Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MAKNA DAN PENGAMALAN SILA KE-5

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Dr. Thomas R. Hutauruk, M.Si.

Oleh :

1. Annisa Maulida Arlistya (19622133)


2. Dimas Tomi Setiawan (19622137)
3. Achmad Ardi Firmansyah (19622146)
4. Endah Jumiyanti (19622148)
5. Kitfis Aziz (19622150)

KELAS 1-F

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

PRODI D3 ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Makna dan Pengamalan Sila Pertama ini sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Meskipun, terdapat banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan
tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun pembaca. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari bapak, ibu dosen dan pembaca demi perbaikan makalah
ini di waktu yang akan datang.

Samarinda, 19 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................

B. Rumusan Masalah .......................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Pancasila ....................................................................................

B. Makna Sila Ke-5 ..........................................................................................

C. Pengamalan Sila Ke-5 .................................................................................

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran……………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Republik Indonesia secara resmi
tercantum didalam alenia ke-empat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang
ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila yang disahkan sebagai
dasar negara yang dipahami sebagai sistem filsafat bangsa yang bersumber dari
nilai-nilai budaya bangsa. Sebagai ideologi, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi
budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini nilai-
nilai luhur pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia. Sendi-
sendi kehidupan di masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
luhur Pancasila.
Adapun perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai luhur Pancasila misalkan
saja penyalahgunaan narkoba, pelacuran, penyimpangan seksual (homo, lesbian,
biseksual, pedofil, sodomi, zina, seks bebas, transeksual), tindak kriminal atau
kejahatan (perampokan, pencurian, pembunuhan, pengrusakan, pemerkosaan, dan
lain sebagainya), gaya hidup (wanita bepakaian minimalis di tempat umum, pria
beranting, suka berbohong, dsb).
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak sejalan dan bahkan
bertentangan dengan ajaran yang terkandung didalam Pancasila. Sebagai ideologi
negara, Pancasila sebenarnya sudah mengatur prinsip-prinsip tata kehidupan
masyarakat Indonesia, berupa nilai-nilai luhur budaya bangsa yang dapat
dijadikan pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan
dalam hidup berbangsa dan bernegara. Karena itu mestinya senantiasa menjadi
acuan digunakan sebagai pedoman tingkah laku bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.
Melihat kenyataan yang terjadi dimasyarakat melalui makalah ini penulis
ingin mengungkapkan betapa pentingnya membaca, memahami dan
mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan butir sila ke-5 ?
2. Bagaimana tanggapan atas suatu pernyataan ?
3. Apa yang harus dilakukan agar masyarakat memperoleh apa yang menjadi
haknya ?
4. Sikap apa yang seharusnya dikembangkan agar nilai-nilai Sila V dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari?
5. Apa contoh-contoh pelanggaran sila V dalam berbagai aspek ?
6. Bagaimana tanggapan terhadap setiap praktek ketidakadilan yang terjadi!
7. Apakah nilai-nilai luhur bangsa (Butir Sila V) masih dihayati/dihidupi oleh
masyarakat Indonesia khususnya generasi muda saat ini?
8. Apa masih bisa disebut manusia Pancasilais?

1.3 TUJUAN
1. Diharapkan agar generasi muda bangsa Indonesia dapat mengamalkan sila-
sila pancasila dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sila kelima dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.
3. Untuk mengetahui nilai – nilai yang terkandung dalam sila kelima
Pancasila.
4. Untuk mengetahui contoh nyata penyimpangan nilai – nilai sila kelima
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANCASILA


Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara
kita, Negara Republik Indonesia. Pancasila sendiri di tetapkan menjadi dasar
negara kita sejak 18 agustus 1994. Sebagai nilai-nilai bernegara,berpemerintahan,
dan bermasyarakat. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakan
pembuatan harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila.
Pancasila adalah dasar Negara dan ideologi Negara yang wajib di
pahami,diamalkan,dipertahankan oleh seluruh warga Negara Indonesia.Usaha ini
akan berhasil apabila seluruh warga Negara memiliki sikap positif dan setia
terhadap pancasila.

2.2 TANGGAPAN TERHADAP SUATU PERNYATAAN


“Struktur ekonomi, politik, sosial, budaya menyebabkan orang tidak dapat
memperoleh apa yang telah menjadi haknya, atau tidak dapat memperoleh bagian
yang wajar dari kekayaan masyarakat/Negara”.
Menurut pendapat kami, memang benar bahwa struktur ekonomi, politik,
sosial dan budaya adalah penyebab umum sebagian orang tidak dapat
memperoleh apa yang sudah menjadi haknya. Seperti kami ambil contoh yaitu
bantuan dari pemerintah (bbm). Yang mendapat bantuan seperti itu malah yang
kaya , budaya yang hal demikian tidak hanya terjadi pada golongan yang berada
dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah akan tetapi juga menjadi budaya
yang terjadi pada golongan masyarakat pada kondisi ekonomi menengah ke atas.
Sedangkan yang miskin tidak mendapatkan bantuan tersebut, hal ini
berkaitan dengan politik dimana terkadang orang-orang berkaitan dengan hal
tersebut menggunakan kekuasaannya hanya pada golongan mereka sendiri.
Sehingga menimbulkan ketidakmerataan penyaluran dana yang menjadi hak
orang lain. Hal ini akan terus terjadi secara terus-menerus apabila antar pihak
yang berkaitan tidak melakukan kerja sama yang baik.
Artinya antara pemerintah dan masyarakat harus melakukan kerja sama
yang baik. Apabila usaha keras dilakukan hanya salah satu pihak misalnya hanya
dari pihak rakyat saja tanpa adanya dukungan dari pemerintahan maka
ketidakadilan tersebut akan tetap terjadi.
Dalam kasus ini pemerintah memiliki wewenang untuk menentukan
kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi strukutur ekonomi politik, sosial
budaya, sementara rakyat walaupun bisa protes tetap saja tidak memiliki
wewenang untuk mengambil kebijakan.

2.3 TINDAKAN AGAR MASYARAKAT MENDAPATKAN HAKNYA


2.3.1 Keadilan Sosial
Membahas tentang hak yang diperoleh oleh masyarakat, maka hal tersebut
tidak jauh dengan nilai keadilan. Nilai keadilan tidak hanya terdapat dalam sila
kelima pancasila, namun juga terdapat dalam sila kedua pancasila yakni
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Keadilan maupun sosial memiliki makna yang terpisah satu sama lain.
Sosial berasal dari bahasa latin dari kata socius yang memiliki arti kawan atau
teman dan dalam arti luasnya berarti persaudaraan dalam pergaulan hidup
manusia. Sedangkan keadilan berakar dari kata “adil” yang artinya
memperlakukan dan memberikan sesuatu hal yang telah menjadi haknya baik
terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap Tuhan maupun terhadap
lingkungan alam, tidak berat sebelah serta tidak memihak.
Jadi keadilan adalah hal yang berisi tuntutan agar orang memperlakukan
sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya. Dari uraian tersebut, maka
jelaslah bahwa keadilan sosial memberi perimbangan antara hak dan kewajiban
antar sesama, memberi kebahagiaan untuk semua orang, tidak ada penindasan dan
penghinaan serta pemerataan dalam segala bidang kehidupan material maupun
spiritual dalam arti keadilan itu tidak hanya untuk golongan atas, tetapi juga untuk
golongan bawah.
2.3.2 Struktur Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya
Indonesia adalah Negara yang memiliki aneka keberagaman suku bangsa,
budaya, agama, bahasa dan lain sebagainya. Saat ini kesenjangan sosial dan
ekonomi telah terbentuk di Indonesia dan tumbuh di tengah – tengah kehidupan
masyarakat nusantara. Kesenjangan tersebut meliputi golongan yang mempunyai
modal, berpendidikan serta berpengaruh dari kota – kata besar dengan golongan
yang termasuk melarat serta berpendidikan (Nasikun, 1995: 48).
Pendapat Nasikun tersebut didukung oleh Hefner (2005: 75) yang
menyatakan bahwa Indonesia memiliki struktur sosial yang majemuk dengan
berbagai agama dan lebih dari 300 grup etnis. Struktur sosial yang demikian
tersebut, sangatlah rawan timbulnya perpecahan dan konflik dalam masyarakat.
Negara Indonesia dikenal dengan Negara agraris dan maritim. Sebagian
besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan karena
hal itu didukung dengan luasnya lahan untuk bertani dan luasnya perairan
Indonesia. Sektor pertanian yang selama ini telah menjadi punggung
perekonomian Indonesia telah tergeser dengan sektor industri yang semakin
berkembang pesat tidak hanya di kota – kota besar tetapi juga di desa – desa.
Sekarang ini banyak lahan pertanian yang beralih dijadikan pembangunan
industri. Karena hal inilah sekarang fenomena urbanisasi setiap tahun selalu
meningkat. Penduduk desa beralih ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun,
karena minimnya pengalaman dan pendidikan yang dimiliki sekaligus terbatasnya
lapangan pekerjaan, membuat mereka kesulitan mendapat kerja dan akhirnya
menjadi pengangguran. Selain itu, meluasnya pengaruh globalisasi membuat
masyarakat menjauhi kegiatan ekonomi yang tradisional.
Dalam bidang politik saat inipun tidak menunjukkan sikap yang merakyat.
Banyak partai politik yang berdiri, tetapi hanya mementingkan kepentingan
golongan saja. Para wakil rakyat saat ini terkesan hanya bermain. Korupsi, kolusi
dan nepotisme semakin marak terjadi. Hak – hak rakyat dilupakan dan diabaikan.
Sudah terlihat jelas bahwa memang struktur ekonomi, politik dan sosial budaya
memyebabkan masyarakat kehilangan haknya.
Lalu apa yang harus dilakukan agar masyarakat memperoleh apa yang
menjadi haknya?
Langkah paling sederhana adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri, tidak peduli
status sosial seseorang di atas atau dibawah haruslah tetap dihargai dan dihormati.
Keadilan dalam pemenuhan hak masyarakat di segala bidang akan terwujud
apabila orang menyadari akan pentingnya keadilan itu sendiri bagi kehidupan,
bukan hanya sekedar menyadarinya namun mengamalkannya.
Selain itu, jika kita merasa menjadi orang yang mampu dalam segi
material maupun spiritual hendaknya selalu membiasakan berbagi apa yang kita
miliki dengan sesama.Untuk mewujudkan keadilan sosial sangat diperlukan
adanya keterbukaan. Keterbukaan yang berisikan kebebasan informasi agar
masyarakat mengetahui struktur ekonomi, politik dan sosial budaya yang tidak
adil. Dengan adanya keterbukaan akan lebih memudahkan membangun kesadaran
masyarakat untuk ikut aktif dalam membongkar ketidakadilan sosial dan
menggantinya dengan struktur yang lebih adil.
Adapun langkah – langkah yang harusnya dapat dilakukan pemerintah
yaitu:
1. Memelihara kepentingan umum daripada kepentingan golongan
2. Realisasi pembangunan yang benar – benar dapat dilaksanakan dan
berguna serta dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
3. Pemerataan dalam segala aspek ( pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat,memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pembagian
pendapatan, kesempatan kerja serta usaha, kesempatan untuk aktif dalam
pembangunan terutama pada generasi muda dan kaum wanita serta
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air).
2.4 SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN PADA SILA KELIMA
UNTUK DITERAPKAN DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sila kelima pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
memiliki makna pokok dari keadilan yaitu hakikat kesesuaian dengan hakikat
adil. Sila kelima pancasila didasari dan dijiwai oleh keempat sila lainnya yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan. Hal ini mengandung hakikat
makna bahwa keadilan adalah sebagai akibat adanya Negara kebangsaan dari
manusia – manusia berketuhanan Yang Maha Esa. Sila keadilan sosial adalah
tujuan dari keempat sila lainnya.
Secara ontologis, hakikat keadilan sosial juga ditentukan oleh adanya
hakikat keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kedua yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab.. menurut Notonagoro. Hakikat keadilan yang terkandung
dalam sila kedua yaitu keadilan yang terkandung dalam hakikat manusia
monopluralis yaitu manusia yang adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama dan
terhadap Tuhan. Penjelmaan dari keadilan kemanusiaan monopluralis menyangkut
manusia sebgaai makhluk hidup dan makhluk sosial. Dengan demikian keadilan
sosial didasari oleh sila kedua.
Atas dasar uraian diatas, lalu bagaimanakah sikap yang harus
dikembangkan? Sikap yang harus dikembangkan pada diri kita harus mencakup 3
keadilan yang terwujud dalam kehidupan bersama yaitu:
1. Keadilan Distributif
Suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warga negaranya, dalam arti
pihak Negara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,
dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup
bersama didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)
Hubungan keadilan antar warga Negara tehadap Negara dan dalam hal ini pihak
wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang – undangan yang berlaku dalam Negara.
3. Keadilan Komulatif
Keadilan antara warga satu dengan warga lainnya secara timbal balik. Keadilan
ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan bersama.
2.5 PELANGGARAN SILA KELIMA DIBERBAGAI BIDANG
2.5.1 Analisis Pelanggaran
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan sila ke
lima dari Pancasila ternyata dalam pelaksanaanya sudah tidak sesuai dengan
kondisi dan harapan rakyat Indonesia saat ini.
Cita-cita nasional bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur. Walaupun cita-cita tersebut sudah dicanangkan sejak
Indonesia merdeka, namun pada kenyataanya pencapaiannya masih sangat jauh
dari yang diharapkan.
Perjuangan menuju keadilan dan kesejahteraan sosial ternyata memang
masih banyak kendala. Salah satu faktor yang menjadi penghambat terbentuknya
masyarakat yang adil dan makmur tersebut adalah kurang ditegakannya keadilan
disemua lini kehidupan masyarakat dalam bernegara. Karena jika keadilan
ditegakkan dengan baik, maka kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara akan
tercipta.
Sila ke-5, yang seharusnya sudah terlaksanakan dengan baik dalam
kehidupan, justru pada prakteknya, pelaksanaan dari sila tersebut tidak sesuai
dengan kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada praktek diskriminasi
dari para penguasa. Menanggapai masalah tersebut dalam tulisan ini ada empat
hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai bukti penerapan keadilan dalam
bidang hukum, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, yang dirasa mempunyai
masalah kompleks terhadap implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
1. Bidang Hukum
Hukum memang harus ditegakkan tetapi keadilan terhadap hukum tersebut
juga harus ditegakkan. Contoh kecil yang menggambarkan bukti ketidakadilan
hukum di Indonesia ini adalah banyaknya kasus korupsi yang menyeret pejabat
publik seperti kepala daerah, anggota legislatif, para anggota kabinet dan politisi
partai politik yang merugikan negara sampai milyaran rupiah, tetapi hukuman
yang diberikan tidak sebanding dengan apa yang telah diperbuat dan kadang
walaupun sudah divonis sebagai tersangka masih saja bisa pergi kemana-mana
bahkan sampai keluar negeri.
Sedangkan jika kasusnya menimpa rakyat miskin seperti yang pernah
menimpa nenek Minah yang tersandung kasus pencurian 2 buah Kakao justru
hukuman yang diterima tidak sebanding dengan apa yang diperbuat. Dari sini
menggambarkan bahwa hukum yang ada itu hanya berlaku untuk orang-orang
miskin saja, sedangkan untuk orang kaya atau pejabat publik hukum itu tidak
terlalu ditegakkan dengan benar. Sehingga hukum itu dapat diibaratkan sebagai
pisau, lancip dibawah dan tumpul diatas.
Padahal dalam UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) Tentang Hak Asasi
Manusia hasil amandemen disebutkan bahwa “setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Tetapi pada kenyataanya jauh dari apa
yang diharapkan, ini menjadi bukti bahwa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
belum sepenuhnya bisa ditegakkan dengan baik.
2. Bidang Kesehatan
Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan
masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari
berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus
syarat-syarat administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari
berbagai rumah sakit. Hingga pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis
juga masih terjadi.
Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi potret
bahwa keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang kaya
atau orang yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru mendapatkan pelayanan
yang istimewa. Padahal dalam UUD 1945 pasal (28) H ayat (2) tentang Hak Asasi
Manusia menyebutkan bahwa “setiap orang berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan”. Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin
masih banyak mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak rumah sakit.
3. Bidang Pendidikan
Masalah lain yang memperlihatkan ketidakadilan dalam dunia pendidikan
yaitu ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh pendidikan yang layak,
sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak mampu untuk sekolah karena
biaya sekolah yang dirasa memberatkan. Oleh sebab itu pemerintah seharusnya
memprioritaskan warga miskin Indonesia dengan memberikan pendidikan.
Sehingga anak-anak yang kurang mampu tersebut dapat mengenyam pendidikan
yang layak dibangku sekolah seperti anak-anak pada umumnya.
Selain masalah tersebut terdapat masalah-masalah yang lain yang harus
diperhatikan oleh pemerintah salah satunya adalah pendidikan untuk anak-anak di
daerah pedalaman atau di daerah perbatasan, pemerintah dinilai hanya
memprioritaskan pendidikan untuk daerah-daerah yang sudah maju saja,
sementara untuk pendidikan di daerah-daerah pedalaman cenderung diabaikan.
Banyak anak-anak di daerah pedalaman yang membutuhkan pendidikan formal,
bahkan hanya untuk sampai kesekolahan saja mereka sampai harus rela berjalan
atau menyeberangi sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.
4. Bidang Ekonomi
Keadilan dalam bidang ekonomi di negara kita belum bisa terwujud
sebagaimana yang telah diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila. Justru masalah yang paling miris di bidang ekonomi yaitu masalah
kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari penegakkan keadilan yang tidak
sempurna padahal dalam konstisusi telah ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara, tapi pada kenyataanya malah menyimpang
dari apa yang telah ditetapkan pada konstitusi, fakir miskin dan anak-anak
terlantar dibiarkan keliaran dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di
bawah kolong jembatan hanya dengan beralaskan kardus bekas.
Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam bidang
ekonomi adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik untuk bekerja
selama berjam-jam tetapi dengan tingkat upah yang sangat rendah. Sehingga dari
eksploitasi tersebut perusahaan memperoleh keuntungan yang sangat besar,
karena perusahaan bisa mempekerjakan buruh yang murah dan yang mau bekerja
keras untuk kemajuan perusahaanya. Itulah sedikit potret mengenai bukti dari
implementasi dari sila ke-5 yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia saat ini.
5. Bidang Budaya
Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat
berbeda, yang penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi
kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih banyak masyarakat papua yang
memakai koteka, pembangunan di derah tersebut juga tidak merata. Kita
bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-orang
memakai pakaian yang berganti-ganti model, banyak bangunan menjulang tinggi.

2.5.2 Upaya Pemecahan


Diperlukan upaya yang tidak mudah untuk menciptakan masyarakat yang
adil dan sejahtera, paling tidak untuk menciptakan hal tersebut perlu ada
kesadaran dari masing-masing individu untuk merubahnya, jika perubahan itu
bisa terlaksana dengan baik tentunya keadilan itu akan dapat dengan mudah
tercipta, baik dalam bidang hukum, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-
lainnya.
Untuk menciptakan keadilan yang merata seperti yang tercermin dalam
Pancasila tepatnya sila ke-5, peran dari pemerintah untuk mengupayakan hal
tersebut sangat diperlukan. Agar implementasi dari sila tersebut dapat benar-benar
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan bukan malah merugikan masyarakat.
Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, pemerintah membebaskan biaya
kesehatan dan mengutamakan pelayanan kesehatan terhadap warga yang kurang
mampu, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi warga yang
kurang mampu serta meningkatkan partisipasi dan konsultasi kesehatan terhadap
warga yang kurang mampu.
2.6 NILAI-NILAI LUHUR BANGSA YANG MASIH
DIHAYATI/DIHIDUPI OLEH MASYARAKAT INDONESIA
KHUSUSNYA GENERASI MUDA
Pancasila merupakan pencerminan jiwa kebangsaan Indonesia. Nilai – nilai
yang terkandung didalamnya sangatlah luhur. Pancasila dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Penerapan nilai luhur sila
kelima ini erat hubungannya dengan hak dan kewajiban kita sebagai makhluk
sosial. Makna dalam sila kelima ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi
seluruh rakyat dimana seluruh kekayaan diperguanakan untuk kebahagiaan
bersama dan melindungi yang lemah.
Contoh realisasi penerapannya pada generasi muda yang paling sederhana
adalah bersikap adil terhadap teman, tidak membedakan status sosial diantara
teman, menghormati hak – hak orang lain, mengembangkan perbuatan luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta gotong royong (dalam hal ini
contohnya adalah mengikuti berbagai kegiatan organisasi di lingkungan kampus
sehingga menumbuhkan semangat kekeluargaan yang didalamnya setiap anggota
diberi tugas yang sesuai dengan kapasitas kemampuan masing – masing), suka
memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri, tidak
menggunakan hak milik orang lain untuk usaha – usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain serta suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Namun ternyata dalam kenyataannya sila kelima masih memiliki banyak
kekurangan. Perwujudan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
setelah 70 tahun merdeka masih belum maksimal sekaligus merupakan sila yang
diabaikan oleh penyelenggara Negara Kesatuan Republik Indonesia dari saat
kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai dengan saat ini. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa banyak sekali pelanggaran yang dilakukan terhadap sila
kelima pancasila ini.
2.7 MANUSIA PANCASILAIS
Manusia pancasilais adalah insan – insan yang tetap teguh mengamalkan
butir – butir pancasila. Seseorang dapat dikatakan seorang manusia pancasilais
jika mampu menbawakan dirinya pada posisi yang tepat, sesuai hak dan
keawajibannya. Seorang manusia pancasilais harus mampu menempatkan dirinya
menjadi rekan sesama manusia sekaligus menjadi hamba Tuhan pada saat yang
bersamaan.
Setelah menganalisis berbagai hal yang berkaitan dengan butir – butir sila
kelima pancasila, kami mendapatkan kesimpulan bahwa saat ini masyarakat
Indonesia sudah tidak pantas disebut menjadi seorang manusia yang pancasilais.
Hal tersebut dikarenakan banyaknya pelanggaran – pelanggaran yang terjadi
hingga saat ini. Bukan hanya pada sila kelima pancasila namun merata pada
seluruh sila pada pancasila.
Saat ini pancasila hanyalah slogan. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
penyalahgunaan budaya asing, penganiyaan, pencabulan dan masih banyak lagi
pelanggaran lainnya yang terus berkobar di Indonesia. Banyak sekali penindasan
yang masih terjadi. Orang kaya menindas orang miskin. Majikan menganiaya
pembantunya, penindasan antar umat beragama, guru menganiaya muridnya dan
lain sebagainya. Atas dasar inilah masyarakat Indonesia tidak pantas disebut
sebagai manusia pancasilais.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami sepakati bersama adalah pada masa ini, nilai – nilai
yang terkandung dalam sila kelima pancasila sudah terlupakan dan terabaikan
oleh seluruh elemen baik itu masyarakat maupun pemerintah. Tidak hanya sila
kelima pancasila tetapi pelanggaran juga terjadi terhadap keempat sila lainnya.
Sangat disayangkan nilai – nilai pancasila yang diambil dari kepribadian
bangsa yang seharusnya mudah diterapkan tetapi pada kenyataannya hanya
sebatas teori saja tanpa pangamalan.
3.2 SARAN
Dari penjelasan yang kami tuliskan diatas mengenai sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia kami telah menarik kesimpulan mengenai isi dari makalah
ini. Isi dan kesimpulan yang kami tulis bisa saja berubah apabila ditemukan data yang
lebih akurat dan valid dari yang telah ada dalam makalah kami ini. Karena itu
janganlah terlalu berpegang pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak
kekurangan, baik yang diketahui ataupun tidak diketahui, maka bacalah juga makalah,
buku, artikel ataupun bacaan lain yang berhubungan dengan materi yang kami bahas
ini yang tentunya akan menambah pengetahuan kita bersama dalam pengamalan dan
penerapan butir – butir pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Kaelan.2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Hardani, Djoko Pontjo.2011.Bahan Kulian Pendidikan
Pancasila.Jember:UPT BS MKU Universitas Jember.
Kaelan, Zubaidi Achmad.2012.Pendidikan
Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma.
www.gurupendidikan.com/pengertian-pancasila-menuru-para-ahli/ diakses
pada tanggal 23 September 2015 pukul 20.31 WIB
pancasila2013.weebly.com/pengertian-pancasila.html diakses pada tanggal
23 September 2015 pukul 21.03 WIB
https://politikbersihcerdassantun.wordpress.com/2013/04/07/keadilan-sosial-
bagi-seluruh-rakyat-indonesia diakses pada tanggal 25 September 2015
pukul 11.07 WIB
https://leonardoansis.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/keadilan-
dalam-bidang-ekonomi diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul
14.15 WIB
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/ikhtisar-struktur-
politik/item385 diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 14.33
WIB
http://juwita.blog.fisip.uns.ac.id/2012/05/29/struktur-dan-fungsi-politik/
diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 14.57 WIB
http://pancasila.weebly.com/penerapan-sila-dalam-kehidupan.html diakses
pada tanggal 27 September 2015 pukul 19.11 WIB
http://melatiputri.web.ugm.ac.id/2014/12/01/bukti-pelanggaran-terhadap-5-
sila-pancasila-2/ diakses pada tanggal 27 September pukul 19.32 WIB
http://implementasi-nilai-pancasila12345.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal
27 September 2015 pukul 20.01 WIB
http://budisansblog.blogspot.co.id/2012/06/merajut-manusia-pancasilais.html
diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul 20.31 WIB

Anda mungkin juga menyukai