OLEH :
KELOMPOK 4
MARIA ANA MARLINA
RINDI ANTIKA IGIRISA
SITI NAFISAH LESTALUHU
SUKMA SETIAWATI BUATAN
APRILDA MITHA NURIYYAH
NURWAIDAH
JURUSAN S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
Dalam Kajian Multi Perspektif“ ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
berganti, namun dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga
semua hambatan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima
kasih yang tak terhingga kepada dosen pengampuh mata kuliah yang telah
membimbing penulis selama proses belajar mengajar serta kepada semua pihak
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
Makassar,November 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Teori Gender................................................................................................4
B. Teori Feminisme...................................................................................................5
A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanpa terkekang oleh adat dan mitos dalam masyarakat. Mereka mulai meretas
karir untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan diri demi masa depan.
memilih pekerjaan sesuai dengan minat mereka. Bahkan perempuan tak ragu
lagi terjun ke dunia kerja yang kerap diidentikkan dengan kaum laki-laki,
Bukan hal yang mengejutkan lagi perempuan menjadi seorang Pekerja, karena
laki-laki.
1
masih bisa gender1. Pertama, seputar penggambaran sosok perempuan di
media massa yang masih kurang sensitif gender dan cenderung menyudutkan
berita tentang PSK (Pekerja Seks Komersial) yang identik dengan sosok
mereka.
dan bukan karena apa yang dikenakan oleh perempuan. Terkait beban ganda
2
dan subordinasi perempuan, terkadang mereka masih termarginalkan ketika
perempuan terkadang justru membuat diri mereka sendiri berada dalam situasi
masyarakat yang masih kolot dan kerap dihubungkan dengan tindakan negatif,
bahwa berbagai isu ketidakadilan gender terjadi sebagai akibat dari budaya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Gender
dipahami berbeda oleh masyarakat, tergantung dari perspektif dan budaya dari
gender punya pengaruh yang besar terhadap pembagian peran dan status
dikuatkan oleh teori nurture, salah satu kategori teori gender, teori ini
oleh proses sosialisasi dan internalisasi secara kultural oleh masyarakat dalam
jarak antara peran perempuan dan laki-laki. Sehingga perbedaan gender yang
sesuatu yang ‘dikodratkan’ oleh Tuhan atau alamiah. Hal ini berbeda dengan
asumsi teori nurture, yang dikenalkan oleh Mill, dimana citra perempuan
4
B. Teori Feminisme
Feminisme merupakan ilmu baru yang sudah mulai tumbuh sejak abad
ke-19 dan 20 telah ada perjuangan kaum feminis di Iran, Turki, Indonesia, Sri
simplistik.45 Indonesia sudah mengenal feminisme sejak tahun 60-an, dan baru
mulai menjadi isu hangat ketika memasuki tahun 70-an. Mitos dan
sulit diterima oleh masyarakat, mungkin sulit diterima sendiri oleh kaum
perempuan.
perempuan.
5
mengandung perbedaan dan persamaan dengan laki-laki. Perlakuan yang
bersifat hirarkhis, karena relasi antar kedua makhluk Tuhan itu bukan
takdir, tetapi dikonstruksi secara sosial. Sinergi dari dua karakteristik fisik
yang berbeda dari perempuan dan laki-laki itu akan melahirkan kehidupan
harmoni yang saling mendukung satu sama lain, ibarat tangan kiri dan
sehingga perjalanan akan sampai kepada satu tujuan, tanpa diartikan bahwa
antara perempuan dan laki-laki ditinjau dari segi fisik, seperti dalam
pertumbuhan tinggi badan, payudara, rambut, organ genitalia inter- nal dan
dan biologisnya.
ditentukan sejak masa konsepsi, yaitu saat sel telur (ovum) yang
6
kromosom seks XY. Jika kromosom seks dari perempuan bergabung
kromosom seks yang dimiliki perempuan dan yang dikeluarkan oleh laki-
demikianpun anak yang dihasilkan dari jenis kromosom berbeda dari ayah
ayah dan ibu yang sudah bergabung itu membentuk sel yang disebut testis.
kromosom seks XY. Testis tersebut mulai memproduksi hormon seks. Pada
Schutack, 2008).
7
2. Bias dalam Psikologi Perempuan
dan tidak stabil, sehingga membatasi ruang gerak perempuan untuk terlibat
8
Akibat citra fisik yang dimiliki, perempuan dicitrakan sebagai
makhluk yang tidak sempurna (the second class), makhluk yang tidak
terdapat dalil syara yang memberi tuntutan dan tuntunan khusus untuk
dalil syara tidak diciptakan khusus untuk perempuan atau khusus untuk
9
laki-laki, melainkan untuk keduanya sebagai insan (QS. Al-Hujurat
Perempuan dan laki-laki telah diberi potensi yang sama untuk dapat
berkiprah dan beramal secara sinergis dalam asas kemitraan, kerja sama,
seorang manusiapun yang sempurna, lahir, dan dapat hidup sendiri, tanpa
telah menciptakan berbagai organ yang berbeda dalam satu tubuh manusia,
seperti telinga, mata, mulut, tangan, kaki, dan lain-lain dalam bentuk dan
satu organ dari organ lainnya. Seperti saat mata difungsikan, tidak berarti
10
orang yang berbeda itu harus bersinergi untuk menopang kehidupan dan
layu. Tubuh perempuan identik dengan daya pesona dan kesenangan, tetapi
dalam waktu yang sama ia dieksploitasi demi hasrat diri dan keuntungan.
muslim memujinya: “surga di telapak kaki ibu”. Tetapi pada saat yang lain,
ketika ia menjadi seorang isteri, menurut sebuah teks agama, dia harus
tunduk sepenuh-nya kepada suami, dia tidak boleh ke luar rumah sepanjang
tengah sakit bahkan sampai meninggal sekalipun. Isteri juga tidak boleh
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu ada banyak faktor mengapa
berdaya yang hanya bisa mengurus dapur (rumah tangga). Ketiga, pemberitaan
perayaan Hari Kartini dan Hari Ibu saja. Konten beritanya hanya membahas
perempuan yang masih minim. Media massa belum banyak yang mengangkat
adalah masih belum banyak perempuan yang terlibat dalam industri media
massa.. Hal ini menjadi salah satu faktor, ukuran-ukuran pemberitaan di media
12
B. Saran
kami sebagai salah satu rajukan dengan harapan lebih mengembangkan lagi
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Contoh Latihan Kasus
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rega P. Karna, dengan topik tentang
pendapat mahasiswa terhadap pemberitaan perempuan di berita kriminal.
Adapun beberapa pendapat mahasiswa terhadap ketidakadilan yang terjadi
pada perempuan dalam berita-berita criminal, kekerasan pada perempuan
dalam kasus pemerkosaan terjadi karena kesalahan moral pelaku dan
bukan karena apa yang dikenakan oleh perempuan. Terkait beban ganda
perempuan (lapangan pekerjaan), tidak benar apabila dikatakan lapangan
pekerjaan sedikit untuk perempuan. Meskipun sudah berkurang, tetapi
permasalahan ini belum menghilang seluruhnya. Sedangkan isu
marginalisasi dan subordinasi perempuan, terkadang mereka masih
termarginalkan ketika ingin maju dan cenderung disepelekan, namun tidak
dipungkiri bahwa perempuan terkadang justru membuat diri mereka
sendiri berada dalam situasi sebagai pekerja rumahan. Terakhir terkait
dengan streotype perempuan mengacu pada pendapat subjek dalam
penelitian tersebut pada pemikiran masyarakat yang masih kolot dan kerap
dihubungkan dengan tindakan negatif, misalnya pandangan masyarakat
terhadap perempuan yang pulang atau kerap keluar di malam hari. Dalam
penelitian tersebut, Rega P. Karna menyimpulkan bahwa berbagai isu
ketidakadilan gender terjadi sebagai akibat dari budaya patriarki dalam
masyarakat yang kemudian mempengaruhi pemberitaan media massa.
Penelitian serupa, terkait keberadaan perempuan jurnalis di media massa, pernah
dilakukan oleh tim survei LP3Y Yogyakarta yang berjudul Pengalaman
Subjektif Wartawan Perempuan.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui komposisi, posisi dan peran perempuan jurnalis dalam
organisasi kerja redaksional, serta mengetahui kesadaran kolektif
pengelola media terutama kalangan jurnalis tentang persoalan yang
dihadapi kaum perempuan secara khusus wartawan perempuan, lewat
pengalaman subjektif perempuan jurnalis dalam kerja jurnalismenya.
Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa ketidaksadaran atau
ketidakberdayaan perempuan jurnalis, sering kali membuat mereka justru
15
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai patriarkis yang
seharusnya dihilangkan. Selama ini informasi tentang paham kesetaraan
gender di lingkungan kerja media, kurang menyentuh perhatian atau
pikiran para perempuan jurnalis ini. Mereka masih terbayangi dengan
stigma dan terbiasa dengan anggapan media sebagai ranah kaum laki-laki,
kerja malam identik dengan laki-laki, serta batasan-batasan kerja
perempuan jurnalis di media massa. Tampak bahwa kesadaran dan
kesetaraan gender, belum melembaga dalam organisasi kerja media massa.
Misi utama dari penelitian LP3Y ini adalah diharapkan ada peran serta dari
perempuan jurnalis sendiri untuk menularkan kesadaran dalam media
massa tentang kesetaraan gender di mulai dari lingkungan kerja mereka
hingga praktik peliputan mereka di lapangan.
16