DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Akhir-akhir ini dalam peraturan persaingan global, kesehatan kerja
menjadi sebuah inspirasi bagi dunia industri untuk meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja. Tidak hanya para pekerja yang bekerja di industri
besar akan tetapi industri kecilpun sudah mulai ambil ancang-ancang untuk
memfokuskan dirinya dalam memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku di
dalam ilmu kesehatan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(P2K3 Depnaker RI,2000).
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Hal tersebut juga mengakibatkan
meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya
kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Oleh
karena itu pemerintah berkepentingan dalam melindungi pekerja dari bahaya
kerja yang tertera di dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pasal 3 ayat 1 yang mensyaratkan bahwa manajemen perusahaan harus
melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja.Dalam UU NO. 14 Tahun 1969
tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja pasal 9 dan 10 dinyatakan
pula bahwa pekerja berhak mendapatkan pembinaan perlindungan kerja
(Yanri, 1999).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian
materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa
yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.Kerugian
langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya
pengobatan dan kompensasi kecelakaan.Sedangkan kerugian tak langsung
yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen
keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi dan hilangnnya waktu
kerja.
Berbagai potensi bahaya di tempat kerja senantiasa dijumpai. Mengenai
potensi bahaya industri merupakan langkah awal dalam upaya pencegahan
kecelakaan kerja,sedang tindakan represif berupa upaya menghindari
terulangnya kejadian kecelakaan kerja perlu dilakukan melalui penyelidikan
dan analisis dalam kasus tersebut. Potensi bahaya atau sering disebut juga
sebagai hazard merupakan sumber risiko yang potensial mengakibatkan
kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
Resiko merupakan kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan
kerugian. Sehingga agar tidak terjadi kerugian perlu di terapkan ergonomi.
Ergonomi yaitu ilmu yang memmpelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka.Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon yang
artinya kerja dan nomos yang berarti aturan, secara keseluruhan ergonomi
berarti aturan yang berkaitan dengan kerja, sasaran penelitian ergonomi adalah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungannya. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh manusia dengan tujuan untuk menurunkan stress yang akan dihadapi,
yaitu dengan cara menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban betujuan
agar sesuai dengankebutuhan tubuh manusia. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat di simpulakan bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia.Konsep
ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan
dannkapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera,
meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan
penyesuaian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat
dengan pekerjaan tersebut.
Sebagai suatu cabang ilmu yang bersifat multi-disipliner, beberapa cabang
ilmu yang mendasari adanya ergonomi yaitupsikologi, antropologi, faal kerja
atau fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, dan fisika. Namun tidak
menutup kemungkinan masih ada beberapa disiplin ilmu yang lain. Masing-
masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi.Pada gilirannya,
para perancang, dalam hal ini para ahli teknik, bertugas untuk meramu
masing-masing informasi di atas, dan menggunakannya sebagai pengetahuan
untuk merancang fasilitas kerja sehingga mencapai kegunaan yang
optimal.Misalnya ketika manusia melakukan pekerjaan mengelas tanpa
pelindung mata maka matanya terasa sangat tidak nyaman. Dalam ilmu
biologi pun disebutkan bahwa mata manusia akan menjadi tidak sahat dan
berbahaya ketika melihat sinar/ cahaya las secara langsung, maka dengan
adanya informasi tersebut para ahli teknik menciptakan alat pelindung mata
yang digunakan manusia ketika sedang melakukan pekerjaan mengelas.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut kami sebagai pengamat
tertarik untuk melakukan observasi K3 pada bengkel las salah satunya bengkel
las bubut yang berada di Pasar Cinde Kota Palembang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengetahuan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan
kerja.
2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja Bengkel Las Bubut di Pasar
Cinde
3. Untuk mengetahui penggunaan APD Bengkel Las Bubut di Pasar Cinde
4. Untuk mengetahui pengendalian / pencecegahan kecelakaan kerja Bengkel
Las Bubut di Pasar Cinde
5. Untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang ada di Bengkel Las Bubut Pasar
Cinde
D. Bahan Materi
3. Prinsip K3
d. Tangan dan jari : sarung tangan (gloves), pelindung telapak tangan (hand hap)
dan sarung tangan yang menutupi tangan samapai ke lengan (sleeve).
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan
perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya
7. Kecelakaan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bertalian dengan apa yang disebut dengan
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan kerja yang disebabkan karena faktor melakukan pekerjaan.
(Sumamur, 1981: 5). Kecelakaan kerja juga diartikan sebagai kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja atau suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses aktivitas kerja. (Lalu Husni, 2003: 142).
Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor dalam
hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan ini disebut sebagai
bahaya kerja. Bahaya kerja ini bersifat potensial jika faktor-faktor tersebut belum
mendatangkan bahaya. Jika kecelakaan telah terjadi, maka disebut sebagai bahaya
nyata. (Sumamur, 1981: 5).
Lalu Husni secara lebih jauh mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab
kecelakaan kerja yaitu:
a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan
tentang industri dan kesalahan penempatan tenaga kerja.
Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap kerja yang teledor
serta tidak memakai alat pelindung diri.
Sumamur (1981: 5) secara lebih rinci menyebut akibat dari kecelakan kerja
dengan 5K yaitu:
a. Kerusakan
b. Kekacauan organisasi
c. Keluhan dan kesedihan
d. Kelainan dan cacat
e. Kematian
8. Ergonomi
1) Berdiri dengan memperhatikan tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku,
tinggi pinggul dan panjang lengan.
2) Duduk dengan memperhatikan tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang
lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung
dan jarak lekuk lutut sampai dengan telapak
3) Keadaan bekerja sambil berdirimempunyai kriteria : Tinggi optimum area
kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.Pekerjaan yang lebih
membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang digunakan 10-20 cm lebih tinggi
dari siku. Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja
10-20 cm lebih rendah dari siku.
4) Mengangkat dan mengangkut, ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
proses mengangkat dan mengangkut adalah beratnya beban, intensitas, jarak
yang harus ditempuh, lingkungan kerja, ketrampilan dan peralatan yang
digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu dihindari manusia
sebagai alat utama untuk mengangkat dan mengangkut.
5) Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam menciptakan
kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai sejak tahap
awal dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan mesin
yang digunakan interaksi manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus
yang diperhatikan, misalnya : adanya informasi yang komunikatif, tombol
dan alat pengendali baikperlu standard pengukuran anthropometri yang sesuai
untuk pekerjaannya.
6) Kebutuhan kalori : Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis
pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori yang
diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda
dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi
pemberian kalori pada pekerja. 1) Pekerja Pria : ringan 2400 kal/hari , sedang
2600 kal/hari, berat 3000 kal/hari 2) Pekerja Wanita : Pekerjaan ringan 2000
kal/hari, sedang 2400 kal/hari, berat 2600 kal/hari
7) Pengorganisasian kerja : Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu
kerja, saat istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat
bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja
dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat jam sesudah 4 jam
bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan beribadah. Termasuk juga
di dalamnya terciptanya kerjasama antar pekerja dalam melakukan suatu
pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang (repetitive).
8) Lingkungan kerja, dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja
berbagai faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor
lingkungan yang berpengaruh misalnya suhu yang nyaman untuk bekerja
adalah 24-260C.
9) Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes kesehatan sebelum
bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi
karyawan.
10) Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan
lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab
kelelahan diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan,
lingkungan kerja jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang.
terdapat beberapa definisi dari Las, yakni sebagai berikut : Berdasarkan defenisi
paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair. Sedangkan menurut
satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan
tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las adalah suatu cara untuk menyambung
menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan
sebagai akibat darimetalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara
menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.
diantaranya adalah berasal dari faktor zat kimia yang terdiri dari elektroda,
asap, debu dan gas. Menurut teori penimbunan debu dalam paru-paru
BAB II
OBSERVASI
A. Gambaran Lokasi
1. Sejarah Pendirian
2. Tenaga Kerja
Bengkel Las Bubut Lematang ini memiliki 5 karyawan tetap yang masing-
masing bernama Buyung, Manda, Said, Yudi dan Ari. Jika terdapat orderan dalam
jumlah yang banyak maka pemilik bengkel ini menambah karyawannya untuk
Karyawan di bengkel las ini memiliki waktu kerja sekitar 9 jam ,mulai
pukul 08.00-17.00 WIB, karyawan disini mendapat hari libur kerja pada hari
minggu dan hari-hari kebesaran, namun ketika mendapat borongan orderan dalam
Karyawan pada umumnya memiliki jam istirahat yang sama sekitar 1 jam dari
pukul 12.00-13.00 WIB, disini mereka tidak mendapatkan makan mereka hanya
Bengkel las ini hanya memiliki pencahayaan dari satu arah saja yaitu dari arah
depan saja, cahaya masuk dari pintu yang terbuka lebar, di bengkel las ini tidak
terdapat lampu jadi jika terlalu sore maka akan gelap. Sirkulasi Bengkel las ini
Bengkel ini merupkan jasa bubut yang menghasilkan berbagai poduk bubut,
namun pada bengkel las ini juga menerima orderan membuat pagar maupun trali
dll.
E. Alat Pelindung yang Digunakan
Saat sedang bekerja para karyawan di bengkel las ini hanya menggunakan
kacamata dan cupmasker namun terkadang yag kami lihat masih saja karyawan
disana yang tidak memakai APD sewaktu bekerja bahkan bukan APD yang
menggunakan APD salah satunya mreka mengatakan bahwa sedikit rumit ketika
F. Kondisi Lingkungan
- Kebisingan
- Debu
barang-barang yang tidak tertata dengan rapi sehingga banyaknya debu yang
menempel
G. Kecelakaan Kerja
Pada bengkel ini pernah salah satu karyawannya mengelami kecelakaan kerja
Karyawan pada bengkel las ini tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara
i. Keluhan Kesehatan
Para pegawai dan pemilik usaha sendiri mengeluh tentang
kesehatan mereka , adanya keluhan sesak nafas yang mereka rasakan serta
mata yang terasa pedih saat istirahat. Telinga yang terkadang sakit akibat
bising.
Lampiran Gambar Observasi Bengkel Las
Pekerja Tidak
menggunakan sarung
tangan dan masker saat
bekerja pada mesin
bubut
BAB III
ANALISIS
a. Kebisingan
b.Pencahayaan
1) Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga
dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu
ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-
kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa
kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena
intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama
saat siang hari. Berdasarkan hasil pengamatan, tempat bengkel las bubut ini cukup
mendapatkan cahaya dari matahari. Serta bengkel las ini memiliki sirkulasi udara
yang baik. Namun dengan kemudahan sirkulasi ini, memberikan dampak yang
negatif apabila angin/ udara yang masuk dapat menerbangkan debu-debu yang
dilantai karena lantainya dari tanah sehingga debu bisa terhirup melalui
pernafasan, bau-bau zat besi juga terbawa oleh udara sehingga bisa terhirup juga.
2) Pencahayaan buatan
c.Debu
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang
berukuran 0,1 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang
dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi
diudara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog. Partikel debu yang
dihasilkan dari proses pengelasan besi-besi bau zat-zat besi. Pada saat observasi
pekerja tidak memakai alai pelindung berupa masker saat melakukan pengelasan.
Bau zat besi bercampur panas api dari mesin pengelas membuat partikel debu zat
besi tersebut sangat tercium dan ditambah debu yang berasal dari lantai tempat
bekerja. Dengan tanpa penggunaan alat pelindung masker dan kaca mata, debu
serta bau zat besi dari pengelasan terhirup serta masuk ke dalam mata yang
menyebabkan sesak nafas bahkan iritasi pada mata.
Potensial hazard lingkungan fisiologis dari usaha pembuatan kusen, pintu dan
jendela adalah ergonomi. Ergonomi disebut sebagai human factor yang berarti
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Penerapan ergonomi pada
umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang
(re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software). Perangkat keras berkaitan dengan mesin (perkakas kerja/tools,
alat peraga/display, conveyor dan lain-lain) sedangkan perangkat lunak lebih
berkaitan dengan sistem kerjanya seperti penentuan jumlah istirahat, pemilihan
jadwal pergantian shift kerja, rotasi pekerjaan, prosedur kerja dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan pembuatan pintu, jendela dan kusen, ergonomic juga
mempunyai peranan penting. Ini dapat dilihat dari kesesuaian posisi pada saat
bekerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Dalam usaha bengkel las bubut ini,
penggunaan alat pelindung diri masih perlu ditingkatkan. Pekerja menggunakan
alat pelindung diri hanya kacamata saja terkadang kacamatanya bukan khusus
kacamata untuk las tapi kacamata untuk membaca,tidak menggunakan masker
tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut karena menurutnya debu dan bau
dari zat besi tersebut diatasi dengan hanya menutup mulut saja, pekerja tidak
mengetahui dampak debu dan bau zat besi yang bisa terhirup dari saluran
pernafasan atas seperti hidung. Sementara kebisingan hanya dianggap hal yang
biasa sehingga tidak digunakan APD seperti ear plug atau ear mup (sumbat
telinga). Selain itu pada saat pangangkatan bahan atau menggunakan mesin bubut
seharusnya menggunakan sarung tangan untuk mengurangi bahaya yang dapat
menyederai tangan. Karena menurut informan terkadang dalam penggunan mesin
bubut an mengangkat besi lainnya dapat meyederai tangannya. Namun hal
tersebut menurutnya biasa saja. Bahkan menurutnya jika menggunakan APD
membuatnya repot.
Usaha bengkel las bubut ini tidak memiliki fasilitas khusus kesehatan. Untuk
menangani jika terjadi kecelakaan kerja di tempat ini, pekerja langsung di bawa ke
puskesmas. Biaya penanganan dan penanggulangan kesehatan bila ada kecelakaan
ditanggung oleh pemilik usaha. Fasilitas yang ada pada tempat tersebut yaitu
terdapat tempat peristirahatan namub tidak layak hanya beralaskan tikar saja dan
terdapat 2 buah kursi saja, tidak punya kamar mandi. Air minum bawa sendiri atau
beli disekitar lokasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di pada
hari sabtu tanggal 28 febuari 2016 di bengkel las bubut Lematang ,maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Pekerja mengetahui mengenai Kesehatan Keselamatan Kerja sehingga
pekerja memahami mengenai dampak yang terjadi jika tidak menerapkan
sistem K3. Walaupun mereka mengetahui hal itu tapi tetap saja
ketidakmauan pekerja untuk menerapkan program keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penyulit dalam observasi ini.
2. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi kesehatan pekerja. Lingkungan
kerja dapat menimbulkan bahaya seperti potensi hazard lingkungan fisik
dan fisiologis bagi pekerja
3. Pekerja belum menerapkan penggunaan alat pelindung diri. Pekerja belum
memahami bahaya yang ditimbulkan jika tidak menggunakan alat pelidung
diri seperti masker, sarung tangan atau pun penutup telinga untuk
melindungi diri dari bahaya pekerja.
4. Tidak ada dukungan dari pemilik usaha dan kurangnya pengetahuan
tentang alat pelindung diri untuk kesehatan selamatan kerja pada pekerja
bengkel las
4.2 Solusi
DAFTAR PUSTAKA