Anda di halaman 1dari 10

TRAND DAN IS SU PERAWATAN DIABETES MELITUS

KELOMPOK 1

 ANGGELISA ROSANA NIM. 2314201121

 NI KETUT SURIANI NIM. 2314201125

 LA ODE HERDIAWAN NIM. 2314201132

 NI LUH PUTU SUKLAWARTINI NIM. 2314201123

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM B


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2023

i
DAFTAR ISI

TRAND DAN ISSU PERAWATAN DIABETES MELITUS...........................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
TREND DAN ISSUE PERAWATAN DM....................................................................3
A. TREND..................................................................................................................3
B. ISSUE....................................................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
A. Kesimpulan............................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes sepertinya sudah menjadi trend dikalangan masyarakat di
Indonesia yang mayoritasnya mengkonsumsi makanan berkerbohidrat tinggi
seperti nasi. Sudah tidak asing bukan mendengar kata diabetes mellitus ? Ya,
mungkin ada yang lebih familiar dengan sebutan kencing manis. Sebenarnya
apasih Diabetes Mellitus itu ?.

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik pada sistem


endokrin yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah melebihi
kadar normal Hal tersebut dikarenakan kekurangan hormon insulin akibat
ketidakmampuan kelenjar pankreas memproduksi insulin secara maksimal.
World Health Organization (WHO) menyebutkan jumlah penderita DM di
Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 8,4 juta orang dan menempati urutan ke-
4 terbesar di dunia. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030
prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuuk mengetahaui
perbagai trend dan issue dalam perawatan DM.

2
BAB II
PEMBAHASAN

TREND DAN ISSUE PERAWATAN DM


A. TREND

1. Perkembangan Terkini di Bidang Terapi Farmakologis Diabetes Melitus

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita Diabetes Melitus


(DM) di seluruh dunia, semakin pesat pula perkembangan di bidang terapi
farmakologis DM. Di satu sisi, perkembangan ini menyediakan harapan baru
bagi penderita DM. Di sisi lain, timbul banyak pertanyaan baru mengenai
waktu dan cara pemberian golongan obat terbaru itu.

Acara tahunan PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia)


Mengambil tema “New in the 2019 Standards of care of diabetes mellitus,
metabolic and endocrine disease” Forum Endokrinologi Nasional ke VII, 19-
21 Juli 2019 diselenggarakan di Prime Plaza Hotel Bali. Banyak materi di
bidang endokrin metabolik dan diabetes di diskusikan pada forum ini. Acara
dibuka langsung oleh ketua umum PB Perkeni Prof Dr. dr Ketut Suastika,
SpPD-KEMD.

Terlepas dari ketersediaan sekian banyak golongan obat antidiabetik oral


(OAD) seperti metformin, sulfonilurea, glitazon maupun insulin, mayoritas
pasien gagal mencapai atau mempertahankan kontrol gula darah. Guideline
dari American Diabetes Associtation (ADA) merekomendasikan metformin
sebagai obat antihiperglikemik lini pertama. Begitu metformin gagal,
direkomendasikan penambahan OAD lain. Sayangnya, kombinasi obat
seringkali menimbulkan efek samping yang signifikan dan menghambat

3
intensifikasi terapi. Penambahan berat badan dan hipoglikemia merupakan
dua dari sekian banyak efek samping yang menghambat kemajuan terapi pada
penderita DM. Sesi simposium JDM pertama didedikasikan untuk membahas
perkembangan terbaru di bidang terapi DM dengan tajuk “Current an Future
Treatment in Managing Diabetes: GLP-1 analogue or Insulin?”
Analog GLP-1 merupakan kelas obat antidiabetik terbaru dengan cara
kerja yang menyerupai hormon endogen, yaitu glucagon-like peptide (GLP).
GLP-1 sendiri merupakan salah satu jenis hormon saluran cerna yang
bernama inkretin. Inkretin dilepaskan ke sirkulasi sebagai respons dari nutrisi
yang sedang dicerna dari makanan. Menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Waspadji,
SpPD-KEMD, efek dari inkretin ini pertama kali diketahui setelah adanya
pengamatan bahwa pemberian glukosa secara oral dan intravena
menghasilkan respons yang berbeda. Rangsangan pelepasan insulin dari
pankreas lebih besar setelah pemberian glukosa oral dibandingkan dengan
glukosa intravena yang diberikan dalam jumlah sama.
Analog GLP-1 sendiri bukanlah satu-satunya terapi yang berbasis
inkretin. Diketahui pula bahwa terdapat enzim bernama DPP-4 yang
menghancurkan GLP-1. Berangkat dari pemahaman mengenai hal tersebut,
peneliti menetapkan penghambatan enzim DPP-4 atau dikenal sebagai
inhibitor DPP-4, atau ‘gliptin’ sebagai target terapi selanjutnya. Gliptin akan
mencegah degradasi dari analog GLP-1 dan memperpanjang waktu paruhnya.

Kedua terapi berbasis inkretin ini memiliki sejumlah keunggulan


dibandingkan para pendahulunya. Selain penurunan HbA1C dan kadar
glukosa darah yang signifikan, terdapat manfaat-manfaat lain. Oleh karena
sekresi dari inkretin bergantung dari keberadaan glukosa di saluran cerna,
terjadi penurunan risiko hipoglikemia apabila dibandingkan dengan OAD
lainnya. “GLP-1 dikaitkan pula dengan timbulnya rasa kenyang yang
selanjutnya diikuti penurunan asupan makanan. Hasil akhir dari keadaan ini

4
adalah penurunan berat badan atau sekurang-kurangnya penderita tidak
bertambah berat badan. Inilah sebabnya analog GLP-1 direkomendasikan
pada pasien dengan berat badan berlebih,” demikian menurut dr. E. M. Yunir,
SpPD-KEMD. Ditambahkan pula oleh beliau mengenai adanya penelitian
yang mendapati preservasi fungsi sel beta pankreas setelah konsumsi obat
tersebut. Saat ini, analog GLP-1 belum ada di Indonesia, namun kehadirannya
diharapkan dalam waktu dekat.

Selain analog GLP-1, topik lain yang cukup menyita perhatian adalah
perkembangan terbaru dari terapi insulin. Insulin dibutuhkan secara mutlak
oleh pasien DM tipe 1 yang tidak lagi memiliki sel beta pankreas fungsional
serta oleh pasien DM tipe 2 dengan fungsi sel beta pankreas yang menurun
secara progresif. Untuk pasien DM tipe 2, pemberian insulin masih cukup
problematik. Walaupun penambahan insulin berimbas pada penurunan kadar
glukosa darah secara signifikan, banyak pasien tidak mampu mencapai target
HbA1C setelah pemberian regimen insulin konvensional. Selain itu, muncul
kekhawatiran mengenai hipoglikemia. “Dapat timbul resistansi insulin
fisiologis pada pasien DM yang kapok setelah mengalami kejadian hipog-
likemia,” demikian ujar dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, pada kesempatan yang
sama.

Sebuah studi yang dijalankan oleh Rury R. Holman, dkk., dari kelompok
studi 4-T berupaya menggambarkan perbandingan berbagai jenis insulin
sebagai tambahan untuk terapi OAD pada pasien DM tipe 2. Studi ini
membandingkan pemberian insulin aspart bifasik (basal ditambah prandial),
insulin prandial, dan insulin basal detemir pada pasien yang sudah mendapat
dosis maksimal metformin dan sulfonilurea yang mampu ditoleransi.
Hasilnya, didapatkan bahwa penambahan insulin bifasik atau prandial lebih
menurunkan kadar HbA1C dibandingkan pemberian insulin basal.

5
Bagaimanapun, diamati pula adanya peningkatan risiko hipoglikemia dan
penambahan berat badan pada pemberian kedua kelompok insulin pertama.

Insulin basal detemir pun ternyata memiliki kelebihan lain dalam hal
variabilitas intraindividu. Lebih dari 98% insulin detemir di aliran darah
terikat pada albumin, sehingga ia didistribusikan lebih lambat ke jaringan
target perifer. Penambahan asam lemak juga menjadikan detemir tidak mudah
mengalami presipitasi saat pemberian atau saat diabsorpsi. Stabilitas semacam
ini lah yang berkontribusi mengurangi proses yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, yaitu variabilitas intraindividu, pada pemberian detemir. Salah
satu merk insulin detemir yang beredar luas di Indonesia adalah Levemir
keluaran Novo Nordisk. Dengan alat injeksi yang mudah digunakan oleh
pasien, Levemir menyediakan alternatif terapi yang baik untuk menurunkan
hambatan adherensi terhadap terapi insulin pada pasien DM tipe 2.

Profesor George Alberti, mantan presiden IDF sekaligus penulis bersama


konsensus baru IDF mengatakan: ³Terdapat banyak bukti dari sejumlah kajian
di Amerika Serikat, Finlandia, Cina, India dan Jepang bahwa perubahan gaya
hidup (mencapai berat badan yang sehat dan kegiatan olahraga yang moderat)
dapat ikut mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada mereka yang
beresiko tinggi (2-6). Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini
haruslah merupakan intervensi awal bagi semua orang yang beresiko
terjangkiti diabetes tipe-2, dan juga fokus dari pendekatan kesehatan
penduduk .´(SUMBER: Federasi Diabetes Internasional )

6
B. ISSUE
1. Isu mutakhir tentang penyakit Diabetes Mellitus
a. Adanya hubungan timbal balik antara periodontitis (infeksi pada mulut)
dengan Diabetes Mellitus, keterlibatan dokter gigi dalam penanganan
pasien Diabetes Mellitus perlu ditingkatkan
b. Dokter gigi dituntut untuk lebih aktif memposisikan diri sebagai mitra
dokter umum/dokter spesialis dalam penanganan pasien Diabetes.
c. Perlu adanya perlindungan kepada obat tradisional untuk penyakit
Diabetes Mellitus agar tetap asli dari tanaman obat dan tidak diberi
tambahan zat kimia.
d. Perlu dipelajari lebih lanjut dengan mengadakan pendekatan kasus dengan
metode penelitian yang khusus pula mengapa penderita IDDM dapat
bertahan hidup selama 1minggu tanpa insulin dengan melalui penggantian
insulin atau adaptasi
e. Obat anti Diabetes oral sebaiknya tidak diberikan pada Diabetes Mellitus
denganTuberkulosis paru karena adanya efek rifampicin dan isoniazid
yang mengurangi efek obat tersebut
f. Kadar glukosa darah yang terkontrol pada penderita Diabetes Mellitus
dapat menurunkan derajat kegoyahan gigi sebesar 51,45%
g. Melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan aktif yang
diisolasi dari buahmengkudu untuk mengetahui efeknya dalam
menurunkan kadar gula darah
h. Perlu dikembangkan kegiatan di kelompok-kelompok masyarakat guna
meningkatkan pengetahuan kesehatan terutama gizi, sehingga masyarakat
mempunyai pengetahuan dankemampuan untuk menangani masalah
kesehatan yang dihadapinya
i. Perlunya melakukan penelitian isolasi kandungan Eugenia Polyantha
j. Menguji khasiat hipoglikemianya untuk menurunkan kadar glukosa darah

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan trend dan issue perawatan DM yaitu ada beberapa trend
atau perkembangan terapi dalam bidang farmakaologi dan penanggulangan
Diabetes Mellitus.

B. Saran
1. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend
dan issue perawatan diabetes melitus diindonesia,sehingga dapat dikembangkan
dalam tatanan layanan keperawatan
2. Diharapkan bahwa perawat bisa menindaklanjuti trend dan issu tersebut melalui
kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidance Based Nursing
Practice dilingkungan rumah sakit dan lingkungan perawatan medikal bedah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Engkartini, 2015. Trend Prevalensi Penyakit Diabetes Melitus (Dm) Tipe 2 Di


Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Cilacap Tahun 2009-2015. Email :
engkar_06@yahoo.com.
https://diatribe.org/ada-2023-previewing-latest-diabetes-care-trends-and-
breakthrough-medications

Anda mungkin juga menyukai