Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

FILSAFAT ILMU EKONOMI FEMINIST & FILSAFAT


PENDIDIKAN EKONOMI FEMINIST

KELAS A2
KELOMPOK 7

Penyusun :
Liya Khaira Ummah (F1031231037)
Famela Warman (F1031231042)
Destania (F1031231043)
Bayu Krisna (F1031231047)

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa memberikan rahmat yang melimpah serta kesehatan, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Filsafat Ilmu Ekonomi Feminist & Filsafat

Pendidikan Ekonomi Feminist" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih semua pihak yang telah membantu

diselesaikannya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Basri, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah

filsafat pendidikan yang telah mendidik dan memberikan penjelasan materi

pendukung

2. Teman-teman kelompok yang smembantu selama proses penyusunan makalah

ini

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kritik

dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Pontianak, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i


Daftar Isi........................................................................................................ ii
1. BAB 1 Pendahuluan ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 4
2. BAB II Kajian Teori................................................................................ 5
A. Filsafat ............................................................................................... 5
B. Ekonomi Feminist ............................................................................. 6
3. BAB III Metode Penulisan ...................................................................... 8
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 8
B. Tahap-Tahap Penelitian .................................................................... 8
C. Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 9
D. Pengumpulan Data ............................................................................ 9
E. Analisis Data ..................................................................................... 9
4. BAB IV Pembahasan ............................................................................ 10
A. Filsafat Ilmu Ekonomi Feminist...................................................... 10
B. Filsafat Pendidikan Ekonomi Feminist ........................................... 15
5. BAB V Penutup..................................................................................... 18
A. Kesimpulan ..................................................................................... 18
Daftar Pustaka ............................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman pencerahan atau enlightenment yang terjadi di Eropa pada abad ke 17

merupakan tonggak sejarah penting dalam mendeklerasikan kebebasan dan kemajuan

serta melepaskan diri dari kungkungan agama. Era ini disebut juga “the age of

reason” yang mengkritik politik dan agama status quo. Enlightenment adalah kondisi

dimana manusia menjadi subjek dan bebas menentukan jalan hidupnya Salah satu

aspek terpenting didiskusikan di era ini adalah status perempuan yang selama ini

dianggap sebagai makhluk setengah manusia yang hanya berperan sebagai pelengkap

dalam sejarah manusia. Sehingga dari awal sejarah peradaban barat perempuan

seringkali dipandang dari sudut negatif. Pada sisi lain bible juga berbicara tentang

perempuan kaitannya dengan sejarah Hawa (Eva) sebagai sosok yang merayu Adam

untuk berbuat dosa. Lalu literarur barat klasik sangat dipengaruhi oleh kisah dalam

bible tersebut yang menimbulkan sikap anti terhadap femenis.

Apabila abad ke 17 dan 18 merupakan era kebangkitan perempuan, maka abad ke

19 dan 20 dianggap sebagai zaman puncak kebangkitan tersebut, dimana perempuan

mulai aktif diberbagai bidang yang selama ini dinominasi oleh lelaki. Selogan

persamaan hak di antara lelaki dan perempuan semakin nyaring terdengar. Perbedaan

kelamin bukan penghalang dalam persamaan hak pada aspek-aspek kehidupan yang

lain. Feminisme pada akhirnya bukanlah satu group paduan suara, akan tetapi

berkembang menjadi berbagai aliran seperti Feminisme liberal yang bukan hanya

ingin menuntut hak-hak politik, namun ingin memerdekakan diri dari semua bentuk

dominasi kaum lelaki dan bebas melakukan apa saja.

Setelah itu muncul pula Feminisme Marxis yang dilandasi oleh teori Engel yang

beranggapan kemunduran perempuan terjadi disebabkan oleh kebebasan individual

1
dan kapitalisme sehingga proverti itu hanya beredar di kalangan tertentu, khususnya

lelaki. Sementara perempuan hanya menjadi bahagian dari proverti tersebut. Untuk

perempuan harus bangkit dan turut bekerja di sektor umum bersama lelaki. Intinya,

kapitalisme adalah ancaman bagi kemerdekaan perempuan.

Aliran feminism yang lain adalah feminism radikal yang sudah ada sebelum

tahun 1970. Kelompok ini sesungguhnya anti tesis dari dua kelompok sebelumnya,

yaitu liberal dan marxis yang dianggap belum mampu memberikan obat untuk

menyelesaikan masalah di atas secara tuntas. Inti dari pemikiran kelompok ini adalah

keyakinan bahwa ada dua aspek yang menjadi akar penindasan lelaki terhadap

perempuan. Pertama sistem patriarkis yang berlaku universal dimana lelaki dijadikan

sebagai pemimpin. Untuk itu sistem ini harus ditolak dan diganti. Penyebab kedua

adalah kondisi biologis perempuan itu sendiri yang membuat dia lemah terhadap

lelaki seperti haid dan melahirkan. Untuk perempuan harus menolak sistem patriarkis

dan perempuan harus diberikan kebebasan untuk melahirkan atau tidak. Pelegalan

aborsi dan melakukan pernikahan sejenis.

Baiklah mari kita kembali ke topik awal diskusi tentang hubungan feminisme dan

peningkatan kesejahtraan ekonomi. Dalam sebuah negara, penduduknya jika dibagi

berdasarkan jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Di diskusi ini,

laki-laki dan perempuannya kita batasi hanya pada usia produktif yakni 15 hingga 64

tahun saja dan tempatnya di negara berkembang.

Untuk menggerakkan perekonomian nasional, tentunya dibutuhkan tenaga kerja, tapi

kebanyakan mereka adalah laki-laki, sedangkan perempuan banyak yang menganggur

untuk mengurusi rumah tangga. Akibatnya, pendapatan nasional hanya akan berasal

dari kaum laki-laki saja. Bilamana perempuan memiliki kontribusi lebih pada

perekonomian nasional, tentunya ini akan meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan

2
nasional. Analoginya, didalam sebuah keluarga ekonomi menengah, jika yang bekerja

hanyalah sang suami, tentunya pendapatan keluarganya tidak akan terlalu besar,

karena pendapatannya akan dibagi dengan biaya pendidikan anak-anaknya,

kebutuhan sehari-hari, asuransi kesehatan, pajak, dll. Namun, jika sang istri ikut

bekerja, paling tidak bisa membantu memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari.

Tapi dalam kenyataannya perempuan masih harus mengurusi anak-anak dirumah dan

melayani suaminya, apalagi sang anak masih berumur balita dan benar-benar tidak

bisa ditinggalkan ibunya, apakah masih memungkinkan perempuan untuk bekerja?

Baiklah, kita tidak memaksakan perempuan seperti itu untuk bekerja, melainkan

perempun yang benar-benar bisa bekerja, tapi terkendala oleh sistem sosial keluarga

dan masyarakat yang tidak memperbolehkannya bekerja.

Tapi, adakah solusi yang tepat untuk merubah sistem sosial seperti itu dimasyarakat?

Pertama, pemerintah perlu mengadakan sosialisasi terkait pentingnya peran

perempuan dalam perekonomian nasional. Kedua, masyarakat juga harus sadar

bahwa perempuan harus memiliki pendidikan yang tinggi, setidaknya jika mereka

tidak bekerja penuh, ilmunya bisa berguna untuk mendidik anak-anaknya kelak.

Ketiga, jika permasalahan terletak pada pengurusan anak, tempat kerja bisa

menyediakan tempat penitipian anak untuk memudahkan perempuan bekerja.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana hubungan feminis dengan fungsi ekonomi?

2. Bagaimana hubungan antara filsafat ilmu ekonomi dengan feminis?

3. Bagaimana hubungan antara filsafat pendidikan ekonomi dengan feminis?

3
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui mengenai filsafat ilmu ekonomi feminis dan filsafat

pendidikan ekonomi feminis

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan dan keterkaitan

filsafat ilmu ekonomi feminis dan filsafat pendidikan ekonomi feminis

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Filsafat

Filsafat adalah rumah setiap orang, sehingga siapapun dapat memberikan definisi

tentang induk semua ilmu pengetahuan ini, di antaranya :

• Plato (427-348 SM) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang ingin mencapai

kebenaran yang asli.20

• Aristoteles (384-322 SM) : Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki tentang segala

yang ada. Filsafat juga merupakan ilmu pengetahuan meliputi kebenaran yang

terkandung di dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retetorika, etika, ekonomi,

politik dan estetika.21

• Francis Bacon (1561-1626 M) : Filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu.

Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya22.

• Rene Descartes (1590-1650 M) : Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di

mana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

• Immanuel Kant (1724-1804 M) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi

pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup dalam empat

persoalan :

1. Apakah yang dapat kita ketahui ?

2. Apakah yang seharusnya kita ketahui ?

3. Sampai di mana harapan kita ?

4. Apakah yang dinamakan manusia ?

• F. G.W.F. Hegel (1770-1831 M) : Filsafat adalah landasan maupun pencerminan

dari peradaban. Sejarah filsafat merupakan pengungkapan sejarah peradaban, dan

begitu pula sebaliknya.

5
• G. John Dewey (1859-1952 M) : Filsafat adalah alat untuk membuat penyesuaian

di antara tradisi yang lama dan baru dalam sebuah peradaban. H

• Bertrand Russel (1872-1970 M) : Filsafat adalah alat untuk mengkritisi ilmu

pengetahuan untuk menghindari ketidak selarasan pada asas ilmu tersebut

B. Ekonomi Feminist

Ekonomi feminis adalah kajian kritikal terhadap ekonomi dengan fokus pada

kesadaran gender dan penyidikan ekonomi inklusif serta analisis kebijakan. Para

peneliti ekonomi feminis meliputi para akademisi, aktivis, pakar teori kebijakan dan

praktisioner. Kebanyakan riset ekonomi feminis berfokus pada topik yang masuk

dalam bidang tersebut, seperti pekerjaan perawatan, kekerasan dalam rumah tangga,

atau teori-teori ekonomi yang dapat diterapkan melalui perlakuan baik terhadap efek

dan interaksi bergender, seperti antara sektor ekonomi berbayar dan tak

berbayar. Cendekiawan feminis lainnya menyorotinya dalam bentuk

baru pengumpulan data dan perhitungan seperti perhitungan pemberdayaan gender,

dan teori-teori yang lebih pada penyadaran gender seperti kesepakatan kapabilitas.

Ekonomi feminis berorientasi pada tujuan "mewujudkan kehendak anak-anak,

wanita, dan pria dalam komunitas-komunitas lokal, nasional dan transnasional."

Ekonomi Feminis sendiri sangat beragam, namun secara khusus dapat disoroti

tiga perspektif yang serupa dengan arus dalam teori feminis:

• ekonomi feminis liberal : perspektif ini mengupayakan kesetaraan gender yang

dapat dicapai melalui akses yang sama terhadap pasar tenaga kerja dan

institusi. Struktur memungkinkan individu untuk mewujudkan potensi individu

mereka. Ekonomi feminis liberal menganalisis hambatan akses bagi perempuan,

perbedaan upah atau dampak instrumen politik dan ekonomi terhadap perempuan

dan keputusan ekonomi mereka.

6
• Ekonomi feminis konstruktivis : perspektif ini mempertanyakan atribusi identitas

gender dan menganggap identitas gender dapat dimodifikasi. Identitas tersebut

mempengaruhi keputusan, struktur, dan proses ekonomi. Pada saat yang sama,

proses dan struktur berdampak pada identitas dan bidang lainnya. Peran sentral

diberikan pada kinerjativitas gender. Misalnya, muncul pertanyaan apakah

perempuan mereproduksi ketidaksetaraan dan stereotip gender jika mereka

melakukan pekerjaan yang dianggap 'perempuan' dan dengan demikian

memenuhi harapan sosial.

• Ekonomi feminis kritis: perspektif ini mengacu pada landasan material, bukan

pada identitas, untuk menganalisis kesenjangan. Kaum Marxis yang memiliki

hubungan dengan Silvia Federici dan Mariarosa Dalla Costa memulai diskusi

mengenai kerja reproduktif tak berbayar dan perannya dalam proses produksi

melalui perdebatan mengenai upah untuk pekerjaan rumah tangga pada tahun

1970an. Aspek utama dari perdebatan ini adalah kritik terhadap teori nilai kerja

Marxis, yang tidak memperhitungkan kerja reproduktif yang dilakukan oleh

perempuan. Seperti halnya pekerja upahan, pekerjaan rumah tangga dianggap

sebagai hubungan yang eksploitatif. Hingga saat ini, para ekonom feminis yang

kritis menguraikan permasalahan saling ketergantungan antara kapitalisme dan

ketidaksetaraan gender serta perlunya tenaga kerja reproduktif dalam proses

produksi kapitalis.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah metode

penelitian Studi Pustaka. Apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau studi

Pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan

data Pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menerapkan metode penelitian kepustakaan karena

setidaknya ada beberapa alasan yang mendasarinya. Hal ini dikarenakan bahwa

sumber data tidak hanya bisa didapat dari lapangan. Adakalanya sumber data hanya

bisa didapat dari perpustakaan atau dokumen-dokumen lain dalam bentuk tulisan,

baik dari jurnal, buku maupun literatur yang lain.

B. Tahap-tahap penelitian

Adapun tahap-tahap yang harus ditempuh penulis dalam penelitian kepustakaan

adalah sebagai berikut :

1) Mengumpulkan bahan-bahan penelitian. Karena ini adalah penilitian

kepustakaan, maka bahan yang dikumpulkan adalah berupa informasi atau data

yang bersumber dari buku-buku dan jurnal.

2) Membaca bahan kepustakaan. Kegiatan membaca untuk tujuan menggali secara

mendalam bahan bacaan yang memungkinkan akan menemukan ide-ide baru

yang terkait dengan judul penelitian.

3) Membuat catatan penelitian. Seluruh bahan yang telah dibaca harus ditarik

sebuah kesimpulan dalam bentuk laporan.

8
4) Mengolah catatan penelitian. Semua bahan yang telah dibaca kemudian diolah

atau dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang disusun dalam bentuk

laporan penelitian.

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penulisan karya tulis ini berasal dari berbagai literatur

kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis

referensi utama yang digunakan adalah jurnal, dan artikel dari internet. Jenis data

yang diperoleh berdasarkan data sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data

Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi

dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama

lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.

E. Analisis Data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.

Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah

dipersiapkan secara logis dan sistematis.

9
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Filsafat Ilmu Ekonomi Feminist

Filsafat ilmu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan

ilmu ekonomi dan analisis ekonomi serta peningkatan kualitas ahli ekonomi,

memiliki kemampuan berfkir, bersikap perilaku. Peran filsafat ilmu dalam

mengembangkan ilmu ekonomi adalah sebagai alat evaluasi pemikiran ilmiah,

sebagai instrument untuk merefleksikan, mengevaluasi, mengkritisi asumsi dam

metode ilmiah, dan sebagai alat logika dasar untuk metode ilmiah.

Filsafat ilmu sangat berperan bagi ilmu ekonomi dengan 3 landasan

pokoknya, yaitu:

1. Landasan ontology

Ontology adalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji mengenai

keberadaan (hakikat) dari sesuatu, dalam konteks ekonomi islam maka yang

dikaji adalah hakikat keberadaan dari ekonomi islam.

2. Landasan epistemology

Epistemologi dapat diartikan sebagai bagian yang mengkaji dengan

penciptaan pengetahuan yang memiliki focus pada bagaimana pengetahuan

tersebut diperoleh dan bagaimana caranya mampu menyelidiki suatu hal yang

valid. Dalam ilmu filsafat, epistemology ini menjadi sebuah studi filosofis

tentang hakikat, asal-ususl, dan juga Batasan pengetahuan manusia.

3. Landasan aksiologi

Secara umum, aksiologi bisa diartikan sebagai cabang ilmu filsafat yang

mempelajari tentag tujuan ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia

10
menggunakan ilmu tersebut. Sehingga mendalami dulu dasar-dasar dari ilmu

pengetahuan.

Bagi ilmu ekonomi feminis, perekonomian adalah cara manusia

berorganisasi secara kolektif untuk menjamin kelangsungan hidup mereka (lih.

Power 2004, 7). Dengan bekerja dan memanfaatkan sumber daya alam, manusia

memperbanyak mata pencahariannya, baik melalui produksi barang maupun

melalui reproduksi individu, sosial, dan generatif. Tenaga kerja reproduktif terdiri

dari pekerjaan yang dimediasi pasar dan non-pasar, dibayar dan tidak

dibayar. Pekerjaan reproduktif mencakup misalnya membesarkan anak, merawat

orang lanjut usia, membeli dan menyiapkan makanan, membersihkan rumah,

sedangkan reproduksi generatif berarti melahirkan anak (cf. Bauhardt 2012, 5,

6). Kegiatan peduli hanya disebut 'peduli' dan mempunyai dinamika yang

berbeda dengan produksi industri. 'Produk' hanya muncul jika penerimanya

hadir. Selain itu, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh rasionalisasi, misalnya, jika

mesin digunakan untuk menghemat waktu, karena kualitas aktivitas kepedulian

muncul dari kontak manusia (Madörin 2010, 87; Bauhardt 2012, 5-6). Sekalipun

bidang produktif selalu membutuhkan bidang reproduktif, karena bidang ini

didasarkan pada ketersediaan Perawatan (dan sumber daya alam), hingga saat ini,

ilmu ekonomi terutama menganalisis bagian perekonomian yang dimediasi pasar

dan berbayar. Namun, tenaga kerja reproduktif semakin terlihat, sebagian karena

jenis tenaga kerja ini kini semakin dipasarkan dan sebagian lagi karena

perempuan lebih sering berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja. Karena

'feminisasi' tenaga kerja ini, tradisi penelitian feminis semakin mendapat

perhatian di bidang ekonomi.

11
Revisi feminis terhadap teori-teori Marxis, antara lain yang

dikembangkan dalam gerakan feminis, bekerja secara intensif pada konsep tenaga

kerja dan peran lingkungan reproduksi dalam proses produksi. Mereka

menjadikan tenaga kerja , termasuk kerja reproduktif, sebagai sumber nilai. Oleh

karena itu, kerja tidak hanya menciptakan nilai material tetapi juga nilai

guna. Dalam produksi industri, yang terutama dilakukan oleh laki-laki, pemilik

alat-alat produksi mengambil keuntungan. Keuntungan ini mewakili selisih antara

upah yang dibayarkan kepada pekerja untuk reproduksi mereka, dan nilai riil dari

produk yang mereka hasilkan. Upah tersebut mencakup pengeluaran, misalnya,

makanan dan sewa seluruh keluarga, namun tidak memberikan imbalan atas

pekerjaan reproduktif yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan (Federici

2012, 25 dst.).

Bagi ilmu ekonomi feminis, perekonomian adalah cara manusia

berorganisasi secara kolektif untuk menjamin kelangsungan hidup mereka (lih.

Power 2004, 7). Dengan bekerja dan memanfaatkan sumber daya alam, manusia

memperbanyak mata pencahariannya, baik melalui produksi barang maupun

melalui reproduksi individu, sosial, dan generatif. Tenaga kerja reproduktif terdiri

dari pekerjaan yang dimediasi pasar dan non-pasar, dibayar dan tidak

dibayar. Pekerjaan reproduktif mencakup misalnya membesarkan anak, merawat

orang lanjut usia, membeli dan menyiapkan makanan, membersihkan rumah,

sedangkan reproduksi generatif berarti melahirkan anak (cf. Bauhardt 2012, 5,

6). Kegiatan peduli hanya disebut 'peduli' dan mempunyai dinamika yang

berbeda dengan produksi industri. 'Produk' hanya muncul jika penerimanya

hadir. Selain itu, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh rasionalisasi, misalnya, jika

mesin digunakan untuk menghemat waktu, karena kualitas aktivitas kepedulian

12
muncul dari kontak manusia (Madörin 2010, 87; Bauhardt 2012, 5-6). Sekalipun

bidang produktif selalu membutuhkan bidang reproduktif, karena bidang ini

didasarkan pada ketersediaan Perawatan (dan sumber daya alam), hingga saat ini,

ilmu ekonomi terutama menganalisis bagian perekonomian yang dimediasi pasar

dan berbayar. Namun, tenaga kerja reproduktif semakin terlihat, sebagian karena

jenis tenaga kerja ini kini semakin dipasarkan dan sebagian lagi karena

perempuan lebih sering berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja. Karena

'feminisasi' tenaga kerja ini, tradisi penelitian feminis semakin mendapat

perhatian di bidang ekonomi.

Revisi feminis terhadap teori-teori Marxis, antara lain yang

dikembangkan dalam gerakan feminis, bekerja secara intensif pada konsep tenaga

kerja dan peran lingkungan reproduksi dalam proses produksi. Mereka

menjadikan tenaga kerja , termasuk kerja reproduktif, sebagai sumber nilai. Oleh

karena itu, kerja tidak hanya menciptakan nilai material tetapi juga nilai

guna. Dalam produksi industri, yang terutama dilakukan oleh laki-laki, pemilik

alat-alat produksi mengambil keuntungan. Keuntungan ini mewakili selisih antara

upah yang dibayarkan kepada pekerja untuk reproduksi mereka, dan nilai riil dari

produk yang mereka hasilkan. Upah tersebut mencakup pengeluaran, misalnya,

makanan dan sewa seluruh keluarga, namun tidak memberikan imbalan atas

pekerjaan reproduktif yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan (Federici

2012, 25 dst.)

1. Ontology

Hubungan gender adalah pertanyaan kunci dalam ekonomi feminis dan

dapat diidentifikasi sebagai titik tolak umum untuk berbagai analisis

(Haidinger dan Knittler 2014, 43). Hubungan gender menjadi nyata dalam

13
ketidakseimbangan kekuasaan dalam keluarga dan dalam distribusi sumber

daya seperti uang, waktu atau mobilitas; dan dampaknya tidak hanya

terhadap lapangan kerja perempuan namun juga terhadap hubungan

makroekonomi (Haidinger dan Knittler 2014, 127f.). Meskipun para ekonom

feminis yang bekerja dalam tradisi neoklasik menggambarkan kelangkaan

sumber daya sebagai masalah ekonomi utama, sebagian besar ekonom

feminis melihat hubungan kekuasaan sebagai kekuatan utama yang

mendorong dinamika sosial dan ekonomi. Selain kesenjangan gender,

hubungan kekuasaan lainnya juga dianalisis: misalnya hubungan yang

berkaitan dengan latar belakang etnis atau sosial. Analisis umum terhadap

berbagai bentuk ketidaksetaraan (ras, kelas, gender) dan keterkaitannya

disebut interseksionalitas (cf. Vinz 2011). Dalam konteks ini, perlu

ditegaskan bahwa kategori perempuan tidaklah homogen, karena perempuan

mempunyai latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda. Artinya,

misalnya, diskriminasi kelas atau bentuk diskriminasi lainnya juga perlu

dipertimbangkan (Mader und Schultheiss 2011, 411).

Untuk menganalisis hierarki gender, ilmu ekonomi feminis menganggap

penting untuk meneliti perekonomian rumah tangga serta kebijakan ekonomi

atau agregat makroekonomi (Haidinger dan Knittler 2014, 43). Pertama,

ekonomi feminis menganalisis bagaimana hierarki gender mempengaruhi

struktur rumah tangga dan (yang dihasilkan dari hal-hal tersebut di atas)

peluang atau keputusan kerja, pembayaran atau akses terhadap kredit. Kedua,

keterkaitan antara rumah tangga dan negara juga mendapat sorotan. Ekonom

feminis menyatakan bahwa kebijakan ekonomi seperti redistribusi dibentuk

14
oleh norma-norma gender dan pada saat yang sama berdampak pada

hubungan gender.

2. Epistemology

Bagi epistemologi feminis, pertanyaan berikut ini penting: temuan siapa

yang kita diskusikan dan lebih konkritnya: 'apakah jenis kelamin orang yang

mengetahui signifikan secara epistemologis?' (Kode 1981). Dengan

demikian, situasi pengetahuan serta hubungan kekuasaan dalam produksi

sains menjadi menonjol (Singer 2010). Istilah pengetahuan

terletak diciptakan oleh Sandra Harding dan Donna Haraway (Haraway

1988, Harding 1991). Pengetahuan yang terletak berarti bahwa peneliti selalu

tertanam dalam konteks sejarah, budaya, sosial dan ekonomi tertentu. Hal ini

berdampak pada minat penelitian dan perspektif serta temuan ilmiah. Lebih

jauh lagi, pengetahuan selalu dihasilkan dari posisi kekuasaan

tertentu. Akibatnya, timbul pertanyaan: topik mana yang dianggap relevan

atau penelitian mana yang bersifat ilmiah; dan kepentingan siapa yang

mereka layani. Oleh karena itu, jenis kelamin peneliti mempengaruhi

pertanyaan penelitian, metode dan hasil. Hal ini diwujudkan dalam kebutaan

ganda ilmu ekonomi terhadap perempuan, tidak terwakilinya perempuan

dalam disiplin ilmu ekonomi, serta ketidaktahuan akan situasi dan kontribusi

perempuan terhadap perekonomian.

B. Filsafat Pendidikan Ekonomi Feminist

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar

pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan

15
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.

guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat

yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul

dari sifat filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya dalam

pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang

berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui

sekolah berkembang.

Pendidikan ekonomi feminism yang dilakukan perempuan memegang

peranan penting dalam memajukan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

bangsa. Gerakan ekonomi feminis membuktikan bahwa perempuan memiliki

peranan penting seperti saat ini. Ekonomi feminis itu sendiri adalah suatu gerakan

yang meliputi studi peran gender dalam perekonomian dari perspektif pembebas

dan bekerja kritis diarahkan pada penerapannya dalam kegiatan ekonomi.

Ekonomi feminism bersifat altruism artinya mendahulukan kepentingan orang

lain dari pada kepentingan dirinya. Dalam perkembanganya ekonomi feminim

terbagi menjadi dua bagian yakni domestic (ibu rumah tangga) dan go public

(wanita karir). Dari adanya gerakan ekonomi feminis ini, tak bisa dipungkiri juga

memiliki peran besar dalam suatu Negara untuk mencapai pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi suatu Negara. seyogyanya pemahaman tentang ekonomi

feminis dalam pendidikan perlu ditanamkan agar, perempuan dapat menunjukan

eksistensinya di segala bidang.

Dari perspektif ekonomi feminis, yang lebih inklusif pemahaman tentang

berbagai dampak pada laki-laki dan wanita akan menghasilkan perumusan gender

16
sadar daripada respon kebijakan gender buta resesi dan pemulihan. Ekonomi

feminis itu sendiri memiliki tujuan sebagi kodratnya seorang perempuan, mereka

harus tetap memiliki kewajiban-kewajiban seperti layaknya perempuan sejati,

mengurus rumah tangga keluarga mereka tetapi mereka juga harus memiliki

kestaraan gender dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan dan

pendidikan yang layak sebagaimana kaum laki-laki.

Dari sudut pandang ekonomi feminis dalam pendidikan ekonomi dalam

harus mengajarkan bahwa dalam pola pikir, sikap dan perilaku harus

dipadupadankan dengan nilai-nilai kebudayaan seperti nilai tolong menolong,

nilai kebersamaan, nilai kerjasama, nilai tanggung jawab, nilai kepasrahan, nilai

perencanaan, nilai kesempatan, dan nilai kerja keras. Nilai-nilai tersebut

diterapkan dalam menjalankan kehidupan berekonomi baik dilingkungan

keluarga maupun masyrakat. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai terciptanya

economic wellbeing dengan sifat IRT yang motehrhood dan altruismenya.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi feminis menganalisis keterkaitan antara gender dan

ekonomi. Dengan demikian, ilmu ekonomi feminis juga mempertimbangkan

bagian perekonomian dan masyarakat yang tidak dibayar dan tidak dibayar, serta

mengkaji kekuatan pendorong di balik dikotomi umum seperti ekonomi-sosial,

produktif-reproduksi, maskulin-feminin, dibayar-tidak dibayar, atau publik-

swasta. . Selain itu, ilmu ekonomi feminis menganalisis patriarki dan kapitalisme

sebagai bentuk dominasi yang saling terkait. Dengan latar belakang ini, timbul

pertanyaan tentang distribusi dan pembuangan harta benda, pendapatan,

kekuasaan, pengetahuan dan tubuh sendiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. (2015). Filsafat Feminisme. Pekanbaru: ASA RIAU .


Feminsime, tingkatkan kesejahtraan ekonomi masyarakat dunia. (n.d.). umy hubungan
internasional.
mayasari. (n.d.). Kontribusi Perspektif Ekonomi Feminis dalam Pendidikan Ekonomi
Keluarga Suku Melayu Jambi untuk Menanamkan Perilaku Ekonomi. Media
Neliti.
S, K. (2020). Feminist Economic. Retrieved from ScienceDirect:
https://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/feminist-economics
U, J., & P, A. (2016). Ekonomi Feminis. exploring economics. Retrieved from
http://repo.uinsatu.ac.id/10388/5/Bab%20II.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai