DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Permasalahan Kesetaraan Gender di Indonesia”.
Kami berharap besar pada makalah ini agar dapat mengedukasi pembaca
mengenai permasalahan tentang kesetaraan gender di Indonesia. Sekian yang
dapat penulis sampaikan, kami harap pembaca bisa mendapatkan manfaat setelah
membaca makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.........................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan...................................................................................................14
4.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
LAMPIRAN..............................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
permasalahan tersebut agar dapat terbentuk sebuah solusi optimal dalam
penyelesaiannya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap hak warga negara Indonesia terjamin tanpa terkecuali, seperti yang
disebutkan pada UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Hak
asasi manusia juga dijamin oleh negara seperti yang disebutkan pada Pasal 28
UUD 1945. Namun, masih banyak pendiskriminasian yang terjadi di
Indonesia, contohnya pada bidang pekerjaan. Masih banyak paradigma yang
menyatakan bahwa perempuan itu lemah, perempuan itu lebih baik mengurusi
rumah tangga, dan hanya laki-laki saja yang pantas dan patut untuk bekerja.
Perempuan masih sulit mendapat hak yang sama dengan laki-laki, terutama
6
dalam pekerjaan. Perempuan masih sering mengalami diskriminasi dalam
mencari pekerjaan ataupun menerima upah kerja.
7
adil untuk perempuan mapupun laki-laki adalah makna dari keadilan gender.
Dalam SDGs, kesetaraan gender memiliki tujuan untuk mencapai terjadinya
akhir dari diskriminasi pada perempuan dan memberdayakan para perempuan
dan anak perempuan.
Stereotip mengenai perempuan yang lebih baik tidak bekerja masih sering
dijumpai. Pandangan bahwa perempuan lebih baik hanya mengurusi pekerjaan
rumah tangga dibandingkan bekerja secara formal masih melekat pada
masyarakat. Di Indonesia, kesetaraan gender pun masih hanya dalam konteks
kesetaraan upah, tanpa melihat adanya kesetaraan hak yang dimiliki antara
laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender dapat menjadi landasan untuk
dunia yang damai, bukan hanya sebatas pada hak asasi manusia yang
mendasar. Sudah sepatutnya diskriminasi terhadap perempuan dihilangkan,
dan kesetaraan gender diterapkan untuk memenuhi hak asasi manusia.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
modal, terbatasnya akses untuk mendapatkan informasi produk atau pasar, dan
akses untuk mendapatkan pelatihan keterampilan dan peningkatan kapasitas
produk. Meskipun perempuan memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan
laki-laki, sering terjadi upah yang mereka terima lebih rendah dibandingkan laki-
laki. Realitas ini memperkuat ketidak-adilan gender yang telah melekat pada
kultur masyarakat.
Salah satu kasus mengenai diskriminasi perempuan adalah upah yang didapat
wanita lebih rendah sebesar 32 persen dibandingkan dengan upah pria. Dilansir
dari okezone.com, Sri Mulyani, Menteri keuangan Indonesia menyatakan bahwa
ketimpangan gender masih terjadi ketimpangan dalam upah yang diberikan pada
karyawan. Karyawan perempuan mendapat upah lebih 32 persen rendah dari laki-
laki. Ketimpangan gender bukan hanya terjadi pada tingkat partisipasi, melainkan
juga pada besaran upah/gaji yang diterima karyawan.
“Jika anda lihat, ketimpangan gender tidak hanya pada tingkat partisipasi tapi
juga pada besaran gaji. Perempuan menerima gaji 32% lebih rendah ketimbang
laki-laki. Jadi itu artinya perempuan digaji lebih sediit. Untungnya kalau di jajaran
menteru, gaji kami sama,” Ucap Sri Mulyani, pada Rabu (13/3/2019) di Main Hall
BEI, Jakarta.
Menurut Sri Mulyani, pendapatan rendah yang diterima karyawan perempuan
disebabkan karena adanya anggapan perempuan kurang memiliki kontribusi
dalam tempat kerja. Namun, penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan
perempuan dan juga kesetaraan gender adalah suatu penggerak untuk
pertumbuhan perekonomian. Sri Mulyani juga menyatakan bahwa saati ini
perempuan masih berhadapan dengan tantangan memperoleh pekerjaan dan
memperoleh upah yang setara, dan juga mendapat kesempatan untuk kegiatan
kepemimpinan. Hal tersebut dibatasi oleh norma sosial negatif yang memandang
perempuan dan diskriminasi.
Dilansir dari detik.com, Sri Mulyani juga menegaskan bahwa partisipasi
wanita dalam dunia kerja saat ini hanya memiliki 55,4 persen dari populasi
mereka, sedangkan pria sudah mencapai 83 persen yang memasuki dunia kerja.
Wanita juga masih mendapat kesulitan karena kesempatan kerja di Indonesia di
Indonesia masih sangat kecil. Sri Mulyani menilai bahwa para wanita pada
10
dasarnya memiliki potensi yang cukup besar. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
lulusan terbaik tiap universitas rata rata adalah wanita. Tetapi, potensi tersebut
seolah-olah menghilang saat mereka memasuki dunia kerja. Rata-rata karir
wanita yang baik hanya bertahan selama 5 tahun kerja saja.
“Kebanyakan area pekerjaan yang ada dianggap tidak cocok bagi wanita.
Kebanyakan peluang kerja untuk wanita di sektor pendidikan sebagai guru. Tapi
di area lainnya tidak benar-benar tersedia untuk wanita,” Ucap Sri Mulyani, Rabu
(13/3/2019).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diskriminasi gender dalam
pekerjaan, yaitu:
11
penting. Akibatnya perempuan cenderung memiliki pekerjaan yang upahnya
rendah, kondisi yang buruk, dan tidak memiliki jaminan keamanan. Pekerjaan
yang sering dilakukan perempuan yaitu menjadi buruh, yang mana buruh
perempuan lebih sering diekspolitasi daripada buruh laki-laki.
3. Stereotipe terhadap Perempuan
Stereotipe dapat diartikan sebagai penanda suatu kelompok dan dapat
merugikan ataupun menimbulkan diskriminasi. Contoh stereotipe yaitu anggapan
perempuan memiliki fisik yang lemah maka tidak cocok untuk menjadi
pemimpin. Perempuan sarat dengan keterbatasan, tidak sebagaimana laki-laki
yang biasa melakukan aktivitas lebih leluasa, bebas, lebih berkualitas, dan
produktif. Padahal perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama.
Beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya angka partisipasi perempuan
dalam kerja adalah,
a) Menyangkut persepsi mengenai kerja yang dilakukan perempuan
berkaitan dengan peran domestik perempuan
b) Berkaitan dengan persepsi tersebut adalah perangkat pengukuran,
penentuan, atau pendefinisian pekerja perempuan
c) Sifat musiman, paruh waktu, dan informal dari kebanyakan
pekerjaan perempuan
12
Hambatan yang bersifat internal yang merupakan hambatan yang berasal
dari perempuan itu sendiri antara lain kesiapan dan konsistensi dalam
pekerjaannya sehingga dapat diakui oleh orang lain.
Hambatan yang berasal dari pemerintah antara lain dari peraturan
perundang-undangan.
1. Melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi tenaga kerja wanita agar dapat
meningkatkan produktivitasnya
2. Mengakhiri diskriminasi dan menghilangkan anggapan subjektif terhadap
perempuan
3. Mempermudah akses perempuan untuk mendapatkan pekerjaan
4. Mempermudah akses pasar bagi para wanita
5. Memberdayakan dan meningkatkan kualitas para wanita.
6. Menghilangkan bentuk kekerasan yang terjadi pada perempuan.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesetaraan gender ialah suatu kondisi dimana terjadinya kesetaraan hak baik
itu pada laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender tidak hanya sebagai
suatu hak asasi manusia mendasar, melainkan juga menjadi suatu landasan untuk
kedamaian dunia. Sampai saat ini, masih banyak terjadi permasalahan mengenai
kesetaraan gender terutama dalam sektor pekerjaan. Perempuan lebih sulit
mendapat perkerjaan dibandingkan dengan laki-laki. Kesempatan kerja bagi para
perempuan lebih sulit untuk didapatkan. Upah yang diberikan bagi para pekerja
wanita pun tidak sesuai dengan pekerjaan mereka, serta tidak setara dengan upah
laki-laki.
4.2 Saran
Mengenai permasalahan ini, penulis menyarankan beberapa solusi untuk
memecahkan masalah serta mewujudkan terjadinya kesetaraan gender, yaitu
sebagai berikut :
1. Melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi tenaga kerja wanita agar dapat
meningkatkan produktivitasnya
14
2. Mengakhiri diskriminasi dan menghilangkan anggapan subjektif terhadap
perempuan
3. Mempermudah akses perempuan untuk mendapatkan pekerjaan
4. Mempermudah akses pasar bagi para wanita
5. Memberdayakan dan meningkatkan kualitas para wanita.
6. Menghilangkan bentuk kekerasan yang terjadi pada perempuan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Edi Wibowo, Dwi. (2011). Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan Gender,
dalam Jurnal Muwazah. Vol.3, No. 1.
16
Tamrin, F. (2018, November 01). TUGAS MAKALAH Ilmu Sosial Budaya Dasar
" Kesetaraan Gender ". Kesetaraan Gender, 1-10. Retrieved September 16,
2019, from
https://www.academia.edu/37689178/TUGAS_MAKALAH_Ilmu_Sosial_
Budaya_Dasar_Kesetaraan_Gender_
Uly, Y. A. (2019, Maret 13). Sri Mulyani: Upah Pekerja Wanita Masih 32% Lebih
Rendah dari Pria. Retrieved September 16, 2019, from
https://economy.okezone.com/read/2019/03/13/320/2029492/sri-mulyani-
upah-pekerja-wanita-masih-32-lebih-rendah-dari-pria
Utomo, A. (2018, Maret 16). Wanita dalam Pembangunan Nasional: Masalah dan
Solusi. Retrieved September 16, 2019, from
https://www.kompasiana.com/himiespa/5aab35eedcad5b549032ea82/wani
ta-dalam-pembangunan-nasional-masalah-dan-solusi?page=all
17
LAMPIRAN
18
19
20
21
22