Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi asuransi secara harfiah merupakan bentuk
pertanggungan, salah satu asuransi yang memberikan pertanggungan
yaitu asuransi sosial. Asuransi sosial atau juga dapat dipahami seperti
asuransi kesehatan sosial (social health insurance) adalah suatu
mekanisme pelaksanaan yang dimulai pada 1882 di Jerman berdasarkan
pemuatan dari iuran kepesertaan JKN yang digunakan untuk kesehatan
yang sistemnya diterapkan secara masif sehingga perlu kehadiran
dengan sistem asuransi ini agar dapat memberikan perlindungan di
bidang kesehatan untuk semua golongan di tiap-tiap negara (Yohanes
Budi Sarwo, 2012).
Pada perkembangannya, asuransi diundangkan di dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (UU No. 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian). Definisi asuransi diatur dalam Pasal 1
bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi
oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul,
kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan
pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya
telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Pengaturan terhadap dunia kesehatan menjadi sesuatu yang


sangat kerap didiskusikan dalam upaya mensejahterakan masyarakat
dengan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang optimal demi
memberikan keberlangsungan hidup yang lebih baik, Salah satu
upayanya yaitu hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di
bidang kesehatan. Pada dasarnya, BPJS Kesehatan merupakan wujud
dari salah satu asuransi yang bersifat sosial yang dahulunya dikenal
dengan istilah Asuransi Kesehatan atau (ASKES).
Titik awal asuransi kesehatan sosial dilangsungkan dengan
harapan memberikan cara yang lebih sistematis yang di Indonesia yang
mulai digagaskan pada 1968 oleh Awaludin Djamin pada saat itu
menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja mengupayakan asuransi
kesehatan bagi pegawai negeri. Pemberlakuan asuransi kesehatan sosial
pada mulanya merupakan suatu wujud asuransi kesehatan yang peserta
yang diharuskan menjadi anggota merupakan kelompok masyarakat
tertentu saja (Wulan & Agustina, 2017).
BPJS Kesehatan dengan para peserta memiliki perikatan, hal ini
dimaksudkan merupakan suatu keharusan menjadi anggota untuk
memberikan asuransi kesehatan sosial. Sedangkan BPJS Kesehatan
bersama dengan fasilitas kesehatan yang ada khususnya rumah sakit di
seluruh Indonesia membuat kontrak dengan tujuan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat peserta BPJS menjadi juga tanggungjawab
pihak rumah sakit pula (Suadu, 2015).
Hukum asuransi diartikan sebagai wujud peraturan yang dibuat
secara tertulis yang mengikat peserta dan pihak asuransi untuk menaati
perjanjian yang sudah disepakati. Perjanjian tersebut peserta mempunyai
hak berupa mendapatkan perlindungan dalam penanganan pengobatan
dengan kewajiban yaitu setiap peserta membayar iuran kepesertaan JKN
setiap bulannya kepada perusahaan asuransi (Maulana, 2020). Berakar
dari pengertian hukum asuransi, BPJS termasuk ke dalam jenis asuransi
sosial. BPJS Kesehatan selaku industri portabilitas yang mengelola
jaminan kesehatan sangat memberikan hasil positif bagi setiap golongan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Manfaat dan kegunaan BPJS Kesehatan meliputi promotif, preventif,


kuratif serta rehabilitatif, manfaat secara medis maupun bukan medis
(Mariyam, 2018).
Terdapat 6 (enam) fokus utama BPJS Kesehatan di tahun 2022 yaitu:
1. Peningkatan mutu layanan
2. Perluasan kepesertaan untuk peningkatan cakupan peserta
3. Menjaga kesinambungan finansial program Jaminan Kesehatan
Nasional
4.Peningkatan hubungan kepentingan kepada stakeholders dan
penguatan komunikasi organisasi
5. Peningkatan Kapabilitas Badan
6. Optimalisasi penugasan khusus dari pemerintah.

Berdasarkan hasil capaian program jaminan kesehatan telah


terdaftar sebanyak 226,760.000.000 jiwa atau dari seluruh total
penduduk Indonesia sekitar 86,4% ( Per-Oktober 2021) data ini
memberikan petunjuk belum menyeluruhnya menjadi peserta BPJS
Kesehatan. Ditambah dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) bekerjasama sebanyak 23.608 dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKTRL) yang bekerjasama sebanyak 2.810 (Per-
Desember 2021).
Dewasa ini, pemerintah berusaha memberikan pengaturan dalam
beberapa produk hukum yang kemudian diharapkan dapat memberikan
aura positif dalam keberlangsungan di setiap golongan tanpa terkecuali.
Pengaturan BPJS Kesehatan dimuat Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Undang-Undang Nomor Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (UU No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional), Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial), serta peraturan perundang-undangan turunan lainnya.
Jaminan Kesehatan Nasional sebelumnya menerapkan kelas yang
menjadi salah satu tolak ukur yang menyebabkan kelas standar bagi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

anggota penerima bantuan iuran kepesertaan JKN membayar iuran


kepesertaan JKN yang dibayarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah
dari APBN atau APBD. Peserta bukan penerima bantuan iuran
kepesertaan JKN terbagi menjadi kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 hal ini
disesuaikan dengan iuran kepesertaan JKN yang dibayarkan ke pihak
BPJS Kesehatan. Dewasa ini, pengaturan tersebut berubah dengan
adanya penetapan kelas tunggal yang membuat semua kelas dijadikan 1
kelas tanpa adanya pembeda, hal ini tentu memiliki perspektif yang
positif bagi peserta penerima bantuan iuran kepesertaan JKN yang
semula menerima kelas bangsal maka dengan adanya peraturan baru
dalam 1 kamar terisi 4 tempat tidur yang tentunya dengan fasilitas
kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Di sisi lain, bagi peserta
bukan penerima bantuan iuran kepesertaan JKN yang membayar iuran
kepesertaan JKN membutuhkan fasilitas dan pelayanan kesehatan harus
membayar secara pribadi atau menggunakan jasa asuransi konvensional
untuk naik kelas. Penerapan sudah dimulai di beberapa rumah sakit
Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi Semarang, Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Johannes
Leimena Ambon, Rumah Sakit Umum Pusat Surakarta, serta Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Rivai Abdullah Palembang
Pembaharuan terhadap regulasi di BPJS kesehatan dengan
dikeluarkannya peraturan dalam penghapusan kelas I, kelas II, dan kelas
III untuk rawat inap yang menghadirkan produk hukum baru yaitu
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 202I tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan (PP No. 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan) sehingga memiliki
beberapa sudut pandang yang bisa dianggap menjadi suatu bumerang
dalam memberikan kesejahteraan peserta dengan penghapusan kelas
standar. Produk hukum terakhir yaitu Peraturan Presiden Nomor 64
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
82 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kesehatan (Perpres No. 64 Tahun 2020
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

2018 Tentang Jaminan Kesehatan) dapat mengembalikan taraf yang


bersifat mendasar dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional yang
esensinya merupakan program bersifat saling membantu sehingga dapat
menolong sesama anggota (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, 2020).
Peraturan pemerintah tentang penyelenggaraan bidang
perumahsakitan yang sebelumnya menerapkan kelas dengan diupayakan
melakukan pembayaran iuran kepesertaan JKN dengan pembagian kelas
1, kelas 2, dan kelas 3 yang masing setiap kelasnya baik dari Penerima
Bantuan Iuran dan (PBI) dan Bukan Penerima Bantuan Iuran (Bukan
PBI). Definisi iuran kepesertaan JKN merupakan nominal uang yang
harus dibayarkan atau disetorkan oleh para anggota perkumpulan kepada
pihak yang berwenang dalam memegang administrasi keuangan dalam
kurun waktu setiap bulannya (digunakan sebagai anggaran dalam
lingkup administrasi, rapat anggota, serta hal lainnya) (KBBI).
Iuran kepesertaan JKN yang telah dibayarkan oleh peserta kepada
BPJS Kesehatan sebagai badan hukum yang memiliki tanggung jawab
penuh dalam tata kelola yang diberi mandat. Iuran kepesertaan JKN yang
sudah dibayarkan yang disebut juga dengan istilah dana jaminan sosial
bidang kesehatan hal ini didasarkan iuran kepesertaan JKN yang telah
terkumpul tersebut menjadi dana yang diamanahkan oleh peserta yang
dengan diharapkan dapat meringankan beban biaya di bidang kesehatan
kemudian mendapatkan pelayanan oleh fasilitas kesehatan serta untuk
membiayai operasional program jaminan sosial supaya bisa membantu
ekonomi masyarakat ekonomi ke bawah (Firdaus and Wondabio, 2019).
Kelas standar pada dasarnya berdasarkan Pasal 23 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional) merupakan dalam hal peserta
membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas perawatan di rumah
sakit diberikan kelas standar. Kelas standar sesuai dengan inti dari Pasal
54 A dan Pasal 54 B yang akan diberlakukan dengan dengan
menggandeng kementerian/lembaga terkait dengan tujuan meningkatkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

jaminan kesehatan nasional sesuai dengan kebutuhan rawat inap dengan


model kelas standar.
Pengertian BPJS Kesehatan merupakan suatu bentuk perusahaan
asuransi secara awam yang pendahulunya berdiri sebagai PT Asuransi
Kesehatan (ASKES) yang setiap pengerjaannya akad akan dipantau
pihak DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) (Wijaya et al., 2016).
Pemuatan kelas standar dalam wujud implementasi oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan peraturan presiden yang tersebut di atas akan
dilaksanakan pada 2022. Hal ini memperlihatkan adanya beberapa aspek
yang dianggap belum siap.
Menurut direktur Rumah Sakit Umum dr. Soebandi Jember dr.
Hendro Soelistijino, M.M.,M.Kes sementara waktu masih mengikuti 12
tolak ukur yang diberikan DJSN karena dari Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2021 (PP No. 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan) masih tidak jelas. Kesulitan yang dialami
Rumah Sakit Umum dr. Soebandi Jember terkait sesuai Pasal 18a
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 (PP No. 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan) yang intinya terkait
60% tempat tidur yang wajib disediakan oleh rumah sakit pemerintah
pusat dan daerah, menurut dr. Hendro Soelistijino, M.M.,M.Kes hal itu
sangatlah sulit dilakukan bagi Rumah Sakit Umum dr. Soebandi Jember
yang bisa saja membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk penyesuaian.
Klasifikasi rumah sakit yang telah termuat dalam Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit) serta turunannya yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2021 (PP No. 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan). Saat ini sudah dilaksanakan Jaminan
Kesehatan Nasional Kelas Rawat Inap Standar (JKN KRIS) namun
pengertian yang tidak tercantum sehingga rumah sakit mengalami
kesulitan dalam mengimplementasikan JKN KRIS tersebut, kemudian
kepesertaan yang akan dibuat kelas tunggal masih sangat keliru hal
tersebut diakibatkan tidak adanya peserta bukan penerima bantuan iuran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

kepesertaan JKN yang seharusnya semula dalam Pasal 36 Peraturan


Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 (PP No. 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan) bahwa semua kelas
diberlakukan adalah kelas tunggal atau semua kelas disamakan. Penulis
hendak meneliti mengenai kebijakan mengenai pemberlakuan Kelas
Rawat Inap Standar oleh pemerintah terhadap hal mengenai kesiapan
kelas rumah sakit secara lebih mendalam berdasarkan dari produk hukum
yang telah dibuat secara tertulis masih bersifat abstrak.

B. Kebaruan Penelitian
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
ide dalam penelitian ini:

Tabel 1.1 Kebaruan Penelitian

Tah Jenis Pokok


No Penulis Judul
un Penelitian Bahasan
1 Febri Perjanjian 2020 Tesis Berdasarkan
Murtiningti Kerjasama hasil
as, Antara penelitian
Universitas Badan yang telah
Sriwijaya, Penyelengg dilakukan,
Sumatera ara Jaminan Praktik
Selatan. Sosial Penyelenggar
Kesehatan aan
Dengan Pelayanan
RSUP Dr. Kesehatan
Mohammad Melalui BPJS
Hoesin dan
Dalam pertanggungj
Pelaksanaan awaban
Pelayanan penyelesaian
Kesehatan sengketa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

yang terjadi
antara Rumah
Sakit dengan
BPJS
meliputi
Pihak Rumah
Sakit
melakukan
apa yang
diberikan di
dalam
peraturan
yang ada.
Beberapa
permasalahan
yang
dikeluhkan
dari peserta
program
Jaminan
Kesehatan
Nasional
yaitu meliputi
sulit untuk
mendapatkan
kamar rawat
inap,
dikarenakan
Rumah Sakit
Umum Pusat
Moh.Hussein
adalah rumah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

sakit rujukan
nasional di
Provinsi
Sumatera
Selatan dan
sekitarnya.
2 Faradiba Determinan 2020 Tesis Berdasarkan
Anggraeni, Kepatuhan hasil
Universitas Membayar penelitian
Hassanuddi Iuran BPJS yang
n, Sulawesi Kesehatan dilakukan,
Selatan. Pada benang merah
Peserta yang dapat
Mandiri di diambil
RSUD Haji merupakan
Kota mengenai
Makassar faktor yang
mempengaru
hi dalam
kepatuhan
dalam
membayar
iuran
merupakan
dari sumber
daya
manusianya
sendiri.
Dalam
penelitian ini
menjelaskan
mengenai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

harus adanya
sosialisasi
terhadap
masyarakat
mengenai
beberapa
loket yang
juga dalam
hal ini
petugas BPJS
Kesehatan
harus
memberlakuk
an sanksi
yang tegas
apabila
adanya iuran
yang
tertunggak.
3 Ratu Ayu Penyelengg 2015 Tesis Dari hasil
Pamularsih, araan penelitian,
Universitas Pelayanan Praktik
Islam Kesehatan Penyelenggar
Indonesia, Melalui aan
Daerah BPJS Pelayanan
Istimewa Kesehatan Kesehatan
Yogyakarta. DI Rumah Melalui BPJS
Sakit dan
pertanggungj
awaban
penyelesaian
sengketa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

yang terjadi
antara Rumah
Sakit dengan
BPJS
meliputi
Pihak Rumah
Sakit
melakukan
apa yang
diberikan di
dalam
peraturan
yang ada.

Keterangan:
Penelitian pertama, memiliki fokus kajian pada “perjanjian antara
BPJS Kesehatan dengan Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Husein”
meninjau isi pelaksanaan perjanjian sehingga menimbulkan sengketa
antara pihak BPJS Kesehatan dan RSUP Moh Husein. Penelitian kedua,
memiliki fokus masalah kajian yang lebih kepada “determinan
kepatuhan membayar iuran kepesertaan JKN BPJS Kesehatan pada
peserta mandiri di RSUD Haji Kota Makassar” dalam penelitian ini
memberikan perlakuan yang seharusnya peserta BPJS Kesehatan sanksi
tegas terhadap tunggakan pembayaran iuran.
Penelitian ketiga, memiliki fokus kajian pada “kasus PT Asuransi
Jiwa Nusantara yang izinnya telah dicabut, maka kemudian PT Bank
DKI, permasalahan yang dikaji mengenai keadilan dalam hal ini lembaga
yang berwenang seperti rumah sakit seharusnya tidak menolak pasien
yang seharusnya membutuhkan bantuan medis dikarenakan hal ini sudah
terdapat di dalam tanggung jawab rumah sakit dengan demikian BPJS
Kesehatan hendaknya melakukan melakukan penelaahan terhadap
problematika hukum yang seharusnya hal tersebut tidak terjadi sehingga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

dibutuhkan perhatian yang vital dan monitoring yang sesuai dengan


kewajiban dan hak yang diterima masyarakat menengah kebawah
sehingga memberikan kesejahteraan” tanggung jawab penyelesaian
sengketa yang terjadi antara Rumah Sakit dengan BPJS meliputi pihak
Rumah Sakit melakukan apa yang diberikan di dalam peraturan yang ada.
Pada penelitian ini lebih memfokuskan dengan upaya pengkajian
secara yuridis terhadap peraturan Jaminan Kesehatan Nasional Kelas
Rawat Inap Standar (JKN KRIS) BPJS Kesehatan dan melihat
berdasarkan kacamata hukum mengenai kejelasan hukum sehingga
peraturan yang dibuat legislator memberikan solusi dalam menciptakan
pelayanan kesehatan bagi setiap peserta program JKN KRIS BPJS
Kesehatan. Pada penelitian pertama berkaitan dengan perjanjian yang
dilakukan RSUP Moh. Husein dengan BPJS Kesehatan dan upaya
penyelesaian sengketa antara kedua pihak, dalam penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam tesis ini lebih kepada adanya pengkajian
hukum dengan pemberlakuan program BPJS Kesehatan yang baru yaitu
JKN KRIS.
Pada penelitian yang kedua, melihat fokus kepada solusi
pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan, maka penelitian ini
lebih mengedepankan adanya kepastian hukum dari Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 (PP No. 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan) sesuai dengan hierarki
peraturan perundang-undang sehingga menciptakan atmosfer sebagai
negara kesejahteraan. Pada penelitian ketiga yang memiliki fokus pada
pertanggungjawaban dalam penyelesaian sengketa antara BPJS
Kesehatan dengan Rumah Sakit di daerah Yogyakarta, sementara
penelitian ini membahas produk hukum terkait program JKN KRIS yang
bersifat komprehensif program JKN KRIS mengenai kejelasan
pengertian, pihak yang menggunakan JKN KRIS, hingga kedudukan
setiap pihak pada berlangsungnya program JKN KRIS seperti BPJS
Kesehatan, Peserta program JKN/Pasien, serta rumah sakit yang
melangsungkan program pemerintah tersebut, tujuan untuk memberikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

kepastian hukum serta mencapai negara kesejahteraan sesuai peraturan


perundang-undangan mengenai program JKN KRIS. Oleh karena itu,
judul dari penelitian ini adalah “Konsekuensi Rumah Sakit Terhadap
Kelas Rawat Inap Standar Jaminan Kesehatan Nasional Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsekuensi rumah sakit terhadap Kelas Rawat Inap
Standar peserta BPJS Kesehatan?
2. Apakah program kelas rawat inap standar menjadi solusi bagi peserta
BPJS Kesehatan?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yang dimuat berdasarkan
dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun
tujuan penelitian tesis ini yaitu:
1. Tujuan Objektif
a. Mengkaji mengenai konsekuensi rumah sakit terhadap Kelas
Rawat Inap Standar peserta BPJS Kesehatan.
b. Mengkaji mengenai hadirnya produk hukum mengenai Kelas
Rawat Inap Standar yang akan diberlakukan kepada seluruh
peserta BPJS Kesehatan tentang penyelenggaraan bidang
kerumahsakitan yang diharapkan memberikan solusi di bidang
kesehatan.
2. Tujuan Subjektif
a. Upaya untuk memenuhi persyaratan akademik dalam rangka
meraih gelar Magister Hukum di Pascasarjana Magister Ilmu
Hukum Universitas Sebelas Maret.
b. Memberikan sumbangsih terhadap ilmu yang penulis miliki
kemudian dituangkan dalam penelitian ini agar bermanfaat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

bagi penulis, akademisi lainnya dan juga setiap golongan serta


terhadap penambahan ilmu pengetahuan di bidang hukum.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penjelasan mengenai hal yang akan dikaji dan tujuan
penulisan penelitian proposal tesis ini, berikut manfaat dari penelitian
proposal antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Diharapkan melalui penelitian ini, bisa menjadi sebuah
rujukan bagi ilmu pengetahuan serta dapat berguna untuk
pemikiran yang bermanfaat yang bersifat positif, terkhusus di
bidang ilmu hukum.
b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi salah satu sumber
literatur dan referensi bagi penelitian berikutnya terkait
dengan pembahasan ataupun problematik yang serupa yang
berkaitan Kelas Rawat Inap Standar BPJS Kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulisan penelitian ini menjadi suatu penelitian yang bisa
menjadi tolak ukur penulis dalam menilai kemampuan
menganalisis permasalahan penelitian terutama di bidang
ilmu hukum.
b. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian proposal tesis ini, golongan masyarakat
diharapkan mengetahui dengan adanya penerapan Kelas
Rawat Inap Standar yang secara hukum produk hukumnya
telah ada agar bisa mengetahui hak dan kewajiban yang akan
masyarakat akan terima dengan adanya pola baru yang dibuat
oleh pemerintah, fasilitas kesehatan (faskes), serta peranan
BPJS Kesehatan terkait hubungan perjanjian dengan rumah
sakit yang tentunya terdapat perubahan dalam pelayanan
kesehatan di kemudian waktu.
c. Bagi Pemerintah Dan Lembaga Terkait
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi


pemerintah serta lembaga terkait seperti rumah sakit dan
BPJS Kesehatan dalam membentuk kebijakan produk hukum
yang pasti menguntungkan serta memberikan tinjauan
yuridis mengenai adanya Kelas Rawat Inap Standar.
Terbentuknya produk hukum tersebut diharapkan
memberikan kejelasan yang pasti sehingga tidak ada pihak
yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai