Alpukat
Sirsat Belimbing
Anggur Melon
Duku Salak
Durian Kedondong
Jeruk manis Kolang-kaling
Pisang raja Blewah
Pisang tanduk
Pisang emas
Pisang kepok
Sumber: (Tjokroprawiro, 2007)
41

Bahan makanan yang tidak diperolehkan untuk dikonsumsi oleh

penderita diabete Mellitus adalah:`

1. Mengandung banyak gula sederhana, seperti:

a. Gula pasir, gula jawa, madu.

b. Sirup, jam, jelly, buah-buahan yang di awetkan dengan gula,

susu kental manis, minoman botol ringan dan ice cream.

c. Kue-kue manis, cake, dodol

d. Abon, dendeng, sarden, kecap manis.

2. Mengandung banyak lemak, seperti: cake, makanan siap saji

(Fast Food), goreng-gorengan.

3. Mengandung banyak natrium, seperti: ikan asin, telur asin,

makanan yang di awetkan (Penuntun Diet 2004)

Jenis karbohidrat komleks lebih aman untuk dikonsomsi oleh

penderita Diabetes Mellitus karena proses pemecahan

glukosanya lebih komleks dan tidak cepat di serap darah.

Sehingga defisiensi insulin pada penderita Diabetes Mellitus

dapat di imbangi dengan peroses pemecahan karbohidrat

tersebut. Glukosa yang belum diubah menjadi glikogen

dalam darah akan meningkatkan kadar glukosa darah.

2.2.16 lama Hari Rawat

Lama hari rawat atau Length of Stay (LOS) merupakan salah

satu unsur atau asupan asuhan dan pelayanan di rumah sakait yang

dapat di nilai atau di ukur. Bila seseorang di rawat di rumah sakit, maka

yang diharapkan tentunya ada perubahan akan derajat kesehatannya.


42

Bila diharapkan baik oleh dokter maupun oleh penderita itu sudah

tercapai maka tentunya tidak ada seorangpun yang ingin berlama-lama

di rumah sakit. Outcome atau hasil akhir kegiatan dan tindakan doter

dan tenaga profisi lainnya terhadap pasien, dalam arti derajat kesehatan

dan kepuasannya, termasuk jga aspek psikologis dan sosialnya adalah

petunjuk efektif tidaknya proses kegiatan profisional di rumah sakit

(Heryati, 1994)

Lama hari rawat (Length of Stay = LOS) adalah jumlah lamanya

di rawat seorang pasien di hitung sejak pasien masuk sebelum pukul

00.00 tengah malam sampai saat keluar sebelum pukul 24.00 tengah

malam (Soejadi, 1992)

Menurut Barben Johnson rata-rata rawat inap adalah rerata lama

hari di rawatnya seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran

tingkat efesiensi dan mutu pelayanan, apabila di terapkan pada diagnosa

tertentu untuk perawatan lebih lanjut. Idealnya rata-rata rawat inap

antara 6-9 hari kecuali pada penyakit kronis (Soejadi, 1992)

Mammfaat perlunya pengukuran LOS yaitu untuk mengetahui

jumlah hari perhitungan, kapasitas tempat tidur terpakai, jumlah pasien

keluar (hidup dan mati), jumlah hari perawatan efesiensi rumah sakit

dilihat dari output (Depkes, 2000).

Anda mungkin juga menyukai