Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERMASALAHAN KESETARAAN GENDER DI INDONESIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 Kesetaraan Gender

Andhika Rangga Kusuma Modjo (150610190078/Fakultas Pertanian)

Calista Zahra (180410190097/Fakultas Ilmu Budaya)

Nasya Salsabil Ash-shafa (160110190100/Fakultas Kedokteran Gigi)

Novyanti (150510190106/Fakultas Pertanian)

Tarysha Fitria Sugandi (120304190024/Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Permasalahan Kesetaraan Gender di Indonesia”.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal. Kami mengucapkan


banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini sehingga pembuatan makalah ini dapat terlaksana dengan
lancar.

Didalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan-kekurangan didalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik agar kedepannya kami dapat menyusun makalah
yang lebih baik lagi.

Kami berharap besar pada makalah ini agar dapat mengedukasi pembaca
mengenai permasalahan tentang kesetaraan gender di Indonesia. Sekian yang
dapat penulis sampaikan, kami harap pembaca bisa mendapatkan manfaat setelah
membaca makalah ini.

Jatinangor, 13 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6

2.1 Materi PKN yang terkait................................................................................6

2.2 Materi SDGs yang terkait...............................................................................7

BAB III.......................................................................................................................................9

PEMBAHASAN.........................................................................................................................9

BAB IV.....................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

4.1 Kesimpulan...................................................................................................14

4.2 Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

LAMPIRAN..............................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terjadinya kesetaraan gender ialah saat laki-laki dan perepuan berada pada
posisi setara untuk mendapatkan haknya secara hukum dan kualitas hidup yang
sama. Kesetaraan gender merupakan salah satu bagian penting dari hak asasi
manusia. Kesetaraan gender juga sangat penting bagi terjadinya kehidupan
demokrasi karena menjamin seluruh masyarakat untuk dapat mengakses dan
berpeluang didalam demokrasi.

Dalam tujuan kelima SDGs (Sustainable Development Goals) disebutkan


mengenai gender equality atau kesetaraan gender. Tujuan SDGs tersebut yakni
untuk menjamin kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan. Selain
itu, kesetaraan gender meliputi mengenai penghilangan diskriminasi dan
ketidakadilan struktural yang terjadi pada perempuan ataupun laki-laki. Namun
pada kenyataannya, masih banyak permasalahan mengenai kesetaraan gender.
Sejauh ini, masih terdapat banyak sekali pendiskriminasian yang berbasis pada
gender, dimana potensi terbesar mendapat diskriminatif itu dipegang oleh para
perempuan. Pembedaan ini seringkali terjadi pada berbagai bidang kehidupan,
salah satunya ialah pada hal pekerjaan.

Perempuan seringkali medapat pembedaan dalam hal pekerjaan. Contohnya,


banyak anggapan yang menyebut bahwa perempuan kurang pantas untuk bekerja
dirumah. Anggapan tersebut juga menyebutkan bahwa perempuan lebih cocok
untuk bekerja didalam rumah saja. Banyak perempuan yang tersingkir dari
pekerjaan mereka, bahkan ada yang tidak mendapat pekerjaan karena pembedaan
tersebut. Perempuan masih sering mengalami diskriminasi dalam mencari
pekerjaan ataupun menerima upah kerja. Masih banyak permasalahan-
permasalahan lainnya mengenai kesetaraan gender. Penting untuk memahami

4
permasalahan tersebut agar dapat terbentuk sebuah solusi optimal dalam
penyelesaiannya.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang yang telah dituliskan, penulis akan memberikan
identifikasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Hak-hak perempuan dalam mendapatkan pekerjaan


2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diskriminasi gender pada
sektor pekerjaan
3. Penyebab rendahnya angka partisipasi perempuan dalam dunia kerja
4. Hambatan yang dihadapi oleh perempuan dalam dunia pekerjaan

1.3 Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan penulis menyusun makalah ini ialah untuk memenuhi
tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang diberi oleh dosen sebagai
tugas untuk Tahap Persiapan Bersama (TPB), serta untuk menambah ilmu dan
wawasan kita mengenai SDGs;Kesetaraan Gender. Penulisan makalah ini juga
bertujuan untuk mengetahui bagaimana hak-hak perempuan dalam mendapatkan
pekerjaan, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diskriminasi gender pada
sektor pekerjaan, penyebab rendahnya angka partisipasi perempuan dalam dunia
kerja, serta hambatan yang dihadapi oleh perempuan dalam dunia pekerjaan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Materi PKN yang terkait.


Dalam mewujudkan kesetaraan gender, tidak terlepas dari peran
pembelajaran mengenai pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran/mata kuliah yang dapat
melaksanakan pendidikan mengenai kesetaraan gender. Pendidikan
kewarganegaraan memiliki visi dan misi menjunjung nilai-nilai moral positif.
Dalam meningkatkan kesetaraan gender, pendidikan kewarganegaraan
memegang peran penting didalamnya. Pendidikan kewarganegaraan pula
memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan
mengenai demokrasi dan HAM demi terwujudnya kesetaraan gender di
Indonesia. Didalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sering
dijumpai konsep demokrasi dan hak asasi manusia. Kesetaraan gender itulah
yang menjadi salah satu bagian penting dalam demokrasi dan hak asasi
manusia. Namun, di Indonesia kesetaraan gender masih sulit ditemui dan
menimbulkan terjadinya bias gender. Seringkali terjadi pendiskriminasian
kepada perempuan dalam berbagai bidang, seperti politik, pendidikan, dan
pekerjaan.

Setiap hak warga negara Indonesia terjamin tanpa terkecuali, seperti yang
disebutkan pada UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Hak
asasi manusia juga dijamin oleh negara seperti yang disebutkan pada Pasal 28
UUD 1945. Namun, masih banyak pendiskriminasian yang terjadi di
Indonesia, contohnya pada bidang pekerjaan. Masih banyak paradigma yang
menyatakan bahwa perempuan itu lemah, perempuan itu lebih baik mengurusi
rumah tangga, dan hanya laki-laki saja yang pantas dan patut untuk bekerja.
Perempuan masih sulit mendapat hak yang sama dengan laki-laki, terutama

6
dalam pekerjaan. Perempuan masih sering mengalami diskriminasi dalam
mencari pekerjaan ataupun menerima upah kerja.

Sejatinya, kesetaraan gender dapat diwujudkan apabila semua pihak


membangun sebuah prespektif mengenai gender dengan benar, Pendidikan
merupakan hal yang tepat untuk memberikan pemahaman mengenai prespektif
gender. Pendidikan kewarganegaraan adalah mata kuliah yang tepat untuk
mewadahi pemahaman. Hal tersebut karena pendidikan kewarganegaraan
memiliki pembelajaran yang penting dalam mendukung prespektif gender,
yaitu demokrasi dan hak asasi manusia. Melalu pendidikan kewarganegaraan,
diharapkan dapat memahami mengenai equality dan dapat disambungkan
maknanya dengan kesetaraan gender.

2.2 Materi SDGs yang terkait


SDGs atau Sustainable Development Goals ialah suatu seruan yang
bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi, dan memastikan orang-
orang untuk dapat menikmati kedamaian dan kemakmuran. Dalam seruannya,
SDGs memiliki 17 upaya penting yang bersifat global dan dapat diaplikasikan.
Pengimplementasian SDGs harus dilakukan secara terpadu karena SDGs tidak
berdiri sendiri.

Salah satu diantara 17 upaya yang dilakukan SDGs ialah menjamin


kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan yang tercantum pada
tujuan ke 5 SDGs. THE GLOBAL GOALS menyebutkan Gender Equality
“Achieve gender quality amd empower all women and girls”. Tujuan dari
kesetaraan gender ini ialah untuk mengakhiri diskriminasi yang sering terjadi
pada kaum perempuan. Banyak sekali diskriminasi pada kaum perempuan,
seperti ketidaksetaraan pasar tenaga kerja juga diskriminasi pada jabatan
publik,

Kesetaraan gender merupakan sebuah pandangan, dimana semua orang


harus dapat menerima sebuah perlakuan yang sama tanpa adanya diskriminasi
yang didasari pada gender mereka. Adanya suatu proses dan perlakuan yang

7
adil untuk perempuan mapupun laki-laki adalah makna dari keadilan gender.
Dalam SDGs, kesetaraan gender memiliki tujuan untuk mencapai terjadinya
akhir dari diskriminasi pada perempuan dan memberdayakan para perempuan
dan anak perempuan.

Stereotip mengenai perempuan yang lebih baik tidak bekerja masih sering
dijumpai. Pandangan bahwa perempuan lebih baik hanya mengurusi pekerjaan
rumah tangga dibandingkan bekerja secara formal masih melekat pada
masyarakat. Di Indonesia, kesetaraan gender pun masih hanya dalam konteks
kesetaraan upah, tanpa melihat adanya kesetaraan hak yang dimiliki antara
laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender dapat menjadi landasan untuk
dunia yang damai, bukan hanya sebatas pada hak asasi manusia yang
mendasar. Sudah sepatutnya diskriminasi terhadap perempuan dihilangkan,
dan kesetaraan gender diterapkan untuk memenuhi hak asasi manusia.

8
BAB III

PEMBAHASAN

Seiring perkembangan, perempuan mulai banyak merambah pada dunia kerja.


Tetapi, masalah yang terjadi adalah perempuan seringkali tidak mendapatkan hak
yang sama dengan laki-laki atau tidak diperlakukan setara seperti laki-laki.
Perempuan lebih sulit mendapat perkerjaan dibandingkan dengan laki-laki, tidak
jarang perempuan seringkali mendapat kuota yang lebih sedikit dibandingkan
laki-laki yang mengakibatkan rendahnya partisipan perempuan dalam lingkup
pekerjaan. Di beberapa kelompok masyarakat, ada yang menggunakan jenis
kelamin sebagai kriteria dalam suatu pekerjaan. Kelompok masyarakat tersebut
membagikan peran, tugas, dan kerja berdasarkan jenis kelamin, walaupun
pekerjaan tersebut sebenarnya dapat dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki.
Secara budaya terdapat pandangan terkait kapasitas fisik perempuan (ukuran,
bentuk, kekuatan) dianggap membuat mereka kurang cocok untuk pekerjaan yang
ditugaskan untuk laki-laki. Terdapat pula pandangan bahwa keadaan reproduksi
wanita (menstruasi, kehamilan, dan berbagai hal lain) dianggap membuat mereka
tidak dapat bekerja lebih sering dan optimal dibandingkan laki-laki. Hal ini
memunculkan pandangan bahwa mempekerjakan perempuan memiliki resiko
tersendiri.
Nampaknya sebagian besar warga Indonesia sepakat bahwa peranan
perempuan tidak bisa dipisahkan dengan peran dan kedudukan mereka dalam
keluarga. Hal ini berkaitan dengan peran ganda perempuan sebagai ibu yang
bertanggung jawab atas urusan rumah tangga termasuk membesarkan anak, serta
sebagai pekerja perempuan. Hasil kerja perempuan dianggap pekerjaan yang
rendah. Akibatnya, perempuan lebih sering mendapat pekerjaan yang informal,
yang mana pekerjaan tersebut tidak menjamin perlindungan secara hukum
maupun kesejahteraannya. Bukan hanya itu, beberapa kendala yang ada pada
pekerjaan informal antara lain terbatasnya akses sumber daya keuangan dan

9
modal, terbatasnya akses untuk mendapatkan informasi produk atau pasar, dan
akses untuk mendapatkan pelatihan keterampilan dan peningkatan kapasitas
produk. Meskipun perempuan memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan
laki-laki, sering terjadi upah yang mereka terima lebih rendah dibandingkan laki-
laki. Realitas ini memperkuat ketidak-adilan gender yang telah melekat pada
kultur masyarakat.
Salah satu kasus mengenai diskriminasi perempuan adalah upah yang didapat
wanita lebih rendah sebesar 32 persen dibandingkan dengan upah pria. Dilansir
dari okezone.com, Sri Mulyani, Menteri keuangan Indonesia menyatakan bahwa
ketimpangan gender masih terjadi ketimpangan dalam upah yang diberikan pada
karyawan. Karyawan perempuan mendapat upah lebih 32 persen rendah dari laki-
laki. Ketimpangan gender bukan hanya terjadi pada tingkat partisipasi, melainkan
juga pada besaran upah/gaji yang diterima karyawan.
“Jika anda lihat, ketimpangan gender tidak hanya pada tingkat partisipasi tapi
juga pada besaran gaji. Perempuan menerima gaji 32% lebih rendah ketimbang
laki-laki. Jadi itu artinya perempuan digaji lebih sediit. Untungnya kalau di jajaran
menteru, gaji kami sama,” Ucap Sri Mulyani, pada Rabu (13/3/2019) di Main Hall
BEI, Jakarta.
Menurut Sri Mulyani, pendapatan rendah yang diterima karyawan perempuan
disebabkan karena adanya anggapan perempuan kurang memiliki kontribusi
dalam tempat kerja. Namun, penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan
perempuan dan juga kesetaraan gender adalah suatu penggerak untuk
pertumbuhan perekonomian. Sri Mulyani juga menyatakan bahwa saati ini
perempuan masih berhadapan dengan tantangan memperoleh pekerjaan dan
memperoleh upah yang setara, dan juga mendapat kesempatan untuk kegiatan
kepemimpinan. Hal tersebut dibatasi oleh norma sosial negatif yang memandang
perempuan dan diskriminasi.
Dilansir dari detik.com, Sri Mulyani juga menegaskan bahwa partisipasi
wanita dalam dunia kerja saat ini hanya memiliki 55,4 persen dari populasi
mereka, sedangkan pria sudah mencapai 83 persen yang memasuki dunia kerja.
Wanita juga masih mendapat kesulitan karena kesempatan kerja di Indonesia di
Indonesia masih sangat kecil. Sri Mulyani menilai bahwa para wanita pada

10
dasarnya memiliki potensi yang cukup besar. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
lulusan terbaik tiap universitas rata rata adalah wanita. Tetapi, potensi tersebut
seolah-olah menghilang saat mereka memasuki dunia kerja. Rata-rata karir
wanita yang baik hanya bertahan selama 5 tahun kerja saja.
“Kebanyakan area pekerjaan yang ada dianggap tidak cocok bagi wanita.
Kebanyakan peluang kerja untuk wanita di sektor pendidikan sebagai guru. Tapi
di area lainnya tidak benar-benar tersedia untuk wanita,” Ucap Sri Mulyani, Rabu
(13/3/2019).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diskriminasi gender dalam
pekerjaan, yaitu:

1. Marginalisasi dalam Pekerjaan

Marginalisasi dapat diartikan sebagai proses penyingkiran perempuan dalam


pekerjaan. Menurut seorang ahli sosiologi dari Inggris, Alison Scott, ada empat
bentuk marginalisasi yaitu :

 Proses pengucilan, dimana perempuan dikucilkan dari suatu pekerjaan


tertentu.
 Proses pergeseran dari pasar tenaga kerja ke pinggiran, perempuan
ditempatkan pada pekerjaan yang dinilai kurang terampil.
 Proses feminisasi atau segregasi yaitu dipusatkannya perempuan pada
suatu pekerjaan atau dikhususkannya suatu pekerjaan hanya untuk
perempuan saja atau laki-laki saja.
 Adanya perbedaan upah yang disebabkan proses ketimpangan ekonomi
yang mulai menigkat.

Salah satu contoh marginalisasi adalah penggantian tenaga perempuan di


pabrik-pabrik dengan mesin-mesin yang canggih. Marginalisasi mengakibatkan
naiknya tingkat kemiskinan dan kesempatan kerja bagi wanita lebih sedikit
terutama pada masyarakat lapisan bawah.

2. Kedudukan Perempuan yang Subordinat dalam Sosial Budaya


Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat yang irrasoinal dan
emosional meyebabkan perempuan dianggap memiliki posisi yang kurang

11
penting. Akibatnya perempuan cenderung memiliki pekerjaan yang upahnya
rendah, kondisi yang buruk, dan tidak memiliki jaminan keamanan. Pekerjaan
yang sering dilakukan perempuan yaitu menjadi buruh, yang mana buruh
perempuan lebih sering diekspolitasi daripada buruh laki-laki.
3. Stereotipe terhadap Perempuan
Stereotipe dapat diartikan sebagai penanda suatu kelompok dan dapat
merugikan ataupun menimbulkan diskriminasi. Contoh stereotipe yaitu anggapan
perempuan memiliki fisik yang lemah maka tidak cocok untuk menjadi
pemimpin. Perempuan sarat dengan keterbatasan, tidak sebagaimana laki-laki
yang biasa melakukan aktivitas lebih leluasa, bebas, lebih berkualitas, dan
produktif. Padahal perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama.
Beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya angka partisipasi perempuan
dalam kerja adalah,
a) Menyangkut persepsi mengenai kerja yang dilakukan perempuan
berkaitan dengan peran domestik perempuan
b) Berkaitan dengan persepsi tersebut adalah perangkat pengukuran,
penentuan, atau pendefinisian pekerja perempuan
c) Sifat musiman, paruh waktu, dan informal dari kebanyakan
pekerjaan perempuan

4. Tingkat Pendidikan Perempuan Rendah


Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat
kesenjangan gendernya karena proporsi laki-laki yang bersekolah lebih banyak
dari proporsi perempuan yang bersekolah. Kesenjangan ini disebabkan oleh
berbagai hal diantaranya adalah pertimbangan prioritas berdasarkan nilai ekonomi
anak, bahwa nilai ekonomi anak laki-laki lebih mahal dibandingkan dengan nilai
ekonomi anak perempuan. Oleh karena tingkat pendidikan yang rendah,
perempuan biasanya bekerja sebagai TKW yang tidak perlu memiliki keahlian
atau keterampilan khusus. Adapun hambatan yang dihadapi oleh perempuan di
dunia pekerjaan yaitu:
 Hambatan yang bersifat eksternal antara lain masalah sosial kultural yang
belum memiliki kesadaran gender yang memadai.

12
 Hambatan yang bersifat internal yang merupakan hambatan yang berasal
dari perempuan itu sendiri antara lain kesiapan dan konsistensi dalam
pekerjaannya sehingga dapat diakui oleh orang lain.
 Hambatan yang berasal dari pemerintah antara lain dari peraturan
perundang-undangan.

Pada konsep kewarganegaraan, seharusnya perempuan yang juga merupakan


warga negara patut diberi ruang dan kesempatan yang sama, terutama dalam dunia
kerja. Pendidikan kewarganegaraan terdapat materi-materi yang mendukung
pemahaman perspektif gender, yakni demokrasi dan hak asasi manusia.
Kesetaaraan juga diberlakukan dalam sektor ekonomi. Dalam pasal 3 perjanjian
tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya pada tahun 1966, dinyatakan bahwa
adanya persamaan bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh hak ekonomi,
sosial, dan budaya, termasuk menghilangkan diskriminasi dalam pekerjaan.
Adapun solusi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan ini dapat berupa :

1. Melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi tenaga kerja wanita agar dapat
meningkatkan produktivitasnya
2. Mengakhiri diskriminasi dan menghilangkan anggapan subjektif terhadap
perempuan
3. Mempermudah akses perempuan untuk mendapatkan pekerjaan
4. Mempermudah akses pasar bagi para wanita
5. Memberdayakan dan meningkatkan kualitas para wanita.
6. Menghilangkan bentuk kekerasan yang terjadi pada perempuan.

13
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesetaraan gender ialah suatu kondisi dimana terjadinya kesetaraan hak baik
itu pada laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender tidak hanya sebagai
suatu hak asasi manusia mendasar, melainkan juga menjadi suatu landasan untuk
kedamaian dunia. Sampai saat ini, masih banyak terjadi permasalahan mengenai
kesetaraan gender terutama dalam sektor pekerjaan. Perempuan lebih sulit
mendapat perkerjaan dibandingkan dengan laki-laki. Kesempatan kerja bagi para
perempuan lebih sulit untuk didapatkan. Upah yang diberikan bagi para pekerja
wanita pun tidak sesuai dengan pekerjaan mereka, serta tidak setara dengan upah
laki-laki.

Nampaknya sebagian besar warga Indonesia sepakat bahwa peranan


perempuan tidak bisa dipisahkan dengan peran dan kedudukan mereka. Masih
banyak anggapan subjektif yang menganggap perempuan tidak cocok untuk
bekerja secara formal dan lebih baik mengurusi rumah tangga sehingga membuat
para perempuan sulit untuk berkarir. Sejatinya, perempuan juga merupakan warga
negara yang patut diberi ruang dan kesempatan yang sama dalam dunia kerja.
Berbagai upaya dan solusi harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Sudah saatnya
diskriminasi terhadap perempuan dihapuskan, dan kesetaraan gender diwujudkan.

4.2 Saran
Mengenai permasalahan ini, penulis menyarankan beberapa solusi untuk
memecahkan masalah serta mewujudkan terjadinya kesetaraan gender, yaitu
sebagai berikut :

1. Melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi tenaga kerja wanita agar dapat
meningkatkan produktivitasnya

14
2. Mengakhiri diskriminasi dan menghilangkan anggapan subjektif terhadap
perempuan
3. Mempermudah akses perempuan untuk mendapatkan pekerjaan
4. Mempermudah akses pasar bagi para wanita
5. Memberdayakan dan meningkatkan kualitas para wanita.
6. Menghilangkan bentuk kekerasan yang terjadi pada perempuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, A. D. (2018). Kesetaraan Gender. SUSTAINABLE DEVELOPMENT


GOALS (SDGs) DAN KESETARAAN GENDER, 2-5. Retrieved September
15, 2019, from
https://www.academia.edu/37952469/SUSTAINABLE_DEVELOPMENT
_GOALS_SDGs_dan_Kesetaraan_Gender

Edi Wibowo, Dwi. (2011). Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan Gender,
dalam Jurnal Muwazah. Vol.3, No. 1.

Febrianti, N. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan: Mewujudkan Kesetaraan


Gender

Khatimah, Khusnul. (2009). Diskriminasi Gender terhadap Perempuan dalam


Sektor Pekerjaan, dalam jurnal Studi Gender & Anak. Vol.4, No.1.

Kurniawan, D. (2018, Agustus 2). Sri Mulyani : Ketidaksetaraan Gender


Timbulkan Kemiskinan. Retrieved September 15, 2019, from
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3607884/sri-mulyani-ketidaksetaraan-
gender-timbulkan-kemiskinan

Purwanti, A. (2015). Retrieved September 15, 2019, from


http://eprints.ums.ac.id/33035/2/BAB%201.pdf

Sugianto, D. (2019, Maret 13). Sri Mulyani Ingin Perusahaan di RI Adil


Perlakukan Wanita dan Pria. Detik Finance. Retrieved September 16,
2019, from https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-
4466054/sri-mulyani-ingin-perusahaan-di-ri-adil-perlakukan-wanita-dan-
pria? ga=2.158757434.1894188824.1568467972-
1187866213.1549358017

16
Tamrin, F. (2018, November 01). TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar
" Kesetaraan Gender ". Kesetaraan Gender, 1-10. Retrieved September 16,
2019, from
https://www.academia.edu/37689178/TUGAS_MAKALAH_Ilmu_Sosial_
Budaya_Dasar_Kesetaraan_Gender_

Uly, Y. A. (2019, Maret 13). Sri Mulyani: Upah Pekerja Wanita Masih 32% Lebih
Rendah dari Pria. Retrieved September 16, 2019, from
https://economy.okezone.com/read/2019/03/13/320/2029492/sri-mulyani-
upah-pekerja-wanita-masih-32-lebih-rendah-dari-pria

Utomo, A. (2018, Maret 16). Wanita dalam Pembangunan Nasional: Masalah dan
Solusi. Retrieved September 16, 2019, from
https://www.kompasiana.com/himiespa/5aab35eedcad5b549032ea82/wani
ta-dalam-pembangunan-nasional-masalah-dan-solusi?page=all

Wahyudin, I. J. (2018). HUBUNGAN PRESEPSI KESETARAAN GENDER


ANTARA PRIA DAN WANITA DENGAN PRESEPSI
PENGEMBANGAN KARIER PADA WANITA YANG BEKERJA DI
PERUSAHAAN. Retrieved September 15, 2019

Wibowo, E. (2011, Juli 1). PERAN GANDA PEREMPUAN DAN


KESETARAAN GENDER. Retrieved September 14, 2019, from
file:///E:/unpad/TPB/6-1-2399-1-10-20160228.pdf

Windarini, Y. (2013). Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film


Perempuan Berkalung. ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER,
4-8. Retrieved September 15, 2019, from
http://eprints.ums.ac.id/23384/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

17
LAMPIRAN

18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai