Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GENDER DAN BIROKRASI

FEMINISME GYNOSENTRIS

OLEH

KELOMPOK 5:

NO NAMA NIM

1 ONCI EKALIN AMNIFU 2003010169


2 YOLANDA SABATINI MALO 2003010315
3 MARSEL FERDINAN KASEH 2003010157
4 TRIANDI MODIVITUS MAU BAU 2003010194
5 TIMOTHY DAUD 2003010193
6 OLIVA KONO CEFI 2003030056
7 ELSAYAMARD SONBAI 2003030080

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan bimbingan-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan Tugas makalah dengan judul
“Feminisme gynosentris”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi
Gender dan Birokrasi di Universitas Nusa Cendana Kupang.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurnaan, mungkin
masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi penyusunan maupun dari pandangan
pengetahuan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran, pendapat atau kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak baik Ibu maupun teman-teman demi kesempurnaan
penulisan makalah ini. Selama proses penyelesaian makalah ini banyak kesulitan dan hambatan
yang dihadapi, namun atas bantuan bimbingan dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat di
dalamnya sehingga hambatan dan kesulitan dapat teratasi dengan baik.

Untuk itu perkenankanlah kelompok kami dengan segala hormat dan kerendahan hati
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Theny I. B. K. Pah, S. Sos, M. PA selaku dosen bidang
studi Gender dan Birokrasi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh kami sebagai mahasiswa. Kelompok juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Akhirnya Kelompok mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, dan semoga amal baik semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini
mendapat berkah yang melimpah.

Kupang, 15 April 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI
Halaman
COVER.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Feminisme Gynosentris...................................................................................................3

B. Teori Feminisme Gynosentris.........................................................................................4

C. Hubungan Feminisme Gynosentris Dengan Birokrasi....................................................6

D. Contoh Feminisme Gynosentris......................................................................................6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Feminisme adalah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesetaraan dan keadilan hak-
hak perempuan dalam hal politik, sosial, dan ekonomi. Gerakan feminisme banyak memberikan kritik
terhadap hukum yang selama ini digunakan, sifat manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap
politik, ekonomi, peranan hukum dalam membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki
oleh ketentuan hukum secara tidak mendasar. Walaupun pendapat feminis bersifat pluralistik, namun
satu hal yang menyatukan mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan tatanan hukum
bersifat patriarki. Patriarki dalam masyarakat dan ketentuan hukum merupakan penyebab
ketidakadilan, dominasi dan subordinasi terhadap wanita, sehingga sebagai konsekuensinya adalah
tuntutan terhadap kesederajatan gender. Kesenjangan gender dan latar belakang sosial dislokasi akan
secara tidak sadar mencerminkan status bahwa perempuan memiliki status paling bawah terhadap
kehidupan nyata dan kehidupan spiritual.

Berdasarkan hal itu, para tokoh yang aktif dalam pergerakan dan teori feminisme berusaha
memperjuangkan hak peranan kaum perempuan supaya tidak dianggap lebih rendah dalam
keseluruhan tatanan sosial masyarakat. Dengan gerakan feminisme perempuan dianggap dapat
bersaing secara adil dengan kaum laki laki dalam berbagai bidang dan tentunya berhak mendapatkan
hak serta kedudukan yang sama. Gerakan feminisme juga berupaya untuk memperjuangkan dan
menyelamatkan para perempuan dari berbagai problematika sosial seperti rasisme, pelecehan, dan
penindasan perempuan.

Teori feminis berusaha menganalisis berbagai kondisi yang membentuk kehidupan kaum
perempuan dan menyelidiki beragam pemahaman kultural mengenai apa artinya menjadi perempuan.
Awalnya teori feminisme diarahkan oleh tujuan politis gerakan perempuan yakni kebutuhan untuk
memahami subordinasi perempuan dan eksklusi atau marjinalisasi perempuan dalam berbagai
wilayah kultural maupun sosial.

Dalam mendefinisikan feminisme sekiranya ada yang perlu digaris bawahi. Pertama, feminisme
bukan berarti bertarung melawan laki-laki, akan tetapi feminisme merupakan sebuah perjuangan
menentang perspektif maskulin yang sudah demikian terinternalisasi dalam pemikiran masyarakat
sehingga dianggap sebagai sesuatu yang benar. Kedua, feminisme tidak dapat dipahami secara
monolitik. (Gerakan Feminisme Islam dan Civil Society). Perempuan begitu tersubordinasi dibawah
laki laki. Dominasi laki-laki terhadap perempuan tidak hanya mencakup ranah personal saja,
melainkan juga dalam ranah yang lebih luas seperti partisipasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial,
hukum dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Feminisme Gynosentris?


2. Apa Teori Feminisme Gynosentris?
3. Bagaimana hubungan feminism gynosentri dengan birokasi?
4. Contoh feminisme gynosentris?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Feminisme Gynosentris


2. Untuk mengetahui Teori Feminisme Gynosentris
3. Untuk mengetahui hubungan feminism gynosentri dengan birokasi
4. Untuk mengetahui feminisme gynosentris
BAB II

PEMBAHASAN

A. Feminisme Gynosentris

Melihat ketertindasan perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan yang
menyebabkan perempuan lebih inferior dibanding laki-laki. Feminis ini merupakan pengembangan
dari feminisme radikal yang ekstrim. Teori ini mengatakan bahwa perempuan harus
memformulasikan kekuatan kolektif, menumbuhkembangkan pengetahuan perempuan ang
akan membekali mereka untuk melawan control patriarkhial, baik secara fisik maupun kejiwaan.

Feminisme gynoosentris termasuk feminisme gelombang kedua dimana merupakan gerakan


pembebasan perempuan atau biasa dikenal dengan istilah Women Liberation. Gerakan ini adalah
gerakan kolektif yang revolusioner, sebagaimana nampak sejak kemunculannya pada tahun
1960-1980.Bisa dikatakan, inilah masa yang muncul sebagai reaksi kaum perempuan (feminis)
atas ketidakpuasannya terhadap berbagai praktik diskriminasi.Terlebih diketahui bahwa secara
hukum dan politis, hal ini sebenarnya telah dicapai oleh feminisme gelombang pertama tetapi
dalam praktiknya tidak terealisasi secara maksimal.

B. Teori Feminisme Gynosentris : Penindasan, Identitas dan Pijakan Perempuan

Pada awal tahun 1970an, kalangan feminis yang masuk dalam feminisme gelombang kedua
mulai berkonsentrasi pada perbedaan laki-laki dan perempuan. Adapun aliran pemikiran
feminisme gelombang dua yang akan dibahas adalah feminisme gynosentrisme. Bila feminisme
gelombang satu berfokus pada perjuangan atas kesamaan hak dengan lak-laki, feminisme
gelombang kedua berfokus pada pemaknaan diri perempuan sebagai sarana membebaskan diri dari
belenggu patriarki. Feminisme gelombang dua bicara tentang perbedaan perempuan dengan laki-
laki.

Fokus ini penting sebab pada tahun-tahun inilah pembahasan gender menjadi sebuah prinsip
utama dari perorganisasian identitas individual dan perorganisasian sosial. Dengan melihat
adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan maka dapat disimpulkan akan adanya
perbedaan psyche antara laki-laki dan perempuan. Di antara dua jenis kelamin ini
sebetulnya makin memperjelas asal-usul atau akar ketertindasan perempuan. Perbedaan ini
telah masuk dalam pikiran orang, dan ini terjadi karena perempuan telah tersosialisasi dan
terinternalisasi dalam dirinya bahwa mereka lebih inferior dibandingkan laki-laki.
Dalam upayanya untuk menolak proses sosialisasi dan internalisasi perempuan perlu
mengkonstruksi konsespsi dirinya, mendefinsikan sendiri apa itu perempuan dan perlu belajar
mengenali dan mencintai dirinya agar konsepsi positif perempuan bias terbentuk.
Upaya perempuan mengidentifikasi dirinya Perempuan harus memutus “tali ” pengikatnya
dengan laki-laki karena tali pengikat perempuan dan laki-laki adalah cinta dan seksualitas.
ide ini lahir karena adanya penindasan terhadap perempuan dan selain itu peran laki-laki lebih
cenderung dominan terhadap perempuan. Seksualitas bukanlah suatu bidang yang netral,
hal ini mengartikan bahwasanya penindasan terhdap perempuan sebetulnya tidak akan
selesai jika pembahasan nya sekedar perempuan sebagai akses kenikmatan dalam
hubungan seks. Namun seksualitas sangat saran dengan apa yang di maksud dengan kekuasaan.
Karna kekuasaan ini, Hasrat seksual didefiniskan kepada term-term maskulin atau feminism.
Sehingga hakekat nya maskulinitas berkuasa feminis dalam seksualitas. Sedangkan dari feminis
agar dapat dinginkan seksual oleh laki laki.

Nancy Chodorow melihat perbedaan antara perempuan dengan laki-laki dalam nafas yang
lebih positif. Dengan persoaalan ini menurut nya laki-laki dan perempuan mengidentifikasi
dirinya dengan ibu. Namun saat meranjak dewasa perempuan lebih mendekatkan dirinya kepada
seorang ayah dan disini mulai ada nya rasa tertarikan dengan lawan jenis namun perpindahan ini
tetap membawa kefeminisan seorang ibu pada jati dirinya, resalasi dengan ayah nya nya hanya
sebagai tambahan relasi. Pada laki-laki mereka menekan identifikasi dirinya dengan
ibu nya untuk menjadi sepenuhnya seperti ayah nya, dan relasi ayah sebagai tambahan. Pada saat
kaum feminis mulai memfokuskan diri pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
kontribusi dan perspektif perempuan mulai terangkat. Etika kepedulian yang tertanam
pada diri perempuan membawa dampak positif atas cara pandang perempuan terhadap
duniannya. Namun Gillian tetap menekankan bahwa kualitas yang ada pada perempaun sama
pentingnya dengan kualitas yang ada pada laki-laki.Chudorow dan Gillian berusaha melihat
perbedaan laki-laki dan perempuan secra netral. Namun Nancy Harstock melihat cara pandang
perempaun sebagai sebagai visi dari pembebasan. Dan persoalan ini menjadi dilematis dalam
wacana feminisme.

Lebih singkatnya Feminisme gynosentris yaitu feminisme yang memandang ketertindasan


perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan perempuan
lebih inferior dibandingkan laki-laki. Teori ini beranggapan bahwa perempuan harus kuat dan
menumbuhkan pengetahuan sehingga akan membekali mereka untuk melawan control
patriarkhial, baik secara fisik maupun kejiwaan.
C. Hubungan feminisme gynosentri dengan birokrasi

Keterlibatan perempuan di birokrasi harus dimaknai lebih dari sekadar jumlah, melainkan sejauh
mana perempuan mampu memasukkan agenda pengarusutamaan gender dalam lembaga
birokrasi. Pengarusutamaan gender sendiri merupakan strategi rasional dan sistematis untuk
dapat mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan manusia (Subono, 2012).

Sebagai upaya dalam mencapai kesetaraan dalam birokrasi, terdapat dua jenis intervensi yang
dapat dilakukan oleh para perempuan yang terlibat di dalamnya, yaitu secara individual dan
struktural (Eisenstein, 1991). Kaitannya dalam birokrasi menekankan bahwa dalam sistem
pemerintahan,perempuan dan laki-laki memiliki peran dan tugas yang sama dan cenderung
memiliki kualitas yang sama.

Hal ini mendorong perempuan untuk berani mengutarakan perspektif atau


pandangan,ide,gagasan serta mengambil alih peran kepemimpinan yang berkaitan dengan
penyelesaian masalah publik,penjaminan kemakmuran rakyat,yang menjadi tugas dan tanggung
jawab pemerintah.

- Intervensi individual dilakukan dengan cara perempuan sebagai aktor dalam birokrasi
menggunakan perspektif feminis sebagai identitas dirinya dalam tingkat pengambilan
kebijakan.

Dengan mengidentifikasi diri sebagai feminis, maka para perempuan dalam birokrat dapat
menjadi seorang femocrat yang memperjuangkan hak dan isu-isu perempuan, dalam artian
eksistensi mereka sudah masuk ke tingkat yang esensial.

- Sedangkan intervensi struktural berarti perempuan mampu mencipatakan sebuah struktur


baru dalam birokrasi yang bertujuan untuk memberikan keuntungan pada perempuan dan
dapat menghasilkan kebijakan yang ramah perempuan (women friendly policy). Contoh
intervensi perempuan secara struktural dalam sebuah birokrasi adalah adanya
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Reformasi birokrasi di Indonesia perlu dikawal dengan baik agar tercipta atmosfer aparatur yang
ramah perempuan dan tak lagi patriarkis. Salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi
perempuan dalam birokrasi tanpa mencederai sistem merit yang ada adalah dengan melakukan
blind recruitment.

Blind recruitment atau ‘rekrutmen buta’ adalah sebuah strategi rekrutmen di mana para rekruter
tidak bisa melihat gender dari para kandidat pada saat seleksi kerja. Hal ini bertujuan untuk
mengeliminasi perilaku seksisme atau bias gender dari para rekruter pada saat melakukan
seleksi. Dengan hal seperti ini mungkin saja meminimalisir adanya perbedaan laki-laki dan
perempuan jika di lihat dari fisiknya. Karena kita tidak tahu mungkin saja seorang perempuan
memiliki keterbatasan fisik namun kemampuan memimpin dan menjalankan suatu birokrasi
lebih unggul daripada seorang laki-laki.

D. Contoh feminisme gynosentris

Beberapa contoh dari feminisme gynosentris dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Perempuan memimpin: Ketika ada pemilihan pemimpin di lingkungan sekitar kita, seperti di
sekolah atau organisasi masyarakat, kita dapat memilih calon yang didominasi oleh perempuan
atau memberikan dukungan lebih kepada perempuan.
2. Kesetaraan gaji: Perempuan seringkali mendapat bayaran yang lebih rendah dari laki-laki
dalam pekerjaan yang sama. Dalam feminisme gynosentris, kita harus memperjuangkan
kesetaraan gaji antara perempuan dan laki-laki.
3. Pendidikan: Dalam feminisme gynosentris, pendidikan perempuan harus menjadi prioritas.
Kita dapat memberikan dukungan finansial atau pengalaman belajar kepada perempuan yang
ingin memperoleh pendidikan tinggi.
4. Perlindungan dari kekerasan: Perempuan sering menjadi korban kekerasan dan pelecehan
seksual. Dalam feminisme gynosentris, kita dapat memberikan dukungan dan perlindungan
bagi perempuan yang mengalami kekerasan atau pelecehan.
5. Penetapan standar yang adil: Kita dapat memperjuangkan penetapan standar yang adil untuk
perempuan dalam lingkungan kerja, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari. Ini termasuk
kebijakan perlindungan kesehatan, cuti hamil dan cuti sakit yang layak, serta dukungan
finansial dan perlindungan sosial.
6. Penghapusan stereotip gender: Dalam feminisme gynosentris, kita harus memperjuangkan
penghapusan stereotip gender yang merugikan perempuan dan melawan diskriminasi gender.
7. Pemberdayaan ekonomi: Kita dapat memperjuangkan pemberdayaan ekonomi perempuan
dengan memberikan pelatihan dan dukungan finansial, membuka akses ke pasar kerja, dan
memberikan dukungan bagi usaha kecil dan menengah yang dimiliki oleh perempuan.
8. Keterwakilan dalam kebijakan publik: Dalam feminisme gynosentris, perempuan harus
memiliki keterwakilan yang seimbang dalam pengambilan kebijakan publik di tingkat nasional
dan lokal. Kita dapat memperjuangkan perempuan yang berada dalam posisi pengambil
kebijakan dan memperjuangkan kebijakan yang melindungi hak-hak perempuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Feminisme adalah sebuah gerakan yang menuntut emansipasi atau kesetaraan dan keadilan
hak-hak perempuan dalam hal politik, sosial, dan ekonomi. Gerakan feminisme banyak
memberikan kritik terhadap hukum yang selama ini digunakan, sifat manipulatif dan
ketergantungan hukum terhadap politik, ekonomi, peranan hukum dalam membentuk pola
hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh ketentuan hukum secara tidak mendasar.

Feminisme gynosentris melihat ketertindasan perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki
dan perempuan yang menyebabkan perempuan lebih inferior dibanding laki-laki. Keterlibatan
perempuan di birokrasi harus dimaknai lebih dari sekadar jumlah, melainkan sejauh mana
perempuan mampu memasukkan agenda pengarusutamaan gender dalam lembaga birokrasi.
Pengarusutamaan gender sendiri merupakan strategi rasional dan sistematis untuk dapat mencapai
kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan manusia (Subono, 2012).

Sebagai upaya dalam mencapai kesetaraan dalam birokrasi, terdapat dua jenis intervensi yang
dapat dilakukan oleh para perempuan yang terlibat di dalamnya, yaitu secara individual dan
struktural (Eisenstein, 1991). Kaitannya dalam birokrasi menekankan bahwa dalam sistem
pemerintahan,perempuan dan laki-laki memiliki peran dan tugas yang sama dan cenderung
memiliki kualitas yang sama
DAFTAR PUSTAKA

Arivia, G. (2006). Feminisme Sebuah Kata Hati. Jakarta: Buku Kompas Blumberg.

Udasmoro, W. 2018. Dari Doing ke Undoing Gender: Teori dan Praktik dalam Kajian Feminisme.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suwastini,Ni Komang Arie.2013 Perkembangan Feminisme Barat dari Abad Kedelapan


Belas Hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoretis

.http://al-hadjar45.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-macam-macam-
aliran .htmlhttp://atullaina.blogspot.com/2012/04/aliran-aliran-dalam-feminisme.html

Anda mungkin juga menyukai